Anda di halaman 1dari 7

Analisis Pengaruh Dimensi Fraud Triangle Dalam Kebijakan

Pencegahan Fraud Terhadap Program Jaminan Kesehatan Nasional


di RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo
Hasan Sadikin¹, Wiku Adisasmito²

1Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,

2Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Contact: hasansadikin91@gmail.com
Reviewed October 20, 2016, and accepted on November 5, 2016

Abstrak
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah mulai dilak-sanakan
dari 1 Program Asuransi Kesehatan di Indonesia Januari 2014. Pelaksanaan program asuransi nasional menemukan risiko. Risiko
kejadian fraud (kecurangan) di Indonesia sangat tinggi. Namun,risiko kejadian fraud masih sulit untuk diiden-tifikasi . Hal tersebut
didukung oleh kurangnya kesadaran semua pihak baik dari pasien, provider dan perusahaan asuransi walaupun tindakan tersebut
sangat terasa adanya. Penipuan kesehatan merupakan ancaman serius bagi seluruh dunia, yang menyebabkan penyalahgunaan
keuangan sumber daya yang langka dan dampak negatif pada akses kesehatan, infrastruktur, dan determinan sosial kesehatan.
Penipuan kesehatan dikaitkan dengan meningkatnya biaya kesehatan yang terjadi di Amer-ika Serikat. Penelitian ini untuk
menganalisis tentang pengaruh dimensi fraud triangle dalam kebijakan pencegahan fraud ter-hadap program Jaminan Kesehatan
Nasional yang merupakan alasan untuk penipuan kesehatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik
pengumpulan data berupa pedoman wawancara, alat perekam, arsip tertulis dan dokumen. Hasil penelitian mendapatkan analisis
tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi terhadap risiko kejadian fraud dan menyajikan con-toh bagaimana kebijakan telah
berdampak di RSUP Nasional DR Cipto Mangunkusumo. Tesis ini kemudian akan memberikan saran tentang bagaimana
mencegah penipuan kesehatan masa depan untuk mengurangi pengeluaran kesehatan dan penggu-naan sumber daya untuk
kepentingan RSUP Nasional DR Cipto Mangunkusumo.

Kata kunci: kecurangan, kebijakan pencegahan fraud, fraud jaminan kesehatan


nasional Abstract
The National Health Insurance (JKN) held by the Social Security Agency (BPJS) Health started to be implemented from 1
Indonesia’s Health Insurance Program in January 2014. The implementation of a national insurance program found the risk. The
risk of occur-rence of fraud in Indonesia is very high but it is still difficult to identify its risk. This is supported by the lack of
awareness of all parties, including patients, providers and insurance companies although such actions exists. Health fraud is a
serious threat to the entire world, which led to financial abuse of scarce resources and the negative impact on access to health
care, infrastructure, and social determinants of health. Health fraud is associated with increased health care costs in the United
States. This study was to analyze the influence of the dimensions of the fraud triangle in fraud prevention policies towards the
National Health Insurance program which is the reason for health fraud. This study used a qualitative approach. Data collection
techniques such as interview guides, recorders, written records and documents. The study reported stress analysis, opportunity,
and rationalization of the risk of fraud incident and presents examples of how policy has an impact on the National Hospital Dr.
Cipto Mangunkusumo. This thesis will then provide advice on how to prevent future fraudulent health to reduce health spending and
use of resources for the benefit of the National Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo.

Keywords : Fraud, fraud prevention policies, fraud in National Health Insurance.

Pendahuluan sistem pelayanan kesehatan juga berdampak di seluruh


Pada tanggal 1 Januari 2014 program Jaminan Keseha-tan dunia. Di Negara Amerika yang merupakan negara maju,
Nasional mulai berjalan di Indonesia. Seiring dengan dilaporkan oleh General Accounting Office (GAO)
meningkatnya jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasi-onal pada tahun 1990, klaim indikasi kejadian fraud tercatat
dan fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan, berki-sar US$ 100 Milyar atau senilai10% dari total biaya
semakin banyak kritik dari berbagai pihak, salah satunya kes-ehatan setahun. (data, 2002). Bahkan pada saat terjadi
dari provider jaminan kesehatan nasional (puskesmas, ru- peningkatan peserta, di situ terdapat celah dalam penggu-
mah sakit), prihal dugaan terjadinya fraud (Yaslis, 2015). naan asuransi kesehatan dengan harga mengejutkan, yakni
Dugaan akan tindakan fraud tidak hanya terjadi di Indo- diperkirakan antara US$ 67 Milyar dan 226 Milyar $ per
nesia yang belum tertata rapi sistem pelayanan keseha-tan tahun(Anonymous, 2009). Menurut perkiraan Biro
maupun sistem pembiayaannya. Dugaan fraud dalam Investigasi Federal (BIF), penipuan kesehatan biaya pem-

Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia 28 Volume 1, Nomor 2


bayar pajak Amerika lebih dari US $ 80 miliar setahun pada dasarnya untuk mencapai kondisi derajat kesehatan
(Aldrich, Crowder, dan Benson 2014). Mendeteksi pe- yang baik (WHO, 2000). Ancaman fraud harus disiasati
nipuan asuransi kesehatan adalah penting dan tantangan dengan program yang terorganisir seperti Anti-Fraud di
yang sulit (Shi et al., 2016). Banyak dugaan kecurangan - Inggris yang terkenal dengan The Health Insurance
kecurangan yang dilakukan di pelayanan kesehatan di Counter Fraud Group (HICFG). HICFG adalah inisiatif
seluruh Indonesia terkait sistem dan pelayanan, seperti industri untuk mencegah dan men-detect fraud dalam
merubah diagnosis utama maupun membuat diagnosis perawatan kesehatan dan industri asuransi kesehatan,
tambahan sehingga mendapatkan tarif yang besar. Berb- sedangkan program yang sama di Amerika dikenal dengan
agai isu fraud pada pelayanan kesehatan, paling tidak The Na-tional Health Care Anti-Fraud Association
menurut Charles terdiri dari sepuluh skema, di antara-nya (NHCAA) yang didirikan pada tahun 1985 oleh beberapa
mengklaim pelayanan yang tidak pernah diberikan, perusa-haan asuransi kesehatan swasta dan pejabat
mengklaim layanan yang tidak dapat ditanggung asuransi, pemerintah federal dan negara. NHCAA adalah satu-
sebagai layanan yang ditanggung asuransi, memalsukan satunya organi-sasi nasional AS yang ditujukan khusus
waktu layanan, memalsukan lokasi layanan, memalsukan untuk memerangi penipuan perawatan kesehatan.
pemberi layanan, mengklaim tagihan yang seharusnya Di Indonesia, tindakan fraud belum bisa terdeteksi
dibayar pasien, pelaporan diagnosis dan prosedur yang secara benar sehingga kontrol pergerakan pelayanan dan
salah, pelayanan yang berlebihan, korupsi (sogokan), dan pendanaan yang dibutuhkan masih sulit dilakukan, pada-hal
peresepan obat yang tidak perlu” (Charles, 2015). resiko fraud di Indonesia bisa dibilang sangat tinggi. Di
Kegagalan mencegah dan mendeteksi kecurangan Amerika Serikat, negara mengharuskan pembayaran klaim
mempunyai konsekuensi serius bagi organisasi sesegera mungkin, sedangkan penyelidikan fraud
(Coffin, 2003). Di AS, biaya-biaya keuangan yang membutuhkan waktu yang lama (Yaslis, 2003). Cara
dihubung-kan dengan kecurangan karyawan diperkirakan tersebut diikuti juga oleh Indonesia sehingga dengan
sekitar US$50 milyar tiap tahun. Tahun 2006, Association tekanan waktu yang singkat tersebut provider dapat segera
of Cer-tified Fraud Examiners (ACFE) meneliti tentang membayar klaim dan memperpendek proses penyelidikan
Occupa-tional Fraud and Abuse yang terjadi di Amerika fraud. Menurut Skousen, situasi terjadinya tindakan fraud
Serikat dalam rentang waktu 2004 – 2006. Dalam adalah tekanan, kesempatan dan rasionalisasi yang dikenal
penelitian tersebut, disebutkan bahwa dalam rentang waktu dengan istilah fraud triangle (Skousen et al., 2009).
dua ta-hun terdapat 1.134 kasus kecurangan yang Untuk mendapat gambaran pengaruh dimensi fraud
diinvestigasi oleh anggota ACFE, dengan rata-rata kerugian triangle dalam kebijakan pencegahan fraud terhadap pro-
US$159 milyar. ACFE memperkirakan bahwa perusahaan- gram JKN, studi ini dilaksanakan di RSUP Nasional Cipto
peru-sahaan di Amerika Serikat mengalami kerugian Mangunkusumo. RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo
sebesar 5% dari pendapatannya karena ulah pihak yang merupakan rumah sakit FKRTL yang memberikan pe-
tidak bertanggung jawab. Bila nilai kerugian tersebut
layanan kesehatan terhadap pasien JKN yang terdaftar di
dikalikan dengan Gross Domestic Product tahun 2006,
Badan Penyelenggaraan Jasa Sosial (BPJS). berdasarkan
kerugian yang ditimbulkan akibat kecurangan adalah
Pasal 13 FKRTL, pihak yang bekerjasama dengan BPJS
sebesar US $652 milyar (www.acfe.com, diunduh tanggal
kesehatan harus membangun sistem pencegahan Kecuran-
19 April 2016 ).
gan JKN melalui: a. penyusunan kebijakan dan pedoman
Pihak- pihak yang melakukan fraud adalah peserta
pencegahan kecurangan JKN, b. pengembangan pelayanan
(pasien), pemberi pelayanan kesehatan (provider), peru-
kesehatan yang berorientasi kepada kendali mutu dan
sahaan asuransi (payer) (Ginting, 2007). Melihat
kendali biaya; dan c. pengembangan budaya pencegahan
definisi di atas, dapat diindikasikan bahwa tindakan fraud
kecurangan JKN sebagai bagian dari tata kelola or-ganisasi
mer-upakan unsur kesengajaan dan tindakan merugikan
dan tata kelola klinis yang berorientasi kepada kendali
pihak lain dari pelaku sehingga UU Pidana bisa
mutu dan kendali biaya (Kemenkes, 2015). Kebi-jakan
diberlakukan. Pada dasarnya, Jaminan Kesehatan Nasional
pencegahan terhadap jaminan kesehatan nasional.
(JKN) mem-berikan manfaat yang bersifat konprehensif
Metode Penelitian
(Thabrany, 2014). Dibalik tujuan mulia JKN, potensi fraud Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena
yang mungkin terjadi perlu diidentifikasi sehingga tidak
memahami interaksi sosial, perasaan orang lain dan me-
akan menimbulkan kerugian uang negara (Wiyono, 2014).
Padahal pengembangan sistem kesehatan di suatu negara mastikan kebenaran data (Sugiono, 2009). Data yang pe-

