OLEH :
KELOMPOK 13-C
TUTOR:
dr.NOVERIAL,SP.OT.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS ANDALAS
MODUL III
Ongki seorang mahasiswa berumur 18 tahun, sudah hampir enam minggu ini menderita
batuk-batuk dengan dahak warna kuning kental disertai demam yang tidak tinggi dan tidak
menggigil. Ibu Ongki khawatir sehingga membawanya ke dokter keluarga. Pada riwayat penyakit
dahulu didapatkan Ongki sering menderita batuk dan demam yang hilang timbul selama beberapa
hari sejak kecil, hal ini sering terjadi setelah ada teman bermain Ongki yang juga menderita batuk,
pilek dan demam. Beberapa kali batuk yang diderita Ongki sampai berminggu-minggu. Ongki sering
dibawa ke dokter oleh ibunya dan harus meminum obat dari puskesmas. Ongki pernah melakukan
pemeriksaan foto toraks saat itu atas anjuran dokter. Kata dokter ada proses peradangan pada
saluran napas Ongki yang disebabkan oleh kuman atau virus, dan dengan pengobatan yang tepat
dapat diatasi dan tidak mengganggu organ lain. Ongki dulu juga pernah didiagnosis tonsilitis kronis.
Hasil pemeriksaan fisik saat ini pada Ongki ditemukan kelainan pada hemitoraks dektra,
yaitu fremitus meningkat, perkusi redup dan pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler
dengan ronkhi pada bagian tengah paru. Hasil pemeriksaan darah rutin menunjukkan Hb 13,5 gr/dL
3
dan leukosit 14.000/mm , dan pada foto toraks PA terlihat infiltrat tebal di bagian tengah paru
kanan. Kepada Ongki dan ibunya, dokter menerangkan beberapa keadaan yang dapat
mempermudah timbulnya penyakit, cara terjadinya penyakit serta gejala yang dirasakan Ongki.
Dokter memikirkan beberapa kemungkinan penyakit yang diderita oleh Ongki dan memberikan obat
berupa antibiotik, mukolitik serta antipiretik. Ongki dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan BTA
sputum SPS serta pemeriksaan kultur dan uji kepekaan terhadap antibiotik dari sputum untuk
memastikan penyebab infeksi. Bila tidak ada perbaikan secara klinis, maka Ongki akan dirujuk ke RS
terdekat untuk dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya serta tindakan selanjutnya. Bila tidak
dilakukan penatalaksanaan yang tepat, penyakit Ongki dikhawatirkan akan bertambah parah dan
dapat menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan. Ibu Ongki sempat menanyakan kepada dokter
apakah penyakit Ongki sekarang ada hubungannya dengan penyakit yang dideritanya waktu kecil.
Bagaimana anda menerangkan tentang penyakit yang diderita oleh ongki baik saat ia kecil
dan saat sekarang?
A. TERMINOLOGI
1. Tonsilitis kronis : peradangan pada tonsil yang terjadi lebih dari 7 kali dalam 1
tahun atau 5 kali dalam 2 tahun atau 3 kali dalam 1 tahun secara berurutan
selama 3 tahun.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa Ongki menderita batuk 6 minggu dengan dahak yang kental diserta
demam yang tidak menggigil?
4. Apakah ada hubungan Ongki yang dibawa dokter dengan keluhan saat ini?
11. Apakah kemungkinan diagnosis pada Ongki sehingga dokter memberikan obat
obat tersebut?
12. Mengapa perlu dilakukan BTA Sputum SPS,Kultur dan Uji Sensitivitas?
13. Apa pemeriksaan penunjang dan tindakan selanjutnya pada Ongki jika tidak
didapatnya perbaikan?Dan apakah kasus yag dirujuk?
14. Apa saja komplikasi yang terjadi pada Ongki jika tidak diberikan tatalaksana
lebih lanjut dengan komprehensif dan bioholistik?
C. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apabila terjadi infeksi dan iritasi peradangan saluran nafas akan diproduksi
dahak untuk membersihkan saluran nafas, bisanya disertai batuk dengan
refleks tubuh untuk mengeluarkan dahak.Jika dahak hijau kekuningan TBC
akibat infeksi bakteri yang infeksius yang akan mendapatkan gejala bronkitis
akut/TBC/demam yang tidak menggigil,malaise.
Sering batuk demam yang hilang dan timbul,sekali terkena paparan akan
terkena dan berulang ulang,Karena imuntas yang jelek akan menimbulkan
demma yang hilnag timbul.Atau mungkin terdapatnya kapsul.
3. Kuman TB bersifat Basil Tahan Asam dan punya lemak di membran sel dan
tidak tahan UV.Mengiritasi bronkus berfungsi untuk pertahan produk radang
yang sudah dilawan neutrofil dan makrofag akibat keluaran silia dan rambut
halus sehingga pasien terkena batuh berdahak.
Bisa terjadi pemberian antibitik yang tidak adekuat atau efektivitas yang
rendah selain itu tingginya asam nikolat,antibitik tidak bisa mendahuli antibitik
biasa.
Selain itu diakibatkan oleh keadaan lingkungan akibat ventilasi yang kurang
atau kuman yang hidupnya lembab.
4. Ongki sering dibawa ke dokter akibat makanan yang rentan terhadap imunitas
yang kurang, akibat terkena kuman TBC .
6. Suspek pada tB paru kuman berupa Mycobacterium TBC jika sudah terkena
droplet,bakteri membentuk koloni gambaran awal berupa penumoni melalui
proses imunologis dan dihambat oleh bdinding jaringan sekitar membentuk
dorman bakteri akan membentuk istirahat lama kelamaan membentuk
tuberkel dan infiltrat.
7. Tonsilitis Kronik akan memudahkan terjadinya abses peritonsilitis dan masuk
bronkus kanan sehingga bronkus curam yang akan mebuat bakteri masuk.
Bakt.eri TB mudah untuk imunitas rendah .
Hubungannya ada yang spesifik dan non spesifik.Jika eksogen saluran nafas
kronik atas,rokok. Jika endogen, anatomi saluran mulut.
Perkusi redup : normalnya sonor jika redup ada jaringan lebih padat atau
cairan/konsolidasi infiltrat paru, terdengan RIC 1 dan 2 atau interscapula jika
pada seluruh bagian par bronkovesikuler yang abnormal.
Gejala sistemik : Batu batuk, sesak nafas dan berat badan yang turun.
Uji Revatta
14. Mata membengkak memerah pada retina apabila TB masuk ke bagian mata.
Dpat menimbulkan kerusakan pada otak yang menyebabkan terjadinya
meningitis. Kerusakan hati dan ginjal apabila bakteri TB masuk ke dalam
bagian hal tersebut.
a. Sinusitis
b. Rhinitis
B r o n k i e k t a s i s m e r u p a k a n p e n y e b a b k e m a ti a n y a n g a m a t p e
n ti n g p a d a 5 negara-negara berkembang. Di negara-negara
maju seperti AS, bronkiektasism e n g a l a m i p e n u r u n a n s e i r i n
g d e n g a n k e m a j u a n p e n g o b a t a n . P r e v a l e n s i bronkiektasi
s lebih ti nggi pada penduduk dengan golongan sosioekonomi yan
grendah 1,5
Data terakhir yang diperoleh dari RSUD Dr. Soet
o m o t a h u n 1 9 9 0 menempatkan bronkiektasis pada uruta
n k e - 7 t e r b a n y a k . D e n g a n k a t a l a i n didapatkan 221 penderita
dari 11.018 (1.01%) pasien rawat inap
d. Bronkitis Kronik
e. TBC
Pada tahun 2013-2014 dilakukan survei prevalensi tuberkulosis
yangbertujuan untuk menghitung prevalensi tuberkulosis paru
dengankonfirmasi bakteriologis pada populasi yang berusia 15 tahun ke
atasdi Indonesia.
a. Sinusitis
b. Rhinitis
Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari
pasienyang secara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan.
