KEJANG DEMAM
Oleh:
Preseptor:
2.1 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu diatas 38C,
dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses
intrakranial, gangguan elektrolit atau metabolik lainnya. 1
2.2 Epidemiologi
Kejang demam merupakan gangguan neurologis tersering pada anak yang
terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan – 5 tahun. Puncak insiden kejadian kejang
demam adalah usia 12 dan 18 bulan. Kejang demam terjadi pada seluruh ras di
seluruh dunia, namun lebih sering ditemukan pada populasi asia (5-10% anak anak
di India dan 6-9% anak anak di Jepang). 1,2
c. Elektroensefalografi (EEG)
EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk menentukan adanya fokus
kejang di otak yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
d. Pencitraan
Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak rutin dilakukan
pada anak dengan kejang demam sederhana. Pemeriksaan tersebut dilakukan
bila terdapat indikasi, seperti kelainan neurologis fokal yang menetap,
misalnya hemiparesis atau paresis nervus kranialis.
2.6 Tatalaksana
Pada umumnya kejang berlangsung singkat (rerata 4 menit) dan pada waktu
pasien datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang dalam keadaan
kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam
intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan
kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg.
Secara umum, penatalaksanaan kejang akut mengikuti algoritma kejang pada
umumnya.
Pada umumnya kejang berlangsung singkat (rerata 4 menit) dan pada waktu
pasien datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang dalam keadaan
kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam
intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan
kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg.
Secara umum, penatalaksanaan kejang akut mengikuti algoritma kejang pada
umumnya.
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang
lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah
2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di
rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena. Jika kejang masih berlanjut, lihat
algoritme tatalaksana status epileptikus.
Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari
indikasi terapi antikonvulsan profilaksis.
Gambar 2.1 Algoritma tatalaksana kejang akut dan status epileptikus6
Tatalaksana farmakologi kejang demam:
1. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko
terjadinya kejang demam (level of evidence 1, derajat rekomendasi A).
Meskipun demikian, dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-
15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali
sehari.
2. Antikonvulsan intermiten
Antikonvulsan intermiten adalah obat antikonvulsan yang diberikan hanya
pada saat demam. Profilaksis intermiten diberikan pada kejang demam dengan
salah satu faktor risiko di bawah ini:
• Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
• Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
• Usia <6 bulan
• Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
• Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat
dengan cepat
- Diazepam oral 0.3mg/kg/kali per oral atau
- Diazepam rektal 0.5 mg/kg/kali (5 mg untuk BB<12kg dan 10mg untuk
BB>12 kg)
Diazepam diberikan sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum
diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama
demam. Perlu diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut cukup tinggi
dan dapat menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.
3. Antikonvulsan rumat
Pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif sesuai indikasi dan
dalam jangka pendek. Indikasi pengobatan rumat :
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesisis
2.7 Prognosis
Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan
sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental
dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.
Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang berulang,
baik umum maupun fokal.
Faktor risiko berulangnya kejang demam
1. Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius saat kejang
4. Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya
kejang.
5. Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks
IDENTITAS PASIEN
Nama : HNM
Umur/tanggal lahir : 7 bulan / 29 Oktober 2020
Jenis kelamin : Perempuan
No. RM : 01.10.47.78
Alamat : Ranah Ampek Hulu Tapan, Pesisir Selatan
Riwayat Persalinan
• Lama hamil : 40 minggu
• Cara lahir : spontan
• Ditolong oleh : bidan
• Berat lahir : 3200 gr
• Panjang lahir : 51 cm
• Saat lahir : langsung menangis
Kesan : Bayi berat badan lahir cukup, aterm, sesuai masa kehamilan
Riwayat Imunisasi
Imunisasi Dasar/umur Booster/umur
BCG 0 bulan -
DPT
1 2 bulan -
2 3 bulan -
3 4 bulan -
