SKRIPSI
oleh
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih setia-Nya
yang telah menyertai penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang
kecemasan saat menghadapi OSCE pada mahasiswa S-1 reguler angkatan 2015 di
Fakultas Keperawatan USU”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu kegiatan
MNS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Ibu
Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I serta seluruh staf dan
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Reni Asmara Ariga,
S.Kp., MARS selaku dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu untuk
masukan yang sangat berharga sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Ibu Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M.Biomed, Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep.,
iv
Naibaho dan Ibu Mei Diana Siagian selaku orang tua saya yang selalu memberi
dukungan, semangat, perhatian dan doa yang tak henti-hentinya selama ini kepada
Akhirnya tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman angkatan 2012 yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada
penulis.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mencurahkan berkat dan kasih
karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan
ini masih ada kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Penulis
halaman
Halaman judul ............................................................................................. i
Halaman pernyataan orisinalitas ................................................................. ii
Halaman pengesahan ................................................................................... iii
Prakata ......................................................................................................... iv
Daftar isi ...................................................................................................... vi
Daftar tabel .................................................................................................. viii
Daftar skema ............................................................................................... ix
Abstrak ........................................................................................................ x
Abstract ....................................................................................................... xi
vi
Lampiran-lampiran
Lampiran 1. Jadwal penelitian
Lampiran 2. Informed consent
Lampiran 3. Instrumen penelitian
Lampiran 4. Taksasi dana
Lampiran 5. Surat izin survey awal
Lampiran 6. Surat izin penelitian
Lampiran 7. Surat komite etik
Lampiran 8. Surat izin reliabilitas
Lampiran 9. Hasil uji validitas
Lampiran 10. Hasil uji reliabilitas
Lampiran 11. Hasil penelitian
Lampiran 12. Riwayat hidup
Lampiran 13. Lembar bukti bimbingan
vii
5.2. Tabel deskripsi tingkat kecemasan pre dan post-test pada kelompok
5.3. Tabel tingkat kecemasan responden pre dan post-test pada kelompok kontrol
5.4. Tabel tingkat kecemasan responden pre dan post-test pada kelompok
viii
ix
ABSTRAK
ABSTRACT
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
khawatir, tegang, dan takut saat menghadapi sesuatu. Perasaan cemas pada diri
seseorang merupakan hal yang wajar terutama sesuatu yang ingin dicapainya,
karena untuk mencapai keberhasilan dari apa yang diinginkan tersebut terkadang
kehidupan, namun jika kecemasan yang ada pada individu menjadi berlebihan
merupakan salah satu gangguan mental emosional yang ringan, dimana dapat
diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan dan sebanyak 47,7%
gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6 % dari populasi orang remaja saat
ini, sehingga diketahui bahwa jumlah populasi remaja di Indonesia kurang lebih
untuk memusatkan perhatian dan daya ingat. Demikian juga dengan mahasiswa
akademik.
Salah satu ujian akademik yang dilakukan yaitu, ujian OSCE. OSCE
kecemasan serta mengganggu individu untuk fokus terhadap hal-hal yang perlu
dilakukan (Zeidner & Matthews, 2005 cit. Asghari, et.al, 2012, dalam Badrya,
2014).
dengan hasil belajar matematika siswa, yaitu 47% siswa mengalami tingkat
kecemasan yang sedang dan diketahui siswa yang mengalami cemas sedang
mendapatkan hasil ujian yang baik. Selanjutnya dari penelitian Rizka (2009),
33.3% remaja mengalami cemas sedang dan 66.7% mengalami cemas ringan.
Remaja yang memiliki cemas sedang mendapat hasil belajar kurang baik
saat menghadapi OSCE. Dan mahasiswa yang memiliki cemas ringan memiliki
hasil nilai OSCE lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki
cemas sedang.
ditangani. Salah satu tindakan yang diberikan yaitu, dengan teknik relaksasi nafas
dalam. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan metode yang efektif dan mudah
Dari penelitian yang dilakukan oleh Kamal dan Data (2014), dinyatakan
memiliki cemas sedang. Mahasiswa yang memiliki cemas sedang lebih baik
Dari latar belakang masalah yang di atas, dapat dilihat bahwa ujian dapat
tingkat kecemasan mahasiswa saat menghadapi ujian OSCE. Oleh sebab itu, maka
OSCE pada mahasiswa S-1 reguler angkatan 2015 di Fakultas Keperawatan USU.
nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan saat menghadapi OSCE pada
kelompok intervensi.
nafas dalam.
sebagai informasi dalam memberi asuhan keperawatan kepada klien, keluarga dan
kepada mahasiswa, dosen, dan dapat diterapkan bahwa teknik relaksasi nafas
setiap individu.
