Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANALISA KEBIJAKAN KESEHATAN

Oleh :

Kanliajie Kresna Kastianto

202210490311135

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALAG

2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem kesehatan merupakan seluruh aktifitas yang mempunyai tujuan utama untuk
mempromosikan, mengembalikan dan memelihara kesehatan. Sistem kesehatan memberi
manfaat kepada mayarakat dengan distribusi yang adil. Sistem kesehatan tidak hanya menilai
dan berfokus pada tingkat manfaat yang diberikan, tetapi juga bagaimana manfaat itu
didistribusikan.
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang
bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru
dalam masyarakat,. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau
anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving
dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law) dan Peraturan (Regulation).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Metode Analisa Kebijakan Kesehatan?
2. Bagaimana Perumusan Masalah Kebijakan?
3. Apa saja Pendekatan Analisis Kebijakan?
4. Bagaimana Argumentasi Kebijakan?
5. Apa Bentuk Analisis Kebijakan?
6. Apa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kebijakan?
7. Naskah (Kasus) Kebijakan Kesehatan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Metode Analisa Kebijakan Kesehatan
2. Memahami Perumusan Masalah Kebijakan
3. Mengetahui Pendekatan Analisis Kebijakan
4. Memahami Argumentasi Kebijakan
5. Mengetahui Bentuk Analisis Kebijakan
6. Mengetahui Faktor yang Berngaruh Terhadap Kebijakan
7. Mengetahui Naskah (Kasus) Kebijakan Kesehatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertan Metode Analisa Kebjakan Kesehatan

Sejumlah pakar bahkan telah memiliki definisi tersendiri mengenai analisis


kebijakan, antara lain sebagai berikut.

Carl W. Patton dan David S. Savicky. Menurut kedua pakar tersebut, analisis kebijakan
adalah tindakan yang diperlukan untuk dibuatnya sebuah kebijakan, baik kebijakan yang
baru sama sekali atau kebijakan yang diubah sebagai konstektual dari kebijakan yang lama.

Willian Dunn, yang menyatakan bahwa analisis kebijakan adalah disiplin ilmu sosial terapan
yang menerapkan yang menerapkan berbagai metode analisis, dalam konteks argumentasi
dan debat publik untuk menciptakan secara kritis kegiatan penaksiran, serta
pengkomunikasian pengetahuan yan relevan dengan kebijakan tersebut.

Quade (1982) yang mendefinisikan analisis kebijakan sebagai bentuk aplikasi penelitian
yang ditunjukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap isu-isu
sosial-teknis dan diarahkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik

Grindle dan Thomas (1991) memberikan pengertian yang cenderung bersandar pada actor
(pelaku kebijakan dengan menyatakan bahwa analisis kebijakan pada dasarnya berfokus
pada (aspek) kenegaraan- pada sector pemerintahan atau public- pada politisi, birokrat dan
kelompok yang memiliki kepentingan.

Kunt (1971), dalam Solichin (2012), yang meberika batasan tentang analisis kebijakan
sebagai “the kind systematic disciplined analytical, scholarship, creative study where
primary motivation is to produce well-supported recommendation foractions dealing with
concrete political problems (sejenis study yang sistematis, berdisiplin, analitis, cerdas, dan
kreatif yang dilakukan dengan maksud menghasilkan rekomendasi untuk pemecahan maslah-
masalah politik yang kongkret).

Pada dasarnya pengertian analisin kebijakan kesehatan tidak berbeda jauh dengan
pengertian analisis kebijakan publik, hanya saja pada kebijaka kesehatan dibutuhkan

3
pendekatan dari berbagai aspek untuk memahami masalah dan isu secara utuh sehingga
alternatif kebijakan yang dapat lebih komprehensif. Sebagaimana yang dijelaskan Walt
(2004) dan Buse Mays & Walt (2012), bahwa analisis kebijakan kesehatan adalah suatu
pendekatan multi-disiplin dalam kebijakan publik yang bertujuan menjelaskan interaksi
antara institusi, kepentingan, dan ide dalam proses pengembangan kebijakan kesehatan.

