Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN
SECTIO CAESARIA

Disusun Oleh :
RIZKY WULAN PRIMADHANI
SN181145

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

0
A. Definisi
Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen.
Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau
jika telah terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan
ini adalah malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi
sefalopelvis janin dan ibu. Sectio sesarea dapat merupakan prosedur elektif
atau darurat .Untuk sectio caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau
epidural. Apabila dipilih anestesi umum, maka persiapan dan pemasangan duk
dilakukan sebelum induksi untuk mengurangi efek depresif obat anestesi pada
bayi .(Muttaqin, 2009)
Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah 20 minggu atau segera setelah persalinan
(Manjoer,2009)

B. Tanda dan Gejala (spefikasi)


Menurut Cuningham (2013) beberapa tanda dan gejala preeklamsia berat yaitu
1. Pre Eklamsi Ringan
a. Bila tekanan sistolik > 140 mmHg kenaikan 30 mmHg diatas
tekanan biasa, tekanan distolik 90 mmHg, kenaikann 40 mmHg
diatas tekanan biasa, tekanan darah yang meninggi ini
sekurangnya diukur 2x dengan jarak 6 jam
b. Proteinuria sebesar 300 mg/dl dalam 25 jam atau > 1 gr/dl
secara random dengan memakai contoh urin siang hari yang
dikumpulkan pada dua waktu dengan jarak 6 jam karena
kehilangan protein adalah bervariasi
c. Edema dependent, bengkak dimata, wajah, jari, bunyi
pulmoner tidak terdengar. Edema timbul dengan didahului
penambahan berat badan ½ kg dalam seminggu atau lebih.
Tambahan berat badan yang banyak ini disebabkan oleh retensi
air dalam jaringan dan kemudian baru edema nampak, edema
ini tidak hilang dengan istirahat
2. Pre Eklamsi Berat
a. Tekanan Darah sistolik > 160 mmHg dan diastolik > 110
mmHg pada dua kali pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6
jam dengan posisi ibu tirah baring
b. Proteinuria > 5 gram dalam urin 24 jam atau lebih dari +3 pada
pemeriksaan diagnostik setidaknya pada 2x pemeriksaan acak
menggunakan contoh urin yang diperoleh cara bersih dan
berjarak setidaknya 4 jam
c. Oliguria < 400 mml dalam 24 jam
d. Gangguan otak atau gangguan penglihatan
e. Nyeri ulu hati

1
f. Edema paru/ sianosis
3. Eklamsia
a. Kejang – kejang / koma
b. Nyeri pada daerah frontal
c. Nyeri epigastrium
d. Penglihatan semakin kabur
e. Mual, muntah

C. Adaptasi Fisiologis dan Psikologis


Adapun adaptasi post sectio caesaria menurut Bobak (2010) meliputi:
1. Adaptasi Fisiologi
a. Involusi
Yaitu suatu proses fisiologi pulihnya kembali alat kandungan
ke keadaan sebelum hamil, terjadi karena masing-masing sel
menjadi lebih kecil karena cytoplasmanya yang berlebihan
dibuang.
1) Involusi uterus
Terjadi setelah placenta lahir, uterus akan mengeras karena
kontraksi dan reaksi pada otot-ototnya, dapat diamati
dengan pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri :
a) Setelah placenta lahir hingga 12 jam pertama
Tinggi Fundus Uteri 1- 2 jari dibawah pusat.
b) Pada hari ke-6 tinggi Fundus Uteri normalnya
berada di pertengahan simphisis pubis dan pusat.
c) Pada hari ke-9 / 12 tinggi Fundus Uteri sudah tidak
teraba.
2) Involusi tempat melekatnya placenta
Setelah placenta dilahirkan, tempat melekatnya placenta
menjadi tidak beraturan dan ditutupi oleh vaskuler yang
kontraksi serta trombosis pada endometrium terjadi
pembentukan scar sebagai proses penyembuhan luka.
Proses penyembuhan luka pada endometrium ini
memungkinkan untuk implantasi dan pembentukan
placenta pada kehamilan yang akan datang.
b. Lochea
Yaitu kotoran yang keluar dari liang senggama dan terdiri dari
jaringan-jaringan mati dan lendir berasal dari rahim dan liang
senggama. Menurut pembagiannya sebagai berikut :
1) Lochea rubra
Berwarna merah, terdiri dari lendir dan darah, terdapat
pada hari kesatu dan kedua.
2) Lochea sanguinolenta
Berwarna coklat, terdiri dari cairan bercampur darah dan
pada hari ke-3 - 6 post partum.