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai salah satu informasi yaitu bahwa
teknik relaksasi nafas dalam dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif yang
yang terkait dengan pelaksanaan perawat bahwa teknik relaksasi nafas dalam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KECEMASAN
yang tidak menentu, atau reaksi ketakutan dan tidak tentram yang terkadang
penilaian individu yang subjektif dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan belum
dan menakutkan yang dihubungkan dengan suatu ancaman bahaya yang tidak
diketahui asalnya oleh individu. Perasaan ini disertai oleh komponen somatik,
individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh
semua makhluk hidup. Ansietas merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa
ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was
(khawatir) seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami
1. Usia
penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Kematangan
mengalami respon cemas yang berat dibandingkan kelompok umur dewasa (Liza,
2004).
2. Jenis Kelamin
karena ada perbedaan otak laki-laki dan perempuan, maka laki-laki cenderung
lebih aktif, kompetitif, tegas, percaya diri dan eksploratif, sedangkan perempuan
cakap dalam bahasa, kesadaran sensoris, memori, kecakapan sosial dan lebih
3. Psikologis
bawah sadar. Mekanisme pembelaan ego yang tidak sepenuhnya berhasil juga
peringatan yang bersifat subjektif atas adanya bahaya yang tidak dikenali
4. Sosial
Menurut teori belajar, cemas dapat terjadi oleh karena frustasi tekanan,
individu menerima suatu keadaan yang menurutnya tidak disukai oleh oranng lain
1. Gejala psikologik yang terdiri dari; (1) khawatir akan terjadi sesuatu
dirinya, (3) penderita tegang terus menerus dan tak mampu bertindak dengan
2. Gejala somatik yang terdiri dari; (1) sesak nafas, (2) dada tertekan, (3)
nyeri epigastrium, (4) cepat lelah, (5) palpitasi, (6) keringat dingin, (7) gejala lain
1. Cemas Ringan
kehidupan sehari-hari. Lapangan persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-
hati dan waspada. Orang yang mengalami cemas ringan akan terdorong untuk
cemas ringan adalah sesekali mengalami nafas pendek, naiknya tekanan darah dan
nadi, muka berkerut, bibir bergetar, dann mengalami gangguan gejala pada
lambung.
masalah dan dapat menjelaskan masalah secara efektif. Adapun respons perilaku
dan emosi dari orang yang mengalami kecemasan adalah tidak dapat duduk
tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi (Jaya, 2015).
2. Cemas Sedang
dan memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal-
hal lain. Respons fisiologis dari orang yang mengalami ansietas sedang adalah
sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare,
persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima, berfokus terhadap apa
yang menjadi perhatian. Adapun respons perilaku dan emosi adalah gerakan yang
tersentak-sentak, meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman (Jaya,
2015).
3. Cemas Berat
cenderung memikirkan hal-hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal lain.
adalah nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit
yang sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan masalah. Adapun
respons perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi yang
4. Panik
Pada tingkatan panik lapangan persepsi seseorang sudah sangat sempit dan
sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit
fisiologis panik adalah nafas pendek, rasa tercekit, sakit dada, pucat, hipotensi,
penderita panik adalah lapangan persepsi yang sangat sempit sekali dan tidak
mampu berpikir logis. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat agitasi,
Proses terjadinya kecemasan dapat tejadi melalui dua tahap yaitu, faktor
predisposisi dan faktor presipitasi. Berikut dibawah ini akan dijabarkan proses
1. Faktor predisposisi
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
6) Pola mekanisme koping keluarga atau poka keluarga menangani stress akan
2014).
2. Faktor presipitasi
tinggal.