Analisis Kebijakan pada bidang kesehatan juga merupakan satu bentuk riset terapan
yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai masalah
kesehatan masyarakat secara utuh sehingga dengan pemahaman tersebut dapat mengarahkan
pada alternatif solusi untuk asalah tersebut. Sebagai aktifitas intelektual, analisis kebijakan
dilakukan dengan menciptakan, menilai, dan mengomunikasikan pengetahuan yang (yang
relevan dengan kebijakan) dalam satu atau lebih tahapan proses pembuatan kebijakan.

Karena merupakan suatu riset terapan. Salah satu aspek penting dalam analisis
kebijakan adalah penyediaan informasi yang relevan terkait masalah dan unsur system dalam
kebijakan. Informasi yang dimaksud menjadi data yang disiapkan, dikomunikasikan dan lalu
dugunakan oleh para pembuat kebijakan untuk memahami permasalahan serta mencari
alternative solusi untuk permasalahan tersebut. Dengan demikian, analisis kebijakan pada
dasarnya adalah awal, bukan ahir, dari upaya untuk meningkatkan proses pengembangan
kebijakan public.

Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap dipilih berdasarkan


prinsip-prinsip tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap
berbagai alternative yang bermuara kepada keputusan tentang alternative terbaik. Kebijakan
adalah rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentag organisasi, atau pemerintah);
pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen
dalam usaha mencapai sasaran tertentu. Contoh: kebijakan kebudayaan, adalah rangkaian
konsep dan asas yang menjadi garis besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk
mengembangkan kebudayaan bangsanya. Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan garis
besar rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pertumbuhan penduduk dan
dinamika penduduk dalam negaranya.

4
Jadi, analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian dan
argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan
sehingga dapat dimanfaatkan dalam rangka memecahkan masalah kebijakan .

2.2 Perumusan Masalah Kebijakan

Masalah kebijakan, adalah nilai, kebutuhan atau kesempatan yang belum terpenuhi,
tetapi dapat diindentifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik. Tingkat kepelikan
masalah tergantung pada nilai dan kebutuhan apa yang dipandang paling panting.

Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan, adalah:

1. Interdepensi (saling tergantung), yaitu kebijakan suatu bidang (energi) seringkali


mempengaruhi masalah kebijakan lainnya (pelayanan kesehatan). Kondisi ini
menunjukkan adanya sistem masalah. Sistem masalah ini membutuhkan pendekatan
Holistik, satu masalah dengan yang lain tidak dapat di piahkan dan diukur sendirian.
2. Subjektif, yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi, diklasifikasi
dan dievaluasi secara selektif. Contoh: Populasi udara secara objektif dapat diukur (data).
Data ini menimbulkan penafsiran yang beragam. Muncul situasi problematis, bukan
problem itu sendiri.
3. Artifisial, yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga dapat
menimbulkan masalah kebijakan.
4. Dinamis, yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yang terus
menerus. Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru, yang
membutuhkan pemecahan masalah lanjutan.
5. Tidak terduga, yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistem
masalah kebijakan.

5
Terjadinya masalah-masalah tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor Sosial Ekonomi


Pendidikan rendah, penghasilan rendah sehingga menyebabkan kurangnya kesadaran
dalam pemeliharaan kesehatan.
2. Gaya hidup dan perilaku masyaralat
Kebiasaan yang merugikan kebiasaan adat istiadat yang tidak menunjang kesehatan.
3. Lingkungan masyarakat (peran masyarakat)
4. Sistem pelayanan kesehatan
Cakupan pelayanan kesehatan yang belum menyeluruh, sarana dan prasarana yang kurang
menunjang, keterbatasan tenaga dan penyebaran tenaga kesehatan yang belum merata,
upaya pelayanan masih bersifat kuratif.

Perumusan masalah merupakan aspek paling krusial tetapi paling tidak dipahami dari
analisi kebijakan. Proses perumusan masalah-masalah kebijakn kelihatannya tidak mengikuti
aturan yang jelas sementara masalah itu sendiri seringkali sangat kompleks sehingga tampak
sulit dibuat sistematis. Para analis kebijakan lebih sering gagal karena mereka memecahkan
masalah yang salah dibanding karena mereka menemukan solusi yang salah terhadap
masalah yang benar.