Genetik secara jelasmemiliki peran penting. Pada 20 – 30 % semua
populasi dan pada 10 – 15 % anak semuanya atopi. Apabila kedua orang
tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4 kali lebihbesar atau mencapai 50 %.
Peran lingkungan dalam dalam rhinitis alergi yaitu sebagaisumber alergen,
yang terdapat di seluruh lingkungan, terpapar dan merangsangrespon
imun yang secara genetik telah memiliki kecenderungan alergi.
a. Sumber pencetus
• Ragweed
– Bulu
• Serbuk sari rumput (di akhir musim semi dan musim panas)
• Kecoa
• Jamur yang tumbuh di dinding, tanaman rumah, karpet, dan kain
pelapisb.
Faktor Risiko
• Setelah ada riwayat pernah terkena alergi lain, seperti alergi makanan
atau eksim
c. Bronkiektasis
d. Bronkitis Kronik
3.Hipereaktivitis bronkus
e. Tuberkulosis
Aerob
Berbentuk batang
Dormant
b. Rhinitis
Gejala klinis
Gejala klinis yang khas adalah bersin yang berulang. Bersin biasanya padapagi
hari dan karena debu. Bersin lebih dari lima kali sudah dianggap patologik danperlu
dicurigai adanya rinitis alergi dan ini menandakan reaksi alergi fase cepat.Gejala lain
berupa keluarnya ingus yang encer dan banyak, hidung tersumbat, matagatal dan
banyak air mata. Pada anak-anak sering gejala tidak khas dan yang seringdikeluhkan
adalah hidung tersumbat.
1.Allergic salute
2.Allergic crease
3.Allergic shiner
Allergic shiner adalah bayangan gelap di bawahmata yang terjadi akibat stasis vena
sekunder akibat obstruksi hidung.
Bunny-rabbit sound adalah suara yang dihasilkan karena lidah menggosok palatum
yang gatal dangerakannya seperti kelinci mengunyah.
Patofisiologi
c. Bronkitis Kronik
Bronkitis Kronik
Faktor hemotaktik Mediator lipid misalnya LTB4 & limfosit T menarik neutrofil
Kemokin misalnya Il-8 menjadi neutrofil.
Sitokin inflamasi misalnya TNF-α, ILIβ, IL-6, meningkatkan proses inflamasi dan
berefek pada inflamasi sistemik.
d. Bronkiektasis
e. TBC
Diagnosis Rhinitis
Ada beberapa cara untuk mendiagnosis rhinitis alergi, di antaranya adalah dengan
mengetahui gejala serta riwayat kesehatan pribadi dan keluarga. Hal ini dikarenakan
banyaknya kasus rhinitis alergi yang bersifat keturunan. Selain itu, ada dua tes alergi
utama yang dapat membantu mendiagnosis rhinitis alergi:
Tes darah. Tes ini dilakukan untuk memeriksa keberadaan antibodi yang
diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh ketika mengalami alergi, yaitu
imunoglobulin E (IgE).
Tes tusuk kulit. Tes ini bertujuan memeriksa tipe alergi dengan cara
menusukkan jarum ke kulit yang telah diberikan unsur alergen untuk
mengenalkannya pada sistem kekebalan tubuh. Biasanya dilakukan di bagian
tangan. Bilur kecil akan muncul jika Anda alergi terhadap unsur alergen yang
diberikan.
Untuk memeriksa apakah terjadi komplikasi seperti sinusitis atau polip hidung,
dokter mungkin akan menyarankan beberapa tes lanjutan seperti berikut ini.
