Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Implementasi Kebijakan Publik Tentang Kenaikan Harga Kenaikan Bahan


Bakar Minyak di Indonesia Tahun 2022

OLEH

Nama : Moh Ahdi

Stambuk : B102 22 043

Kelas :D

Dr. Drs. Moh Irfan Mufti. M.Si

JURUSAN PASCASARJANA ADMINISTRASI PABLIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan publik merupakan suatu keputusan yang diambll untuk menghadapi

situasi atau permasalahan, mengandung nilai-nilai tertentu, memuat ketentuan tentang

tujuan, cara dan sarana untuk mencapainya. Kebijakan publik diperuntukkan bagi

seluruh anggota masyarakat dalam hal penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan

bemegara. Segala peraturan dan tindakan pemerintah yang disusun serta dilaksanakan

untuk kepentingan masyarakat secara menyeluruh. Oleh karena itu, kebijakan

sebaiknya bertumpu pada keinginan, harapan, tuntutan, dan kebutuhan masyarakat

menjadi sangat penting terhadap proses pembuatan kebijakan bagi terwujudnya

kebijakan publik yang cepat, tepat dan memadai.

Tujuan dari kebijakan publik adalah untuk mewujudkan ketertiban,

ketenteraman, kesejahteraan dalam masyarakat, serta melindungi hak-hak

masyarakat. Pada dasamya, kebijakan publik adalah untuk kepentingan masyarakat.

Dengan kata lain pemahaman terhadap prosedur pembuatan kebijakan menjadi sangat

penting bagi aktor kebijakan. Saat ini, produk kebijakan publik di Indonesia masih

memiliki wajah yang memprihatinkan yang ditandai antara lain adanya tumpang

tindih kebijakan, ketidakjelasan urgensi keberadaan kebijakan publik, prosedur yang

tidak tepat dalam pembuatan kebijakan publik, serta minimnya naskah akademik

sebagai dasar pembuatan kebijakan. Permasalahan tersebut akan semakin


mengemuka jika kita kaitkan dengan kewenangan. ldealnya kebijakan publik dibuat

dan dilaksanakan pada semua tingkatan pemerintahan, karenanya tanggungjawab

para pembuat kebijakan akan berbeda pada . setiap tingkatan sesuai dengan

kewenangannya. Sering sekali kewenangan ini diterjemahkan secara berbeda di

antara level pemerintahan, sehingga yang terjadi kemudian adalah melegalisir

kewenangan dengan tindakan pengaturan melalui pembuatan kebijakan publik yang

mengakibatkan munculnya fenomena over-regulation dan tumpang tindih kebijakan

di berbagai level pemerintahan.

Sebelum masuk kepada tahapan dalam pembentukkan publik, terlebih dahulu

melewati siklus yang merupakkan kegiatan atas sistem yang berjalan dengan tahapan

tahapannya sehingga berulang kembali dan menghasilkan sesuatu. Dalam kebijakan

publik, selain melihatnya melalui metode system dengan input, konversi, output dan

feedback, kita juga dapat melihat kebijakan publik sebagai siklus atau tahapan

tahapan yang pasti dan berulang kembali. Adapaun tahapantahapan tersebut adalah:

1. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan: Tahap pertama dalam perumusan

kebijakan sosial adalah mengumpul-kan data mengenai permasalahan sosial

yang dialami masyarakat dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan

masyarakat yang belum terpenuhi (unmet needs).

2. Analisis Masalah dan Kebutuhan:Tahap berikutnya adalah mengolah,

memilah dan memilih data mengenai masalah dan kebutuhan masyarakat

yang selanjutnya dianalisis dan ditransformasikan ke dalam laporan yang


terorganisasi. Informasi yang perlu diketahui antara lain: apa penyebab

masalah dan apa kebutuhan masyarakat? Dampak apa yang mungkin timbul

apabila masalah tidak dipecahkan dan kebutuhan tidak dipenuhi? Siapa dan

kelompok mana yang terkena masalah?

3. Penginformasian Rencana Kebijakan: Berdasarkan laporan hasil analisis

disusunlah rencana kebijakan. Rencana ini kemudian disampaikan kepada

berbagai sub-sistem masyarakat yang terkait dengan isu-isu kebijakan sosial

untuk memperoleh masukan dan tanggapan. Rencana ini dapat pula diajukan

kepada lembaga-lembaga perwakilan rakyat untuk dibahas dan disetujui.

4. Perumusan Tujuan Kebijakan: Setelah mendapat berbagai saran dari

masyarakat dilakukanlah berbagai diskusi dan pembahasan untuk memperoleh

alternatif-alternatif kebijakan. Beberapa alternatif kemudian dianalisis

kembali dan dipertajam menjadi tujuan-tujuan kebijakan.