Karakteristik utama masalah-masalah kebijakan adalah saling tergantung, subjektif,


artifisial, dan dinamis. Masalah-masalah kebijakan jarang dipecah ke dalam bagian-bagian
yang independen, berbeda, dan saling eksklusif; masalh-masalah sesungguhnya merupakan
sistem masalah dengan sifat-sifat yang teologis (purposif) sedemikian rupa sehingga dari
keseluruhan tidak sama dengan jumlah kuantitatif bagian-bagiannya. Isu-isu kebijakan yang
nampak sederhana seringkali sama kompleksnya seperti sistem masalah dari mana mereka
berasal. Isu-isu kebijakan merupakan hasil dari perselisihan sebelumnya tentang hakikat
masalah-masalah kebijakan, yang didasarkan pada interpretasi yang selektif terhadap kondisi
masalah.

Kompleksitas dari struktur masalah bervariasi sesuai dengan karakteristik dan


hubungan di antara lima elemen: pembuat kebijakan, alternatif, utilitas (nilai), hasil,
probabilitas hasil. Banyak dari masalah kebijakan yang sangat penting adalah yang rumit
karena masalah-masalah tersebut merupakan suatu sistem masalah yang benar-benar

6
kompleks yang mengandung konflik yang tinggi di antara para pelaku kebijakann yang
saling bersaing

Masalah yang rumit mengharuskan analisis mengambil bagian aktif dalam


mendefinisikan sifat masalah itu sendiri, analisis kebijakan diarahkan secara seimbang
kepada perumusan masalah dan pemecahan masalah. Perumusan masalah adalah suatu
proses dengan empat tahap yang saling tergantung: penghayatan masalah, pencarian
masalah, pendefinisian masalah, dan spesifikasi masalah. Tiap tahap-tahap itu menghasilkan
informasi mengenai situasi masalah, meta masalah, masalah substantif, dan masalah formal.

Agar pilihan menjadi rasional dan pada saat yang sama komprehensif, maka pilihan-
pilihan tersebut harus memuaskan kondisi yang dilukiskan sebagai teori rasionalitas
komprehensif dalam pembuatan keputusan. Tipe-tipe pilihan yang rasional dibedakan
menurut bentuk kriteria penentuan alternatif. Antara lain adalah efektivitas, efisiensi,
kecukupan, perataan, daya tanggap dan kelayakan.

Jawaban terhadap persoalan kesejahteraan masyarakat dapat dilakukan dengan


berbagai cara: memaksimalkan kesejahteraan individu, melindungi kesejahteraan minimal,
memaksimalkan kesejahteraan bersih, memaksimalkan redistribusi kesejahteraan.

2.3 Pendekatan Analisis Kebijakan

Pendekatan-pendekatan terhadap pemantauan memperhatikan hasil-hasil yang


berkaitan dengan kebijakan, berfokus pada tujuan, dan orientasi pada perubahan.
Eksperimental sosial berusaha untuk mengikuti prosedur yang digunakan dalam eksperimen
klasik dalam laboratorium: kontrol langsung terhadap perlakuan atau stimuli; ada kelompok
pembanding (kontrol); rancangan yang acak. Kapasitas eksperimen sosial untuk
menghasilkan inferensi kausal yang valid disebut validitas internal. Pemeriksaan sosial
merupakan respon konstruksi terhadap keterbatasan dan akuntansi sistem sosial dan
eksperimental sosial.

Sintesis riset dan praktek menggunakan informasi yang tersedia dalam bentuk studi
kasus dan laporan penelitian untuk merangkum, membandingkan, dan mengkaji hasil-hasil
dari implementasi kebijakan dan program di masa lalu. Metode ini efisien, membantu
mencakup banyak dimensi dari proses kebijakan, dan dapat digunakan untuk mebuat

7
argumen dengan cara kasus paralel dan analogi. Keterbatasan utama dari sintesis riset dan
praktek adalah reliabilitas dan validitas informasi yang tersedia tersebut.

Upaya untuk menghasilk informasi dan argumen, analis kebijakan dapat


menggunakan beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan Normatif
(Dunn, 1988).

