Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 latar Belakang

Pengelolaan dan manajemen Rumah Sakit yang begitu kompleks, tuntutan


Undang-Undang akan pemberian pelayanan yang bermutu serta perlindungan
konsumen, tuntutan masyarakat itu sendiri serta persaingan global yang begitu
ketat memerlukan pengelolaan Rumah Sakit yang professional. Rumah Sakit
tidak bisa dikelola oleh orang yang hanya merasa bisa, tanpa dapat menjadi
manajer yang efektif, memiliki kompetensi pengetahuan dan keterampilan tekhnis
medis dan non medis yang memenuhi standar dan kebutuhan. Alasan lain yang
menyebabkan Rumah Sakit membutuhkan Manajer yang professional karena,
Rumah Sakit adalah organisasi yang unik dan khas kesehatan. Rumah Sakit
merupakan institusi yang padat modal, padat karya,padat teknologi,padat sumber
daya dengan berbagai disiplin ilmu ketenagaan baik medis, para medis maupun
non medis (akutansi, computer, ekonomi, taknik dan lain-lain), yang kesemuanya
itu menghasilkan produk utama berupa jasa pelayanan kesehatan bersifat
intangible.

Untuk menjalankan semua fungsi rumah sakit agar dapat memberikan


pelayanan yang bermutu seperti yang diharapkan masyarakat tersebut perlu
dilaksanakan kegiatan manajemen melalui pendekatan system yang terdiri dari
input, proses dan output. Kriteria mutu pada bidang jasa khususnya jasa pelayanan
kesehatan, sangat beragam sesuai dengan emosional needs pelanggan dan yang
harus menjadi fokus perhatian kita bahwa mutu yang kurang baik pada bidang
jasa ini, tidak bisa ditarik atau dibatalkan. Selain itu ditinjau dari waktu, mutu
bidang jasa mempunyai ciri; proses produksi dan pengkonsumsiannya terjadi pada
saat yang sama dan hasilnya baru dapat diukur setelah dikonsumsi sehingga dapat
dikatakan bahwa mutu produk jasa hanya berada pada proses transformasi produk.
Oleh karena itu peranan pengendali mutu menjadi sangat penting. Seorang
pengendali mutu haruslah mempunyai ketrampilan dan wawasan yang luas

1
mengenai produk jasa yang dihasilkan. Supaya system ini bisa berjalan maka
diperlukan sumber daya manusia, sumber dana, peralatan, Standar pelayanan ,
Standar Prosedur Operasional. Salah satu yang perlu mendapat perhatian dari
komponen tersebut adalah Standar Operasional Prosedur (SPO), yang akan
menuntun semua kegiatan pelayanan yang dijalankan. Setiap unit yang ada di
rumah sakit semestinya memiliki standar prosedur operasional ini, sehingga
harapan akan mutu pelayanan yang baik sebagai keluaran dari sebuah system
dapat dicapai. Standar prosedur operasional dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk
melihat alur proses suatu pelayanan, sehingga dapat dinilai apakah proses
pelayanan yang dijalankan sudah sesuai atau belum dengan standar yang telah
ditetapkan

Upaya meningkatkan mutu pelayanan dan meningkatkan upaya keselamatan


pasien di rumah sakit sudah menjadi gerakan yang universal dalam pelayanan
kesehatan. Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian
pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis
dari manajamen kualitas. Berawal dari laporan Institute of Medicine , di Amerika
Serikat pada tahun 2000 dan dari berbagai Negara maju menyatakan bahwa dalam
pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit ada 3-16% kejadian yang tidak
diharapkan (KTD/Adverse event). Dalam era globalisasi perkembangan ilmu dan
teknologi sangat pesat termasuk ilmu dan teknologi kedokteran. Peralatan dan
obat baru banyak diketemukan, keadaan ini berdampak pada pelayanan kesehatan
yang saat ini sangat kompleks, lebih efektif namun apabila pemberi pelayanan
kurang hati hati dapat berpotensi terjadi kesalahan. Saat ini bahkan telah bergeser
paradigma “quality’ kearah paradigma baru “quality-safety”,ini berarti bukan
mutu pelayanan saja yang ditingkatkan tapi yang lebih penting lagi adalah
menjaga keselamatan pasien secara terus menerus.

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,

2
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).

Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk


menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan
akuntabilitas rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan.

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting


dalam sebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah
sakit yang dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia. Standar
keselamatan pasien rumah sakit yang saat ini digunakan mengacu pada “Hospital
Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Join Commision on
Accreditation of Health Organization di Illinois pada tahun 2002 yang kemudian
disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Penilaian keselamatan yang
dipakai Indonesia saat ini dilakukan dengan menggunakan instrumen Akreditasi
Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh KARS. Selanjutnya akan dibahas mengenai
program Patient Safety yang sudah diterapkan di Rumah Sakit Austin Melbourne
Australia, yang mana pada tahun 2011 merupakan tahun kualitas dan keselamatan
dan bagaimana merubah program kualitas selalu berjalan baik .

1.2. Batasan Masalah.


Sesuai dengan paparan latar belakang di atas , dan keterbatasan waktu
residensi maka laporan residensi ini dibatasi permasalahannya tentang;
bagaimana pelaksanaan program patient safety diterapkan di Rumah sakit Austin
Melbourne Australia di bandingkan dengan pelaksanaan di RSUP M Djamil
Padang dan langkah untuk melaksanakannya di RSUP M Djamil Padang

3
1.3. Tujuan Residensi
1.3.1. Tujuan Umum
Dapat memiliki pemahaman dan keterampilan dasar yang cukup dalam
pengelolaan manajemen Rumah sakit tentang program patient safety yang
didasarkan pada ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mendapat pengalaman yang cukup tentang ruang lingkup kegiatan
manajemen rumah sakit dalam pelaksanaan program patient safety
2. Dapat memahami pengelolaan dan penerapan program patient safety.
3. Mempunyai pemahaman yang cukup terhadap program patient safety.
4. Dapat mempunyai pemahaman yang cukup terhadap program patient
safety serta permasalahannya di rumah sakit.
5. Mempunyai pengalaman mengelola program patient safety.
6. Mampu membuat langkah langkah pelaksanaan patient safety di tempat
bertugas
7. Mampu memberikan alternatif pengambilan keputusan yang
komprehensif dalam rangka pemecahan masalah pelaksanaan patient
safety di tempat tugas.

