Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEBIJAKAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


PERAN MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN KESEHATAN

DOSEN PENGAMPU : Safari Hasan, S.IP., MMRS

Disusun oleh :

Salmaqonita Khusnul Irvani Sari (S1 ARS-10821025)

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA


KEDIRI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan

yang berpengaruh terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan

kesehatan dan pengaturan keuangan dari sistem kesehatan (Walt, 1994).

Komponen sistem kesehatan meliput sumber daya, struktur organisasi,

manajemen, penunjang lain dan pelayanan kesehatan (Cassels, 1995). Tujuan

ditetapkanya kebijakan kesehatan adalah untuk mendesain program-program

di tingkat pusat dan local agar dapat dilakukan determinan-determinan

kesehatan (Davies 2001 ; Milio 2001).

Kebijakan publik adalah rangkaian kegiatan actor (pemerintah)

untuk mengatasi permasalah dalam masyarakat baik secara langsung maupun

tidak langsung melalui lembaga yang dapat memengaruhi kehidupan

masyarakat. Dalam menentukan suatu kebijakan harus melalui tahap-tahap

yang rumit, mulai dari penyusunan agenda, formulasi, adopsi kebijakan,

implementasi kebijakan, serta penilaian terkait dampak yang ditimbulkan dari

ditetapkanya suatu kebijakan, sejauh mana kebijakan tersebut dapat

menangani permasalahan yang ada.

Dibalik ditetapkanya pelayanan publik yang merupakan

pelaksanaan dari suatu kebijakan, diperlukan adanya partisipasi masyarakat

dalam memonitoring serta mengevaluasi suatu kebijakan apakah kebijakan

1
yang ditetapkan sudah sesuai atau kurang sesuai dengan standar pelayanan

publik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan kesehatan?

2. Apa tujuan dan manfaat diberlakukanya kebijakan kesehatan?

3. Bagaimana proses dalam pembuatan kebijakan?

4. Bagaimana proses dalam menganalisis suatu kebijakan?

5. Apa sajakah faktor yang memengaruhi dalam menentukan kebijakan?

6. Apa saja faktor yang memengaruhi implementasi suatu kebijakan?

7. Apa saja hak dan kewajiban masyarakat terhadap kebijakan publik?

8. Bagaimana peran masyarakat dalam monitoring dan evaluasi kebijakan

publik?

A. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari kebijakan publik dan kebijakan kesehatan.

2. Mengetahui proses dalam pembuatan kebijakan.

3. Mengetahui proses dalam menganalisis suatu kebijakan.

4. Mengidentifikasi faktor yang memengaruhi dalam pembuatan kebijakan.

5. Mengidentifikasi faktor yang memengaruhi dalam implementasi

kebijakan.

6. Mengetahui dan memahami hak serta kewajiban masyarakat dalam

kebijakan kesehatan/publik.

7. Mengetahui peran masyarakat dalam proses monitoring dan evaluasi

kebijakan yang dilaksanakan oleh penyelenggara.

B. Manfaat

2
1. Bagi Pembaca

Menambah wawasan pembaca terkait pengertian, tujuan, proses, hak

dan kewajiban serta peran masyarakat terkait proses monitoring dan

evaluasi suatu kebijakan.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat dapat mengerti terkait pentingnya mengetahui

dan memahami hak dan kewajiban dalam kebijakan publik, serta dapat

turut berpartisipasi dalam proses monitoring dan evaluasi kebijakan yang

ada.

3. Bagi pemerintah

Membantu kampanye terkait pentingnya partisipasi masyarakat dalam

proses pembuatan, penetapan, serta evaluasi kebijakan publik.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Kebijakan

Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan

seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan

dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang untuk

mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan (Carl Friedrich). Anderson

(1979), menyatakan bahwa kebijakan merupakan arah tindakan yang

mempunyai maksud yang ditetapkan oleh suatu actor atau sejumlah actor

dalam mengatasi suatu masalah atau persoalan.