Pengaruh Dimensi Fraud Triangle dalam JKN 29 Sadikin & Adisasmito


neliti gunakan didapat melalui metode observasi, telaah dari pimpinan yang memiliki kebijakan. Masing-masing
dokumen dan wawancara mendalam karena penelitian informan mengatakan ketika ada perintah dari instansi
sebelumnya dalam kasus fraud triangle diusulkan sebagai yang berada langsung di atasnya, secara otomatis
teori keseluruhan untuk membantu dalam membimbing mereka harus menjalankan kebijakan tersebut.
pemilihan variabel (Gepp et al., 2015). Oleh karena vari- Berdasarkan uraian di tabel 1, potensi fraud yang pal-
abel yang dipilih oleh peneliti yaitu dimensi fraud triangle, ing mungkin terjadi di lingkungan rumah sakit adalah
Donald D Cressey ‘s (1973) membuatnya lebih cocok ter-kait penyalahgunaan aset, walaupun tidak menutup
kemu-ngkinan kedua jenis fraud terjadi dan skema fraud
untuk digunakan dalam penelitian ini. Informan dipilih
lainnya terjadi di lingkungan rumah sakit. Apalagi
dengan sengaja karena instrumen dalam penelitian ini
ditambah dengan pandangan sebagian masyarakat yang
adalah peneliti sendiri (human instrument), buku catatan,
meragukan bersihnya institusi pemerintah dari tindakan
recorder, kamera (Sugiono, 2009). Wawancara menggu-
korupsi. Hal ini sejalan dengan pendapat Informan T1:
nakan pedoman wawancara dimaksudkan untuk menggali
“Sebetulnya jika harus dibandingkan dengan negara
lebih dalam mengenai permasalahan dengan variabel yang
yang sudah maju, Indonesia masih sangat tertinggal yah,
terus berkembang sampai tidak ditemukan lagi informasi karena untuk kebijakan fraud itu sendiri belum
baru. Proses analisis data dimulai dari mendeskripsikan dibuatkan undang-undang sehingga status hukumnya
karaktersitik informan, mengkategorisasi data untuk di- masih belum jelas bagi yang melakukan tindakan fraud”
ringkas dalam bentuk matriks sampai pada akhirnya di- Hasil penelitian mengenai potensi tindakan fraud ini
peroleh kesimpulan dari data yang dianalisis. Untuk men- sejalan dengan penelitian yang dilakukan The Associa-tion
jaga validitas data dalam penelitian ini dilakukan metode Certified Fraud Examiners (ACFE ) 2010 berdasarkan
triangulasi, yang meliputi triangulasi metode, sumber dan data dari 1843 kasus fraud yang terjadi di seluruh dun-ia
teori.
antara Januari 2008 sampai dengan Desember 2009. Semua
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 16 informan yang informasi didapat dari para Certified Fraud Exam-iners
(CFEs) yang menginvestigasi kasus-kasus ini di 106
mewakili RSUP Nasional DR Cipto Mangunkusumo terh-
negara. Estimasi dari para CFEs, organisasi kehilangan 5%
adap pengaruh fraud triangle dalam kebijakan pencegahan kekayaan pada laporan keuangan akhir tahun disebabkan
fraud terhadap JKN, sebagian hanya mengikuti perintah karena fraud.

