Npm: 41183506220014
Pendahuluan
• Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah serangkaian layanan yang diberikan kepada orang untuk
menjaga, memulihkan, atau meningkatkan kesehatan mereka, mulai dari pencegahan
penyakit, diagnosis, pengobatan, hingga perawatan jangka panjang. Layanan ini dapat
diberikan oleh berbagai pihak, seperti rumah sakit, pusat kesehatan, dokter, perawat, ahli
terapi, dan tenaga medis lainnya. Tujuannya adalah untuk mendukung kesehatan mental,
emosional, dan fisik seseorang serta masyarakat secara keseluruhan.
Dalam paparan ini, akan dibahas bagaimana prinsip-prinsip Etika Pemerintahan dapat
diterapkan dalam kebijakan publik yang berfokus pada nilai-nilai moral dan etika dengan fokus
pada pelayanan kesehatan. Dengan menguraikan fenomena, masalah, dan komplikasi yang
ada dalam sistem pelayanan kesehatan, akan dibahas bagaimana pendekatan aksiologis
dapat menjadi landasan yang kokoh untuk meningkatkan kualitas, aksesibilitas, dan keadilan
dalam pelayanan.
• Rumusan Masalah
Peningkatan kesehatan adalah bagian penting dari pembangunan nasional. Tujuan
pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, keinginan, dan kemampuan
setiap orang untuk hidup sehat agar semua orang memiliki derajat kesehatan masyarakat
yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat penting untuk meningkatkan
kualitas dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Tujuan pembangunan kesehatan di
Indonesia adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dilakukan
berbagai program kesehatan secara menyeluruh, berjenjang, dan terpadu untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan nasional. Pusat Kesehatan Masyarakat berfungsi sebagai
pusat pengendalian dasar kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014
mengatur penyelenggaraan Puskesmas. Peranan Etika dalam menjalankan Birokrasi
khususnya dalam konteks Pelayanan Kesehatan supaya Terjalin hubungan yang baik antara
Perawat dan Yang dirawat. Peningkatan kualitas SDM dan juga peningkatan Fasilitas tentu
akan terjalin agar tercapai Good Governance di sektor pelayanan Kesehatan.
• Kajian Teori
Sangat penting untuk menerapkan kebijakan publik. Kebijakan publik hanya akan
menjadi "macan kertas" jika tidak diterapkan. Oleh karena itu, agar kebijakan publik dapat
memenuhi harapan, implementasinya harus dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai
elemen. Dengan kata lain, implementasi kebijakan publik merupakan bagian penting dari
mencapai tujuan suatu kebijakan publik; namun, ini tidak berarti bahwa implementasi
kebijakan publik terpisah dari tahapan formulasi. Menurut Fadillah Putra (2001), tatanan
kebijakan publik makro dan mikro sangat memengaruhi keberhasilan kebijakan publik.
Dengan kata lain, formulasi kebijakan publik makro diatur oleh undang-undang yang berlaku,
Kebijakan publik operasional dan kelompok sasaran lingkungan akan memengaruhi
keberhasilan pelaksanaannya,
Oleh karena itu, pelaksanaan kebijakan publik tidak hanya mencakup penerapan
kebijakan melalui mekanisme birokratis, tetapi juga bagaimana kelompok sasaran menerima,
memahami, dan mendukungnya. Ini adalah bagian dari proses politik. Untuk mencapai
harapan, implementasi kebijakan publik harus mempertimbangkan berbagai jaringan
kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang memengaruhi perilaku semua pihak yang terlibat.
Implementasi kebijakan publik dipandang dari sudut pandang birokratis sebagai proses yang
cenderung mekanistis, linier, dan mengikuti berbagai prosedur. Padahal, penerapan kebijakan
publik tidak selalu linier atau mekanis. Proses negosiasi, tawar-menawar, dan kampanye
untuk mencapai kesepakatan lebih banyak menentukan seberapa efektif penerapan kebijakan
publik. Meskipun demikian, kemampuan lembaga pelaksana masih diperlukan untuk
mengendalikan berbagai kepentingan tersebut.
(3) masalah penolakan terhadap perubahan, baik dari publik maupun dari birokrasi sendiri.
Pelaksana kebijakan publik harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
kondisi yang berkembang jika mereka ingin mengatasi tantangan ini. Berbeda dengan
membuat kebijakan publik yang membutuhkan rasionalitas dalam membuat keputusan,
keberhasilan pelaksanaan kebijakan publik kadangkala memerlukan lebih dari hanya
rasionalitas; pelaksana juga harus memiliki kemampuan untuk memahami dan menangani
persepsi yang berkembang di masyarakat di mana kebijakan publik akan diterapkan.
Pembahasan
Etika profesi medis sangat penting dalam aksiologi. Kepercayaan dan integritas dalam
pelayanan kesehatan memerlukan penghormatan terhadap prinsip moral seperti kejujuran,
kerahasiaan, dan kompetensi profesional. Sangat penting untuk menerapkan prinsip-prinsip
aksiologi dalam praktik kesehatan karena sering terjadi pelanggaran etika dalam pelayanan
kesehatan, seperti penyalahgunaan informasi pasien atau tindakan medis yang tidak etis.