1. Pendekatan Empiris, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu apakah sesuatu itu
ada (menyangkut fakta). Pendekatan ini lebih menekankan penjelasan sebab akibat dari
kebijakan publik. Contoh, Analisis dapat menjelaskan atau meramalkan pembelanjaan
negara untuk kesehatan, pendidikan, transportasi. Jenis informasi yang dihasilkan adalah
Penandaan.
2. Pendekatan evaluatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu berkaitan dengan
penentuan harga atau nilai (beberapa nilai sesuatu) dari beberapa kebijakan. Jenis
informasi yang dihasilkan bersifat Evaluatif. Contoh: setelah menerima informasi
berbagai macam kebijakan KIA – KB, analis dapat mengevaluasi bermacam cara untuk
mendistribusikan biaya, alat, atau obat-obatan menurut etika dan konsekuensinya.
3. Pendekatan normatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu Tindakan apa
yang semestinya di lakukan. Pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah
problem kebijakan, merupakan inti pendekatan normatif. Jenis informasi bersifat anjuran
atau rekomendasi. Contoh: peningkatan pembayaran pasien puskesmas (dari Rp.300
menjadi Rp.1000) merupakan jawaban untuk mengatasi rendahnya kualitas pelayanan di
puskesmas. Peningkatan ini cenderung tidak memberatkan masyarakat.

Ketiga pendekatan di atas menghendaki suatu kegiatan penelitian dan dapat memanfaatkan
berbagai pendekatan lintas disiplin ilmu yang relevan. Adapun model panelitian yang lazim
digunakan adalah penelitian operasional, terapan atau praktis. Menurut Dunn (1988), dalam
Analisis Kebijakan, metode analisis umum yang dapat digunakan, antara lain:

1. Metode peliputan (deskripsi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai


sebab akibat kebijakan di masa lalu.
2. Metode peramalan (prediksi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai
akibat kebijakan di masa depan.

8
3. Metode evaluasi, pembuatan informasi mengenai nilai atau harga di masa lalu dan masa
datang.

Bila metode analisis kebijakan dikaitkan dengan pendekatan empiris, evaluatif, dan anjuran,
maka metode analisis kebijakan dapat disusun menjadi 3 jenjang, yaitu:

1. Pendekatan modus operandi, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan


memanfaatkan 3 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, dan
peramalan.
2. Pendekatan modus evaluatif, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan
memanfaatkan 4 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan,
dan rekomendasi.
3. Pendekatan modus anjuran, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan
memanfaatkan seluruh (6) jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan,
peramalan, evaluasi, rekomendasi, dan peyimpulan praktis.

2.4 Argumentasi Kebijakan

Analisis kebijakan tidak hanya sekedar menghimpun data dan menghasilkan


informasi. Analisis kebijakan juga harus memanfaatkan atau memindahkan informasi
sebagai bagian dari argumen yang bernalar mengenai kebijakan publik untuk mencari solusi
masalah kebijakan publik. Menurut Dunn (1988) struktur argumen kebijakan
menggambarkan bagaimana analis kebijakan dapat menggunakan alasan dan bukti yang
menuntun kepada pemecahan masalah kebijakan.

Berdasarkan struktur argumen, dapat diketahui bahwa seorang analisis kebijakan


dapat menempuh langkah yang benar, dengan memanfaatkan informasi dan berbagai metode
menuju kepada pemecahan masalah kebijakan; dan tidak sekedar membenarkan alternatif
kebijakan yang disukai.

Analisis kebijakan tidak berhenti pada penggunaan berbagai metode pengkajian untuk
menghasilkan dan mentransformasikan informasi. Meskipun produksi dan transformasi
informasi merupakan suatu hal yang esensial dalam analisis kebijakan, yang tidak kalah
pentingnya adalah penciptaan dan penilaian secara kritis klaim pengetahuan yang didasarkan
atas informasi tersebut. Klaim pengetahuan yang dikembangkan sebagai kesimpulan dari

9
argumen-argumen kebijakan, mencerminkan alasan-alasan mengapa berbagai macam pelaku
kebijakan tidak sepakat terhadap suatu alternatif kebijakan.