Tes aliran inspiratory hidung atau nasal inspiratory flow test. Tes ini bertujuan
mengukur aliran udara saat menarik napas melalui hidung menggunakan alat
kecil yang diletakkan di atas mulut dan hidung.
Endoskopi hidung. Tes ini dilakukan untuk melihat bagian dalam hidung
dengan menggunakan pipa tipis yang memiliki kamera dan sinar lampu di
ujungnya.
CT scan. Tes ini dilakukan untuk melihat gambar bagian dalam tubuh secara
rinci dengan menggunakan komputer dan X-ray.
Diagnosis Sinusitis
Biasanya, ingus dan upil diperiksa untuk mengetahui apakah pasien mengidap
sinusitis karena infeksi atau alergi. Jenis sinusitis infeksi biasanya menunjukkan
sekresi berbentuk sel polymorphonuclear dan pada alergi berbentuk eosinophils.
Dokter akan memberikan obat antibiotik jika mendiagnosa penyakit ini
disebabkan infeksi walaupun tidak efektif untuk infeksi karena serangan virus.
Untuk itu biasanya dilakukan pemeriksaan mendalam dengan menggunakan CT
atau MRI scan jika pengobatan melalui antibiotik gagal.
X-ray
Apabila Anda mengidap TB, foto hasil tes akan menunjukkan perubahan pada paru-
paru yang khas untuk TB. Langkah ini biasanya dilakukan sebelum pemeriksaan
lainnya.
CT scan
Jika dibutuhkan pencitraan yang lebih mendetail atau ada kecurigaan penyebaran TB
ke jaringan tubuh lain, barulah prosedur CT scan dijalankan.
Tes Mantoux umumnya digunakan untuk menguji keberadaan TB laten. Dalam tes
ini, dokter akan menyuntikkan substansi tuberkulin PPD ke lapisan kulit dan
memantau reaksi kulit dalam 2 hingga 3 hari.
Berbeda dengan orang yang telah menerima vaksin TB, dia hanya akan mengalami
reaksi kulit yang tergolong ringan. Tetapi ini bukan berarti Anda pasti mengalami TB
laten.
IGRA dapat digunakan untuk mendeteksi tuberkulosis aktif dan laten. Tes ini akan
memeriksa reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap basil TB
Diagnosis Bronkoektasis
1. Diagnosis
Bronkogram tidak selalu dapat dikerjakan pada setiap pasien bronkiektasis , karena
terikat akan adanya indikasi, kontra indikasi, komplikasi dan syarat-syarat kapan
melakukanya.
CT scan paru menjadi alternatif penunjang yang paling sesuai untuk evalusai
bronkiektasis, karena sifatnya non invasif dan hasilnya akurat bila menggunakan
potongan yang lebih tipis dan mempunyai sepesifitas dan sensitivitas lebih dari 95%.
1. Diagnosis Banding
2. Bronkitis kronis
1. Tuberkulosis paru
Pada tuberkulosis paru tampak gambaran radiologis yang berbeda dengan gambaran
bronkiektasis, terlebih lagi bila dijumpai basil tuberkulosis dalam sputum. Akan tetapi
perlu diingat bahwa bronkiektasis dapat merupakan penyulit dari tuberkulosis paru.
1. Abses Paru
Pada radiologis tampak abses yang dapat dibedakan dari gambaran bronkiektatais.
1. Tumor Paru
Tampak gambaran masa padat pada paru, bila proses keganasan memberi gambaran
infiltrat, maka perlu dibedakan dengan proses pneumonia.
Sebuah riwayat batuk produktif harian (produksi dahak) yang berlangsung minimal 3
bulan, terutama jika telah terjadi dua tahun berturut-turut, sesuai dengan kriteria
untuk diagnosis klinis bronkitis kronis. Pemeriksaan fisik sering memungkinkan
praktisi perawatan kesehatan untuk mendengar mengi dan perpanjangan dari uap
pernapasan, yang merupakan tanda-tanda obstruksi aliran udara.