Polio
0 0 bulan -
1 2 bulan -
2 3 bulan -
3 4 bulan -
Hepatitis B
1 1 hari -
2 2 bulan -
3 3 bulan -
4 4 bulan -
HiB
1 2 bulan -
2 3 bulan -
3 4 bulan -
Campak - -
Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 88/38 mmHg
Frekuensi nadi : 100x/i
Frekuensi napas : 30x/i
Suhu : 36.8C
Status Gizi
Berat badan : 7550gr
Panjang badan : 69cm
BB/U : antara 0SD s/d -2 SD
PB/U : antara 0SD s/d 2 SD
BB/PB : antara 0 SD s/d -1 SD
Lingkar kepala : 41 cm
LILA : 14 cm
Status Gizi : Gizi baik
Status Generalisata
Kulit : teraba hangat
Kepala : bulat, simetris (normocephal), LK 41 cm, UUB datar
Kelenjar getah bening: Tidak teraba pembesaran KGB
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), tidak cekung
Telinga : tidak ada discharge, tidak ada deformitas
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
Gigi & Mulut : Gigi belum tumbuh, mukosa bibir dan mulut basah
Tenggorok : Tonsil T1T1, tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Normochest, simetris, tidak ada retraksi dinding
dada
Palpasi : Fremitus kanan =kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas bronkovesikuler, Rhonki (-/-) wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung atas RIC II, batas jantung kanan LSD, batas
jantung kiri 1 jari medial LMCS RIC V
Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Distensi tidak ada
Palpasi :Supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit normal
Perkusi : timpani
Auskultasi : Bunyi usus (+) normal
DIAGNOSA KERJA
Kejang demam kompleks
Diare kronik tanpa dehidrasi
TATALAKSANA
ASI on demand
Bubur susu 3x sehari
Luminal 2x15mg po
Paracetamol 4x80mg (bila demam)
Oralit 100ml (setiap BAB)
Zinc 1 tab/hari
BAB IV
DISKUSI
Telah dirawat pasien seorang anak perempuan, usia 7 bulan, di bagian Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang, dengan keluhan utama pasien kejang 30 menit
sebelum masuk rumah sakit. Menurut hasil alloanamesa dengan ibu pasien, 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, pasien terjatuh dari ayunan setinggi 50 cm dengan
posisi ditemukan tertelungkup, tidak ada ditemukan luka atau lebam di kepala
pasien, tidak ada riwayat muntah menyemprot setelah jatuh, anak sadar setelah
jatuh, tidak ada kejang. 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien demam dengan
suhu 39C, demam terus menerus, tidak menggigil, tidak berekeringat. 30 menit
sebelum masuk rumah sakit, pasien kejang selama 20 menit. Mata pasien mendelik
ke kanan atas dan dilanjutkan seluruh badan pasien kaku dengan kedua tangan
fleksi. Tidak ada gerakan menyentak saat kejang. Ini merupakan episode kejang
pertama. 2 hari setelah rawatan di RS, pasien mengalami BAB encer, dengan
frekuensi 3-5x sehari, bewarna kuning, tidak berlendir atau berdarah dengan
volume 60ml. Pasien masih tetap BAB encer hingga 14 hari rawatan, tidak ada
tanda dehidrasi, volume diare berkurang, namun konsistensi BAB masih cair dan
ampas BAB masih sedikit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan,
kesadaran komposmentis, tekanan darah 88/38 mmHg, nadi 100x/menit, napas
30x/menit, suhu 36.8C. Pada pemeriksan fisik kulit teraba hangat, mata tidak
cekung, telinga tidak ada discharge, bising usus normal, turgor kulit normal. Hasil
pemeriksaan neurologis, tidak ditemukan tanda rangsang meningeal dan refleks
patologis.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien kejang yang dialami
oleh pasien pasca demam merupakan kejang demam kompleks dan diare kronik
tanpa dehidrasi karena tidak ditemukan tanda infeksi dan dehidrasi saat ini pada
pasien. Pemeriksaan CT scan kepala direncanakan untuk menyingkirkan diagnosis
perdarahan intrakranial pada pasien setelah terjatuh dari ayunan. Pemeriksaan darah
yaitu darah lengkap, elektrolit, ureum darah, tes fungsi hati, vitamin asam folat,
kalsium, ferritin, laju endap darah, dan protein C reaktif. Pemeriksaan tinja spesifik
antara lain meliputi tes enzim pankreas jika curiga ada pankreas, pH tinja<5
menandakan adanya intoleransi laktosa. Kultur tinja diperlukan untuk
menyingkirkan kemungkinan infeksi protozoa seperti giardiasis, dan amebiasis.7
Tatalaksana yang diberikan pada pasien adalah Luminal 2x15mg po,
Paracetamol 4x80mg (bila demam). Luminal diberikan sebagai antikonvulsan
rumat golongan fenobarbital karena pada pasien terdapat riwayat kejang lama >15
menit. Parasetamol hanya diberikan bila pasien demam sebagai antipiretik dengan
dosis 10-15mg/kg/hari setiap 4-6 jam.1 Tatalaksana untuk diare kronik tanpa
dehidrasi pada pasien mengikuti rencana terapi A, yakni pemberian ASI OD dengan
frekuensi yang lebih sering dan lama setiap kali pemberian, memberikan cairan
tambahan berupa oralit 100ml setiap kali buang air besar, memberikan tablet zinc
selama 10 hari, serta lanjutkan pemberian makan berupa bubur susu 3 kali sehari.7,8
DAFTAR PUSTAKA