Sedangkan kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau

tindakan yang berpengaruh terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan

kesehatan dan pengaturan keuangan dari sistem kesehatan (Walt, 1994).

Komponen sistem kesehatan meliput sumber daya, struktur organisasi,

manajemen, penunjang lain dan pelayanan kesehatan (Cassels, 1995). Tujuan

ditetapkanya kebijakan kesehatan adalah untuk mendesain program-program

di tingkat pusat dan local agar dapat dilakukan determinan-determinan

kesehatan (Davies 2001 ; Milio 2001).

Kebijakan kesehatan merupakan kebijakan publik yang berorientasi

kepada masyarakat, sehingga dapat diartikan sebagai adanya suatu negara

yang memiliki kewenangan dan legimitasi untuk mewakili masyarakat

dengan menggunakan administrasi dan teknik yang kompeten terhadap

finansial dan implementasi dalam mengatur kebijakan untuk mengatasi

permasalahan yang ada di suatu negara.

4
Kebijakan kesehatan bukan hanya terdiri dari usulan dan dokumen –

dokumen strategi bagi suatu negara, namun juga berisi tindakan yang nyata

sebagai bentuk implementasi kebijakan oleh pengambil keputusan,

penanggung jawab program kesehatan dan berfikir bagaimana

melaksanakanya dengan efektif di masing – masing tingkatan pemerintah.

B. Proses Pembuatan Kebijakan Publik

Gambar diatas merupakan segi tiga kebijakan. Dimana actor

menggambarkan pihak yang berwenang dalam menentukan suatu

kebijakan. Isi/konten merupakan esensi dari sebuah kebijakan dan rincian

yang ada di dalam suatu kebijakan. Konteks berisi pertimbangan faktor-

faktor sistematis baik nasional maupun internasional. Proses kebijakan

sendiri berisi terkait tata cara dalam memulai, menyususn, bernegosiasi,

mengkomunikasikan, melaksanakan serta mengevaluasi suatu kebijakan.

1. Tahap Pembuatan Kebijakan

5
Berikut tahap – tahap pembuatan kebijakan menurut Dunn (1998) :

1. Penyusunan agenda (agenda setting), pada fase ini penjabat

yang terpilih diangkat untuk menempatkan masalah kebijakan

pada anggota publik. Pada tahap ini, mungkin terdapat

beberapa masalah yang tidak langsung dibahas, sementara

masalah lain yang ditetapkan sebagai fokus pembahasan.

2. Formulasi (Policy Implementation), pada fase ini para penjabat

akan merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi

masalah.

3. Adopsi Kebijakan (polici adaption), alternatif kebijakan akan

dipilih dan diadopsi pada fase ini dengan dukungan dari

mayoritas kelembagaan.

4. Implementasi kebijakan (Policy Implementation), pada fase ini,

kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit

6
administrasi bedasarkan dengan sumber daya yang dimilikinya,

terutama sumber daya manusia dan finansial.

5. Penilaian kebijakan (policy assessment), pada fase ini unit-unit

pemeriksaan dan akuntansi menilai apakah lembaga pembuat

dan pelaksana kebijakan telah memenuhi persyaratan

pembuatan dan pelaksanaan kebijakan yang telah ditentukan.

2. Proses Analisis Kebijakan

Dalam tahapan pembuatan kebijakan, selalui disertai

dengan prosedur analisis kebijakan. Menurut Dunn (2003:43)

analisis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual yang dilakukan

dalam proses politik. Analisis kebijakan juga dapat diartikan sebagai

aktivitas menciptaka pengetahuan tentang dan dalam proses

kebijakan. Berikut proses analisis kebijakan menurut Dunn (1998) :

1. Merumuskan masalah, meliputi pencarian masalah,

pendefinisian masalah, spesifikasi masalah, dan pengenalan

masalah.