5. Pemilihan Model Kebijakan: Pemilihan model kebijakan dilakukan terutama

untuk menentukan pendekatan, metoda dan strategi yang paling efektif dan

efisien mencapai tujuan-tujuan kebijakan. Pemilihan model ini juga

dimaksudkan untuk memperoleh basis ilmiah dan prinsip-prinsip kebijakan

sosial yang logis, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Penentuan Indikator Sosial: Agar pencapaian tujuan dan pemilihan model

kebijakan dapat terukur secara objektif, maka perlu dirumuskan indikator-


indikator sosial yang berfungsi sebagai acuan, ukuran atau standar bagi

rencana tindak dan hasil-hasil yang akan dicapai.

7. Membangun Dukungan dan Legitimasi Publik: Tugas pada tahap ini adalah

menginformasikan kembali rencana kebijakan yang telah disempurnakan.

Selanjutnya melibatkan berbagai pihak yang relevan dengan kebijakan,

melakukan lobi, negosiasi dan koalisi dengan berbagai kelompokkelompok

masyarakat agar tercapai konsensus dan kesepakatan mengenai kebijakan

sosial yang akan diterapkan.

Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang

telah ditetapkan dalam suatu keputusan. Tindakan ini berusaha untuk mengubah

keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola operasional serta berusaha mencapai

perubahan-perubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan

sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya juga upaya pemahaman apa yang

seharusnya terjadi setelah sebuah program dilaksanakan. Implementasi kebijakan

tidak hanya melibatkan instansi yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan

kebijakan tersebut, namun juga menyangkut jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan

sosial. Dalam tataran praktis, implementasi adalah proses pelaksanaan keputusan

dasar. Proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan yakni: 1) Tahapan pengesahan

peraturan perundangan; 2) pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana; 3)

kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan; 4) dampak nyata

keputusan baik yang dikehendaki atau tidak; 5) dampak keputusan sebagaimana yang
diharapkan instansi pelaksana; 6) upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan

perundangan.

Menurut Richard Rose dalam Edi Suharto (2005:7), Sebagai seorang pakar

ilmu politik menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dimengerti sebagai

serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-

konsekuensinya bagi mereka yang bersangkuta dari pada sebagai suatu keputusan

tersendiri. Kebijakan menurutnya dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan

bukan sekedar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu.

Menurut Grindle (1980) dalam Wibawa (1994:22), Implementasi kebijakan

ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya, ide dasarnya adalah

bahwa setelah kebijakan dilakukan. Keberhasilan ditentukan oleh derajat

implementability dari kebijakan tersebut.

Isi kebijakan mencangkup hal-hal sebagai berikut :

1. Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan.

2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan.

3. Derajat perubahan yang diinginkan.

4. Kedudukan pembuat kebijakan.

5. Pelaksanaan program.

6. Sumber daya yang dikerahkan.

Sementara itu, konteks implementasinya adalah :

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat.


2. Karakteristik lembaga penguasa.

3. Kepatuhan dan daya tanggap.

Model Grindle ini lebih menitik beratkan pada konteks kebijakan, khusnya

yang menyangkut dengan implementor, sasaran dan arena konflik yang mungkin

terjadi di antara para aktor implementasi serta kondisi-kondisi sumber daya

implementasi yang dioerlukan.

Menurut Willian N Dunn (2003:58), Implementasi kebijakan berarti

pelaksanaan dan pengendalian arah tindakan kebijaksanaan sampai dicapainya hasil

kebijaksanaan implementasi. Kebijaksanaan pada dasarnya merupaka aktivitas

praktis, yang dibedakan dari formulasi kebijakan dan pada dasarnya bersifat teoritis.

Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu proses kebijakan

publik dan merupakan bagian paling penting, sebaik apapun proses kebijakan

tersebut disusun, diagendakan dan diformulasikan akan kurang berarti tanpa proses

implementasi. Implementasi kebijakan publik adalah bagian paling krusial, bersifat

krusial karena bagaimanapun baiknya suatu kebijakan kalau tidak dipersiapkan dan

direncanakan secara baik dalam implementasinya, maka tujuan kebijakan tidak bisa

diwujudkan (Widodo:2013:17).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PEMBAHASAN

Kasus korupsi menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Penjelasan

mengenai korupsi secara yuridis, sebagaimana tertulis dalam pasal 2 ayat (1) UU

No.20 Tahun 2001, yang merupakan revisi dari UU No.31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bahwa istilah “korupsi” kemudian

dipersempit menjadi: “Setiap orang, baik pejabat pemerintah maupun swasta yang

melawan hukum dengan melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau

korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara”.

