REFERAT
Disusun Oleh:
Nadya Kusuma Wardani 21710129
I Komang Ricky Darmawan 21710192
Pembimbing:
dr. Hikmah Maulidah, Sp. Rad
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipresentasikan di :
Bangil, 22 Maret 2022
Stase Radiologi
Mengetahui,
Kepala SMF Radiologi Pembimbing
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul “Tuberculosis”.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan tugas ini tidak terlepas dari dukungan,
bantuan, dan peran serta dari semua pihak. Penulis ucapkan terima kasih kepada dr.
Hikmah Maulidah, Sp. Rad selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta
arahan dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan laporan kasus ini,
oleh karena itu penulis mengharapkan segala masukan demi sempurnanya laporan ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya serta
berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan berbagai pihak yang
berkepentingan.
Penulis
II
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Definisi..............................................................................................................2
C. Patofisiologi.......................................................................................................2
D. Klasifikasi..........................................................................................................4
F. Diagnosis...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (MTB) . Jalan masuk untuk organisme MTB adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Sebagian besar infeksi TB
menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nukleus droplet yang berisikan organisme basil
tuberkel dari seseorang yang terinfeksi. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam
paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh
yang rendah) dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh
sebab itulah infeksi TB dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru, otak,
ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru .
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Tuberculosis
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemis
sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang
biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit
parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras
yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru.
Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan
Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.
Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan
karena kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru,
akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah
penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis)
(Werdhani, 2011). Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis yang
disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak
(droplet) dari penderita TBC kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2008). Bakteri
Mycobacterium Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang ramping, kurus,
dan tahan akan asam atau sering disebut dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk
lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung
membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan (Ginanjar, 2010).
5
B. Anatomi dan Fisologi
Sistem pernapasan pada manusia di bagi menjadi beberapa bagian salauran penghantar udara dari
hidung hingga mencapai paru-parusendiri meliputi dua bagian yaitu saluran pernapasan bagian atas
dan bagian bawah (Muhamad Ardiansyah,2012 : 291).
1. Saluran Pernapasan Bagian Atas (Upper Respiratory Airway)
Saluran umum, fungsi utama dan saluran pernapasan atas adalah saluran udara (air circulation)
menuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas, melindungi (protecting) saluran napas
bagian bawah dari benda asing, dan sebgai penghangat, penyaring, serta pelembab (warning fibriation
amd humidifiation) dari udara yang dihirup hidung. Saluran pernapasan atas ini terdiri dari organ
organ berikut:
a. Hidung (cavum nasalis)
Rongga hidung di lapisi sejenis selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh darah.
Rongga inibersambung dengan lapisan faring dan selaput lender sinus yang mempunyai lubang masuk
kedalam rongga hidung.
b. Sinus Paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Nama sinus paranasalis
sendiri di sesuaikan dengan nama tulang dimana organ itu berada. Organ ini terdiri dari sinus frotalis,
sinus etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus maksilaris. fungsi dari sinus adalah untuk emmebantu
menghangatkan dan melembabkan udara manusia dengan ruang resonansi.
c. Faring (Tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenglorak sampai persambungannya
dengan esophagus. Pada ketinggian tulang rawan krikoid. Oleh karena itu letak faring di belakang
laring (larynx pharyngeal).
d. Laring (Tenggorokan)
Laring terletak di depan bagian terendahfaring yang memisahkan faring dan columna
vertebrata . laring merentang sebagai bagian atas vetebrata servikals dan masuk ke dalam trakea di
bawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat/disatukan oleh ligament dan
membrane (Muhammad Ardiansyah, 2012: 291).
