Oleh:
Adilla Oktariza Zarwin 2040312118
Raisa Mutia Yasril 2140312146
M. Imamhamda Muttaqien 2140312066
Pembimbing:
dr. Lila Indrati, Sp.Rad
BAGIAN RADIOLOGI
RSUP DR. M DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “Gambaran
Radiologi Pada Bronkitis Kronik”. Referat ini penulis susun untuk memenuhi salah
satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Radiologi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Lila Indrati, Sp.Rad selaku
preseptor yang telah memberikan arahan dan petunjuk, dan semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan Referat ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Referat
ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga Referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
HALAMAN DEPAN…………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah ...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan .............................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
2.1 Bronkus ............................................................................................................. 3
2.2 Bronkitis Kronik ................................................................................................ 5
2.2.1 Definisi........................................................................................................ 5
2.2.2 Epidemiologi............................................................................................... 5
2.2.3 Etiologi dan Faktor Risiko .......................................................................... 6
2.2.4 Diagnosis ................................................................................................... 7
2.3 Gambaran Radiologi Bronkitis Kronik............................................................8
2.3.1 Gambaran Bronkitis Kronik pada X-Ray...................................................8
2.3.2 Gambaran Bronkitis Kronik pada CT Scan...............................................10
2.3.3 Gambaran Bronkitis Kronik pada MRI.................................................... 12
2.3.4 Gambaran Bronkitis Kronik pada Bronkografi.........................................17
2.4 Diagnosis Banding Bronkitis Kronik ...............................................................18
2.5 Tatalaksana Bronkitis Kronik...........................................................................21
2.5.1 Terapi Farmakologi................................................................................... 22
2.5.2 Terapi Farmakologi Alternatif................................................................... 24
2.5.3 Terapi Lain.................................................................................................24
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 25
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 26
Penyebab utama dari bronkhitis kronis adalah merokok, dan hampir semua
pasien dengan bronkhitis kronis memiliki riwayat merokok. Debu, dan udara juga
berkontribusi terhadap terjadinya bronkhitis kronis. Infeksi virus berperan dalam
7% sampai 64% kejadian eksaserbasi akut bronkhitis kronis. Virus yang paling
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai gambaran radiologi dari bronkitis kronis serta untuk
memenuhi tugas keilmiahan di Kepanitraan Klinik Radiologi.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bronkus
2.1.1 Anatomi Bronkus
Bronkus merupakan saluran nafas yang terbentuk dari belahan dua trakea
pada ketinggian sekitar vertebra torakalis ke-5, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.7 Bronkus berjalan ke arah bawah dan
samping menuju paru dan bercabang menjadi 2, yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri. Bronkus kanan memiliki diameter lumen lebih lebar, ukuran lebih pendek dan
posisi lebih vertikal. Letak sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis serta
mengeluarkan sebuah cabang utama yang melintas di bawah arteri, yang disebut
bronkus kanan lobus bawah. Sedangkan bronkus kiri memiliki ukuran lebih
panjang, diameter lumennya lebih sempit dibandingkan bronkus kanan dan
melintas dibawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang
berjalan ke lobus atas dan bawah.8
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus
lobaris, kemudian menjadi lobus segmentalis. Bronkus lobaris ini bercabang terus
menjadi bronkus yang lebih kecil, dengan ujung cabangnya yang disebut
bronkiolus. Setiap bronkiolus memasuki lobulus paru, dan bercabang-cabang
menjadi 5-7 bronkiolus terminalis.8
Bronkiolus terminalis adalah saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara). Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih
1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh
otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah
sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena
fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-
paru.9
Pada lamina propria terdapat jaringan ikat yaitu serabut elastin dan otot
polos. Pada bronkiolus tidak ada tulang rawan dan kelenjar. Lapisan adventitia juga
Bronkitis kronik adalah kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk
kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun
berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Bronkitis kronik termasuk
golongan penyakit paru obstruktif kronik.10 Bronkitis kronis adalah suatu kondisi
peningkatan pembengkakan dan lendir (dahak atau sputum) produksi dalam saluran
pernapasan.10
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara yang lazim di
daerah industri. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi
infeksi rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositsis, sehingga
timbunan mukus menigkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri
melemah.12
Faktor risiko utama untuk bronkitis kronik adalah merokok. Seperti
disebutkan sebelumnya, kumulatif 30 tahun kejadian bronkitis kronik pada perokok
saat ini adalah 42%. Namun, perlu dicatat bahwa bronkitis kronik telah dijelaskan
dalam 4 sampai 22% dari non perokok menunjukkan bahwa faktor risiko lain
mungkin ada. faktor risiko potensial lainnya termasuk eksposur inhalasi pada bahan
bakar biomassa, debu, dan asap kimia. Potensi faktor risiko lain untuk bronkitis
kronik adalah adanya gastroesophageal reflux, kemungkinan terjadi aspirasi paru
Terhadap refluks isi lambung sehingga menginduksi cedera asam sehinggi terjadi
infeksi atau stimulasi dimediasi bronkokonstriksi refleks sekunder iritasi mukosa
esofagus.11
Anamnesis
Pada saat anamnesis, sangat penting untuk ditanyakan apakah pasien memiliki
faktor resiko bronkitis kronik yaitu aktif merokok, atau terpapar asap lainnya.
Jumlah dan durasi lamanya merokok ini berkontribusi dalam keparahan penyakit.