Argumen-argumen kebijakan, yang merupakan sarana untuk melakukan perdebatan


mengenai isu-isu kebijakan publik, mempunyai enam elemen/unsur, yaitu:

1. Informasi yang relevan dengan kebijakan (I)


Dihasilkan melalui penerapan berbagai metode merupakan bukti dari kerja analisis.
Informasi tentang masalah-masalah kebijakan, masa depan kebijakan, aksi-aksi kebijakan,
hasil kebijakan, dan kinerja kebijakan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Informasi
yang relevan dengan kebijakan merupakan titik tolak dari suatu argumen kebijakan.
2. Klaim Kebijakan (C)
Merupakan kesimpulan dari suatu argumen kebijakan. Klaim kebijakan merupakan
konsekuensi logis dari informasi yang relevan bagi kebijakan. Jika klaim kebijakan
mengikuti penyajian informasi klaim tersebu berbunyi “maka”.
3. Pembenaran/Warrant (W)
Merupakan suatu asumsi di dalam argumen kebijakan yang memungkinkan analis untuk
berpindah dari informasi yang relevan dengan kebijakan ke klaim kebijakan. Pembenaran
dapat mengandung berbagai macam asumsi otoritatif, intuitif, analisentris, kausal,
pragmatis, dan kritik nilai. Peranan dari pembenaran adalah untuk membawa informasi
yang relevan dengan kebijakan kepada klaim kebijakan tentang terjadinya ketidak-
sepakatan atau konflik, dengan demikian memberi suatu alasan untuk menerima klaim.
4. Dukungan/Backing (B)
Dukungan (B) bagi pembenaran (W) terdiri dari asumsi-asumsi tambahan atau argumen-
argumen yang dapat digunakan untuk mendukung pembenaran yang tidak diterima pada
nilai yang tampak. Dukungan terhadap pembenaran dapat mengambil berbagai macam
bentuk, yaitu hukum-hukum ilmiah, pertimbangan para pemegang otoritas keahlian, atau
prinsip-prinsip moral dan etis. Dukungan terhadap pembenaran memungkinkan analisis
bergerak ke belakang dan menyatakan asumsi-asumsi yang menyertainya.
5. Bantahan/Rebuttal (R)
Merupakan kesimpulan yang kedua, asumsi, atau argumen yang menyatakan kondisi di
mana klaim asli tidak diterima, atau klaim asli hanya dapat diterima pada derajat
penerimaan tertentu. Secara keseluruhan klaim kebijakan dan bantahan membentuk

10
substansi isu-isu kebijakan, yaitu ketidak-sepakatan di antara segmen-segmen yang
berbeda dalam masyarakat terhadap serangkaian alternatif tindakan pemerintah.
Pertimbangan terhadap bantahan-bantahan membantu analis mengantisipasi tujuan-tujuan
dan menyediakan perangkat sistematis untuk mengkritik salah satu klaim, asumsi dan
argumennya.
6. Kesimpulan/Qualifier (Q)
Kesimpulan (Q) mengekspresikan derajat dimana analis yakin terhadap suatu klaim
kebijakan. Dalam analisis kebijakan, pemberi sifat sering diekspresikan dalam bahasa
probabilitas (seperti “Barangkali”, “Sangat mungkin”, “pada tingkat kepercayaan 0,01”).
Ketika analis secara penuh yakin terhadap suatu klaim atau ketika kesimpulan sepenuhnya
deterministik dan tidak mengandung kesalahan sama sekali, suatu kesimpulan tidak
diperlukan.

Hubungan di antara ke-enam elemen argumen kebijakan juga mendemonstrasikan di dalam


cara-cara yang berbeda, tergantung pada kerangka referensi, ideologi, atau pandangan dari
kelompok-kelompok yang berbeda. Argumen kebijakan memungkinkan kita terus melangkah
melampaui perolehan informasi dan mentransformasikan informasi itu ke dalam kepercayaan
tentang kebenaran yang dapat diterima (pengetahuan). Dengan demikian, analis dapat
menggunakan kombinasi berbagai metode sehingga menjadi terbuka terhadap tantangan,
dapat melakukan kritik diri, dan mampu mengarah kepada penyelesaian masalah-masalah,
bukannya melakukan pembenaran terhadap alternatif-alternatif kebijakan yang disukai.

2.5 Bentuk Analisis Kesehatan

Analisis kebijakan terdiri dari beberapa bentuk, yang dapat dipilih dan digunakan.
Pilihan bentuk analisis yang tepat, menghendaki pemahaman masalah secara mendalam,
sebab kondisi masalah yang cenderung menentukan bentuk analisis yang digunakan.

Berdasarkan pendapat para ahli (Dunn, 1988; Moekijat, 1995; Wahab, 1991) dapat
diuraikan beberapa bentuk analisis kebijakan yang lazim digunakan.

