Anda di halaman 1dari 10

Artikel Penelitian Syifa’ MEDIKA, Vol.12 (No.

2), Maret 2022, 177-186

GAMBARAN PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN PADA


INSTALASI RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
PALEMBANG

Susi Handayani1, Syahid Alhakim Marzali2


1
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang/Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
2
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Submitted:Febuary 2022 |Accepted:Maret 2022 |Published: Maret 2022

ABSTRAK

Keselamatan pasien adalah prinsip dasar dalam pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien dilakukan
dengan menganalisis risiko, mengidentifikasi dan mengelola risiko pasien, melakukan pelaporan dan
analisis insiden, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera. Insiden keselamatan pasien adalah suatu kejadian maupun keadaan yang dapat
mengakibatkan kerugian yang tidak perlu pada pasien. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
gambaran penerapan keselamatan pasien pada Instalasi Rawat Intensif Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi.
Kriteria inklusi sampel adalah perawat di Instalasi Rawat Intensif dan bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusinya adalah perawat di Instalasi Rawat Intensif yang sedang cuti kerja atau tidak
kooperatif saat proses wawancara. Besar sampel diambil dengan cara total sampling dan diperoleh 13
responden yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian ini menunjukkan semua responden telah
memahami dan menerapkan cara mengindentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi
efektif, meningkatkan keamanan obat-obatan yang perlu diawasi, memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur
dan tepat-pasien pembedahan, mengurangi risiko infeksi terkait perawatan kesehatan serta mengurangi
risiko cedera akibat pasien terjatuh. Dari hasil penelitian tersebut, peneliti berkesimpulan bahwa
gambaran penerapan keselamatan pasien pada Instalasi Rawat Intensif Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang telah sesuai dengan sasaran keselamatan pasien.

Kata kunci : fenomenologi, risiko pasien, sasaran keselamatan pasien

ABSTRACT
Patient safety is a fundamental principle in health service. Patient safety is carried out by analyzing risks,
identifying and managing patient risks, reporting and analyzing incidents, and implementing solutions to
minimize risks and prevent injuries. A patient safety incident is an event or circumstance that may result
in unnecessary harm to the patient. This study was conducted to find out the picture of patient safety
application at the Intensive Care Installation of Muhammadiyah Hospital Palembang. This research was
descriptive qualitative research with a phenomenological approach. Inclusion criteria was the nurses
who worked at Intensive Care Installation and willing to be a respondent. Exclusion criteria were nurses
who were taken the work leave or not cooperative during interview. The sample size was taken by total
sampling technique as many as 13 respondents. The results of this study showed that all respondents have
understood and implemented how to correctly identify patients, improve effective communication,
improve the safety of medicines that need to be supervised, ensure precise-location, precise-procedures,
and appropriate-surgical patients, reduce the risk of infection related to health care and reduce the risk
of injury due to fallen patients. From the results of the study, researchers concluded that the picture of
patient safety application at the Intensive Care Installation of Muhammadiyah Hospital Palembang is
under the patient safety goals.