1.4. Metoda Residensi


a. Observasi dan orientasi di satuan kerja dan lingkungan kerja tentang
patient safety.
b. Penyusunan laporan

1.4. Manfaat Residensi

I.4.1. Bagi Mahasiswa

1. Menerapkan teori manajemen yang diperoleh selama menjalani kuliah di


kampus.

2. Memperoleh pengalaman nyata dengan melihat pelaksanaan manajemen


program patient safety.

4
3. Memperoleh pengalaman berharga dan gambaran nyata suatu proses
pengelolaan patien safety.

4. Memperoleh pengalaman dalam pelaksanaan program patient safety di


Australia dan bisa membandingkan pelaksanaannya ditempat bertugas.

5. Merupakan kesempatan untuk melihat secara langsung rumah sakit di


luar negeri untuk meningkatkan kemampuan pribadi sebagai manajer
yang baik.

1.4.2. Bagi Progam Studi IKM dan Program Pasca Sarjana UNAND.

1. Sebagagai acuan untuk melakukan evaluasi pemberian materi kuliah


dan pembekalan kepada mahasiswa, sehingga mempunyai informasi
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Dapat memperkaya kajian dalam proses pelayanan peningkatan mutu


rumah sakit yang bermuara pada patient safety.

3. Terbinanya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan bagi


Program Magister Kesehatan Masyarakat UNAND maupun Rumah
Sakit Austin di Australia.

4. Mempunyai bahan informasi terkini untuk issue dan studi kasus di


rumah sakit yang dapat disajikan .

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. STANDAR KEELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien sudah diakui sebagai prioritas dalam pelayanan


kesehatan, rumah sakit dapat memilih berbagai program keselamatan pasien mulai
dari upaya klasik keselamatan .pasien seperti meningkatkan program
pengendalian infeksi dengan program “hand hygiene”,program K3RS, informed
consent,safe blood transfusion. Namun sebaiknya rumah sakit menerapkan dalam
bentuk yang komprehensif selain upaya klasik juga memakai standar baru dari
Komite keselamatan pasien. Dalam UU No 44 tentang Rumah Sakit pada pasal 43
tentang keselamatan pasien berbunyi rumah sakit wajib menerapkan standar
keselamatan pasien serta Permenkes 1691/2011 tentang keselamatan pasien di
rumah sakit .

Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada “
Hospital Patient Safety Standards “ yang dikeluarkan oleh Joint Commision on
Accreditation of Health Organizations, illinois, ,USA, tahun 2002, yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di Indonesia. Standar keselamatan pasien
wajib diterapkan rumah sakit dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan
Instrumen Akreditasi Rumah Sakit.

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar, yaitu :

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja umtuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

6
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :

Standar I. Hak pasien

Standar : Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi


tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak
diharapkan.

Kriteria :

a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.


b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas
dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga

Standar : Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien

Kriteria :

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien


yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di rumah sakit harus ada
sitem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan
keluarga dapat :

a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.


b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

7
Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standar : Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin


koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriteria :

a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan
dan saat pasien keluar dari rumah sakit.
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahao
pelayanan transisi antr unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarg, pelayanan keperawatan, pelayanansosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

Standar IV. Penggunan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk


melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.

Standar : Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja serta keselamatan pasien.

Kriteria :

a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-
faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.

8
c. Setipa rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses
kasus risiko tinggi.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua dta dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.

Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.

Standar :

1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan


pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktifuntuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian
Tidak Diharapkan.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar
unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatam pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.

Kriteria :

a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.


b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis kejadian yang memerlukan
perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near Miss) sampai dengan
“Kejadian Tidak Diharapkan” (Adverse event).
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah
sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.

9
d. Tersedia prosedur “ cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasiresiko pada orang laim dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyedian informasi yang benar dan jelas tentang analisis akar masalah
(RCA) “kejadian nyaris cidera” (near miss) dan “kejadian sentinel” pada saat
program keselamatan pasien mulai dilaksanakan
f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “kejadian sentinel” (sentinel event) atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil resiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan
dengan “kejadian sentinel”
g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antas unit dan antar
pengelola pleayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan anatr disiplin.
h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk
evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
i. Tersedia sasaran teruku, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tidak lanjut dan implementasinya.

Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standar :

1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara
jelas.
2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien

Kriteria :

a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi
bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya
masing-masing.

10
b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamtan pasien dalam setiap
kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam
rangka melayani pasien.

Standar VII. komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai


keselamatan pasien.

Standar :

1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses menejemen informasi


keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria :

a. Perlu disediakan anggaran untuk melaksanakan dan mendesain proses


manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien.
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi menejemen informasi yang ada.

2.2. LANGKAH-LANGKAH MENUJU KESLAMATAN PASIEN.

Mengacu pada standar keselamatan pasien , maka rumah sakit harus mendesign
(merancang) proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian
Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien.Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan
tujuan rumah sakit, kebutuhanpasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,
praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
dengan “Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.

Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit adalah sebagai berikut :

11
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan :
A. Bagi Rumah Sakit :
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang
harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-
langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus
diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
a. Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
b. Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di
rumah sakit.
c. Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan
pasien.
B. Bagi Unit / Tim :
a. Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
b. Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di
rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara
terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan /
solusi yang tepat.

2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA


Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan
Pasien di rumah sakit anda.

Langkah penerapan :
A. Untuk Rumah Sakit
1. Pastikan ada anggota direksi atau pimpinan yang bertanggung jawab
atas keselamatan pasien.
2. Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang yang dapat
diandalkan untk menjadi “penggerak” dalam gerakan keselamatan
pasien.