11
2.5.1. Analisis Kebijakan Prospektif

Bentuk analisis ini berupa penciptaan dan pemindahan informasi sebelum tindakan
kebijakan ditentukan dan dilaksanakan. Menurut Wiliam (1971), ciri analisis ini
adalah:

1) mengabungkan informasi dari berbagai alternatif yang tersedia, yang dapat


dipilih dan dibandingkan.
2) diramalkan secara kuantitatif dan kualitatif untuk pedoman pembuatan
keputusan kebijakan.
3) secara konseptual tidak termasuk pengumpulan informasi.

2.5.2. Analisis Kebijakan Restrospektif (AKR)

Bentuk analisis ini selaras dengan deskripsi penelitian, dengan tujuannya adalah
penciptaan dan pemindahan informasi setelah tindakan kebijakan diambil. Beberapa
analisis kebijakan restropektif, adalah:

1) Analisis berorientasi Disiplin, lebih terfokus pada pengembangan dan pengujian


teori dasar dalam disiplin keilmuan, dan menjelaskan sebab akibat kebijakan.
Contoh: Upaya pencarian teori dan konsep kebutuhan serta kepuasan tenaga
kesehatan di Indonesia, dapat memberi kontribusi pada pengembangan manajemen
SDM original berciri Indonesia (kultural). Orientasi pada tujuan dan sasaran
kebijakan tidak terlalu dominan. Dengan demikian, jika ditetapkan untuk dasar
kebijakan memerlukan kajian tambahan agar lebih operasional.
2) Analisis berorientasi masalah, menitikberatkan pada aspek hubungan sebab akibat
dari kebijakan, bersifat terapan, namun masih bersifat umum. Contoh: Pendidikan
dapat meningkatkan cakupan layanan kesehatan. Orientasi tujuan bersifat umum,
namun dapat memberi variabel kebijakan yang mungkin dapat dimanipulasikan
untuk mencapai tujuan dan sasaran khusus, seperti meningkatnya kualitas
kesehatan gigi anak sekolah melalui peningkatan program UKS oleh puskesmas.
3) Analisis beriorientasi penerapan, menjelaskan hubungan kausalitas, lebih tajam
untuk mengidentifikasi tujuan dan sasaran dari kebijakan dan para pelakunya.
Informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil kebijakan

12
khusus, merumuskan masalah kebijakan, membangun alternatif kebijakan yang
baru, dan mengarah pada pemecahan masalah praktis. Contoh: analis dapat
memperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan pelayanan KIA di Puskesmas. Informasi yang diperoleh dapat
digunakan sebagai dasar pemecahan masalah kebijakan KIA di puskesmas.

2.5.3. Analisis Kebijakan Terpadu

Bentuk analisis ini bersifat konprehensif dan kontinyu, menghasilkan dan


memindahkan informasi gabungan baik sebelum maupun sesudah tindakan kebijakan
dilakukan. Menggabungkan bentuk prospektif dan restropektif, serta secara ajeg
menghasilkan informasi dari waktu ke waktu dan bersifat multidispliner.

Bentuk analisis kebijakan di atas, menghasilkan jenis keputusan yang relatif berbeda
yang, bila ditinjau dari pendekatan teori keputusan (teori keputusan deksriptif dan
normatif), yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Teori Keputusan Deskriptif , bagian dari analisis retrospektif, mendeskripsikan


tindakan dengan fokus menjelaskan hubungan kausal tindakan kebijakan, setelah
kebijakan terjadi. Tujuan utama keputusan adalah memahami problem kebijakan,
diarahkan pada pemecahan masalah, namun kurang pada usaha pemecahan
masalah.
2) Teori Keputusan Normatif , memberi dasar untuk memperbaiki akibat tindakan,
menjadi bagian dari metode prospektif (peramalan atau rekomendasi), lebih
ditujukan pada usaha pemecahan masalah yang bersifat praktis dan langsung.

2.6 Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kebijakan

Analisis kebijakan merupakan proses kognitif. Pembuatan kebijakan merupakan


proses Politik. Dengan demikian Informasi yang dihasilkan belum tentu digunakan oleh
pengambilan kebijakan. Seorang analis harus aktif sebagai agen perubahan, paham struktur
politik, berhubungan dengan orang yang mempengaruhi kebijakan yang dibuat, membuat
usulan yang secara politis dapat diterima pengambil kebijakan, kelompok sasaran,
merencanakan usulan yang mengarah kepada pelaksanaan.