2. Peramalan masa depan, merupakan prosedur untuk membuat

insformasi aktual terkait situasi social di masa yang akan

datang atas dasar dari informasi yang telah ada tentang

masalah kebijakan.

3. Rekomendasi kebijakan, dengan membuat rekomendasi

kebijakan mengharuskan analisis kebijakan untuk menentukan

alternatif yang terbaik bedasarkan kata mengapa. Prosedur

analisis kebijakan berkaitan dengan etika dan moral dan harus

7
memenyhi enam kriteria. Kriteria yang pertama adalah

efektifitas, efisiensi, kecukupan, perataan (equity),

responsivitas, dan kelayakan.

4. Pemantauan hasil kebijakan, merupakan prosedur yang

digunakan untuk memberikan informasi terkait sebab dan

akibat dari kebijakan public. Pemantauan setidaknya

memenuhi empat fungsi dalam analisis kebijakan, yaitu

eksplanasi, akuntansi, pemeriksaan dan kepatuhan

(compliance).

5. Evaluasi kinerja kebijakan, apabila pemantauan berfokus pada

pembentukan premis-premis factual mengenai kebijakan

public, maka evaluasi menekankan pada penciptaan premis-

premis nilai dengan kebutuhan untuk menjawab pertanyaan

terkait “apa perbedaan yang dibuat”. Pada tahap ini kebijakan

akan dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang

ditetapkan berjalan untuk meraih tujuan yang diinginkan.

Analisis kebijakan diambil dari berbagai disiplin ilmu dengan tujuan

pemberian informasi yang bersifat deskriptif, evaluatif, dan perspektif.

Analisis kebijakan menurut Dunn harus menjawab tiga macam pertanyaan :

a. Nilai, dalam arti pencapaian adalah tolak ukur untuk menilai apakah

suatu kebijakan sudah dapat mengatasi masalah.

b. Fakta, dimana keberadaan fakta dapat membatasi atau meningkatkan

pencapaian nilai-nilai.

8
c. Tindakan, dimana upaya penerapanya dapat menghasilkan pencapaian

nilai-nilai.

Disamping itu, ada beberapa langkah yang umum dilakukan dalam

melakukan analisis kebijakan, yaitu:

a. Perumusan masalah

b. Identifikasi tujuan yang ingin dicapai

c. Identifikasi alternatif penyelesaian masalah

d. Analisis manfaat dan biaya yang akan timbul

e. Komunikasi dengan stakeholder

f. Menentukan opsi terbaik untuk dijadikan penyelesai masalah

g. Merumuskan strategi implementasi kebijakan

h. Melakukan monitoring dan evaluasi kebijakan yang telah ditetapkan

C. Faktor – Faktor yang Memengaruhi Pembuatan Kebijakan

Membuat kebijakan tentu tidak semudah yang dilihat dan dibayangkan.

Proses pembuatan kebijakan merupakan pekerjaan yang kompleks dan

rumit dengan segala macam pertimbangan. Para administrator sebuah

organisasi dituntut untuk memiliki tanggung jawab, kemauan, serta

kemampuan atau keahlian sehingga dapat menciptakan kebijakan dengan

mempertimbangan timbulnya resiko yang diharapkan dan resiko yang

tidak diharapkan.

Dalam membuat kebijakan ada beberapa faktor yang harus diwaspadai

sebagai antisipasi terhadap masalah yang mungkin muncul dari faktor-

faktor tersebut. Berikut faktor-faktor yang memengaruhi pembuatan

kebijakan menurut paparan dari Leichter (1979):

9
1. Faktor situasional, dimana kondisi ini adalah kondisi yang tidak

permanen dan khusus yang dapat berdampak terhadap suatu kebijakan.

Hal tersebut sering disebut sebagai ‘focusing event’, yaitu even yang

bersifat hanya sementara. Contohnya seperti : kekeringan, bencana alam,

dsb.