Keywords: phenomenology, patient risks, patient safety goals

Korespondensi: alhakimsyahid@gmail.com

177
Artikel Penelitian Syifa’ MEDIKA, Vol.12 (No. 2), Maret 2022, 177-186

Pendahuluan potensial cidera (KPC), kejadian nyaris


Keselamatan pasien adalah prinsip cidera (KNC) dan kejadian tidak cidera
dasar dalam pelayanan kesehatan.1 (KTC).2 Keselamatan pasien menjadi
Keselamatan pasien merupakan suatu perhatian dunia sejak Institute of
sistem yang bertujuan untuk Medicine (IOM) melaporkan hasil
memberikan pelayanan pasien yang penelitiannya di Amerika Serikat tahun
lebih aman dengan cara menganalisis 2000 “To Err Is Human bahwa di Utah
risiko, mengidentifikasi dan mengelola dan Colorado ditemukan KTD sebesar
risiko pasien, melakukan pelaporan dan 2,9% dimana 6,6% diantaranya
analisis insiden, serta implementasi meninggal. Sedangkan di New York,
solusi untuk meminimalkan timbulnya sebesar 3,7% dengan angka kematian
risiko dan mencegah terjadinya cedera 13,6%. Angka kematian akibat KTD
yang disebabkan oleh kesalahan akibat pada pasien rawat inap di seluruh
suatu tindakan atau tidak mengambil Amerika yang berjumlah 33,6 juta
tindakan yang seharusnya diambil.2 pertahun, berkisar 44.000-98.000
Sasaran keselamatan pasien meliputi pasien.4 Data tentang KTD dan KNC di
ketepatan dalam mengidentifikasi Indonesia masih langka. Dari beberapa
pasien, peningkatan komunikasi yang penelitian diperoleh data bahwa insiden
efektif, peningkatan keamanan obat keselamatan pasien berdasarkan
yang harus diwaspadai, ketepatan lokasi provinsi pada tahun 2007 adalah
pembedahan, ketepatan prosedur sebagai sebagai berikut: Provinsi DKI
pembedahan, ketepatan pembedahan Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu
pada pasien dan pengurangan risiko 37,9%, Jawa Tengah 15,9%, D.I
infeksi terkait pelayanan kesehatan serta Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur 11,7%,
pengurangan risiko cedera akibat pasien Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat
terjatuh.3 2,8%, Bali 1,4%, Aceh 1,07% dan
Insiden keselamatan pasien atau Sulawesi Selatan 0,7%.5
yang dikenal dengan istilah insiden Instalasi Rawat Intensif atau
menurut WHO adalah suatu kejadian Intensive Care Unit (ICU) merupakan
maupun keadaan yang dapat area khusus pada sebuah rumah sakit
mengakibatkan kerugian yang tidak dimana pasien yang mengalami sakit
perlu pada pasien. Terdiri dari kejadian kritis atau cedera akan memperoleh
tidak diharapkan (KTD), kejadian pelayanan medis dan keperawatan

178
Artikel Penelitian Syifa’ MEDIKA, Vol.12 (No. 2), Maret 2022, 177-186

secara khusus.6 Instalasi ini sangat wawancara, peneliti juga melakukan


tergantung kepada dokter dan perawat pengamatan terhadap aktivitas kerja
yang berpengalaman dalam mengelola responden sesuai dengan pertanyaan
situasi di ICU.7 Tujuan dari penelitian yang telah disusun. Pada penelitian ini
ini yaitu untuk mengetahui gambaran dilakukan pengolahan data dengan
penerapan keselamatan pasien di ICU reduksi data, penyajian data, penarikan
Rumah Sakit Muhammadiyah kesimpulan dan verifikasi.
Palembang (RSMP).
Hasil Penelitian
Metode Penelitian Berdasarkan data yang peneliti
Penelitian ini adalah penelitian kumpulkan, didapatkan 13 responden
kualitatif deskriptif dengan dengan rata-rata usia berkisar 27 sampai
menggunakan pendekatan 46 tahun dengan masa kerja di ICU
fenomenologi. Penelitian ini RSMP selama 2 tahun (15,38%), 3
dilaksanakan pada bulan Desember tahun (7,69%), 4 tahun (7,69%), 6 tahun
2020 dengan populasi adalah perawat di (15,38%), 9 tahun (7,69%), 10 tahun
ICU RSMP. Sampel diambil dengan (15,38%), 13 tahun (15,38%), 15 tahun
teknik total sampling. Kriteria inklusi (7,69%), dan 21 tahun (7,69%).
dalam studi ini adalah perawat di ICU Diperoleh hasil sebagai berikut:
RSMP dan perawat yang bersedia
menjadi responden. Kriteria eksklusi 1. Mengidentifikasi pasien dengan
adalah perawat di ICU RSMP yang benar
sedang cuti kerja dan perawat yang Berdasarkan hasil wawancara
tidak kooperatif saat dilakukan yang dilakukan pada ke-13 responden
wawancara. Besar sampel yang didapatkan bahwa 100% dari responden
diperoleh setelah disesuaikan dengan telah mengetahui tentang
kriteria inklusi dan eksklusi adalah 13 mengidentifikasi pasien dengan benar,
orang. Data dikumpulkan dengan cara hal ini dikarenakan pada tahun 2017
melakukan wawancara metode indepth telah dilaksanakannya sosialisasi dan
interview kepada responden. Peneliti edukasi kepada responden mengenai
telah menyusun 19 butir pertanyaan. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
Hasil wawancara dicatat lalu disalin kemudian pada tahun 2018
dalam bentuk transkrip. Selain dilaksanakan kembali sosialisasi