Tabel 1 Hasil Penelitian Tekanan, Kesempatan dan Rasionalisasi dalam Kebijakan Pencegahan Fraud

terhadap Jaminan Kesehatan Nasional di RSUPN DR Cipto Mangunkusumo

No Aspek Hasil Penelitian

Tekanan membuat seseorang melakukan tindakan fraud. Tekanan


dapat berasal dari berbagai aspek tuntutan seperti tuntutan
Tekanan
ekonomi atau bahkan gaya hidup. Tekanan dapat terjadi dari faktor internal
maupun faktor eksternal.

Kebijakan terhadap tindakan yang berpotensi fraud dan pengawasan


Kesempatan RSUP Nasional DR Cipto Mangunkusumo terhadap tindakan yang berpotensi fraud.

3 Rasionalisasi Sebuah pengendalian lingkungan yang baik dengan menetapkan


dimana perilaku dilakukan.

Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia 30 Volume 1, Nomor 2


Pembahasan isar Rp. 5. 000. 000 – Rp. 7.000.000 sedangkan Pega-
Pengaruh Tekanan Terhadap Potensi Fraud wai Negeri Sipil (PNS) Gol 2c berkisar Rp 5.300.000
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan pegawai ber- – Rp 7.500.000) setiap bulan. Pemberian gaji yang ku-
potensi melakukan fraud terhadap JKN di RSUP Nasional rang dapat memberikan tekanan kepada pegawai di
DR Cipto Mangunkusumo. Faktor penyebab itu sendiri mana pegawai yang bekerja merasa pekerjaannya tidak
terdiri dari tingginya kebutuhan yang belum terpenuhi dan diindah-kan dengan pemberian gaji yang sesuai.
rendahnya gaji yang diterima yang dapat mengakibat-kan Hal ini diperkeruh dengan kegiatan pelayanan pasien di
karyawan melakukan tindakan yang berpotensi fraud. RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo yang setiap harin-ya
Selain itu, pemerintah menetapkan kenaikan gaji setiap menerima pasien BPJS rawat jalan rata – rata 1500
setahun sekali. Jika kebijakannya tidak berubah, apabila – 2300 selama pelayanan yang dimulai dari pukul 07.00
pemimpin menilai pekerjaan pegawai selama setahun ti-dak WIB. Kebijakan ini tentu saja akan memberikan tekanan
memuaskan (penilaian indeks kinerja individu) maka tidak tersendiri kepada pegawai, misalnya pegawai yang ber-
menaikan gaji (remonerasi). Kebijakan pemerintah ini akan sangkutan akan merasa gajinya tidak sesuai dengan
memberikan tekanan tersendiri kepada pegawai. Dengan peker-jaan yang mereka kerjakan.
semakin naiknya bahan pokok dan kebutuhan lainnya yang Tekanan menyebabkan seseorang melakukan kecuran-gan.
tidak diiringi dengan kenaikan gaji yang se-suai akan Tekanan dapat berupa bermacam-macam termasuk gaya hidup,
memicu pegawai bersikap malas dalam bekerja bahkan tuntutan ekonomi, dan lain-lain. Tekanan pal-ing sering datang
melakukan tindakan yang berpotensi ke arah ke-curangan dari adanya tekanan kebutuhan keuan-gan. Kebutuhan ini
(fraud). Contoh dari hal ini adalah tindakan dokter yang seringkali dianggap kebutuhan yang tidak dapat dibagi dengan
memberikan diagnosa yang tidak perlu dan pelaksanaan orang lain untuk bersama-sa-ma menyelesaikannya sehingga
upcoding. Memberikan diagnosa dan up-coding adalah isu- harus diselesaikan secara tersembunyi dan pada akhirnya
isu yang berkaitan dengan profesion-al medis dan pasien menyebabkan terjadinya kecurangan. Menurut SAS No.99,