Akibat dari kecemasan dapat berasal dari sumber internal dan eksternal
yang akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari. Pada ancaman ini stressor yang berasal dari sumber eksternal
diri dan fungsi sosial yang terintegritasi seseorang. Ancaman yang berasal dari
perceraian, pindah kerja), dan ancaman yang berasal dari sumber internal
psikologis dari Universitas Duke. Kuesioner ini berisi 20 item pertanyaan yang
berisi 4 kategori yaitu gejala kognitif (1, 2, 3, 4, 5, 11, 12, 19), autonomik (10, 15,
16, 17, 18, 20), motorik (7, 8, 9, 13, 14, 19) dan sistem saraf pusat (1, 4).
35-49 (ringan), 50-65 (sedang), 66-80 (berat). Isian dibagi dalam kategori 1,2,3,
dan 4. Pertanyaan selalu diberikan skor 4 untuk pertanyaan yang favorable dan 1
respon emosional yang tidak menyenangkan dengan gejala takut dan khawatir
pada hal yang tidak spesifik. ZSAS ini mampu membedakan dengan jelas
penderita yang memiliki kecemasan dengan diagnosa lain yang memiliki gejala
dan dikategorikan berdasarkan skor HARS yang diperoleh. Pada tes ini terdapat
14 gejala yang diobservasi, yaitu : (1) perasaan cemas, (2) ketegangan, (3)
ketakutan, (4) gangguan tidur, (5) gangguan kecerdasan, (6) perasaan depresi
(murung), (7) gejala somatik/fisik (otot), (8) gejala somatik/fisik (sensorik), (9)
HARS terdiri dari 14 item. Penilaian setiap itemnya diberi skor antara 0
sampai 4 (0: tidak ada gejala atau keluhan, 1: gejala ringan, 2: gejala sedang, 3:
gejala berat, 4: gejala berat sekali). Penentuan derajat kecemasan dengan cara
menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil : (1) skor kurang dari 14 = tidak
ada kecemasan, (2) skor 14-20 = kecemasan ringan, (3) skor 21-27 = kecemasan
sedang, (4) skor 28-41 = kecemasan berat, (5) skor 42-56 = kecemasan sangat
berat.
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana
cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)
2005).
Smeltzer & Bare (2005) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi nafas
mencegah atelektasi paru, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional
Ada beberapa posisi relaksasi nafas dalam yang dapat dilakukan menurut
Letakkan kaki terpisah satu sama lain dengan jari-jari kaki meregang lurus
kearah luar, letakkan lengan pada sisi tanpa menyentuh sisi tubuh, pertahankan
kepala sejajar dengan tulang belakang dan gunakan bantal tipis dan kecil di
bawah kepala.
Berbaring miring, kedua lutu ditekuk, di bawah kepala diberi bantal dan di
bawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agak perut tidak menggantung.
Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan
disamping telinga.
Duduk dengan seluruh punggung bersandar pada kursi, letakkan kaki datar
pada lantai, letakkan kaki terpisah satu sama lain; gantungkan lengan pada sisi
atau letakkan lengan pada kursi dan pertahankan kepala sejajar dengan tulang
belakang.
diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diafragma selama inspirasi yang
masuk selama inspirasi. Berikut langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam: (1)
ciptakan lingkungan yang tenang, (2) usahakan tetap rileks dan tenang, (3)
menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks, (5) anjurkan bernafas dengan irama
normal 3 kali, (6) menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui
mulut, (7) ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali, dan
Dasar dari metode teknik relaksasi nafas dalam adalah di dalam sistem saraf
manusia terdapat sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Fungsi sistem saraf
gerakan tangan, kaki, leher dan jari-jari. Kemudian fungsi sistem saraf otonom
fungsi disgetif. Selanjutnya, fungsi sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem
yang bekerja berlawanan yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis (Bluerufi,
2009).
temperatur dan daya tahan kulit serta akan menghambat proses digestif dan
Pada waktu seseorang mengalami kecemasan maka yang bekerja ialah saraf
Sementara ketika melakukan teknik relaksasi nafas dalam maka sistem saraf
tekanan darah dan pernafasan semakin menurun dan dalam batas normal. Terdapat
perubahan akibat teknik relaksasi nafas dalam yaitu, menurunkan tekanan darah,
Teknik relaksasi yang baik dan benar dapat memberi efek bagi tubuh,
yaitu : (1) penurunan nadi, tekanan darah dan pernafasan (hiperventilasi), (2)
kecepatan metabolisme, (5) peningkatan kesadaran global, (6) perasaan damai dan
tenang, (7) tidak ada perubahan posisi yang volunter, dan (8) periode
2.3 OSCE
(Sukardi, 2005).