2
3) Lochea serosa
Berwarna merah muda agak kekuningan, mengandung
serum, selaput lendir, leucocyt dan jaringan yang telah
mati, pada hari ke-7 - 10.
4) Lochea alba
Berwarna putih / jernih, berisi leucocyt, sel epitel, mukosa
serviks dan bakteri atau kuman yang telah mati, pada hari
ke-1 – 2 minggu setelah melahirkan.
2. Adaptasi psikososial
Ada 3 fase perilaku pada ibu post partum menurut Bobak (2010)
yaitu :
a. Fase “taking in” (Fase Dependen)
1) Selama 1 - 2 hari pertama, dependensi sangat dominan
pada ibu dan ibu lebih memfokuskan pada dirinya
sendiri.
2) Beberapa hari setelah melahirkan akan menangguhkan
keterlibatannya dalam tanggung jawab sebagai seorang
ibu dan ia lebih mempercayakan kepada orang lain dan
ibu akan lebih meningkatkan kebutuhan akan nutrisi dan
istirahat.
3) Menunjukkan kegembiraan yang sangat, misalnya
menceritakan tentang pengalaman kehamilan, melahirkan
dan rasa ketidaknyamanan.
b. Fase “taking hold” (Fase Independen)
1) Ibu sudah mau menunjukkan perluasan fokus
perhatiannya yaitu dengan memperlihatkan bayinya.
2) Ibu mulai tertarik melakukan pemeliharaan pada bayinya.
3) Ibu mulai terbuka untukmenerima pendidikan kesehatan
bagi diri dan bayinya.
c. Fase “letting go” (Fase Interdependen)
1) Fase ini merupakan suatu kemajuan menuju peran baru
2) Ketidaktergantungan dalam merawat diri dan bayinya
lebih meningkat.
3) Mengenal bahwa bayi terpisah dari dirinya

D. Patofisiologi dan pathway


Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC).

3
Pada ibu bersalin dengan preeklamsia berat terjadi beberapa gejala
klinik seperti tekanan darah tinggi, oedema pada ekstremitas dan muka, serta
protein urine positif. Protein urine disebabkan oleh spasme arteriola sehingga
terjadi kerusakan pada glomerulus yang akan meningkatkan permeabilitas
membran basalis dan menyebabkan terjadinya kebocoran pada filtrasi
glomerulus
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan,
dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan
rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi
akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan
baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi. (Sofian,2012)
PATHWAY

INDIKASI SECTIO CAESARIA

 Panggul sempit
 Plasenta previa
 Pre eklamsia dan HT
 Disproporsi sefalopelvik
 Rupture ureteri mengancam
 Partus tak maju
 Partus lama
 Distosia serviks
 Mal presentasi janin

SECTIO CAESARIA

FISIK PSIKOLOGIS

Trauma Prosedur 4
jaringan pembedahan CEMAS
Trauma Tindakan
Risiko
NYERI jaringam anestesi
infeksi
Imobilisasi

Hambatan
mobilitas
fisik

(Sofian,2012)

E. Penatalaksanaaan medis dan keperawatan


Menurut Bobak (2010) Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC
diantaranya:
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan
seperti Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang
hebat.
c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-
lain. Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria
efektif dapat dipersoalkan, namun pada umumnya
pemberiannya dianjurkan.
d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c. Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari
kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan
bantuan.
d. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan
pada hari kelima setelah operasi

F. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut
Wiknjosastro (2010)
1. Infeksi puerperal

5
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama
beberapa hari dalam masa nifas yang bersifat berat seperti peritonitis,
sepsis.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan
parut pada dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada
kehamilan berikutnya

G. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum


1. Pengkajian
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku
bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit kronis atau
menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang: Riwayat pada saat sebelun
inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti
tanda-tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga : Adakah penyakit
keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
d. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu
makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
2) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien
nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena
mengalami kelemahan dan nyeri.
3) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan
sering /susah kencing selama masa nifas yang
ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi

6
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
BAB.
4) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat
dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri
epis setelah persalinan
5) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien
dengan keluarga dan orang lain.
6) Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
7) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat
luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada
pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya
pengetahuan merawat bayinya
8) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan
kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak
psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara
lain dan body image dan ideal diri
9) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam
hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak
adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-
kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan
apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar
tioroid, karena adanya proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata
pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak,
bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar
dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum
kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung

7
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper
pigmentasi areola mamae dan papila mamae
7) Abdomen
Tampak insisi post op SC, namun pada klien nifas
abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air
ketuban, bila terdapat pengeluaran mekonium yaitu
feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus
karena rupture
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan
karena membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau
karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan
darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu
tubuh turun

2. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri Akut (00132) berhubungan dengan Agen cidera fisik
2) Gangguan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan nyeri luka
post operasi sectio caesaria
3) Risiko infeksi area pembedahan (00266) berhubungan dengan
Prosedur infasif

8
3. Intervensi
No Diagnosa
Tujuan & Kh Intervensi
Dx Keperawatan
1 Nyeri Akut NOC : 1605 NIC :
(00132) ❖ pain control, Manajemen nyeri : 1400
berhubungan (1605) ▪ Lakukan pengkajian nyeri
dengan Agen ❖ pain level (2102) secara komprehensif
cidera fisik Setelah dilakukan termasuk lokasi,
tinfakan keperawatan karakteristik, durasi,
selama 3 x 24 jam frekuensi, kualitas dan
Pasien tidak faktor presipitasi
mengalami nyeri, ▪ Observasi reaksi nonverbal
dengan kriteria hasil: dari ketidaknyamanan
1. mengenali kapan ▪ Gali bersama pasien faktor
nyeri terjadi : faktor yang dapat
secara konsisten menurunkan / memperberat
menunjukan (5) nyeri
2. menggambarkan ▪ Ajarkan tentang teknik non
faktor penyebab farmakologi: napas dala,
nyeri : secara relaksasi, distraksi,
konsisten kompres hangat/ dingin
menunjukan (5) ▪ Berikan analgetik untuk
3. nyeri yg mengurangi nyeri: ……...
dilaporkan tidaka ▪ Tingkatkan istirahat
ada (5) ▪ Berikan informasi tentang
4. panjang episode nyeri seperti penyebab

9
nyeri tidaka ada nyeri, berapa lama nyeri
(5) akan berkurang dan
5. ekspresi nyeri antisipasi
wajah tidak ada ketidaknyamanan dari
(5) prosedur
▪ Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
2 Gangguan NOC : NIC :
mobilitas fisik Kemampuan Exercise therapy :
(00085) berpindah (0210) ambulation
berhubungan 1. Monitoring vital sign
dengan nyeri Setelah dilakukan sebelm/sesudah latihan
luka post tindakan keperawatan dan lihat respon pasien
operasi sectio selama 3x24 jam saat latihan
caesaria gangguan mobilitas 2. Ajarkan pasien atau
fisik teratasi dengan tenaga kesehatan lain
kriteria hasil : tentang teknik ambulasi
3. Kaji kemampuan pasien
1. Berpindah dari dalam mobilisasi
satu permukaan 4. Latih pasien dalam
ke permukaan pemenuhan kebutuhan
yang lain sambil ADLs secara mandiri
berbaring tidak sesuai kemampuan
terganggu (5) 5. Dampingi dan Bantu
2. Berpindah dari pasien saat mobilisasi
tempat tidur ke dan bantu penuhi
kursi tidak kebutuhan ADLs ps.
terganggu (5) 6. Ajarkan pasien
3. Berpindah dari bagaimana merubah
ke kursi ke posisi dan berikan
tempat tidur tidak bantuan jika diperlukan
terganggu (5)

3 Risiko infeksi NOC : NIC :


area Kontrol Risiko : Kontrol infeksi (6540)
pembedahan proses infeksi ( 1924) 1. cuci tangan sebelum dan

10
(00266) sesudah kegiatan
berhubungan Setelah dilakukan perawatan pasien
dengan tindakan keperawatan 2. batasi jumlah
Prosedur selama 3x24 jam pengunjung
infasif risiko infeksi tidak 3. pastikan teknik
terjadi dengan kriteria perawatan luka yang
hasil : tepat
4. tingkatkan intake nutrisis
1. mempertahankan yang tepat
lingkungan yang 5. dorong intake cairan
bersih secara yang sesuai
konsisten 6. dorong untuk beristirahat
menunjakkan (5) 7. kolaborasi pemberian
2. mencuci tangan antibiotik yang sesuai.
secara konsisten 5.
menunjakkan (5)
3. mengidentifikasi
tanda dan gejala
infeksi secara
konsisten
menunjakkan (5)
4. mengklarifikasi
risiko infeksi yang
didapat secara
konsisten
menunjakkan (5)

11
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Cunningham FG, Gant NF, Dkk. 2013. Obstetri Wiliams Volume 1 Edisi 23. Jakarta :
EGC

Mansjoer, Arif, Dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Pertama.
Jakarta : Media Asculapius

Muttaqin,A Dan Kumala Sari. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif Komsep,


Proses Dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika

Sofian, Amru. 2012. Sinopsis Obstetri Edisi 3. Jakarta : EGC

Wiknjosastro.2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal. Edisi 1. Jakarta : Bina Pustaka

12

Anda mungkin juga menyukai