12
3. Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat direksi / pimpinan
maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit.
4. Masukan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf rumah
sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.
B. Untuk Unit / Tim :
1. Nominasikan “penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin
Gerakan Keselamatan Pasien.
2. Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi
mereka dengan menjalankan Gerakan Keselamatan Pasien.
3. Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden.

3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO

Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan


identifikasidan asesmen hal yang potensial bermasalah.

Langkah penerapan :

A. Untuk Rumah Sakit


1. Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko
klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan
terintegrasi dengan keselamatan pasien dan staf.
2. Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan
risiko yang dapat dimonitor oleh direksi / pimpinan rumah sakit
3. Gunakan informasi yang benar dan jelasyang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif
meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
B. Untuk Unit / Tim :
a. Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mediskusikan isu-isu
keselamatan pasien guna memberikan umpan balik pada manajemen
terkait.
b. Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko rumah sakit.

13
c. Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambilah langkah-langkah yang tepat
umtuk memperkecil risiko tersebut.
d. Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke
proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.

4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN

Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporka kejadian / insiden,
serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKPRS).

Langkah penerapan :

A. Untuk Rumah Sakit


Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam
maupun keluar, yang harus dilaporkan ke KKPRS – PERSI.
B. Untuk Unit / Tim
Berikan semangat pada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan
setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap
terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.

5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN

Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengam pasien.

Langkah penerapan :

A. Untuk Rumah Sakit :


1. Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas
menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan
tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya.

14
2. Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar
dan jelas bilamana terjadi insiden.
3. Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar
selalu terbuka pada pasien dan keluarganya.
B. Untuk Unit / Tim
1. Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
keluarganya bila telah terjadi insiden.
2. Prioritaskan pemberitahuan pada pasien dan keluarga bilamana terjadi
insiden, dan segera berikan pada mereka informasi yang jelas dan
benar secara tepat.
3. Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukan empati kepada
pasien dan keluarganya

6. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG


KESELAMATAN PASIEN

Dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa kejadian ini timbul.

Langkah penerapan :

A. Untuk Rumah Sakit :


1. Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
2. Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis / RCA) yang
mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun
melakukan Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) untuk proses
risiko tinggi.
B. Untuk Unit / Tim :
1. Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden.
2. Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di
masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.

15
7. CEGAH CIDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM
KESELAMATAN PASIEN.

Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan


perubahan pada sistem pelayanan.

Langkah penerapan :

A. Untuk Rumah Sakit :


1. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis,
untuk menentukan solusi setempat.
2. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan / kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
3. Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan
4. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan olek KKPRS – PERSI
5. Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil
atas insiden yang dilaporkan.
B. Untuk Unit / Tim :

2.3. ELEMEN PATIENT SAFETY.

Ada beberapa elemen pasient safety antara lain:

a. Kejadian tidak diharapkan/ medication errors (ME)


b. penggunaaan jarum suntik
c. infeksi nosokomial
d. operasi salah sisi
e. ulkus karena trauma jaringan
f. keamanan produksi darah/administration
g. resistensi antibiotika
h. program imunisasi
i. pasien jatuh
j. Blood stream – vascular catheter care
k. Systematic review, follow-up, dan pelaporan

16
Ada beberapa keselahan yang mungkin terjadi terkait pasient safety antara lain:

a. Masalah komunikasi(Communication problems)


b. Tidak jelasnya informasi (Inadequate information flow)
c. Masalah manusianya( Human problems)
d. Patient-related issues
e. ransfer organisasi( Organizational transfer of knowledge)
f. Alur kerja staf (Staffing patterns/work flow)
g. Kegagalan teknis(Technical failures)
h. Tidak jalannya aturan dan prosedur (Inadequate policies and procedur)

Sedangkan International Patient Safety Goals adalah:

a. Identifikasi pasien dengan benar(Identify patients correctly)


b. Memperbaiki komunikasi efektif(Improve effective communication)
c. Memperbaiki komunikasi ( Improve the safety of high-alert medications)
d. Mengurangi salah posisi,salah pasien,salah prosedur operasi ( Eliminate
wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery)
e. Mengurangi resiko infeksi( Reduce the risk of health care-associated
infections)
f. Mengurangi resiko pasien jatuh( Reduce the risk of patient harm from
falls)

17
BAB III

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT AUSTIN MELBOURNE

3.1 Data Umum

Rumah sakit Austin Melbourne adalah salah satu rumah sakit terbesar dan
rumah sakit pendidikan di Negara bagian Victoria Australia. Rumah sakit Austin
tumbuh seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat multikultural
terhadap pelayanan yang berkualitas tinggi, termasuk veteran dan komunitas
aborigin di Melbourne utara, Rumah sakit Austin mempunyai 3 rumah sakit
yaitu,Austin hospital Heindeberg,heindeberg Repatriation Hospital, dan Royal
Talbot Rehabilitation centre di Kew . Mempunyai 980 tempat tidur dari ke tiga
rumah sakit tersebut, pada tahun 2010- 2011 kunjungan rawat inapnya 99362,
rawat jalan 170000 dan mempunyai karyawan 8045 dengan biaya operasional 686
juta dollar Australia.

Rumah sakit Austin mempunyai reputasi yang inovatif, progresif dalam


melakukan dan memperthankan pelayanan yang berkualitas dan aman, sering
menerima pasien dari Negara lain dan mempunyai penterjemah dari berbagai
bahasa seperti Arab,Italia, Mandarin,Turki dan lain lain. Dan juga sebagai rumah
sakit pendidikan dari Melbourne University dan merupakan pusat riset dari para
peneliti lebih dari 800 riset yang dilakukan tentang kanker,diabetes,penyakit
pernafasan,penyakit hati,jantung dan stroke. Mendapat akreditasi dari Australian
Council on Healthcare Standard (ACHS) tahun 2008 selama empat tahun.