13
Analis hanya satu dari banyak pelaku kebijakan, dengan pelaku kebijakan merupakan
salah satu elemen sistem kebijakan. Dunn (1988) menjelaskan adanya 3 elemen dalam sistem
kebijakan, yang satu sama lain mempunyai hubungan. Dapat dijelaskan bahwa 3 elemen
sistem kebijakan saling berhubungan:

1) Kebijakan publik, merupakan serangkaian pilihan yang dibuat atau tidak dibuat oleh
badan atau kantor pemerintah, dipengaruhi atau mempengaruhi lingkungan kebijakan dan
kebijakan publik.
2) Pelaku kebijakan, adalah kelompok masyarakat, organisasi profensi, partai politik,
berbagai badan pemerintah, wakil rakyat, dan analis kebijakan yang dipengaruhi atau
mempengaruhi pelaku kebijakan dan kebijakan publik.
3) Lingkungan kebijakan, yakni suasana tertentu tempat kejadian di sekitar isu kebijakan itu
timbul, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pelaku kebijakan dan kebijakan publik.

Berdasarkan uraian di atas, maka seorang analis kebijakan dapat dikategorikan sebagai aktor
kebijakan yang menciptakan dan sekaligus menghasilkan sistem kebijakan, disamping aktor
kebijakan yang lainnya.

2.7 Naskah (Kasus) Kebijakan Kesehatan

1) Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat


1. Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE)
2. Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat dan generasi muda
3. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
2) Kebijakan program lingkungan sehat
1. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
2. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
3. Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan
4. Pengembangan wilayah sehat
3) Kebijakan program upaya kesehatan dan pelayanan kesehatan
1. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya
2. Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan
jaringannya

14
3. Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial
4. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya promosi
kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana
5. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
4) Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
1. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
2. Peningkatan imunisasi
3. Penemuan dan tatalaksana penderita
4. Peningkatan surveilans epidemologi
5. Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit
5) Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat
1. Peningkatan pendidikan gizi
2. Penangulangan KEP, anemia gizi besi, GAKI, kurang vitamin A, kekuarangan zat
gizi mikro lainnya
3. Penanggulangan gizi lebih
4. Peningkatan surveilans gizi
5. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Analisis kebijakan adalah pengunaan berbagai metode penelitian dan argumen untuk
menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat
dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan. Perumusan
masalah merupakan aspek paling krusial tetapi paling tidak dipahami dari analisi kebijakan.
Proses perumusan masalah-masalah kebijakn kelihatannya tidak mengikuti aturan yang jelas
sementara masalah itu sendiri seringkali sangat kompleks sehingga tampak sulit dibuat
sistematis.

Analisis kebijakan tidak hanya sekedar menghimpun data dan menghasilkan


informasi. Analisis kebijakan juga harus memanfaatkan atau memindahkan informasi
sebagai bagian dari argumen yang bernalar mengenai kebijakan publik untuk mencari solusi
masalah kebijakan publik. seorang analis kebijakan dapat dikategorikan sebagai aktor
kebijakan yang menciptakan dan sekaligus menghasilkan sistem kebijakan, disamping aktor
kebijakan yang lainnya.

3.2 Saran

Mahasiswa dan para pembaca dapat mengambil ilmu dan mempelajari materi yang ada di
makalah ini. Serta dapat mengambil intisari dan manfaat.

16
DAFTAR USTAKA

Abdul Wahab, Solichin. 2012. Analisis Kebijakan:Dari Formulasi ke Penyusunan Model-model


Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi Aksara

Moekijat. 1995. Analisis Kebijaksanaan Publik. Bandung: Mandar Maju

DEPKES RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Dunn WN. 1988. Analisa Kebijaksanaan Publik. Yogyakarta : PT. Hanindita

Dunn WN. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press

Juanita. Kesehatan dan Pembangunan Nasional. Diunduh dari https://repository.usu.ac.id/

Surya Utama. Dsar-dasar Analisis Kebijakan Kesehatan. Diunduh dari https://repository.usu.ac.id

17

Anda mungkin juga menyukai