179
Artikel Penelitian Syifa’ MEDIKA, Vol.12 (No. 2), Maret 2022, 177-186

tersebut. Pada tahun yang sama, semua (Background) adalah gambaran kondisi
responden diuji pengetahuannya secara pasien pada saat ini, A (Assessment)
individu tentang 6 SKP yang dilakukan adalah hasil analisa terhadap situasi dan
dalam bentuk wawancara oleh pihak gambaran pasien, dan R
rumah sakit untuk memenuhi standar (Recommendation) adalah saran pelapor
akreditasi RSMP. tentang tindakan yang akan diberikan
Ketika dilakukan pengamatan, oleh dokter, kemudian responden
didapatkan bahwa sebelum memberikan tersebut mengkonfirmasi ulang terkait
obat, responden memastikan obat yang perintah yang telah diberikan. Hand
akan diberikan pada pasien harus sesuai over dilakukan pada saat pergantian
dengan nama pada gelang pasien. shift perawat sambil dijelaskan apa saja
tindakan yang dilakukan kepada pasien
2. Meningkatkan komunikasi yang dan apabila ada tindakan lain petugas
efektif dalam pelayanan tersebut wajib memberikan informasi
Berdasarkan hasil wawancara pada petugas shift setelah itu.
yang dilakukan pada ke-13 responden
didapatkan mayoritas responden 3. Meningkatkan keamanan obat-
mengerti mengenai SKP yaitu obatan yang harus diwaspadai
meningkatkan komunikasi efektif dalam Berdasarkan hasil wawancara
pelayanan yang diperoleh dari dengan ke-13 responden tentang
sosialisasi serta edukasi oleh pihak meningkatkan keamanan obat-obatan
RSMP sejak tahun 2017 hingga saat ini. yang harus diwaspadai, didapatkan
Ketika dilakukan pengamatan bahwa sebagian besar responden telah
didapatkan bahwa responden menerapkan prinsip 5 benar cara
memberikan penjelasan kepada pasien pemberian obat, lalu untuk obat yang
dan keluarga terkait tindakan yang akan look alike sound alike (LASA) atau obat
didapatkan kemudian meminta dengan Nama Obat, Rupa, dan Ucapan
persetujuan khusus (informed consent) yang Mirip (NORUM) disimpan sesuai
untuk melakukan tindakan. Dalam SOP dan menggunakan stiker high alert
berkomunikasi di pelayanan kesehatan, sebagai penanda untuk obat-obatan
responden menggunakan metode SBAR berbahaya. Beberapa responden lain
yaitu S (Situation) adalah situasi yang mengungkapkan dalam pemberian obat
menggambarkan keadaan pasien, B harus melibatkan dua orang untuk