yang dilakukan atas dasar berbagai alasan. Coders medis terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada tekanan
menetapkan kode-kode tertentu, kode disebut CPT yang dapat men-gakibatkan kecurangan, yaitu financial
(terminologi prosedural saat ini), yang memberikan stability, external pressure, personal financial need, dan
informasi tentang layanan atau prosedur yang telah financial targets.
dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan. Jika kode yang Financial stability adalah keadaan yang menggambar-
dicatat adalah untuk layanan tingkat yang lebih tinggi atau kan kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil.
prosedur dari apa yang didokumenta-sikan dalam grafik Contoh faktor risiko yang dimaksud adalah perusahaan
pasien, ini disebut sebagai upcoding. Dokter biasanya mungkin memanipulasi laba ketika stabilitas keuangan
memberikan diagnosa apa yang mereka temukan sedangkan
atau profitabilitasnya terancam oleh kondisi ekonomi.
petugas coder memberikan kode se-suai dengan diagnosa
External pressure adalah tekanan yang berlebihan bagi
yang dituliskan oleh dokter. Akan tetapi, kerap didapati
manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari
peristiwa upcoding karena dokter tidak memiliki
pihak ketiga. Contoh faktor risikonya adalah ketika
pendidikan terkait coding, meskipun ter-kadang hal ini pun
perusahaan menghadapi adanya tren tingkat ekspekta-si
merupakan perbuatan yang disengaja. Jika seorang dokter
para analis investasi, tekanan untuk memberikan ki-nerja
dalam prakteknya melakukan upcod-ing, diperlukan
keterlibatan pihak ketiga yang indepen-den untuk terbaik bagi investor dan kreditor yang signifikan bagi
melakukan review grafik guna mengkonfirmasi atau perusahaan atau pihak eksternal lainnya. Personal financial
menyingkirkan kecurigaan. Namun, baik pemberian need adalah kondisi ketika keuangan perusahaan
diagnosa yang tidak perlu, maupun upcoding yang dibuat turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif
oleh dokter, keduanya dianggap sebagai bentuk tindakan perusahaan. Contoh faktor risikonya seperti kepentingan
fraud (Kemenkes, 2015, Charles, 2015). keuangan oleh manajemen yang signifikan dalam
Tekanan yang dialami pegawai bukan berasal dari entitas, manajemen memiliki bagian kompensasi yang
tekanan internal rumah sakit saja tapi juga dari tekanan signifikan yang bergantung pada pencapaian target yang

eksternal rumah sakit misalnya kebutuhan keluarga dan agresif un-tuk harga saham, hasil operasi, posisi keuangan,
atau arus kas manajemen menjaminkan harta pribadi untuk
gaya hidup, gaji untuk pegawai secara keseluruhan take
utang entitas. Financial targets adalah tekanan berlebihan
home pay (gaji pokok, remunerasi dan lauk pauk) untuk
pada manajemen untuk mencapai target keuangan yang
pegawai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) berki- dipa-tok oleh direksi atau manajemen. Contoh faktor risiko
sar Rp 3.000.000 – Rp 4. 000. 000), Pegawai Tetap berk- yang dimaksud adalah perusahaan mungkin memanipu-