(rumah sakit). Masalah utama dari ujian konvensional ini adalah kurangnya
standardisasi dari: bahan-bahan klinik yang dipakai, ruang lingkup (lebih sempit),
variasi penguji, misalnya, saat ujian klinik final, jika teruji cukup beruntung
mendapat pasien berusia relatif muda yang mampu bercerita banyak tentang
mendapatkan nilai bagus akan lebih besar dibanding jika mendapat pasien yang
bahan-bahan yang identik dan sangat mirip, demikian juga penguji yang sama
atau sistem penilaian yang merujuk pada kriteria dan terstandardisasi sehingga
tidak ada variasi dalam penilaian penguji. Dengan cara ini, semua mahasiswa
mendapatkan tes objektif dan terstruktur dengan jelas. Setiap perbedaan nilai antar
yang dinilai, bukannya perbedaan variabilitas dalam bahan klinik atau bias
penguji.
mempraktikkan skill sesuai yang telah diajarkan dan dijadwalkan pada saat itu.
Jika waktu telah berakhir maka mahasiswa pindah pada stase berikutnya dan
Salah satu manfaat yang dapat dirasakan pada jenis ujian semacam ini
adalah bahwa ujian ini dapat memproses sejumlah besar kandidat secara adil,
tanpa menyebabkan gangguan besar pada unit klinik. Olehh karena OSCE
merupakan suatu sirkuit stase, OSCE dapat dilakukan dalam lokasi (setting) lain
selain bangsal rumah sakit dan yang terbaik dilakukan dalam ruangan yang
dirancang seperti pada area klinik pasien rawat jalan, atau unit prosedur rawat
sehari atau di area kemampuan (skill) klinik sehingga mahasiswa dan penguji
memiliki waktu dan akomodasi cukup (adekuat) untuk melakukan penilaian tanpa
sempurna dan seperti halnya tes-tes lainnya, OSCE memiliki beberapa kekuatan
dan kelemahan (Tabel 2.1). Namun secara keseluruhan, cara penilaian ini
merupakan senjata yang sangat kuat bagi para penguji. Mahasiswa dapat
terbatasnya waktu untuk tes pengetahuan pada setiap stase yang diujikan,
gambaran klinik umum dari kondisi medis yang sering kali muncul. Berikut
kelompok
kelompok kohortnya
Kelemahan
1. Tidak dapat menilai pengetahuan secara mendalam
2. Tidak cocok untuk menilai pasien sebenarnya yang dalam kondisi buruk
mahasiswa
5. Alokasi waktu 5-10 menit per stase terkadang kurang cukup untuk
(Sukardi, 2005).
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
tingkat kecemasan saat menghadapi OSCE pada mahasiswa S-I reguler angkatan
Skema 3.1
Independen Dependen
Ket:
= diteliti
= tidak diteliti
26
dua variabel atau lebih dan kebenarannya harus diuji (Siregar, 2014). Dengan
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok intervensi (I) yang
diberi intervensi/ perlakuan (I) dan kelompok kontrol (K) yang tidak diberi
intervensi. Pada kedua kelompok diawali dengan pre-test (P-1) dan setelah diberi
intervensi yaitu teknik relaksasi nafas dalam selama 10 menit pada kelompok
sikap hidup, dan sebagainya (Siregar, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah
OSCE, dengan jumlah populasi 127 mahasiswa dengan sumber data dari bagian
28
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2007).
Bila total populasi lebih dari 100 maka pengambilan sampel kurang lebih 25-30%
dari total populasi. Berdasarkan rumus Arikunto tersebut, maka jumlah sampel
dalam penelitian ini sebanyak 38 orang diambil dari 30% jumlah populasi.