180
Artikel Penelitian Syifa’ MEDIKA, Vol.12 (No. 2), Maret 2022, 177-186

melakukan pengecekan tanggal check untuk mengurangi kesalahan


kadaluwarsa, nama obat, label obat, dalam pembedahan. Mengurangi risiko
ketepatan obat beserta dosisnya. Hal ini infeksi akibat perawatan kesehatan
terjadi karena kurangnya pemahaman Berdasarkan hasil wawancara
dalam obat yang perlu diwaspadai yang dengan ke-13 responden tentang
menyebabkan terjadinya perbedaan mengurangi risiko infeksi akibat
pandangan dari responden. perawatan kesehatan didapatkan semua
responden telah melakukan tindakan
4. Memastikan lokasi pembedahan pencegahan infeksi dengan
yang benar, prosedur yang benar, menggunakan Alat Pelindung Diri
pembedahan pada pasien yang (APD), mencuci tangan sebelum dan
benar setelah melakukan tindakan kepada
Berdasarkan hasil wawancara, pasien, mengganti infus, NGT dan
responden telah mengetahui cara kateter secara berkala serta mensterilkan
penandaan lokasi pembedahan yang alat-alat medis yang telah digunakan.
benar, prosedur yang benar dan Ketika dilakukan pengamatan,
pembedahan pada pasien yang benar. didapatkan bahwa responden
Pengetahuan mengenai hal tersebut melakukan cuci tangan (hand hygiene)
diperoleh melalui sosialisasi tentang dengan 5 momen cuci tangan (sebelum
SKP yang diberikan oleh pihak rumah kontak dengan pasien, sebelum
sakit sehingga semua responden melakukan tindakan medis, setelah
menggunakan spidol khusus untuk kontak dengan pasien, setelah kontak
menandai lokasi pembedahan. Dalam dengan cairan pasien serta lingkungan
menggunakan marker, responden pasien). Sebelum melakukan tindakan
menandai bagian yang akan dilakukan medis, responden menggunakan alat
pembedahan terutama pada organ atau pelindung diri (masker, handscoon, dan
bagian tubuh yang memiliki dua sisi lainnya). Pada saat bersamaan,
(kanan dan kiri). didapatkan adanya hand sanitizer pada
Sebelum pasien mendapatkan setiap kasur pasien yang dapat
tindakan, responden menjelaskan digunakan responden dan dokter di
terlebih dahulu tindakan apa saja yang ruang ICU.
akan dilakukan, kemudian dilakukan
informed consent serta dilakukan double

181
Artikel Penelitian Syifa’ MEDIKA, Vol.12 (No. 2), Maret 2022, 177-186

5. Mengurangi risiko cedera pasien didapatkan semua responden


akibat jatuh mengetahui bahwa perlu membuat
Berdasarkan hasil wawancara laporan tertulis pada saat terjadinya
dengan ke-13 responden tentang insiden untuk kemudian dilaporkan
mengurangi risiko cedera pasien akibat kepada kepala ruangan dan dilaporkan
jatuh didapatkan 13 responden kembali kepada kepala instalasi lalu
memastikan pagar bed pasien selalu laporan tersebut diteruskan ke bagian
terpasang, roda bed selalu terkunci, Komite Keselamatan Pasien Rumah
menggunakan tanda peringatan risiko Sakit.
jatuh serta mengikat pasien yang Berdasarkan pengamatan yang
berisiko tinggi terjatuh saat perawatan telah dilakukan, belum ada insiden yang
dan selalu memastikan pasien aman terjadi di ICU RSMP sehingga belum
dengan terus dikontrol. diketahui bagaimana pelaporan yang
Ketika dilakukan pengamatan, sebaiknya dilakukan.
beberapa pasien diberikan gelang
dengan label berwarna kuning (pasien 7. Faktor yang menghambat dan
dengan risiko tinggi untuk jatuh dan faktor pendukung dalam
memerlukan perhatian ekstra), diberikan pelaksanaan keselamatan pasien
stiker segitiga risiko jatuh pada tiang oleh perawat
infus agar dapat mengetahui pasien Berdasarkan hasil wawancara
mana yang harus diawasi dan dengan responden tentang faktor yang
responden juga memasang pagar menghambat dan faktor pendukung
pengaman tempat tidur terhadap pasien dalam pelaksanaan keselamatan pasien
yang mengalami penurunan kesadaran oleh perawat diperoleh informasi bahwa
serta gangguan mobilitas agar setiap responden mengatakan faktor
mencegah terjadinya risiko jatuh. yang menghambat dalam pelaksanaan
keselamatan pasien antara lain APD
6. Mekanisme pelaporan insiden tidak lengkap, sarana dan prasarana
keselamatan pasien yang terjadi di ruangan belum standar, pasien dan
ruang perawatan keluarga pasien tidak mengerti
Berdasarkan hasil wawancara informasi yang diberikan sehingga
dengan responden tentang mekanisme harus dilakukan pengulangan.
pelaporan insiden keselamatan pasien