3.2 Visi,dan Nilai

3.2.1 Visi : Menjadi yang terbaik dan terdepan dalam pelayanan kesehatan
,riset dan pendidika.

3.2.2 Nilai : Integritas : kejujuran dan ketulusan

Akuntabilitas : transparan, bertanggung jawab,

18
Respek : bermartabat, kesetaraan,dan nilai yang sama

Ekselensi : berusaha mencapai yang terbaik

3.3. Sarana dan prasarana

Pada tahun 2011 adalah tahun yang sibuk dan kerja keras untuk
meningkatkan pelayanan dan selalu fokus dalam keselamatan pasien dengan
beberapa projek untuk mengurangi kejadian tidak diharapkan . Membangun
sarana prasarana dengan beberapa proyek pengembangan yang selesai tahun ini
seperti pusat rehabilitasi kesehatan dan gedung koral Baltimore untuk veteran
serta gedung Olivia Newton john yang dipersiapkan untuk riset dan terapi untuk
pasien kanker yang terpadu dalam satu atap.

Untuk pasien yang kelainan mental mereka dipersiapkan untuk kembali ke


masyarakat setelah serangan akut ada 22 tempat tidur disini, memperbaiki bangsal
dan lingkungan untuk pasien pasien rehabilitasi di pusat rehabilitasi Royal Talbot.
Melbourne brain centre adalah pusat riset terbesar di Australia yang melakukan
pencegahan dan pengobatan pada ganngguan otak seperti Parkinson,Alzheimer
dan penyakit stroke.

3.3.1. Pelayanan

Jenis pelayanan yang dilakukan di rumah sakit Austin ini beragam mulai dari
pelayanan pencagahan, pengobatan sampai rehabilitasi.

19
A. Pelayanan klinik

/w EPDw UJMzYx
1. State-wide Services

a. Australian Centre for Posttraumatic Mental Health (ACPMH)


b. Child & Adolescent Mental Health Services
c. Ventilation Weaning Unit
d. Victorian Liver Transplant Unit (VLTU)
e. Victorian Respiratory Support Service (VRSS)
f. Victorian Spinal Cord Service
g. Victorian Toxicology Service

2. Aged Care

a. Aged Care Assessment Service


b. Aged Care Co-ordination Teams
c. Aged Care Volunteer Program
d. Community Link Rapid Response Service
e. Community Rehabilitation Centre
f. Continence Service
g. Darley House
h. Medical & Cognitive Research Unit
i. Memory Service
j. North East Dementia Innovations
k. Demonstration Pilot
l. Northern Region Extended Aged Care at Home Program
m. Planned Activity Group
n. Wound Clinic

20
3. Allied Health

a. Clinical Psychology
b. Community Integration and Leisure Services
c. Neuropsychology
d. Nutrition & Dietetics
e. Occupational Therapy
f. Orthoptics
g. Orthotics and Prosthetics
h. Pastoral Care

21
i. Physiotherapy
j. Podiatry
k. Sexual Health Counselling
l. Social Work
m. Speech Pathology

4. Ambulatory Services

a. Acquired Brain Injury Unit


b. Day Treatment Centre
c. Hospital in the Home
d. Medi-Hotel
e. Neurological Rehabilitation Services
f. North Eastern Post Acute Care
g. Northern Centre Against Sexual Assault
h. Orthotics & Prosthetics
i. Outpatients
j. Rehabilitation
k. Rehabilitation in the home
l. Staff Medical Services

5. Anaesthetic, Perioperative & Intensive Care

a. Anaesthesia
b. Day Care Unit
c. Day Surgery
d. Intensive Care Unit
e. Operating Room Services
f. Pain Services
g. Perioperative Services

6. Cancer Services

a. Ballarat Austin Radiation Oncology Centre


b. Cancer Clinical Trials

22
c. Cancer Immunology
d. Cannulation & Apheresis Service
e. Clinical Haematology
f. Day Oncology/Chemotherapy
g. Familial Cancer Clinic/Clinical Genetics Service
h. Medical Oncology
i. Palliative Care
j. Radiation Oncology
k. Lymphoedema Service

7. Cardiothoracic Services

a. Angiography
b. Cardiac Catheterisation Laboratory
c. Cardiac Rehabilitation
d. Cardiac Surgery
e. Cardiology
f. Coronary Care
g. Echocardiography
h. Hypertension
i. Respiratory & Sleep Medicine
j. Respiratory Function Laboratory
k. Sleep Disorders Unit
l. Thoracic Surgery
m. Tracheostomy Review & Management Service

8. Diagnostic Services
a. Centre for Positron Emission Tomography
b. Magnetic Resonance Imaging
c. Nuclear Medicine
d. Pathology
e. Radiology

23
9. Diagnostic Services

a. Breast Surgery
b. Colorectal Surgery
c. Endoscopy
d. Gastroenterology
e. General Surgery
f. Gynaecological Surgery
g. Liver Transplantation
h. Paediatric Surgery
i. Renal Transplantation
j. Upper Gastrointestinal Surgery
k. Urology

10. Medical & Emergency

 Clinical Pharmacology, Therapeutics & Hypertension


 Dermatology
 Emergency Medicine
 Endocrinology
 General Medicine
 Infection Control
 Infectious Diseases
 Medical Assessment & Planning Unit
 Nephrology
 Paediatric Medicine
 Podiatry
 Renal Dialysis
 Rheumatology
 Short Stay Observation Unit
 Toxicology

11. Mental Health

 Adult Psychiatry

24
 Brain Disorders Program
 Secure Extended Care
 Clinical & Health Psychology
 Community Mental Health Services
 Consultation/Liaison Psychiatry
 Drug Dependence Clinic
 Eating & Mood Disorder Program
 Mental Health
 Parent Infant Unit
 Older Veterans’ Psychiatry Program
 Veteran Psychiatry

12. Neurosciences & Vascular Surgery

 Clinical Neuropsychology
 Comprehensive Epilepsy Program
 Epilepsy Unit
 Neurodiagnostics
 Neuroimmunology
 Neurology
 Neurosurgery
 Ophthalmology
 Orthoptics
 Stroke Care Unit
 Vascular Laboratory
 Vascular Surgery
13. Pharmacy