Pengaruh Dimensi Fraud Triangle dalam JKN 31 Sadikin & Adisasmito


lasi laba untuk memenuhi prakiraan atau tolok ukur para kontrol kompensasi, tidak efektifnya pengawasan dewan
analis seperti laba tahun sebelumnya. direksi dan komite audit atas proses pelaporan keuangan
Pengaruh Tekanan Terhadap Potensi Fraud Berdasarkan dan pengendalian internal dan sejenisnya. Organizational
analisis internal control dari RSUP Nasion-al DR Cipto Structure adalah struktur organisasi yang kompleks dan
Mangunkusumo, dapat dilihat bahwa kes-empatan untuk tidak stabil. Contoh faktor risiko: struktur organisasi yang
melakukan tindakan fraud dirasa sangat sulit karena sudah terlalu kompleks, perputaran personil perusahaan seperti
jelas dan ada pemisahan tugas dalam bekerja, khususnya di senior manajer atau direksi yang tinggi.
bagian memberikan kode diagnosa penyakit, input ke Pengaruh Rasionalisasi (Pembenaran) Terhadap Po-
sistem INA-CBGs dan melakukan veri-fikator internal, tensi Fraud
berbeda dengan rumah sakit pada umum-nya. Pada Rasionalisasi (rationalization), yaitu konflik internal
dasarnya, seluruh pekerjaan tersebut dikerjakan oleh satu dalam diri pelaku sebagai upaya untuk membenarkan
orang karena menurut kontrol dari team anti– fraud di tindakan fraud yang dilakukannya. Rasionalisasi ini terkait
rumah sakit, pekerjaan tersebut sangat berpoten-si dengan environment control dalam lingkungan badan
melakukan tindakan fraud. Meskipun surat tugas dan fungsi usaha. Sebuah pengendalian yang baik membutuhkan
atas tanggung jawab sudah diterapkan demikian namun sebuah lingkungan yang menetapkan suatu keadaan di
terdapat kekurangan dan kelebihan tersendiri. Ke-bijakan mana perilaku yang tepat dapat dilakukan, di
tidak akan dijalankan jika individu tidak peduli dan tidak manakaryawan mengerjakan pekerjaan sesuai tugasnya dan
mau menjalankan aturan yang disepakati untuk kepentingan menerima gaji yang sesuai dan jujur. Pengendalian yang
bersama. baik seperti punishment yang jelas bagi karyawan akan
Faktor individu merupakan kendala yang sering di-jumpai. mengurangi tindakan yang ber-potensi fraud (kecurangan).
Sifat manusia yang serakah dan kebutuhan hid-up yang terus Tidak ada penugasan yang jelas dari pimpinan atau direktur
meningkat mendorong seseorang untuk mencari cara untuk atas pekerjaan yang ha-rus dilakukan pegawai akan
mendapatkan uang dengan cara apapun walaupun dengan cara menimbulkan budaya saling ketergantungan terhadap
yang tidak dibenarkan. Se-baik apapun sistem dan pegawai ataupun saling tukar menukar pekerjaannya.
kebijakannya, tidak akan efektif jika individunya tidak Misalnya, proses pemberian kode diagnosa seharusnya
menjalankan dengan baik. Maka diperlukan adanya perekrutan dilakukan oleh petugas koder yang bertanggung jawab
pegawai yang tepat un-tuk mencegah pelaksanaan KKN dalam memberikan kode yang sesuai dengan diagnosa.
(Korupsi , Kolusi dan Nepotisme) sehingga pegawai yang Namun, petugas tersebut bergantian bahkan mengerjakan
mengikuti perekru-tan yang jujur dapat mencegah potensi
pekerjaan orang lain seperti menger-jakan lemburan,
ataudokter yang sedang menjalani pen-didikan diberi
terjadinya fraud. Organisasi harus membangun adanya proses,
kewenangan untuk memberikan diagnosa yang seharusnya
prosedur dan pengendalian yang bermanfaat dan menempatkan
dikerjakan oleh DPJP yang berhalangan karena sibuk. Hal
karyawan dalam posisi tertentu agar mereka tidak dapat
ini membuat kemungkinan terjadinya fraud semakin besar.
melakukan kecurangan dan efektif dalam mendeteksi
Kebijakan yang memberikan kebebasan untuk memilih
kecurangan seperti yang dinyatakan dalam SAS No.99. SAS
pekerjaan yang akan dilakukan atau ada surat tugas na-mun
No.99. Di dalamnya disebutkanbahwa peluang pada financial
tidak sesuai dengan yang dilakukan memiliki kelebi-han
statement fraud dapat terjadi pada tiga kategori kondisi, yaitu
dan kelemahan sendiri. Kelebihannya yaitu pegawai akan
nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational
merasa memiliki kebebasan, menambah ilmu dan merasa
structure. Nature of industry adalah berkaitan dengan
dipercayai melakukan pekerjaan yang tidak ter-lalu sesuai
munculnya risiko bagi perusahaan yang berkecim-pung dalam dengan keahliannya. Sedangkan kelemahannya yaitu
industri yang melibatkan estimasi dan per-timbangan yang pegawai akan melakukan pekerjaan dengan kuran-gnya
signifikan jauh lebih besar. Contoh fak-tor risiko: penilaian rasa tanggung jawabdan pimpinan pun akan sulit untuk
persediaan mengandung risiko salah saji yang lebih besar bagi memberikan sanksi karena karyawan mengerjakan hal yang
perusahaan yang persediaannya tersebar di banyak lokasi. tidak sesuai dengan tugasnya. Hal ini bahkan akan
Risiko salah saji persediaan ini semakin meningkat jika memberikan dampak yang sangat buruk terhadap unit
persediaan itu menjadi usang. In-effective monitoring adalah tempat kerja dan rumah sakit.
keadaan di mana perusahaan tidak memiliki unit Kebiasaan memberikan kepercayaan terhadap salah satu
pengawas yang efektif memantau ki-nerja perusahaan. Contoh
pegawai juga akan memunculkan rasionalisasi karena
faktor risiko: adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau
kelompok kecil, tanpa pegawai akan merasa dirinya lebih baik dibandingkan
dengan karyawan yang lain. Hal ini dapat menurunkan

Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia 32 Volume 1, Nomor 2


hubungan baik antar pegawai. Pegawai yang dipercayai juga nasional.
akan berpotensi melakukan tindakan fraud karena dirinya 3. Potensi fraud di RSUP Nasional DR Cipto
merasa sebagai orang kepercayaan pimpinan, ia berpikir Mangunku-sumo dapat terjadi karena adanya
perbuatannya benar selama pimpinan tidak men-getahuinya. tekanan, kesempatan dan rasionalisasi.
Beberapa pembenaran berikut ini sering digu-nakan oleh para 4. Potensi fraud di RSUP Nasional DR Cipto Mangunku-
pelaku tindakan fraud (fraudsters) yaitu : the organization sumo juga didukung oleh komitmen dari manajemen
owes it to me, I am only borrowing the money-I will pay it puncak untuk merealisasikan anggaran dan memper-
back, nobody will get hurt, I deserve more, it’s for a good tanggungjawabkannya dengan tepat waktu.
purpose, we’ll fix the books as soon as we get over this Saran
financial difficulty, something has to be sacrificed-my 1. Untuk Rumah sakit (Provider) :
integrity or my reputation (Albrecht, 2012). 1. Perlu perbaikan control activity pada semua
Rasionalisasi juga dapat berpotensi kepada pegawai aktivitas yang terdapat pada pengelolaan JKN
yang bekerja sudah lama terutama yang sudah menjadi 2. Sebaiknya RSUP Nasional DR Cipto Mangunkusu-
pega-wai negeri sipil (PNS) karena beranggap bahwa mo khusunya bagian Team Anti–Fraud agar dapat
dirinya berhak mendapatkan lebih karena masa kerja menilai dan mengelola risiko – risiko yang mungkin
sudah lama dan merasa melakukan tindakan fraud bukan terjadi potensi tindakan fraud datang.
masalah. Menurut SAS No.99 rasionalisasi pada 3. Perlunya anggaran khusus untuk pelaksanaan
perusahaan dapat diukur dengan siklus pergantian pencegahan terjadinya tindakan potensi fraud un-
auditor, opini audit yang didapat perusahaan tersebut tuk mendapatkan hasil dan manfaat yang besar.
serta keadaan total akrual dibagi dengan total aktiva. 4. Perlunya perbaikan internal di RSUP Nasional DR
Kendala Terhadap Kebijakan Pencegahan Fraud di Cipto Mangunkusumo dalam membuat kebijakan
Rumah Sakit yang berpotensi melakukan tindakan fraud.
Salah satu kendala dalam pelaksanaan kebijakan pence- 2. Untuk perusahaan asuransi :
gahan fraud adalahbelum adanya kekuatan hokum dalam 1. Perlu melakukan sosialisasi terkait kebijakan
pemberantasan fraud. KPK belum memikirkan sampai pence-gahan fraud di rumah sakit (FKRTL).
penyelidikan, OJK pun masih dalam mencari keuntun-gan 2. Perlu melakukan sosialisasi terkait ketentuan tim
ekonomi. Pencegahan, pendeteksian dan penginvesti-gasian anti-fraud di rumah sakit.
fraud dilakukan dalam upaya untuk mengeliminasi tindakan 3. Perlu mengadakan kerjasama dengan rumah sakit,
fraud. Persepsi aktor dari pemegang kebijakan di rumah untuk memudahkan sosialisasi kebijakan pencega-
han fraud.
sakit dan dari team anti fraud dalam kebijakan pencegahan
3. Untuk pasien :
fraud tidak bermain – main, mereka sangat fokus terhadap
1. Perlunya pemahaman pasien tentang tindakan
kebijakan tersebut. Upaya untuk mengu-rangi tindakan
fraud terhadap prosedur pelayanan JKN.
fraud dibagi kedalam 3 (tiga) fase. Pada fase pertama yaitu
2. Perlunya pemahaman pasien terhadap resiko tin-
fase pencegahan tindakan fraud. Cara yang paling efektif
dakan fraud yang diperoleh terhadap sanksi yang
adalah melalui perubahan perilaku dan budaya organisasi akan diterima..
yang memberikan perhatian lebih atas tindakan 3. Kesadaran pasien akan hak dan kewajiban
kecurangan. Upaya yang dilakukan adalah melalui struktur
corporate governance, tone at the top, pe-nentuan tujuan berdasar-kan ketentuan sebagai peserta JKN.
yang realistis dan kebijakan serta prosedur yang dapat Daftar Pustaka