182
Artikel Penelitian Syifa’ MEDIKA, Vol.12 (No. 2), Maret 2022, 177-186

Pembahasan ulang.8 Menurut SNARS (2018), dalam


Responden dalam penelitian ini hal memberikan persetujuan, seorang
telah memahami dan menerapkan pasien menerima penjelasan tentang
kehati-hatian dalam pemberian obat rencana apa saja yang akan dilakukan
dengan cara mengidentifikasi pasien padanya dan tindakan ini harus
melalui gelang pasien. Hal tersebut memiliki persetujuan khusus (informed
sesuai dengan Standar Nasional consent). Persetujuan khusus harus
Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) tahun diperoleh sebelum dilakukan tindakan
2018 bahwa dalam mengidentifikasi tertentu dengan risiko tinggi. Untuk
pasien harus menjelaskan tujuan saat meningkatkan komunikasi yang efektif
pemasangan gelang, memastikan gelang digunakan serah terima (hand over),
identitas terdapat minimal dua dari tiga tepat waktu, akurat, lengkap tidak
parameter yaitu nama lengkap, nomor ambiguous (mendua) dan mudah
rekam medis, tanggal lahir, jenis dimengerti oleh penerima. Komunikasi
kelamin (warna biru untuk laki-laki dan tersebut dilakukan dengan cara
warna merah untuk perempuan) serta penerima pesan mencatat kembali
pasien diidentifikasi sebelum diberikan seluruh instruksi yang diberikan oleh
obat, sebelum diberikan transfusi, informan serta penerima pesan
sebelum pengambilan sampel darah membaca dan mengkonfirmasi isi pesan
untuk pemeriksaan laboratorium dan tersebut.3
sebelum pasien diberikan pelayanan Sebagian besar responden dalam
atau prosedur (tindakan) medis.3 penelitian ini telah menerapkan prinsip
Sebagian besar responden dalam 5 benar cara pemberian obat. Hasil
penelitian ini telah memahami penelitian ini selaras dengan penelitian
pentingnya komunikasi efektif dalam Alifariki dkk. (2019) di RSUD Kota
pelayanan dan menerapkan metode Kendari yang juga menemukan bahwa
SBAR serta hand over saat pergantian belum semua perawat di Ruang ICU
shift kerja. Hasil penelitian ini selaras dan Ruang Bedah yang menata obat-
dengan penelitian di RSUD Kota obatan High Alert dengan benar.8
Kendari yang menemukan bahwa Menurut SNARS (2018), terdapat obat
perawat telah melakukan pencatatan yang perlu diwaspadai (high alert
terhadap pesan yang disampaikan secara medication) yaitu obat risiko tinggi dan
verbal lalu melakukan konfirmasi obat yang nama kemasan, label,