1. Transparansi, yang berarti pelayanan yang terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh
semua pihak yang membutuhkan.
2. Akuntabilitas, yang berarti pelayanan yang bias dipertanggungjawabkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
3. Pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima
pelayanan dengan mempertahankan prinsip efisiensi dan efektivitas disebut sebagai
kondisional.
4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dengan mempertimbangkan kebutuhan, aspirasi,
dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi berdasarkan ras,
agama, suku, atau golongan sosial.
6. Keseimbangan hak dan kewajiban adalah jenis pelayanan yang mempertimbangkan
aspek keadilan antara yang memberikan dan yang menerima layanan publik.
Pelanggaran etika dalam praktik kesehatan dapat merujuk pada berbagai situasi di mana
standar moral yang seharusnya menjadi pedoman bagi tenaga medis atau sistem kesehatan
dilanggar atau tidak diindahkan dengan benar. Pelanggaran etika ini termasuk:
1. Pelanggaran Kerahasiaan Pasien: Ini terjadi ketika informasi pribadi dan medis pasien
diungkapkan tanpa persetujuan pasien atau tanpa alasan yang jelas dan sah. Misalnya,
seorang dokter atau perawat dapat mengungkapkan informasi medis sensitif kepada pihak
lain yang tidak berwenang untuk menerimanya.
3. Tidak Memberikan Informasi yang Lengkap kepada Pasien: Jika pasien tidak diberikan
informasi yang cukup atau jelas tentang diagnosis, prosedur medis, atau pilihan perawatan
yang tersedia, hal ini akan menyulitkan pasien untuk membuat keputusan yang informasi dan
didasarkan pada pemahaman yang memadai.
4. Praktik Medis yang Tidak Sesuai dengan Standar: Ini adalah ketika tenaga medis
melakukan prosedur atau perawatan yang tidak sesuai dengan standar medis yang diakui
secara umum, karena alasan seperti kelalaian atau keengganan.
5. Konflik Kepentingan: Jika ada konflik antara kepentingan institusional atau finansial
dengan kepentingan terbaik pasien, pelanggaran etika juga dapat terjadi. Contohnya, dokter
yang meresepkan obat tertentu karena mendapat insentif dari perusahaan farmasi daripada
karena obat tersebut adalah yang terbaik bagi pasien
Pelanggaran etika dalam praktik kesehatan dapat merusak hubungan antara tenaga medis
dan pasien serta melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan secara
keseluruhan. Penting untuk memastikan bahwa setiap tindakan dalam praktik kesehatan
didasarkan pada prinsip-prinsip etika yang kuat untuk menjaga integritas profesi kesehatan
dan memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi kepada pasien.
Kesetaraan Akses terhadap Layanan Kesehatan:
Kesetaraan akses terhadap layanan kesehatan merujuk pada upaya memastikan bahwa
setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas, tanpa terkecuali. Prinsip ini menekankan bahwa setiap orang memiliki hak yang
sama untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang mereka butuhkan, tanpa memandang
latar belakang sosial, ekonomi, atau faktor lainnya.
3. Sosial dan Budaya: Perbedaan dalam budaya, bahasa, dan norma sosial dapat
menghalangi akses ke layanan kesehatan. Misalnya, stigma terhadap kondisi medis tertentu
atau ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan tenaga medis dalam bahasa tertentu
dapat mencegah seseorang untuk mendapatkan perawatan.
Kebijakan kesehatan harus memastikan bahwa tenaga medis, fasilitas medis, dan
obatobatan tersedia secara merata di berbagai wilayah, sehingga setiap orang memiliki
akses yang sama.
Upaya pendidikan kesehatan yang lebih luas dan peningkatan kesadaran akan pentingnya
perawatan kesehatan dapat membantu mengurangi stigma yang menghalangi orang untuk
mendapatkan perawatan.
Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, organisasi non-profit, dan masyarakat sangat
penting untuk memastikan kesetaraan akses terhadap layanan kesehatan. Partisipasi aktif
masyarakat juga diperlukan untuk mendukung kebijakan yang mengedepankan kesetaraan
akses.
Memastikan bahwa setiap orang memiliki akses yang setara terhadap perawatan
kesehatan yang mereka butuhkan adalah penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
secara keseluruhan, dan mencegah penyakit, mengurangi tingkat kematian, dan
meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Ini juga akan mendukung tujuan
pembangunan berbasis masyarakat.
Ketimpangan akses terhadap layanan kesehatan adalah ketika beberapa kelompok atau
individu memiliki akses ke layanan kesehatan yang lebih baik atau lebih mudah daripada
kelompok atau individu lainnya. Banyak faktor yang berkontribusi pada perbedaan ini dalam
kemampuan seseorang untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang mereka butuhkan.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan perbedaan dalam akses terhadap layanan
kesehatan adalah disparitas ekonomi. Individu atau kelompok yang memiliki sumber daya
keuangan yang lebih besar mungkin memiliki akses yang lebih besar terhadap layanan
kesehatan berkualitas tinggi, sementara individu atau kelompok yang kurang memiliki sumber
daya keuangan mungkin menghadapi kesulitan untuk membayar perawatan kesehatan
tersebut.