Sebuah dada X-ray sering dilakukan untuk membantu menyingkirkan masalah paru-
paru lainnya (misalnya, pneumonia, penghalang bronkial). Tes tambahan seperti
hitung darah lengkap (CBC), pengukuran gas darah arteri, CT scan dada, dan tes
fungsi paru sering dilakukan untuk mengkarakterisasi struktur dan fungsi paru-paru
dan untuk membantu menyingkirkan kondisi lain (misalnya, paru-paru kanker, TBC,
infeksi paru-paru). Seringkali pulmonologist (seorang dokter dengan pelatihan
khusus dalam pengelolaan penyakit paru-paru) dapat membantu mendiagnosa dan
mengobati bronkitis kronis.
a. Terapi Medikamentosa
Penatalaksanaan medis termasuk pemberian antibiotika penisilin yang lama, irigasi
tenggorokan sehari-hari dan usaha untuk membersihkan kripta tonsilaris dengan alat
irigasi gigi (oral). Ukuran jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dengan infeksi
kronik atau berulang-ulang.
b. Tindakan Operatif
Tonsilektomi merupakan operasi yang sering dilakukan di bagian THT dengan indikasi
yang terdapat pada penderita tonsilitis kronis. Beberapa sitokin dihasilkan oleh
proses inflamasi pada tonsila palatina seperti interferon (INF)-γ serta tumor necrosis
factor (TNF)-α. Pada penderita tonsilitis kronis, kadar sitokin-sitokin ini akan
mengalami peningkatan dalam serum.20
Indikasi
Indikasi untuk dilakukan tonsilektomi yaitu : 15
1) Obstruksi :
Corpulmonale.
Gangguan menelan.
Gangguan bicara.
2) Infeksi
Tonsilitis dengan :
Absces peritonsilar.
2) Indikasi relatif :
Penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau lebih dalam
setahun meskipun dengan terapi yang adekuat
Bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan tonsilitis
kronik tidak responsif terhadap terapi media
1) Kontraindikasi relatif
Palatoschizis
Poliomyelitis epidemica
Umur kurang dari 3 tahun
2) Kontraindikasi absolut
Penyakit sistemis yang tidak terkontrol: DM, penyakit jantung, dan sebagainya.
Teknik Operasi 18
Teknik operasi yang optimal dengan morbiditas yang rendah sampai sekarang masih
menjadi kontroversi, masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyembuhan luka pada tonsilektomi terjadi per sekundam. Pemilihan jenis teknik
operasi difokuskan pada morbiditas seperti nyeri, perdarahan perioperatif dan pasca
operatif serta durasi operasi. Beberapa teknik tonsilektomi dan peralatan baru
ditemukan disamping teknik tonsilektomi standar.
Di Indonesia teknik tonsilektomi yang terbanyak digunakan saat ini adalah teknik
Guillotine dan diseksi . Beberapa teknik tonsilektomi diantaranya :
1) Guillotine
Tonsilektomi guillotine dipakai untuk mengangkat tonsil secara cepat dan praktis.
Tonsil dijepit kemudian pisau guillotine digunakan untuk melepas tonsil beserta
kapsul tonsil dari fosa tonsil. Sering terdapat sisa dari tonsil karena tidak seluruhnya
terangkat atau timbul perdarahan yang hebat.
2) Teknik Diseksi
3) Teknik elektrokauter
Teknik ini memakai metode membakar seluruh jaringan tonsil disertai kauterisasi
untuk mengontrol perdarahan. Pada bedah listrik transfer energi berupa radiasi
elektromagnetik untuk menghasilkan efek pada jaringan. Frekuensi radio yang
digunakan dalam spektrum elektromagnetik berkisar pada 0,1 hingga 4 Mhz.
Penggunaan gelombang pada frekuensi ini mencegah terjadinya gangguan konduksi
saraf atau jantung.