Sehingga jumlah responden dalam penelitian ini adalah 38 orang yang terdiri dari
peneliti apabila populasi dari mana sampel diambil merupakan populasi homogen.
sama kepada tiap-tiap subjek untuk terambil sebagai anggota sampel (Arikunto,
2007).
sebagai tempat penelitian karena OSCE merupakan salah satu tes skill mahasiswa
1. Informed Consent
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur atau kuesioner dan hanya menuliskan kode atau nama inisial pada lembar
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pernyataan yang telah dimodifikasi dari Zung Self-rating Anxiety Scale dan terdiri
dengan skala likert yang terdiri dari 20 pertanyaan dengan skor yang diberikan
untuk pernyataan 1 sampai 4 dimana jawaban tidak pernah (TP) mendapat nilai 1,
kadang-kadang (KD) mendapat nilai 2, sering (SR) mendapat nilai 3 dan selalu
(SL) mendapat nilai 4, sehingga bila dijumlahkan maka skor tertinggi 80 dan skor
terendah 20. Semakin tinggi total skor kuesioner semakin tinggi tingkat
kecemasan mahasiswa.
dan nilai terendah) yaitu 60 dan banyak kelas terdiri dari 4 kategori kelas untuk
respon cemas ringan, sedang, berat dan panik sehingga diperoleh panjang kelas
15. Dengan p = 15 dan nilai terendah 20 sebagai bawah kelas interval pertama,
maka respon cemas dikategorikan sebagai berikut, normal 20-34, cemas ringan
kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa
yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara
tepat (Arikunto, 2013). Uji validasi dilakukan dengan cara mengoreksi instrumen
oleh pakar yang berkompeten. Instrumen penelitian tersebut telah dilakukan uji
dipercaya atau dapat diandalkan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius
dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga
program SPSS for Windows. Uji reliabilitas dilakukan pada 10 responden yang
sesuai dengan kriteria namun diluar dari sampel. Instrumen penelitian ini telah
penelitian.
(KD) mendapat nilai 2 dan tidak pernah (TP) mendapat nilai 1. Pengukuran
teknik relaksasi nafas dalam dimana teknik relaksasi dapat dilakukan dengan
menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
yang menjadi kelompok kontrol tidak diberi tindakan relaksasi nafas dalam.
dianalisa.
tahap, yaitu:
penerima teknik relaksasi nafas dalam dan memastikan bahwa semua data telah
berisi.
2. Tabulation yaitu proses penempatan data ke dalam bentuk tabel yang telah
3. Codeting yaitu kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap data yang
termasuk kategoori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk
angka-angka atau huruf untuk membedakan antara data atau identitas data yang
akan dianlisis.
5. Entry data yaitu peneliti memproses data agar dapat dianalisis dengan
1. Analisis Univariat
(usia dan jenis kelamin) dan setiap variabel yang diukur dalam penelitian
2. Analisis Bivariat
kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam. Uji
hipotesis dilakukan dengan uji paired samples t test dan uji independent t-test. Uji
ini untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pre dan post treatment.
Sebelum dilakukan analisis bivariat, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
menggunakan Shapiro Wilk karena jumlah sampel dalam penelitian ini kurang
dari 50. Hasil uji normalitas sebaran untuk variabel kecemasan menunjukkan
bahwa pada variabel kecemasan terdapat distribusi skor yang normal p>0.05
BAB 5
bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan
kelompok intervensi.
37
intervensi terdapat 1 orang (2.6%) yang tidak cemas (normal), cemas ringan 12
orang (30.8%), cemas sedang 6 orang (15.4%). Sedangkan pada kelompok kontrol
tidak cemas (normal) 3 orang (7.7%), cemas ringan 13 orang (33.3%), cemas
intervensi terdapat 8 orang (20.5%) tidak cemas (normal), cemas ringan 10 orang
(25.6%), cemas sedang 1 orang (2.6%). Sedangkan pada kelompok kontrol cemas
Tabel 5.2 Deskripsi tingkat kecemasan pre dan post-test pada kelompok kontrol
dan intervensi
Kontrol
rata-rata kecemasan yang dirasakan responden pada saat pre-test adalah 43.16
sedangkan pada saat post-test nilai rata-rata menjadi 45.11. Dapat dilihat ada
perbedaan dari nilai rata-rata pada saat pre dan post-test dilakukan.