14. Rehabilitation Services

 Acquired Brain Injury Rehabilitation


 Amputee Rehabilitation
 Neurological Rehabilitation
 General & Musculoskeletal Rehabilitation
 Outpatients and In-Home Services

25
 Spinal Injury Rehabilitation
 Neuropsychology
 Orthotics and Prosthetics
 Sexual Health Counselling

15. Specialist Surgical & Spinal

 Audiology
 ENT/Head & Neck Surgery
 Oral & Maxillofacial Surgery
 Orthopaedic Surgery
 Plastic & Reconstructive Surgery
 Spinal Surgery

16. Operasi

Dalam 1 tahun 2010-2011 dilakukan 10594 operasi :

1. Operasi orthopedic , 2327

2. Operasi thorak ,655


3. Operasi jantung, 457
4. Operasi transplantasi liver ,46
5. Teknologi baru operasi melalui diafragma
Untuk operasi transplantasi usus kecil merupakan rumah sakit Austin
merupakan yang pertama di Australia.

B. Partisipasi pelanggan

Rumah sakit melibatkan para pelanggannya dalam melakukan pengobatan


supaya dapat diberikan pelayanan yang lebih baik terutama pada pasien pasien
yang membutuhkan perawatan yang lama.

26
C. Pelayanan dirumah

Pasien pasien yang memerlukan perawatan di rumah dikunjumgi oleh


dokter atau perawat untuk melakukan rehabilitasi di rumah dan dukungan untuk
pasien kanker dan diabetes yang lanjut untuk mengurangi atau mengatasi
komplikasi.

27
BAB IV

HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA

Dalam meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit Austin harus


berdasarkan peraturan atau acuan yang ditetapkan oleh departemen kesehatan
Negara bagian Victoria yang bertanggung jawab untuk kualitas dan keselamatan
pasien di setiap tingkat pelayanan. Rumah sakit Austin beberapa tahun belakangan
ini sudah melakukan beberapa strategi untuk tercapainya clinical governance,

Untuk membangun budaya keselamatan pasien di Austin ,direktur utama


dr.Brendan Murphy berkomitmen bahwa tahun 2010 adalah tahun peningkatan
keselamatan pasien. Program pengembangan yang bertujuan mengurangi kejadian
yang tidak diharapkan sampai nol (Journey to zero). Sebuah sistem informasi
baru yang memungkinkan staf untuk mengukur berbagai indikator kinerja utama
ini membantu staf rumah sakit Austin untuk memantau dan meningkatkan kinerja.
Laporan diperluas di intranet yang menyediakan indikator kinerja yang dapat
dilihat oleh manajer dan staf, termasuk waktu tunggu di bagian gawat darurat,
tingkat komplikasi , waktu keluar dan pasien jatuh. Data diperbarui setiap malam
dengan beberapa indikator yang ada secara real time. Hal ini memungkinkan
manajer dan dokter senior untuk menyelidiki masalah yang timbul dan segera
mengambil tindakan untuk memperbaiki mereka. Audit klinis adalah alat yang
digunakan oleh staf untuk memantau kinerja dengan mengukur hasil untuk
kondisi tertentu atau pengobatan. Departemen secara teratur berpartisipasi dalam
audit klinis dan jika memungkinkan mereka membandingkan hasilnya dengan
rumah sakit yang sama.

Pada tahun 2010, Dewan Klinis rumah sakit Austin dan komite mutu
menugaskan tim ahli eksternal untuk melakukan audit klinis. Beberapa
rekomendasi yang sekarang sedang dilaksanakan adalah :

 Untuk meningkatkan koordinasi audit klinis,


 Termasuk pendidikan untuk staf klinis

28
 Pengembangan database terpusat untuk menyimpan informasi dan
hasil.
 Rumah sakit Austin bekerja untuk melakukan suatu budaya yang
terbuka, hormat dan adil, nilai partisipasi serta masukan dari
konsumen.

Pada tahun 2011, lebih dari 1.500 staf berpartisipasi dalam survey budaya
Keselamatan Pasien tahun kedua, membuat pemahamam yang berharga tentang
pasien, persepsi keamanan di seluruh organisasi, 96% dari staf dapat menerima
dengan baik survey keselamatan pasien d di rumah sakit Austin

Survei menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari tahun 2010, enam elemen
yang disurvei:

 Kerja sama dalam unit 81%


 Keterbukaan komunikasi
 Dukungan manajemen dalam keselamatan pasien
 Persepsi terhadap keselamatan pasien
 Kerja sama antar unit
 Saat perpindahan dan transisi

29
Umpan balik ini telah menyebabkan harus ada beberapa program peningkatan
kualitas dan keselamatan pasien .

a. Diperkenalkan program ISBAR ( Identify, Situation, Background,


Assesment, Request) adalah suatu kerangka standar untuk merespon
informasi dari budaya keselamatan pasien. Pada bulan February 2011
sebagai pilot projeknya dilakukan di gawat darurat dan bangsal, terlihat
bahwa komunikasi yang lebih efektif, lebih dari 80% staf pakai format.
Setelah dilakukan pelatihan, ISBAR di implementasikan diseluruh rumah
sakit Austin, lebih dari 2800 staf klinik di training dan poster-poster di
pajang dan dilakukan evaluasi pada akhir tahun. Ada Sembilan poster
keselamatan pasien yang memberikan tips penting untuk para staf, pesan
pesan yang disampaikan mempunyai kekuatan yang lebih mudah diterima
oleh staf sebagai orang yang harus bertanggung jawab dalam pelaksanaan
keselamatan pasien. Poster dipasang pada daerah sirkulasi staf yang sering.
b. Peranan perawat dalam keselamatan pasien
Dalam program nya kepala perawat meningkatkan interaksi dengan pasien
terutama pada pasien pasien yang kesakitan atau terlihat stress. Interaksi
ini dilakukan dengan meningkatkan jumlah rounde perawat setiap jam dan
mencek serta mengisi list dan membantu pada keadaan nyeri atau pada
saat buang air. Dampaknya terlihat dengan menurunnya pemanggilan
perawat menjadi 44%.