2. Faktor structural, merupakan bagian dari masyarakat yang relatif tetap

atau tidak berubah, meliputi:

a. Sistem politik yang mencakup keterbukaanya suatu sistem dan

kesempatan bagi masyarakat untuk ikut berkontribusi dalam

pembahasan maupun keputusan suatu kebijakan.

b. Bidang ekonomi dan dasar untuk tenaga kerja. Contoh dalam

bidang ini adalah apabila terdapat banyak tenaga kerja di suatu

daerah yang lapangan kerjanya sedikit, negara dapat memindahken

tenaga kerja tersebut ke daerah yang memiliki sedikit tenaga kerja.

c. Kondisi demigrafi/kemajuan teknologi. Contoh di bidang ini adalah

perubahan teknologi yang membuat banyak wanita hamil

melahirkan secara cesar. Contoh lainnya adalah daerah dengan

memiliki populasi lansia yang tinggi akan memiliki lebih banyak

rumah sakit dan obat-obatan karena kebutuhan lansia yang

meningkat seiring bertambahnya waktu.

d. Kekayaan suatu negara akan berpengaruh terhadap jenis layanan

kesehatan yang dapat diupayakan.

3. Faktor budaya juga dapat memengaruhi kebijakan kesehatan. Dimana

pasti ada beberapa perbedaan dari beberapa kelompok yang memiliki

10
informasi namun tidak sesuai dengan hak-hak mereka ataupun

mendapat pelayanan yang tidak sesuai kebutuhan khusus mereka

bedasarkan hak mereka. Contohnya adalah dibeberapa negara memiliki

aturan dimana wanita tidak boleh mengunjungi fasilitas kesehatan tanpa

wali seperti suami ataupun anggota keluarga.

4. Faktor internasional yang dapat meningkatkan ketergantungan serta

memengaruhi kemandirian dan kerjasama internasional kesehatan antar

negara. Contohnya adalah pemberantasan polio yang dilaksanakan

hampir di seluruh negara melalui gerakan nasional, kadang dengan

bantuan WHO sebagai organisasi kesehatan internasional.

D. Implementasi Kebijakan

Implementasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan

dalam keputusan kebijakan, dimana pelaksana kebijakan melakukan

kegiatan yang pada akhirnya mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai. Faktor implementasi kebijakan dilaksanakan dalam

sekuensi manajemen implementasi kebijakan. Berikut faktor-faktor dalam

implementasi kebijakan Riant Nugroho (2004) :

1. Implementasi setrategi, dimana kebijakan dapat langsung

dilaksanakan atau memerlukan kebijakan turunan sebagai kebijakan

pelaksanaan. Konsep implementasi strategi :

a. Menyesuaikan struktur dan strategi.

b. melembagakan strategi.

c. Mengoperasionalkan strategi.

d. Menggunakan prosedur untuk memudahkan implementasi

11
2. Pengorganisasian, yaitu merumuskan prosedur dalam implementasi.

Adapun konsep-konsepnya :

a. Desain organisasi dan struktur organisasi.

b. Pembagian pekerjaan dan desain pekerjaan

c. Integrase dan koordinasi.

d. Perekrutan dan penempatan sumber data manusia.

e. Hak, wewenang dan kewajiban.

f. Pendelegasian.

g. Pengembangan kapasitas organisasi dan kapasitas sumber daya

manusia

h. Budaya organisasi

3. Pergerakan dan kepemimpinan, yaitu meliputi tindakan alokasi

sumber daya, menyesuaikan prosedur implementasi dengan sumber

daya yang digunakan. Dalam fase ini juga diberikan pedoman dekresi

atau ruang gerak bagi individu untuk menentukan tindakan otonom

yang masih ada di dalam batas wewenang bila menghadapi keadaan

khusus dan menerapkan prinsip-prinsip dasar good governande.