183
Artikel Penelitian Syifa’ MEDIKA, Vol.12 (No. 2), Maret 2022, 177-186

penggunaan klinik tampak sama (look- sebelumnya.3 Selain itu, semua


alike), bunyi ucapannya sama (sound- responden telah melakukan tindakan
alike), seperti xanax dan zantac atau pencegahan infeksi dengan baik sesuai
hydralazine dan hydroxyzine, disebut panduan. Hal ini sejalan dengan
juga NORUM. Dan juga meningkatkan SNARS (2018), dalam mengurangi
keamanan obat dilakukan beberapa cara risiko infeksi akibat perawatan
yaitu memberikan label yang jelas serta kesehatan dilakukan dengan cara
menyimpan obat dengan akses terbatas menjaga kebersihan tangan melalui cuci
dan tersedianya daftar obat yang tangan sebelum dan sesudah melakukan
memiliki kewaspadaan tinggi untuk tindakan medis serta memakai alat
diatur di tempat yang aman.3 pelindung diri (sarung tangan, masker,
Meningkatkan keamanan obat yang head cap, dan lainnya) sesuai dengan
perlu diwaspadai juga dapat keadaan yang terjadi.3
menggunakan prinsip 5 benar yaitu Seratus persen responden
benar obat, benar dosis, benar rute, memahami dan menerapkan cara
benar waktu dan benar pasien.9 mengurangi risiko cedera pada pasien
Responden telah memahami cara akibat jatuh. Menurut SNARS (2018),
memastikan lokasi pembedahan yang untuk mengurangi risiko cedera
benar, prosedur yang benar dan dilakukan dengan membuat manajemen
pembedahan pasien yang benar, serta risiko (memasang bendera risiko jatuh,
pemberian informasi sebagai informed memberikan pemahaman kepada pasien
consent. Hal ini sesuai dengan SNARS serta keluarganya terkait risiko pasien
(2018), sebelum dilakukan tindakan, jatuh), mengkaji ulang secara berkala
memberikan informasi kepada pasien kepada pasien di tempat pelayanan
dan keluarga pasien terkait prosedur apa diberikan.3 Komite Keselamatan Pasien
saja yang akan dilakukan selama Rumah Sakit (2012) mengemukakan di
operasi, meminta persetujuan pasien dalam pedoman pencegahan pasien
untuk melakukan tindakan risiko jatuh, pencegahan tersebut
menggunakan informed consent, dilakukan dengan cara memastikan bel
meminta pasien terlibat dalam mudah dijangkau, roda tempat tidur
memberikan ketepatan (verifikasi) pra- pada posisi terkunci, memosisikan
operasi, serta dilakukan operasi dengan tempat tidur pada posisi terendah,
penandaan lokasi (site marking) menaikkan pagar pengaman, memonitor

184
Artikel Penelitian Syifa’ MEDIKA, Vol.12 (No. 2), Maret 2022, 177-186

ketat pasien risiko tinggi, dan menggunakan stiker dan label khusus
melibatkan pasien atau keluarga dalam untuk mengurangi terjadinya insiden
pencegahan jatuh.10 Hasil penelitian ini pada pasien. Hal tersebut selaras dengan
selaras dengan sebuah penelitian di SNARS 2018.3 Faktor dominan yang
RSUD Kota Kendari yang juga memengaruhi implementasi budaya
menemukan bahwa perawat sudah keselamatan pasien di suatu rumah sakit
memiliki kepatuhan yang baik dalam adalah kerja sama tim, pembelajaran
hal pemasangan gelang pasien.8 organisasi, tingkat stres dan beban kerja
Jika terjadi insiden, perawat perlu perawat, serta komunikasi tim.12
membuat laporan tertulis kepada kepala Berdasarkan hasil penelitian Yasmi dan
ruangan. Semua responden telah Thabrany (2018), budaya keselamatan
memahami hal ini. Namun, karena pasien dipengaruhi oleh adanya umpan
belum adanya insiden yang terjadi di balik laporan, budaya tidak
ICU tersebut, maka penerapannya menyalahkan, dan budaya belajar.4
belum dapat diamati. Hasil pengamatan
ini sejalan dengan penelitian Lestari Simpulan dan Saran
dkk. (2019) di sebuah rumah sakit Gambaran penerapan keselamatan
swasta di Kudus, Jawa Tengah, yang pasien pada ICU RSMP sebagian besar
melaporkan bahwa pelaporan insiden sudah sesuai dengan Sasaran
dilakukan oleh orang yang pertama kali Keselamatan Pasien, hal ini dikarenakan
menemukan insiden dalam waktu 2x24 telah dilakukannya sosialisasi oleh
jam. Pelaporan insiden di rumah sakit pihak RSMP sejak tahun 2017 hingga
tersebut dilakukan secara online melalui saat ini. Adanya penelitian ini dapat
aplikasi SINDEN.11 menjadi data awal untuk pengembangan
Terdapat faktor yang penelitian selanjutnya mengenai
menghambat dan mendukung keselamatan pasien sehingga peneliti
pelaksanaan keselamatan pasien oleh selanjutnya dapat menganalisis berbagai
perawat. Faktor yang mendukung faktor yang memengaruhi penerapan
pelaksanaan keselamatan pasien yaitu keselamatan pasien di rumah sakit.
perawat sudah mengetahui tentang SKP,
sudah tersedianya beberapa fasilitas Ucapan Terima Kasih
seperti ray strain, bed yang sudah Ucapan terima kasih disampaikan
dilengkapi dengan pagar, sudah kepada RS Muhammadiyah Palembang