30
Gambar: Pelaksanaan ISBAR

c. Penanganan resiko dan insiden


Jumlah insiden yang dilaporkan dari tahun ke tahun cendrung meningkat,
ini menandakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit ini berkembang
dengan baik. Staf percaya diri untuk melaporkan insiden, ini akan
meningkatkan akuntabilitas laporan ini , karena tidak ada hukuman pada
review pelaporan .
d. Pemakaian ceklist pada keselamatan operasi
Ceklist untuk mengingatkan operator, anestesi, perawat untuk mencek
keamanan sebelum operasi.
e. Meningkatkan pemakaian jarum suntik/intravena yang aman
Di rumah sakit Austin terjadi kejadian yang tidak diharapkan 421 kasus
dari pemakaian jarum suntik/intravena.
f. Pemakaian form persetujuan untuk transfusi darah
Form baru ini baru dipakai bulan may 2011,yang bertujuan untuk adanya
komunikasi antara klinikus dengan pasien

31
Gambar: Faktor-faktor Pemicu Budaya PS

Gambar: Aktivitas Residensi dengan Kepala unit kesehatan lingkungan RS


Austin

32
Gambar: Lobby Poliklinik RS Austin Australia

Gambar: Gedung Pusat Pendidikan RS Austin Australia

33
Gambar: Ruangan Pendidikan Mahasiswa Kedokteran RS Austin Australia

34
BAB V

IDENTIFIKASI MASALAH

5.1. Identifikasi masalah

Dari hasil observasi serta membaca publikasi dari program keselamatan


pasien di rumah sakit Austin dan kalau dibandingkan dengan rumah sakit tempat
bekerja maka perlu diidentifikasi permasalahan yang terjadi di RSUP M Djamil
yang menyebabkan program keselamatan pasien ini belum berjalan sebaik yang di
rumah sakit Austin Australia sehingga akan menjadi perbaikan dalam pelaksanaan
program Keselamatan pasien di RSUP M Djamil Padang. Masalah yang dapat di
identifikasi kenapa kurang berjalannya program KP ini adalah sebagai berikut ;

1. Masih banyak petugas (terutama dokter) yang belum mendapat pelatihan


tentang program keselamatan pasien
2. Sosialisasi dari program keselamatan pasien masih kurang dari Tim
3. Tidak terlaksananya SOP tentang pelaporan insiden
4. Keselamatan pasien belum menbudaya bagi seluruh petugas rumah sakit
5. Masih banyak yang takut untuk melaporkan kalau ada masalah
keselamatan pasien

5.2. Prioritas Masalah

Banyak teori yang dapat digunakan dalam memprioritaskan masalah


diantaranya adalah :

1. Scoring Technique
Pada cara ini pemilihan prioritas masalah dilakukan dengan memberikan
skor ( nilai ) untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan,
parameter yang dimaksud adalah:

a. Besarnya masalah
b. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan
c. Kenaikan prevalensi masalah

35
d. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut
e. Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut
terselesaikan
f. Rasa prihatin masayarakat terhadap masalah
g. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk
mengatasi masalah.

2. Non Scoring Technique


Memilih prioritas masalah dengan menggunakan berbagai parameter,
dilakukan bila tersedia data yang lengkap dan waktu yang cukup. Bila
tidak tersedia data dan keterbatasan waktu, maka yang lazim digunakan
menetapkan prioritas adalah :

a. Delphi Technique

Penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan kelompok


orang yang sama keahlianya diminta untuk mengemukakan beberapa
masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah
masalah prioritas.

b. Delbecq Technique

Penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan kelompok


orang yang tidak sama keahliannya, sehingga diperlukan penjelasan
terlebih dahulu untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta
tanpa mempengaruhi peserta. Lalu diminta mengemukakan beberapa
masalah, masalah yang banyak dikemukakan adalah prioritas.
Penentuan prioritas masalah dengan menggunakan kriteria motorik :

1) Pentingnya masalah ( Importancy ) meliputi :


 Masalalah banyak ditemukan ( Prevalensi : P )
 Akibat yang ditimbulkan lebih serius ( Severity : S )
 Kenaikan jumlah masalah lebih cepat ( Rate of Increase : RI )
 Keprihatinan Masayarakat ( Public Concern : PCO )

36
 Tingkat keinginan yang tidak terpenuhi, jika tidak selesai
masalah ( Degree of Need : DU )
 Iklim Politik yang mendukung ( Political Climat : PC )
2) Teknologi yang tersedia ( T ), alat atau fasilitas
3) Sumber daya yang ada ( Resurce : R ), seperti man, money dan
material. Setiap masalah diberi Nilai ( 1 - 5 ), yang artinya : Nilai 5
( sangat penting ) , Nilai 4 ( Penting ), Nilai 3 ( Cukup ), 2 ( Kurang
Penting ) Nilai 1 ( Sangat Kurang Penting ).

c. Importancy Matrix.
Penilaian prioritas masalah berdasarkan:
 Prevalensi (P), yang menunjukan seberapa sering masalah
tersebut terjadi dan ditemukan.
 Severity (Sv), yang menunjukan seberapa besar kerugian yang
ditimbulkan oleh masalah tersebut.
 Rate of Increase ®, yang menunjukan peningkatan kualitas dan
intensitas masalah tersebut.
Setelah identifikasi masalah selesai, maka langkah selanjunya adalah
memprioritaskan masalah. Karena keterbatasan waktu dalam residens
maka dalam memprioritaskan masalah ini penulis menggunakan
metode modifikasi atau gabungan Delphi Technique dan Delbacq
Technique dan Importancy Matrix.