Untuk melihat kemaknaan dari perbedaan nilai diatas makan dilakukan uji
Paired t-test (tabel 5.3). Pada tabel 5.3 diperoleh bahwa rata-rata perbedaan antara
pre dan post-test pada kelompok kontrol sebesar -2.172, tanda minus (-)
menunjukkan bahwa kecemasan pada saat post-test lebih berat dari pada
kecemasan pada saat pre-test. Artinya ada peningkatan kecemasan pada saat post-
test dengan rata-rata peningkatan tersebut adalah 2.053, dengan nilai p value =
0.043, maka dapat disimpulkan bahwa nilai p<0.05, hal ini menunjukkan ada
perbedaan yang bermakna antara rata-rata kecemasan pada saat pre dan post-test
post-test, hal ini dikarenakan tidak diberikannya relaksasi nafas dalam pada
kelompok kontrol.
Tabel 5.3 Tingkat kecemasan responden pre dan post-test pada kelompok kontrol
(n=19) dengan uji statistik paired t-test
Pre-test Post-test
Variabel p-value mean
Mean Mean
Kecemasan 43.16 45.11 0.043 -2.172
Intervensi
bahwa rata-rata kecemasan yang dirasakan responden pada saat pre-test adalah
46.74 sedangkan pada saat post-test nilai rata-rata menjadi 37.53. Dapat dilihat
ada perbedaan dari nilai rata-rata pada saat pre dan post-test dilakukannya teknik
Paired t-test (tabel 5.4). Pada tabel 5.4 diperoleh bahwa rata-rata perbedaan antara
pre dan post-test pada kelompok intervensi sebesar 6.207 dengan nilai p value =
0.000, maka dapat disimpulkan bahwa nilai p<0.05, hal ini menunjukkan ada
perbedaan yang bermakna antara rata-rata kecemasan pada saat pre dan post-test
post-test, hal ini dikarenakan diberikannya relaksasi nafas dalam pada kelompok
intervensi.
Tabel 5.4 Tingkat kecemasan responden pre dan post-test pada kelompok
intervensi (n=19) dengan uji statistik paired t-test
Pre-test Post-test
Variabel p-value mean
Mean Mean
Kecemasan 46.74 37.53 0.000 6.207
Pada tabel 5.5 dapat dilihat perbedaan tingkat kecemasan pada kelompok
kontrol dengan kelompok intervensi saat pre-test. Nilai mean dari tingkat
kecemasan kelompok kontrol pada saat pre-test adalah 43.16 dan nilai mean dari
intervensi lebih berat dari pada kecemasan pada kelompok kontrol. Hal ini
Tabel 5.5 Tingkat kecemasan responden pre-test pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi (n=19) dengan uji statistik independent t-test
Kontrol Intervensi
Variabel t-value p-value
Mean Mean
Kecemasan 43.16 46.74 -1.808 0.079
mahasiswa pada kelompok kontrol dan intervensi berbeda. Nilai mean dari
kelompok kontrol adalah 44.37 dan nilai mean dari tingkat kecemasan kelompok
intervensi 37.53 dengan nilai t 3.688 (p=0.001, p<0.05). Tingkat kecemasan kedua
kelompok pada saat post-test menunjukkan adanya perbedaan yang sedikit antara
nafas dalam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan pada
Tabel 5.6 Tingkat kecemasan responden post-test pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi (n=19) dengan uji statistik independent t-test
Kontrol Intervensi
Variabel t-value p-value
Mean Mean
Kecemasan 44.37 37.53 3.688 0.001
5.2 PEMBAHASAN
kelompok kontrol tidak cemas (normal) 3 orang (7.7%), cemas ringan 13 orang
terdapat tidak cemas (normal) 1 orang (2.6%), cemas ringan 12 orang (30.8%),
pada saat ujian skill lab diperoleh 21 orang (45.7%) tidak cemas, 22 orang
(50.3%) cemas ringan, 3 orang (4%) cemas sedang (Siti, 2013). Kemudian
diperoleh 19 orang (28%) cemas berat, 32 orang (47%) cemas sedang dan 17
kejadian kecemasan dalam kategori ringan pada responden saat menghadapi ujian.