Dengan konsep-konsepnya :

a. Efektivitas kepemimpinan.

b. Motivasi.

c. Etika.

d. Mutu.

e. Kerja sama tim.

f. Komunikasi organisasi.

12
g. Negosiasi.

4. Pengendalian, yang memiliki arti mengendalikan pelaksanaan dengan

melakukan monitoring secara berkala. Berikut konsep-konsepnya :

a. Desain pengendalian

b. Sistem informasi manajemen

c. Monitoring

d. Pengendalian anggaran dan keuangan

e. Audit

E. Hak Dan Kewajiban Masyarakat dalam Kebijakan Publik

Seperti yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009,

pelayanan publik memberikan pengertian bahwa pelayanan publik adalah

rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan

pelayanan bagi warga negara meliputi barang, jasa, serta pelayanan

administrati yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Masyarakat diharuskan mengerti serta memahami terkait hak serta

kewajibanya dalam pelayanan publik agar pelayanan publik dapat berjalan

dengan baik sesuai dengan azas-azas penyelenggaraan pelayanan publik,

yaitu bedasarkan kepentingan umum, kepastian hokum, kesamaan hak,

keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, dan

persamaan perlakuan atau tidak diskriminatif.

Jika kebijakan publik merupakan mekanisme politik dan manajemen,

maka pelayanan publik memiliki perngertian sebagai pelaksanaan kebijakan

13
yang telah dibuat oleh pemerintah. Berikut hak dan kewajiban masyarakat

dalam pebijakan publik menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 :

1. Hak masyarakat dalam pelayanan publik (Pasal 18 UU 25/2009) :

a. Mengetahui kebenaran isi standar pelayanan.

b. Mengawasi pelaksanaan standar pelayanan.

c. Mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan.

d. Mendapat advokasi, perlindungan, dan/ atau pemenuhan pelayanan.

e. Memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara memperbaiki

pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar

pelayanan.

f. Memberitahukan kepada pelaksana untuk memperbaiki pelayanan

apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan.

g. Mengadukan pelaksana yang melakukan penyimpangan standar

pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada penyelenggara

dan ombudsman.

h. Mengadukan penyelenggara yang melakukan penyimpangan standar

pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada Pembina

penyelenggara dan ombudsman; dan

i. Mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan

pelayanan.

2. Kewajiban masyarakat dalam pelayanan publik (Pasal 19 UU 25/2009) :

a. Mematuhi ketentuan sebagaimana dipersyaratkan dalam standar

pelayanan.

14
b. Ikut menjaga terpeliharanya sarana, prasarana, dan/atau fasilitas

pelayanan publik; dan

c. Berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan yang terkait dengan

penyelenggaraan pelayanan publik.

F. Peran Masyarakat dalam Monitoring dan Evaluasi Kebijakan


Evaluasi kebijakan adalah kegiatan untuk menilai tindakan yang telah

direncanakan, diputuskan, dan dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana

kebijakan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebagai

pertimbangan dalam menentukan peinjauan serta peningkatan pelaksanaan

kebijakan pada masa yang akan datang.

Kebijakan publik merupakan mekanisme politik dan manajemen,

maka pelayanan publik memiliki perngertian sebagai pelaksanaan kebijakan

yang telah dibuat oleh pemerintah. Dimana pelayanan tersebut ditujukan

untuk mengatasi permasalahan yang ada di tengan masyarakat. Oleh karena

itu, tentu perlu partisipasi masyarakat itu sendiri dalam proses, monitoring,

serta evaluasi suatu kebijakan.