185
Artikel Penelitian Syifa’ MEDIKA, Vol.12 (No. 2), Maret 2022, 177-186

yang telah memberikan izin untuk Advanced Research in Management


penelitian ini. and Social Sciences.
7. Musliha. 2012. Keperawatan gawat
Daftar Pustaka darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.
1. Najihah. 2018. Budaya 8. Alifariki LO, Rangki L, Kusnan A.
Keselamatan Pasien dan Insiden 2019. Hubungan ketersediaan
Keselamatan Pasien Di Rumah fasilitas dengan implementasi
Sakit: Literature Review. Journal patient safety di Ruang ICU dan
of Islamic Nursing. 3(1):1-8. Bedah RSUD Kota Kendari. Jurnal
2. Permenkes, RI. 2017. Peraturan Kesehatan Al-Irsyad. XII(1):23-32.
Menteri Kesehatan Republik 9. Lestari S. 2016. Farmakologi dalam
Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Keperawatan. Jakarta: Kementerian
Tentang Keselamatan pasien. Doi: Kesehatan Republik Indonesia.
10.1037/0022-3514.51.6.1173. 10. KKPRS. 2012. Laporan Insiden
3. SNARS. 2018. Standar Nasional Keselamatan Pasien (IKP). Jakarta:
Akreditasi Rumah Sakit. Komisi Komite Keselamatan Pasien Rumah
Akreditasi Rumah Sakit. Sakit.
4. Yasmi Y dan Thabrany H. 2015. 11. Lestari ES, Dwiantoro L, Denny
Faktor-faktor yang Berhubungan HM. 2019. Sistem pelaporan
dengan Budaya Keselamatan insiden keselamatan pasien di
Pasien di Rumah Sakit Karya sebuah rumah sakit swasta di
Bhakti Pratiwi Bogor Tahun 2015. Kudus. Jurnal Keperawatan &
Jurnal Administasi Rumah Sakit Kesehatan Masyarakat Cendekia
Indonesia. 4(2):26–37. Utama. 8(2):169-180.
5. Puspitasari M. 2015. Merumuskan 12. Yanriatuti I, Nursalam N,
Learning organization Melalui Soenarnatalina M. 2020. Faktor
Analisis Budaya Keselamatan pendukung dan penghambat budaya
Pasien dan Budaya Organisasi di keselamatan pasien di rumah sakit:
RS Masmitra. Jakarta: UI. A systematic review. Jurnal
6. Pande S, Kolekar BD, Vidyapeeth Penelitian Kesehatan Suara
DYP. 2013. Training programs of Forikes. 11(4):367-371.
nurses working in intensive care
unit. International Journal of

186

Anda mungkin juga menyukai