Begitu juga hasil penelitian ini dengan angka kejadian kecemasan dalam kategori
biokimia dalam tubuh dan otak yang meningkatkan dan membutuhkan perhatian.
yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang
mengancam dan berbahaya. Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap
sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Namun,
bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan situasi, hal itu dianggap
akan bersikap hati-hati dan waspada. Orang yang mengalami cemas ringan akan
lapangan persepsi pada lingkungan menurun dan memfokuskan diri pada hal-hal
penting saat itu juga dan menyampingkan hal-hal lain. Pada tingkat cemas berat,
hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal lain. Kecemasan menghadapi ujian
dipicu oleh kondisi pikiran, perasaan dan perilaku motorik yang tidak terkendali
(Jaya, 2015).
perasaan akan terjadinya hal buruk, dan perilaku motorik yang tidak terkendali
kelompok kontrol terdapat cemas ringan 15 orang (38.5%), cemas sedang 4 orang
(20.5%), cemas ringan 10 orang (25.6%), cemas sedang 1 orang (2.6%). Dari hasil
intervensi.
yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan
nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
kecemasan dan meningkatkan oksigenisasi darah (Smeltzer & Bare, 2005). Dasar
dari metode teknik relaksasi nafas dalam adalah di dalam sistem saraf manusia
terdapat sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Fungsi sistem saraf pusat
tangan, kaki, leher dan jari-jari. Kemudian fungsi sistem saraf otonom berfungsi
disgetif. Selanjutnya, fungsi sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yang
bekerja berlawanan yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis (Bluerufi, 2009).
temperatur dan daya tahan kulit serta akan menghambat proses digestif dan
Pada waktu seseorang mengalami kecemasan maka yang bekerja ialah saraf
Sementara ketika melakukan teknik relaksasi nafas dalam maka sistem saraf
tekanan darah dan pernafasan semakin menurun dan dalam batas normal. Terdapat
perubahan akibat teknik relaksasi nafas dalam yaitu, menurunkan tekanan darah,
interevensi
kelompok intervensi sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam. Dari hasil kedua uji
statistik tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam efektif
disimpulkan dari hasil uji Wilcoxon yang mendapati nilai p value=0.001 (p<0.05).
Hal yang penting adalah bahwa klien mencapai keadaan tenang dan damai. Selain
tidak mungkin sejalan dengan relaksasi. Dengan demikian, latihan relaksasi nafas
dalam akan menimbulkan perasaan sehat dan bugar dengan menciptakan keadaan
meredakan stres merupakan salah satu cara untuk membuat tubuh rileks dengan
mengelola stres dan sakit kepala. Kunci utamanya adalah fokus pada
denyut jantung, tekanan darah rendah dan mengurangi kelelahan (Michael Hersen,
BAB 6
6.1 Kesimpulan
3. Tingkat kecemasan pada kelompok kontrol saat pre dan post-test diperoleh
4. Tingkat kecemasan pada kelompok intervensi saat pre dan post-test didapati
adanya penurunan kecemasan pada saat setelah dilakukan relaksasi nafas dalam.
5. Tingkat kecemasan pada kelompok kontrol dan intervensi pada saat pre-test
6. Tingkat kecemasan pada kelompok kontrol dan intervensi pada saat post-test
49
6.2 Saran
dalam dapat memberikan manfaat untuk mengurangi kecemasan pada klien. Oleh
dapat menjadi informasi bagi pendidikan keperawatan bahwa salah satu intervensi
September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Mengajukan judul
Menetapkan judul
Menyiapkan
proposal
Sidang proposal
Revisi proposal
Uji reliabilitas
Pengumpulan data
Pengolahan dan
analisa data
Penyusunan
laporan skripsi
Ujian skripsi
Diketahui,
Dosen pembimbing
INFORM CONSENT
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Peneliti,
Maria N Naibaho
NIM: 121101041
Medan, 2016
Peneliti Partisipan
KUESIONER PENELITIAN
Efektivitas teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan
saat menghadapi OSCE pada mahasiswa S-1 reguler angkatan 2015 di Fakultas
Keperawatan USU
A. Data Demografi
Petunjuk pengisian: isilah data dibawah ini dengan lengkap. Kemudian berilah tanda
benar ( ) pada kotak pilihan yang telah disediakan dan sesuaikan dengan situasi dan
kondisi Saudara/i saat ini.