Di dalam Pasal 11 Ayat (1) Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2009

tentang evaluasi dan pengelolaan pelaksana pelayanan publik dinyatakan

bahwa ‘penyelenggara berkewajiban melakukan penyeleksian dan promosi

pelaksana secara transparan, tidak diskriminatif, dan adil sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Dan dalam Pasal 15 tentang kewajiban

penyelenggara, disebutkan penyelenggara berkewajiban ‘memberikan

pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas penyelenggaraan pelayanan

publik’. Maka dalam pasal 18 tentang hak bagi masyarakat, disebutkan bahwa

masyarakat juga berhak untuk mengawasi pelaksanaan standar pelayanan,

15
memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara atau pelaksana untuk

memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai

dengan standar pelayanan, mengadukan pelaksana atau penyelenggara yang

melakukan penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki

pelayanan kepada penyelenggara dan ombudsman serta mendapat pelayanan

yang berkualitas sesuai dengan asas tujuan pelayanan.

Sedangkan pengawasan kebijakan yang dapat dilakukan masyarakat

menurut Pasal 35 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 adalah

dapat berupa laporan atau pengaduan masyarakat dalam proses

penyelenggaraan pelayanan publik. Sebenarnya peram serta masyarakat

dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik sudah dimulai sejak

penyusunan standar pelayanan sampai dengan evaluasi. Sebagaimana yang

tertera pada Pasal 39 Ayat (2-3) UU No 25 Tahun 2003 bahwa ‘peran serta

masyarakat sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) diwujudkan dalam

bentuk kerja sama, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta peran

aktif dalam penyusunan kebijakan pelayanan publik. Masyarakat dapat

membentuk lembaga pengawasan pelayanan publik’.

Pasal 40 UU Nomor 25 Tahun 2009 menyatakan :

1. Masyarakat berhak mengadukan penyelenggaraan pelayanan publik

kepada penyelenggara, ombudsman, dan/atau Dewan perwakilan Rakyat,

Dewan perwakilan Rakyar Daeran Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten/Kota.

16
2. Masyarakat yang melakukan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dijamin hak-haknya oleh peraturan perundang-undangan.

3. Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap:

a. Penyelenggara yang tidak melaksanakan kewajiban dan/atau

melanggar larangan; dan

b. Pelaksana yang memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan

standar pelayanan.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan

yang berpengaruh terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan

kesehatan dan pengaturan keuangan dari sistem kesehatan (Walt, 1994).

Komponen sistem kesehatan meliput sumber daya, struktur organisasi,

manajemen, penunjang lain dan pelayanan kesehatan (Cassels, 1995). Tujuan

ditetapkanya kebijakan kesehatan adalah untuk mendesain program-program

di tingkat pusat dan local agar dapat dilakukan determinan-determinan

kesehatan (Davies 2001 ; Milio 2001).

Dalam menentukan suatu kebijakan harus melalui tahap-tahap

yang rumit, mulai dari penyusunan agenda, formulasi, adopsi kebijakan,

implementasi kebijakan, serta penilaian terkait dampak yang ditimbulkan dari

ditetapkanya suatu kebijakan, sejauh mana kebijakan tersebut dapat

menangani permasalahan yang ada.

Faktor-faktor yang memengaruhi pembuatan kebijakan menurut

paparan dari Leichter (1979):

1. Faktor situasional

2. Faktor struktural

3. Faktor budaya

4. Faktor internasional

Berikut faktor-faktor dalam implementasi kebijakan Riant Nugroho

(2004) :

18
5. Implementasi setrategi, dimana kebijakan dapat langsung dilaksanakan

atau memerlukan kebijakan turunan sebagai kebijakan pelaksanaan.