Perlu dievaluasi pada pasien yang dicurigai bronkitis kronik berapa jumlah rokok
yang dihisap dengan Indeks Brinkmen.13
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik basanya ditemukan keadaan normal dan kadang terdengar suara
wheezing di beberapa tempat atau ronkhi jika produksi sputum meningkat.14
Pemeriksaan Penunjang
a. Faal paru
c. Laboratorium darah
d. Radiologi
- Pada foto toraks PA dan lateral bronkitis kronik terlihat
gambaran: Normal atau corakan bronkovaskuler bertambah
pada 21% kasus.
- CT-scan13
- MRI
Gambar 2.5 Bronkitis kronis pada pria berusia 62 tahun. Gambaran opak pada
kedua paru, menyerupai “dirty lung”26
Gambar 2.9 Gambaran CT dan MRI pada bekas perokok (74 tahun tanpa bukti
pada CT atau spirometri yang mendukung bronkitis kronik dan kapasitas difusi
yang rendah dari karbon monoksida pada paru. a) Ventilasi He, b) CT dengan
rekonstruksi free-airway, c) He ADC, dan d) struktur aliran udara dan pewarnaan
LACs berdasarkan lobus. sLAC: low-attenuation (<-950 HU) clusters; ADC:
Apparent diffusion coefficient22
2.3.4 Bronkografi
3. Bronkiektasis
Gambar 2.16 Bronkiektasis. Gambaran ring shadow, tampak air-fluid level pada
bagian bawah paru26
4. TB Paru
1. Berhenti Merokok
1. Bronkodilator
Long acting β2 agonist inhalasi memiliki waktu kerja 12 jam atau lebih.
Formoterol dan salmeterol memperbaiki FEV1 dan volume paru, sesak napas,
health related quality of life dan frekuensi eksaserbasi secara signifikan
(Evidence A), tapi tidak mempunyai efek dalam penurunan mortalitas dan fungsi
paru. Salmeterol mengurangi kemungkinan perawatan di rumah sakit (Evidence
B). Indacaterol merupakan Long acting β2 agonist baru dengan waktu kerja 24
jam dan bekerja secara signifikan memperbaiki FEV1, sesak dan kualitas hidup
pasien (Evidence A). Efek samping adanya stimulasi reseptor β2 adrenergik
dapat menimbulkan sinus takikardia saat istirahat dan mempunyai potensi untuk
mencetuskan aritmia. Tremor somatic merupakan masalah pada pasien lansia
yang diobati obat golongan ini.27
a. Methylxantine
Contoh obat yang tergolong methylxanthine adalah teofilin. Obat ini dilaporkan
berperan dalam perubahan otot-otot inspirasi. Namun obat ini tidak
24
direkomendasikan jika obat lain tersedia.
b. Kortikosteroid
fungsi paru, kualitas hidup serta mengurangi frekuensi eksaserbasi pada pasien
dengan FEV1<60% prediksi.27
c. Phosphodiesterasi-4-inhibitor
Mekanisme dari obat ini adalah untuk mengurangi inflamasi dengan menghambat
pemecahan intraselular C-AMP. Tetapi, penggunaan obat ini memiliki efek samping
seperti mual, menurunnya nafsu makan, sakit perut, diare, gangguan tidur dan sakit
kepala.27
2. Alpha-1 Augmentation therapy: Terapi ini ditujukan bagi pasien usia muda dengan
defisiensi alpha-1 antitripsin herediter berat. Terapi ini sangat mahal, dan tidak
tersedia di hampir semua negara dan tidak direkomendasikan untuk pasien bronkitis
kronik yang tidak ada hubungannya dengan defisiensi alpha-1 antitripsin.
1. Terapi Oksigen
2. Ventilatory support
3.1 Kesimpulan
1. Bronkitis kronik adalah kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk
kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua
tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.
2. Biasanya tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan foto polos atau dapat
ditemukannya penebalan dinding bronkial dan peningkatan corakan
bronkovaskuler.
3. Pada CT Scan, gambaran sentralobular emfisema didapati berdampingan
dengan bronkitis kronik yaitu peradangan atau penebalan dinding bronkiolar
disertai adanya gambaran mukus.
4. Selain itu, MRI dapat menyediakan penilaian pada mikrostruktur alveolus dan
defek regional pada ventilasi bahkan pada tahap yang sangat awal terjadinya
penyakit.
Philadelphia, PA, USA: 2010. Bronchitis, Bronchiectasis, and Cystic Fibrosis; pp.
276–283. Chapter 33
4. Karunanayake et al, 2017. Bronchitis and Its Associated Risk Factors in First
Nations Children. Children Journal. Volume 12 Nomor 4 Desember 2017. doi:
10.3390/children4120103. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5742748/
5. Woodfork K. Bronchitis. The Comprehensive Pharmacology Reference. xPharm.
2007;1-13. doi:10.1016/B978-008055232-3.63026-0
6. Selviana dkk, 2015. Hubungan Antara Lingkungan Fisik Rumah Dan Status
Merokok Dengan Kejadian Bronkitis Akut Pada Balita di Wilayah Kerja
7. Campbell NA. Biology. California:The Benjamin Commings Publishing
Company;1993.
8. Moore, Keith L, Arthur F. Dalley. Clinically Oriented Anatomy. Ed 4. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins;1999.
9. Lange K. Role Of Microvillar Cell Surfaces In The Regulation Of Glucose Uptake
And Organtization Of Energy Metabolism. Am J Physic Cell Physiol. 2002;1(96):282-
3.
10. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Pedoman & Penatalaksanaan Di Indonesia. 2016.
11. Kim V, Criner GJ. Chronic Bronchitis And Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. Am J Res Crit Care Med. 2013;187:228-37.
12. Price SA, Wilson LM, editors. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC;2006.
13. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Pocket guide to
COPD diagnosis, management and prevention. A guide for health care professionals.
2020.