2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah (Lower Airway)
Ditinjau dari fungsinya secara umuj saluran pernapasan bagian bawah terbagi menjadi dua
komponen. Pertama, saluran udara kondusif atau yang seiring di sebut sebagai percabangan dari
trakeobronkialis. Saluran ini terdiri atas trakea. Bronki, dan bronkioli. Kedua saluran respiratorius
terminal (kadang kala disebut dengan acini) yang merupakan saluran udara konduktif dengan fungsi
utamanya sebagai penyalur (Konduksi) gas masuk dan keluar dari saluran respiratorius terminal
6
merupakan pertukaran gas yang sesunggahnya. Alveoli sendiri merupakan bagian dari satuan
respiratorius terminal.
a. Trakea
Trakea atau batang tenggoroakan memiliki panjang kira-kira 9 cm. Organ ini merentang laring
sampai kira-kira di bagian atas vetebrata torakalis kelima. Dari tempat ini, trakea bercabang menjadi
dua bronkus (bronchi). Trakea tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap, berupa cincin-cincin tulang
rawan yang disatukan bersama oleh jaringan fibrosa dan melengkapi lingkaran sebelah belakang
trakea . selain itu, trakea juga memuat beberapa jaringan otot.
b.Bronkus dan Bronkeoli
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada tingkatan vetebrata torakalis kelima,
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu
membentang kebawah dan kesamping, kea rah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih
lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkansebuah cabang
utama lewat dibawah arteri, yang disebut bronkus lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan serta merentang di bawah arteri
pulmonalis sebelum akhirnya terbelah menjadi beberapa cabang menuju ke lobus atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabanglagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian menjadi
lobus sementalis. Percabangan ini merentang terus menjadi bronkus yang ukuranya semakin kecil,
sampai akhirnya menjadi bronkhiolis terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkeolus
tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi di kelilingi oleh otot polos sehingga ukuranya dapat
berubah. Seluruh saluran udara kebawah sampai tingkat bronkhiolus terminalis disebut saluran
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
c.Alveolus
Alveolus (yaitu tempat pertukaran gas sinus) terdiri dari bronkiolus dan respiratorius yang
terkadang memiliki kantong udara kecil dan alveoli pada dindingnya. Alveolus adalah kantung
berdinding tipis yang mengandung udara. Melalui seluruh dinding inilah terjadi pertukaran gas. Setiap
paru mengandung sekitar 300 juta alveoli. Lubang-lubang kecil didalam dinding alveolar
memungkinkan udara
melewati satu alveolus yang lain. Alveolus yang melapisi rongga toraks dipisahkan oleh dinding yang
dinamakan pori-pori kohn.
d. Paru-Paru
Bagian kiri dan kanan paru-paru terdapat rongga toraks. ParuParu yang juga dilapisi pleura.
Didalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikn. Paru kanan dibagi atas
7
tiga lobus, yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan
elastic yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus
alveolar, dan alveoli. Diperkirakan, setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli sehingga organ ini
mempunyai permukaan yang cukup luas sebagai tempat permukaan/pertukaran gas.
e. Toraks, Diagfragma, dan Pleura
Rongga toraks berfungsi melindungi paru-paru, jantung dan pembuluh darah besar. Bagian
rongga toraks terdiri atas 12 iga costa. Pada bagian atas toraks di daerah leher, terdapat dua otot
tambahan untuk proses inspirasi, yakni skaleneus dan stenokleidomastoideus. Otot sklaneuas
menaikan tulang iga pertama dan kedua selama inspirasi untuk memperluas rongga dada atas dan
menstabilkan dinding dada. Otot sternokleidomastoideus berfungsi untuk mengangkat sternum. Otot
parasternal, trapezius, dan pektoralisjuga merupakan otot untuk inspirasi tambahan yang berguna
untuk meningkatkan kerja napas. Diantara tulang iga terdapat ototinterkostal. Otot interkostal
eksternum adalah otot yang menggerakan tulang iga ke atas dan kedepan, sehingga dapat
meningkatkan diameter anteroposterior dari dinding dada.
Diagfragma terletak dibawah rongga toraks. Pada keadaan relaksasi, diagfragma ini berbentuk
kubah. Mekanisme pengaturan ototdiagfragma (nervus frenikus) terdapat pada tulang belakang (spinal
cord) di servikal ke-3 (C3). Oleh karena itu jika terjadi kecelakaan pada saraf C3, maka ini dapat
menyebabkan gangguan ventilasi. Pleura merupakan membrane serosa yang menyelimuti paru.