Konsep implementasi strategi :

e. Menyesuaikan struktur dan strategi.

f. melembagakan strategi.

g. Mengoperasionalkan strategi.

h. Menggunakan prosedur untuk memudahkan implementasi

6. Pengorganisasian, yaitu merumuskan prosedur dalam implementasi.

Adapun konsep-konsepnya :

i. Desain organisasi dan struktur organisasi.

j. Pembagian pekerjaan dan desain pekerjaan

k. Integrase dan koordinasi.

l. Perekrutan dan penempatan sumber data manusia.

m. Hak, wewenang dan kewajiban.

n. Pendelegasian.

o. Pengembangan kapasitas organisasi dan kapasitas sumber daya

manusia

p. Budaya organisasi

7. Pergerakan dan kepemimpinan, yaitu meliputi tindakan alokasi sumber

daya, menyesuaikan prosedur implementasi dengan sumber daya yang

digunakan. Dalam fase ini juga diberikan pedoman dekresi atau ruang

gerak bagi individu untuk menentukan tindakan otonom yang masih ada

di dalam batas wewenang bila menghadapi keadaan khusus dan

19
menerapkan prinsip-prinsip dasar good governande. Dengan konsep-

konsepnya :

h. Efektivitas kepemimpinan.

i. Motivasi.

j. Etika.

k. Mutu.

l. Kerja sama tim.

m. Komunikasi organisasi.

n. Negosiasi.

8. Pengendalian, yang memiliki arti mengendalikan pelaksanaan dengan

melakukan monitoring secara berkala. Berikut konsep-konsepnya :

f. Desain pengendalian

g. Sistem informasi manajemen

h. Monitoring

i. Pengendalian anggaran dan keuangan

j. Audit

Dibalik ditetapkanya pelayanan publik yang merupakan

pelaksanaan dari suatu kebijakan, diperlukan adanya partisipasi masyarakat

dalam memonitoring serta mengevaluasi suatu kebijakan apakah kebijakan

yang ditetapkan sudah sesuai atau kurang sesuai dengan standar pelayanan

publik.

B. Saran

20
Saran untuk para pembaca selain mengetahui dan memahami hak

dan kewajiban dalam kebijakan publik, agar bersifat tegas terhadap hal

tersebut sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 25 Tahun 2009. Karena

partisipasi masyarakat bukan hanya sebagai objek dalam menerima suatu

kebijakan. Namun ikut berkontribusi juga sebagai subjek dalam menetapkan,

mengawasi serta mengevaluasi suatu kebijakan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Purnama S, Ita. (2018). Faktor - Faktor yang Memengaruhi Implementasi


Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Tentang Klaim Inacbg’s Di
Rumah Sakit Islam Malahayati Medan Tahun 2016. (Tesis, Universitas
Sumatera Utara
Medan, 2016)
Rokim. (2019). Analisis Kebijakan Versi Dunn & Implementasinya dalam
Pendidikan Islam. Visual Post: Jurnal Studi Islam, 14(2). 60-69.
Massie, R.G.A. (2009). Kebijakan Kesehatan : Proses, Implementasi, Analisis
dan Penelitian. Visuao post: Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 12 (4).
409-417.
Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 yang Mengatur
tentang Pelayanan Publik. Lembaran Negara RI ahun 2009, Nomor 5038.
Sekertariat Negara. Jakarta.
Pramono, Joko. (2020). Implementasi Evaluasi Kebijakan Publik. Surakarta:
UNISRI Press.
Universitas Alma Ata. (2019). Kerangka Kebijakan Kesehatan Konteks, Prosedur
dan Perilaku. Diakses pada 8 Mei 2022, dari
https://fikes.almaata.ac.id/kerangka-kebijakan-kesehatan-konteks-proses-
dan-pelaku/
Ombudsman Republik Indonesia. (2022). Memahami Hak dan Kewajiban
Masyarakat dalam Pelayanan Publik. Diakses pada 9 Mei 2022, dari
https://ombudsman.go.id/artikel/r/pwkinternal--memahami-hak-dan-
kewajiban-masyarakat-dalam-pelayanan-publik
Satria, Ase. (Tanpa Tahun). Definisi Implementasi dan Teori Implementasi oleh
para Ahli dalam Sebuah Kebijakan. Diakses pada 8 Mei 2022, dari
https://www.materibelajar.id/2015/12/definisi-implementasi-dan-teori.html

22

Anda mungkin juga menyukai