4) Radiofrekuensi
5) Skapel harmonik
6) Teknik Coblation
Coblation atau cold ablation merupakan suatu modalitas yang untuk karena dapat
memanfaatkan plasma atau molekul sodium yang terionisasi untuk mengikis
jaringan. Mekanisme kerja dari coblation ini adalah menggunakan energi dari
radiofrekuensi bipolar untuk mengubah sodium sebagai media perantara yang akan
membentuk kelompok plasma dan terkumpul disekitar elektroda. Kelompok plasma
tersebut akan mengandung suatu partikel yang terionisasi dan kandungan plasma
dengan partikel yang terionisasi yang akan memecah ikatan molekul jaringan tonsil.
Selain memecah ikatan molekuler pada jaringan juga menyebabkan disintegrasi
molekul pada suhu rendah yaitu 40-70%, sehingga dapat meminimalkan kerusakan
jaringan sekitar.
8) Laser (CO2-KTP)
Laser tonsil ablation (LTA) menggunakan CO2 atau KTP (Potassium Titanyl Phosphat)
untuk menguapkan dan mengangkat jaringan tonsil. Teknik ini mengurangi volume
tonsil dan menghilangkan reses pada tonsil yang menyebabkan infeksi kronik dan
rekuren.
TATALAKSANA TBC
Tatalaksana bronkiektasis
Tujuan utama terapi: (1) perawatan infeksi, terutama selama eksaserbasi akut; (2)
mengurangi sekret trakeobronkial; (3) mereduksi inflamasi; dan (4) pengobatan yang
diidentifikasi mendasari masalah.2
Pengobatan pasien bronkiektasis terdiri atas 2 kelompok, yaitu pengobatan
konservatif dan pengobatan pembedahan. Pengobatan konservatif terdiri atas
pengelolaan umum, pengelolaan khusus, dan pengobatan simtomatik. 1
Pengelolaan umum, meliputi: (1) menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi
pasien; (2) memperbaiki drainase sekret bronkus dengan melakukan drainase
postural, mencairkan sputum yang kental, mengatur posisi tempat tidur pasien, dan
mengontrol infeksi saluran napas.1
Prinsip drainase postural adalah usaha mengeluarkan sputum dengan bantuan
gaya gravitasi. Untuk mendrainase bronkus basal pasien harus meninggikan kaki di
tempat tidur, tempat tidur khusus sangat membantu pada terapi ini. Di rumah pasien
disarankan untuk menggunakan bantal yang tipis.4
Lobus tengah dan lingula didrainase dengan cara berbeda, yaitu pasien tiduran
terlentang, kaki ditinggikan dan bantal diletakkan di bawah lapang paru yang
terkena. Pasien harus mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit malam
dan pagi dan selama waktu itu pasien harus mengambil nafas dalam dan batuk untuk
mengeluarkan dahak.4
Tabel 1. Bagan Pemberian Antibiotik Berdasarkan Organisme Penyebab 5
Bakteri Penyebab Obat Pilihan Obat
Alternatif
Haemophilus Amoxycillin 500 Tetracyclin
influenzae(banyak mg 4 kali sehari 500 mg 4 kali
yang resisten selama 10 hari sehari
terhadap
Kotrimoksazole)
Staphylococcus Cloxacillin 500 mg
aureus 4 kali sehari
Bakteri anaerob Metronidazole
patogen 800 mg 3 kali
sehari
Flora normal traktus Antibiotik general
respiratori secara intermiten
dan Pseudomonas
aeroginosa
Pasien di rumah Amoxycillin
dengan selama 10 hari
bronkiektasis
Pengelolaan khusus meliputi: (1) kemoterapi pada bronkiektasis; (2) drainase
sekret dengan bronkoskop; (3) pengobatan simtomatik (seperti pengobatan
obstruksi bronkus, misalnya dengan obat bronkodilator; pengobatan hipoksia dengan
pemberian oksigen; pengobatan hemoptisis misalnya dengan obat-obat hemostatik;
pengobatan demam dengan antipiretik).1
Indikasi pembedahan untuk mengangkat (reseksi) segmen/lobus paru yang
terkena, yaitu pasien bronkiektasis yang terbatas dan resektabel, tidak berespons
terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat; selain itu juga pasien yang
terbatas, tetapi sering mengalami infeksi berulang atau hemoptisis yang berasal dari
daerah tersebut, pasien dengan hemoptisis masif seperti ini mutlak perlu tindakan
operasi.1
Komplikasi
A. SINUSITIS
1. Viral sinusitis
2. Bakteri sinusitis
a. Akut bakteri sinusitis : Sampai dengan 10% dari pasien tidak menanggapi
terapi antimikroba awal.