mencegah tindakan penyimpangan (Singleton, 2010).


Albrecht, W. S. 2012. Fraud Examination, Fourth
Edition, South-Western., USA.
Anonymous 2009. The National Care Anti - Fraud Associa-tion
Kesimpulan dan Saran
Signs Memorandum Of Understanding With UK-base
Kesimpulan
Health Insurance Counter Fraud Group (HICFG).
1. Potensi fraud di RSUP Nasional DR Cipto
Charles, P. 2015. Sepuluh Skema Fraud Dalam Asuransi
Mangunku-sumo dapat terjadi karena lemahnya
pengendalian in-ternal. Kesehatan.
2. Potensi fraud yang terjadi di RSUP Nasional DR Cipto Coffin, B. 2003. Breaking The Silence On White Collar
Crime. Risk Management 40.
Mangunkusumo dapat terjadi di seluruh bagian ber- Data, S. B. O. I. 2002. Health Insurance Of American Asso-

dasasarkan alur penerimaan pasien jaminan kesehatan

Pengaruh Dimensi Fraud Triangle dalam JKN 33 Sadikin & Adisasmito


ciation Washington. America. R&D, Alfabeta, Bandung.
Gepp, A., Kumar, K. & Bhattacharya, S. 2015. The Thabrany, H. 2014. Jaminan Kesehatan Nasional, Jakarta,
Fraud Detection Triangle: A new framework for PT RajaGrafindo Persada.
selecting variables in fraud detection research. WHO 2000. The Word Health Refort 2000. Health
Ginting, R. C. 2007. RE: Kecurangan (Fraud) Dalam System: Improving Performance, Geneva, Word
Jami-nan/Asuransi Kesehatan. Health Organi-zation.
KEMENKES 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Wiyono, M. 2014. Mengenal Potensi Fraud pada
Repub-lik Indonesia Nomor 36 Tahun 2015 Tentang Program Jaminan kesehatan Nasional (JKN).
Pence-gahan Kecurangan (Fraud) Dalam Pelaksanaan Kompasiana mana-jemen.
Pro-gram Jaminan Kesehatan Pada Sistem Jaminan WWW.ACFE.COM. diunduh tanggal 19 April 2016 As-
Sosial Nasional. In : Menteri Hukum Dan Hak Asasi sociation of Certified Fraud Examiner [Online].
Manusia Republik Indonesia. www. acfe.com. [Accessed].
Shi, Y., Sun, C., Li, Q., Cui, L., Yu, H. & Miao, C. 2016. A Yaslis, I. 2003. Asuransi Kesehatan Review Utilisasi
Fraud Resilient Medical Insurance Claim System. Mana-jemen Klaim dan Fraud(kecurangan asuransi
Singleton, S. 2010. Fraud Auditing and Forensic kesehatan) Jakarta Fakultas kesehatan masyarakat
Accounting, Fourth Edition Wiley Corporate F&A. universitas In-donesia.
Skousen, C. J., Smith, K. R. & Wright, C. J. 2009. Detecting Yaslis, I. 2015. Fraud dalam Jaminan Kesehatan
and predicting financial statement fraud: The
effectiveness of the fraud triangle and SAS No. 99. Nasional (kumpulan tulisan yaslis ilyas) CV, Usaha
Advances in Finan-cial Economics, 13, 53-81. Prima, Jakarta Tiariaji Press.
Sugiono 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan

Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia 34 Volume 1, Nomor 2

Anda mungkin juga menyukai