1. Inisial Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. Saudara/i pernah melakukan teknik relaksasi nafas dalam sebagai alternatif pengalihan
saat mengalami kecemasan:
Ya. Jika ya pada saat kapan?............................................
Tidak
B. Kuesioner Kecemasan
Petunjuk pengisian: isilah jawaban pada kolom yang telah disediakan dengan
memberikan tanda benar (). Kemudian, setiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban
yang terdiri dari pilihan jawaban dengan ket.:
TP : Tidak pernah SR : Sering
KK : Kadang-kadang SL : Selalu
TASKSASI DANA
NO KEGIATAN BIAYA
1 Menyiapkan proposal sampai sidang proposal
Biaya internet dan pulsa modem Rp. 70.000,00
Kertas A4 80 gr 1 rim Rp. 35.000,00
Biaya rental dan print proposal Rp. 70.000,00
Fotokopi sumber-sumber daftar pustaka Rp. 30.000,00
Memperbanyak proposal Rp. 50.000,00
Sidang proposal Rp. 200.000,00
2 Pengumpulan data dan analisa data
Ethical clearence Fakultas Keperawatan USU Rp. 100.000,00
Fotokopi informed consent dan instrumen Rp. 60.000,00
penelitian
Cinderamata untuk responden Rp. 170.000,00
3 Pengumpulan laporan skripsi
Kertas A4 80 gr 2 rim Rp. 70.000,00
Biaya rental dan print skripsi Rp. 100.000,00
Penjilidan Rp. 100.000,00
Fotokopi laporan penelitian Rp. 100.000,00
Sidang skripsi Rp. 200.000,00
4 Biaya tak terduga Rp. 100.000,00
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
Penilai
R S R S R S R S R S R S R S R S R S R S
R Devi Tumanggor 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3
ƸS 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
V 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1
sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat
Klasifikasi koefisien
sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai
P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
R S R S R S R S R S R S R S R S R S R S
4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3=1 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1 3/3 = 1
sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat
sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai sesuai
Reliability
N %
Total 10 100.0
Reliability Statistics
Cronbach’s
Alpha N of Items
.859 20
Statistics
N Valid 19 19 19 19 19 19
Missing 20 20 20 20 20 20
Mean 1.95 3.32 18.32 1.74 3.63 18.21
Range 1 1 1 1 1 2
Minimum 1 3 18 1 3 17
Maximum 2 4 19 2 4 19
JenisKelamin_kontrol
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Usia_kontrol
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Agama_intervensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
USIA_intervensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
N Correlation Sig.
Paired Differences
5% Confidence
Interval of the
Difference
Pair prekontrol -
-1.947 3.908 .897 -2.004 -1.890 -2.172 18 .043
1 postkontrol
N Correlation Sig.
Paired Differences
5% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair preintervensi -
9.211 6.469 1.484 9.116 9.305 6.207 18 .000
1 postintervensi
5% Confidence
Interval of the
Std.
Difference
Mean Error
Sig. (2- Differen Differen
F Sig. T df tailed) ce ce Lower Upper
Nilai Equal
-
pre variances .445 .509 36 .079 -3.579 1.980 -3.704 -3.454
1.808
assumed
Equal
- 35.76
variances not .079 -3.579 1.980 -3.704 -3.454
1.808 4
assumed
Group Statistics
Std. Error
kelas N Mean Std. Deviation Mean
5% Confidence
Std.
Interval of the
Mean Error
Difference
Sig. (2- Differen Differen
F Sig. t df tailed) ce ce Lower Upper
nilaip Equal
ost variances .685 .413 3.688 36 .001 6.842 1.855 6.725 6.959
assumed
Equal
35.31
variances not 3.688 .001 6.842 1.855 6.725 6.959
2
assumed
RIWAYAT HIDUP