(www.kpk.go.id, diakses pada 21September 2011,pukul 15.00WIB).

Korupsi yang terus bergulir dan berkembang, menjadi permasalahan yang

sangat kompleks di Indonesia karena dampak yang ditimbulkan dapat memperburuk

kondisi perekonomian negara yang berimbas pada kesejateraan masyarakat.

Image mengenai pelaku korupsi, atau yang biasa disebut dengan koruptor,

justru sangat melekat di tubuh pejabat pemerintahan. Mengapa? Karena beberapa

kasus korupsi yang kerap kali terjadi di Indonesia terbukti dilakukan oleh para wakil

rakyat. Beberapa contoh kasus korupsi oleh pejabat pemerintahan misalnya kasus Al

Amin Nasution tentang keterlibatannya dalam kasus suap dengan Sekda Binta

Azirwan dalam proyek hutan lindung. Selain itu, mantan Ketua Komisi IV DPR
Yusuf Emir Faishal juga pernah tersandung kasus aliran dana dari alih fungsi hutan

bakau Tanjung Api-api. Atau kasus korupsi yang terjadi beberapa tahun lalu, yaitu

dugaan penyelewengan dana pembangunan proyek Wisma Atlet SEA Games di

Palembang, Sumatera Utara, yang menyeret beberapa nama penting `di pemerintahan.

Sungguh disayangkan, mengingat bahwa mereka seharusnya menggunakan uang

tersebut untuk menjalankan roda perekonomian negara dan menyejahterakan rakyat,

tetapi malah diselewengkan untuk kepentingan pribadi.

Proyek Wisma Atlet SEA Games di Palembang saat ini tengah menjadi

sorotan publik, karena wisma atlet dibangun dengan tujuan untuk menyambut

perayaan SEA Games 2011. Namun pembangunan tersendat dengan adanya

penyelewengan dana pembangunan proyek oleh beberapa pihak. Dalam kasus ini,

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan empat orang tersangka

utama yang menjadi dalang dari tindak pidana korupsi proyek bernilai Rp 191,6

miliar tersebut. Mereka adalah Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga Wafid

Muharam, Manajer PT Duta Graha Indah Muhammad El Idris, Manajer PT Anak

Negeri Mindo Rosalina Manulang, serta Anggota Badan Anggaran DPR RI,

Muhammad Nazaruddin. Wafid dan El Idris berhasil ditangkap pada pertengahan

tahun 2010, kemudian Mindo Rosalina akhirnya ditangkap pada bulan Juni 2011, dan

Muhammad Nazaruddin yang masih menjadi buron (Koran Tempo edisi 22 Juni

2011).
1.3 KRITIK DAN SARAN

1.3.1 Kritik

Saya sebagai mahasiswa melihat tidakan korupsi yang dilakukan oleh

beberapa aktor pebuat kebijakan sangat prihatin dengan tindakan yang mereka

lakukan, yang dimana tugas mereka sebagai wakil rakyat sangat jauh berbeda dengan

tindakan atau kelakuan yang mereka perbuat. Jika saya pandang dari sudut pandang

Antropologi, tindakan korupsi atau kasus korupsi di Indonesia sudah menjadi budaya

yang tidak bisa lepas dari dalam diri beberapa orang yang dipercayai rakyat.

Terkadang saya bertanya dalam diri, kenapa mereka harus melakukan tindakan

korupsi ? Jawaban yang saya dapat adalah “karna pada dasarnya manusia adalah

makhluk yang tidak perna puas dengan apa yang dia dapatkan”.

1.3.2 Saran

1. Saran saya untuk pemerintahan yang ada di Indonesia, korupsi akan hilang

jika orang-orang yang dipilih itu tepat, jika hanya memilih seseorang hanya

karna Nepotisme yakin dan percayalah korupsi di setiap instansi pemerintahan

tetap akan eksis.

2. Saran saya untuk setiap Universitas di Indonesia terkususnya Universitas

Tadulako, kiranya memberikan Mata Kuliah Anti Korupsi baik dikalangan

Strata 1 (S1) maupun dikalangan Magiter. Dengan tujuan utama yaitu

memberikan dampak yang baik untuk NKRI.


DAFTAR PUSTAKA

Suhato. Edi. 2007. Kebijakan Sosial (Sebagai Kebijakan Publik). Alfabeta.

Bandung.

Van Meter dan Van Horn Dalam Djaelangkara Rizali, 2011, Studi

Implementasi Kebijakan Publik,

William N. Dunn, 2005. Pengantar Analisis Kebijakan. Yogyakarta,

Gajah Mada University Press.

www.kpk.go.id,

Anda mungkin juga menyukai