Lokasi Geografis: Orang yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil seringkali tidak
memiliki akses yang sama ke fasilitas kesehatan dan tenaga medis seperti orang di daerah
perkotaan. Ini dapat menghalangi mereka untuk mendapatkan perawatan yang sama seperti
orang di daerah perkotaan.
Tidak mencari perawatan medis dapat disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah,
ketidakpahaman tentang pentingnya perawatan kesehatan, atau kurangnya pengetahuan
tentang kesehatan.
Stigma atau diskriminasi terhadap kelompok tertentu dapat menghambat akses ke layanan
kesehatan. Ini terutama berlaku untuk kelompok minoritas, kelompok etnis, atau individu
dengan kondisi medis tertentu.
Fakta: Menurut data, ada ketidakmerataan yang signifikan dalam akses terhadap layanan
kesehatan di berbagai wilayah, baik di tingkat nasional maupun global. Misalnya, tingkat
kematian ibu dan bayi masih tinggi di negara-negara berkembang karena akses yang terbatas
terhadap perawatan medis. Bahkan di negara-negara maju, akses terhadap layanan
kesehatan mental masih terbatas, menyebabkan banyak orang tidak menerima perawatan
yang mereka butuhkan.
Gejala: Fenomena ini tercermin dalam jumlah besar orang yang tidak memiliki asuransi
kesehatan, kurangnya fasilitas kesehatan, terutama di daerah pedesaan, dan masalah
keuangan yang menghambat akses masyarakat terhadap perawatan kesehatan berkualitas
tinggi. Biaya pelayanan kesehatan yang tinggi menjadi penghalang utama bagi sebagian
besar orang untuk mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan di beberapa negara.
Kekurangan layanan kesehatan dapat menjadi bagian dari siklus kemiskinan dan
ketidaksetaraan yang lebih lanjut. Kesehatan yang buruk dapat menghambat potensi ekonomi
dan produktivitas seseorang atau kelompok.
Ketimpangan akses dapat meningkatkan beban sistem kesehatan, karena kelompok dengan
akses terbatas cenderung mengalami kondisi kesehatan yang lebih buruk saat mereka
akhirnya mencari perawatan medis.
Salah satu langkah penting untuk mengatasi ketimpangan geografis dalam akses terhadap
layanan kesehatan adalah investasi dalam infrastruktur kesehatan di wilayah pedesaan atau
terpencil.
Dalam hal pelayanan kesehatan, etika pemerintahan sangat penting karena sebagai
institusi yang bertanggung jawab, pemerintah harus memastikan bahwa layanan kesehatan
diberikan seimbang, efisien, dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Etika pemerintahan
mengacu pada cara pemerintah membuat, mengelola, dan menyampaikan keputusan yang
adil, efisien, dan transparan. Kebijakan publik yang berfokus pada kesetaraan akses terhadap
layanan kesehatan dapat dibuat dengan bantuan prinsip-prinsip etika pemerintahan.
Saran
2. Keterlibatan Masyarakat:
Pemerintah harus berkonsentrasi pada meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan,
terutama bagi orang-orang di daerah terpencil atau kurang mampu. Ini dapat dicapai melalui
pengembangan infrastruktur kesehatan, program asuransi kesehatan universal, dan
peningkatan jumlah dan kualitas tenaga medis.
(Praditya, 2022)Praditya, A. (2022). Peran mediasi budaya organisasi dalam hubungan antara
kepemimpinan transformasional dan efektivitas organisasi : a mini review rayyan.
Journal, International of Social, Policy and Law, 03(01), 29–34.
https://ijospl.org/index.php/ijospl/article/view/97
Muhaimin, H., Ichwan, W., Basith, R. A., & Veryanto, D. R. (2023). Etika Pemerintah Dalam
Penyelengaraan Layanan Publik Untuk Meningkatkan Kualitas Dan Kepercayaan
Masyarakat. Journal Law and Government, 1(2), 122-132.
E-Book
ISMAIL NURDIN, M. S. (2017). Etika Pemerintahan: Norma, Konsep, dan Praktek bagi
Penyelenggara Pemerintahan. Lintang Rasi Aksara Books.
Labolo, M., Siswanto, J., Latif, Y., Ngadisah, N., Santoso, P., Assunção, S. D., ... & Santoso,
R. (2023). Etika pemerintahan.
Al Bana, H., Putri, N., Melani, T. D., Parawansa, D. L., & Wullur, A. W. A. L. (2023). Analisis
Rahman, K. (2022). Ilmu Pemerintahan & Tinjauan dari landasan berfikir filsafat ilmu
Indonesia Publishing.
E-Book