37
Tabel 5.1
Prioritas Masalah Pada Porgram Keselamatan Pasien

JUMLAH

No LETAK MASALAH IMPORTANCE PXSXR


MASAL
P Sv R
AH

1. Input 1. Banyak petugas yang belum diberikan 5 4 4 80


pelatihan tentang keselamatan pasien (
terutama dokter,tenaga non keperawatan
)

2. Proses 2. Sosialisasi program yang masih kurang 4 4 4 64


dari Tim

3. Proses 3. Masih banyak yang takut untuk 4 2 3 24


melaporkan kalau ada masalah
keselamatan pasien

4. Proses 4. Keselamatan pasien belum menbudaya 5 5 4 100


bagi seluruh petugas rumah sakit

5. Proses 4. Tidak terlaksananya SOP tentang 3 3 3 27


pelaporan insiden

Keterangan Score

1 = Sangat tidak sering/sangat tidak besar/sangat tidak menunjukan


peningkatan.

2 = Tidak sering/tidak besar/tidak menunjukan peningkatan.

3 = Cukup saring/cukup besar/cukup menunjukan peningkatan.

4 = Sering/besar/menunjukan peningkatan

5 = Sangat sering/sangat besar/sangat menunjukan peningkatan.

38
Dari perhitungan yang sudah dilakukan pada tabel prioritas masalah di atas
terlihat bahwa masalah yang memiliki score paling tinggi dibandingkan dengan
permasalahan yang lain seperti berikut:

1. Keselamatan pasien belum menbudaya bagi seluruh petugas rumah sakit


2. Banyak petugas yang belum diberikan pelatihan tentang keselamatan
pasien( terutama dokter,tenaga non keperawatan ).

5.3. Identifikasi Akar Masalah.


Masalah yang sudah diprioritaskan perlu dianalisa akar penyebabnya,
supaya mudah dalam membuat dan merencanakan alternatif pemecahan
masalahnya. Untuk menjawab pertanyaan mengapa Keselamatan Pasien belum
membudaya bagi seluruh petugas rumah sakit dan banyak petugas yang belum
diberikan pelatihan tentang keselamatan pasien( terutama dokter, tenaga non
keperawatan ) . Kami mencoba melakukan analisa dengan menggunakan fish bone
diagram.

Masalah 1.

Rendahnya pengetahuan
SOP dan Standar keselamatan
staf ttg KP
pasien belum berjalan baik

Budaya keselamatan
SOP dan Standar keselamatan pasien masih kurang
pasien belum berjalan baik

SOP pelaporan insiden


Belum Ada
Belum ada yg yang
jadi penggerak
belum jalan baik
menjadi penggerak

39
Masalah 2.

Begitu juga dengan masalah kedua, untuk menjawab pertanyaan; mengapa


banyak staf yang belum mendapat pelatihan keselamatan pasien , penulis mencari
jawabannya dengan melakukan analisa dengan fish bone diagram seperti berikut

Pengetahuan
Satf kurang
ttg PS

Sosialisasi ttg program


KP,masih kurang
Dana yang terbatas utk
pelatihan

Pendidikan pasien ttg KP


belum berjalan

Komunikasi dalam Evaluasi dari


unit/antar unit tidak penerapan KP
berjalan
Masih
kurang

Tim KP baru terbentuk

40
BAB VI
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Dari prioritas masalah yang pertama dimana budaya keselamatan pasien


belum berjalan dengan baik dapat kita identifikasi akar masalahnya dan solusi
pemecahan masalah sebagai berikut :

Tabel 6.1. Masalah Keselamatan Pasien belum membudaya

No IDENTIFIKASI AKAR SOLUSI PEMECAHAN


MASALAH MASALAH
1 Rendahnya pengetahuan staf ttg a. Lakukan pelatihan tentang
KP
Keselamatan pasien untuk
seluruh staf terutama dokter,
perawat, non keperawatan.
b. Laksanakan pelatihan secara
berkala
c. Lakukan evaluasi paska
pelatihan (1x3bln)

2 Team work utk KP belum a. Bentuk teamwork untuk


berjalan setiap instalasi yg terdiri dr
semua unsur.
b. Lakukan koordinasi terus
menerus dengan teamwork
3 SOP dan Standar keselamatan a. Buat SOP pada setiap
pasien belum berjalan baik
standar
b. Buat indikator setiap
kegiatan keselamatan pasien
c. Sosialisasi SOP secara
berkala

41
4 Belum ada yg jadi penggerak a. Tunjuk petugas yang menjadi
penggerak (champion)
disetiap ruangan
b. Buat alur komunikasi yang
jelas untuk penggerak

5 SOP tentang pelaporan insiden a. Sosialisasi SOP ke semua


belum berjalan baik
unit
b. Laksanakan pelatihan
manajemen resiko untuk
SMF dan kepala ruangan
c. Lakukan monev berkala
penerapan SOP

Tabel 6.2. Pengetahuan staf kurang tentang Keselamatan pasien

No IDENTIFIKASI AKAR SOLUSI PEMECAHAN MASALAH


MASALAH
1 Dana yang terbatas utk a. Minta dan haruskan setiap yang
pelatihan dilatih mensosialisasikan atau
menyampaikan pada teman-
temannya yang lain.
b. Mintakan feedback secara
berkala setelah pelatihan apa
yang dikerjakan
2. Sosialisasi ttg program a. Lakukan pertemuan rutin Tim
KP,masih kurang KP
b. Lakukan roadshow Tim KP ke
Instalasi dan SMF
3. Pendidikan pasien ttg KP a. Latih dan ikut sertakan pasien
belum berjalan tentang keselamtan Pasien
b. Perbanyak infromasi untuk
pasien tentang KP

42
4. Evaluasi dari penerapan KP a. Lakukan supervisi dari Tim
kurang b. Lakukan monev pelaksanaan KP
di lapangan secara berkala
c. Buat SOP monev
5. Komunikasi dalam unit/antar a. Bangun komunikasi terbuka
unit
kalau ada kejadian
Masih kurang
b. Buat pelatihan untuk
komunikasi yang baik
c. Buat media (spanduk, poster,
leaflet) tentang KP