b. Bakteri sinusitis kronis : Kekambuhan adalah umum. Kesembuhan klinis sangat sulit,
meskipun kursus berulang agen antibakteri dan operasi sinus.
3. Jamur sinusitis
Akut sinusitis jamur (misalnya, mucormycosis). Pasien biasanya datang dengan penyakit
lanjut. Prognosis buruk, terutama dalam kasus-kasus otak, sinus kavernosus, atau keterlibatan
karotis. Angka kematian keseluruhan dari mucormycosis rhinocerebral adalah 25-50%.
Sinusitis jamur kronis sering berulang
B. RHINITIS
Prognosis umumnya bonam, namun quo ad sanationam dubia ad bonam bila alergen
penyebab dapat dihindari.
Kriteria Rujukan
C. BRONKIEKTASI
Tidak mengejutkan apabila prognosis sangat bervariasi pada kelompok yang berbeda.
Meskipun demikian, sekitar 10% orang dewasa dengan bronkiektasis non Cystic Fibrosis akan
meninggal dalam 5 – 8 tahun setelah didiagnosis pada lebih dari separuh kasus. Faktor yang
berhubungan dengan prognosis buruk adalah merokok, organisme gram negatif (terutama E.coli
dan P. Aeruginosa) dan aspergillus pada kultur sputum, dan nilai FEV1 dan FVC yang lebih
buruk (Maguire, 2012)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Keistinen et all, penyakit penyebab merupakan
penyebab kematian utama pada pasien dengan bronkiektasis dan PPOK. Penyakit jantung merupakan
penyebab kematian utama pada pasien bronkiektasis dengan asma (Barker, 2002).
D. TUBERCULOSIS PARU
Seorang yang terinfeksi kuman TB memiliki 10% risiko dalam hidupnya jatuh sakit
karena TB. Namun penderita gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti orang yang terkena
HIV, malnutrisi, diabetes, atau perokok, memiliki risiko lebih tinggi jatuh sakit karena TB.
E. BRONKHITIS KRONIK
Bronkitis kronis bisa dikendalikan dengan mengubah pola hidup anda menjadi lebih
baik, seperti berhenti merokok jika tidak ada kondisi medis kronis yang memperparah
keadaan seperti gagal jantung kongestif bronkiektasis, atau tuberkulosis.
Bronkitis kronis biasanya mengurangi harapan hidup anda jika Anda perokok dan tidak
berhenti merokok atau jika Anda memiliki penyakit kronis yang menjadi penyebabnya.
Meskipun bronkitis kronis sendiri tidak menyebabkan kanker paru-paru, akan tetapi merokok
bisa menjadi faktor pemicu kanker.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/20358065/TUBERKULOSIS-PARU
https://id.scribd.com/doc/29781333/bronkiektasis
https://id.scribd.com/doc/214075896/BRONKITIS-KRONIK-docx
https://id.scribd.com/doc/51468391/REFERAT-RINITIS-ALERGIKA
https://id.scribd.com/doc/50105019/Referat-sinusitis