43
Lampiran Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Padang
Nomor :
Tentang Pembentukan Tim Keselamatan Pasien dan Manajemen Resiko Klinis RSUP Dr. M. Djamil Padang
STRUKTUR ORGANISASI TIM INTI KESELAMATAN PASIEN DAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KETUA
Direktur Medik dan Keperawatan SEKRETARIS
Ns. Hendria Putra, M.Kep, Sp.KMB
WAKIL KETUA WAKIL SEKRETARIS
Direktur Umum, SDM & Pendidikan dr. Raflis, Sp.B(KV)
Direktur Keuangan
Ketua Komite Medik
Ketua Komite Keperawatan SEKRETARIAT
Koord. : Salmi
Anggota : Femil Chandra
Roni Syamsu

PPIRS KPRS K3RS


dr. H. Roslaili Rasyid, M.Biomed Koord : dr. Dody Effmansyah, Sp.BU dr. Andi Rusli
Anggota : dr. Yulinda Abdullah, Sp.An
dr. Syahredi, Sp.OG

INVESTIGASI MONEV/ PELAPORAN


Koord. : dr. H. Emilzon Taslim, Sp.An Koord. : dr. Yahya Marpaung, Sp.B
Anggota : drg. Ricky Marcello Rasjid, MARS Anggota :Ns. Hendria Putra, M.Kep, Sp.KMB
Yulius, S.Kp Ns. Anshar Bonas Silfa, S.Kep
Ns. Efyra, S.Kep Ns. Hj. Devi Verini, S.Kep, M.Kes
Rahdiyul Ermanto, S.Kep

POKJA PELAYANAN POKJA PENUNJANG POKJA PENUNJANG


Koord. : dr. Vendry Rivaldy, Sp.B Koord. : dr. Desywar, Sp.PK Koord. : Ns. Ema Julita, S.Kep, MARS
Anggota : dr. Dody Effmansyah, Sp.BU Anggota : Drs. Irwan, Apt Anggota : Jafril, SE, MM
dr. H. Daan Khamri, Sp.B.Onk, M.Kes dr. Rozetti, Sp.Rad dr. Hidayat, Sp.M
dr. Arnelis, Sp.PD Mardianto, ST, MPH dr. Mendhel Yanti
dr. Hj. Rima Semiarty, MARS Natijatul Aini, SKM Yudri Bufia, SE, M.Kes
Hj. Emi Erawati, SKM Syafizal, SKM, MPH Pipit Muthia, SKM
Ns. Yeni Suki, S.Kep Drs. Chattra Oktarina Gustafianof, SH, MLH
Resni Emrita, S.Kep Henny Fitri, SsiT, M.Kes Katherina Welong, SKM
Suryani, SKM dr. Zelly Diarofinda, Sp.PK Gustaf, S.Pd, M.Kes
Ns. Lidya, S.Kep Yan Fither Ditetapkan di P a d a n g
Pada tanggal 28 September 2011
DIREKTUR UTAMA
44

Hj. Aumas Pabuti


NIP 195407121981032001
BAB VII

PENUTUP

Selama melakukan observasi dan pengamatan di Rumah sakit Austin


banyak hal yang dapat dipelajari terutama dalam program pasien safety yang
sudah berjalan dengan baik sesuai standar yang ditetapkan oleh WHO, sehingga
penulis mendapat ilmu yang banyak tentang program ini untuk dapat diterapkan di
rumah sakit tempat penulis bekerja dimana program ini belum berjalan
sebagaimana mestinya. Kita tahu dalam akreditasi rumah sakit yang baru (versi
KARS 2012 ) program keselamatan pasien merupakan muara dari semua standar-
standar pelayanan, baik standar pelayanan medic, standar pelayanan keperawatan
dan standar K3RS serta standar kinerja lainnya.

Dari hasil yang diamati dengan apa yang dilaksanakan di rumah sakit
tempat penulis bekerja di dapatkan kesimpulan bahwa program keselamatan
pasien yang dilakukan di rumah sakit tempat penulisan bekerja perlu ditingkatkan
dan dilakukan secara komprehensif dalam pelaksanaannya mulai dari kebijakan,
standar prodesur operasional dari setiap yang dlakukan, pelatihan, pelaksanaan
dilapangan, kepatuhan terhadap standar, keberanian untuk melaporkan insiden
serta alur yang jelas, komunikasi yang terbangun didalam dan antar bagian serta
monitoring dan evaluasi dari program keselamatan pasien ini yang dilakukakan
secara berkala dan berkesinambungan, Sehingga nanti akan tercipta budaya
keselamatan pasien di seluruh bagian di rumah sakit yang juga akan dilakukan
evaluasi terus menerus.

Oleh karena keterbatasan waktu penulis melakukan observasi dan


penelusuran lapangan, penulis berusaha menyelesaikan laporan ini dengan segala
keterbatasan dan kemampuan dari penulis.

45
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandar Yoga. 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta;


UI-Press
Adikoesoemo, S.2007. Manajemen Rumah sakit, Pustaka. Jakarta; Sinar Harapan
Boy S.2007, Manajemen Resiko klinis Untuk rumah sakit, Jakarta
Djojodibroto, Darmanto. 2006. Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta;EGC

Gaspersz, V.2006. Total Quality Management. Jakarta; PT. Gramedia

KARS UI. 2007. Organisasi dan Administrasi Rumah Sakit. Jakarta; UI


KKP-RS.2008, Panduan nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit(Patient
Safety),Jakarta

KKP-RS 2007, Pedoman Pelaporan insiden keselamatan pasien(Patient safety


incident report, Jakarta
Permenkes 169I/2011, Tentang Keselamatan Pasien rumah sakit

Austin Health , Quality of Care Report 2011, Melbourne, Australia

Undang Undang No 44 th 2009, Tentang Rumah Sakit


Wijono J. Manajemen Mutu Rumah Sakit. Surabaya; Air Langga

46
47
48
49
50
51
52

Anda mungkin juga menyukai