Terdapat dua macam pleura, yaitu pleura parietal yan melapisi rongga toraks dan pleura
visceral yang menutupi setiap,paru-paru. Di antara kedua pleura tersebut terdapat cairan pleura
menyerupai selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain
selama respirasi, sekaligus mencegah pemisah toraks dan paruparu. Tekanan dalam rongga pleura
lebih rendah daripada tekanan atmosfer, sehingga mencegah terjadinya kolaps paru. Jika pleura
bermasalah, misalnya mengalami peradangan, maka udara cairan dapat masuk kedalam rongga pleura.
Hal tersebut dapat menyebabkan paruparu tertekan dan kolaps (Muhammad Ardiansyah, 2012 : 293)
3. Fisiologi pernapasan
Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dipindahkan dari udara kedalam jaringan-jaringan dan
CO2 di keluarkan ke udara (ekspirasi), yaitu stadium pertama dan stadium kedua.
1. Stadium Pertama
Stadium pertama di tandai dengan fase ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam
dan keluar paru-paru. Mekanisme ini di mungkinkan karena ada selisih tekanan antara atmosfer dan
alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot.
8
2. Stadium kedua
Transportasi pada fase ini terdiri dari beberapa aspek yaitu:
a. Disfusi gas antara alveolus dan kapiler pzru-pzru (respirasi eksternal) serta antara darah sistemik
dan sel-sel jaringan.
b. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaianya dengan distribusi udara dalam
alveolus.
c. Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah respimi atau respirasi internal merupakan
stadium akhir darirespirasi, dimana oksigen dioksida untuk mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk
sebagai sampah dari proses metabolisme sel dan keluarkan oleh paru-paru.
d. Transportasi adalah tahap kedua dari proses pernapasan yang mencakup proses pernapasan yang
mencakup proses difusi gasgas melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari
0.5 mm). kekuatan mendorong untuk pemindahan ini di peroleh dari selisih tekanan persial antara
darah dan fase gas.
e. Perfusi adalah pemindahan gas secara efektif antar alveolus dan kapiler paru-paru yang
membutuhkan distibusi merata dari udara dalam paru-paru yang membutuhkan distribusi merata
darinudara dalam paru-paru dan petfusi (aliran darah) dalam kapiler. Dengan kata lain, ventilasi dan
perfusi dari unit pulmonary yang sudah sesuai dengan orang normal pada posisi tegak dan keadaan
istirahat, maka ventilasi dan perfusi hamper seimbang, kecuali pada apeks paru-paru.
9
C. Patofisiologi Tuberculosis Paru
Tuberkulosis paru atau TBC paru disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis yang
menular melalui aerosol dari membran mukosa paru-paru individu yang telah terinfeksi. Ketika
seseorang dengan TB paru yang aktif batuk, bersin, atau meludah, droplet akan keluar ke udara
bebas. Ketika terinhalasi oleh individu lain, droplet infeksius akan terkumpul di paru-paru dan
organisme akan berkembang dalam waktu 2–12 minggu.
Kontak pertama bakteri Mycobacterium tuberculosis dengan host dapat menyebabkan infeksi
tuberkulosis primer yang umumnya membentuk lesi tipikal TB, yaitu kompleks Ghon. Kompleks
Ghon merupakan granuloma epiteloid dengan nekrosis kaseosa di bagian tengahnya. Lesi ini paling
umum ditemukan dalam makrofag alveolar dari bagian subpleura paru-paru. Lesi inisial dapat
sembuh dengan sendirinya dan infeksi menjadi laten. Fibrosis terjadi bila enzim hidrolitik
melarutkan tuberkel dan lesi dikelilingi oleh kapsul fibrosis. Nodul fibrokaseosa ini sering kali
mengandung mycobacteria dan berpotensi reaktivasi.
Ketika host tidak dapat menekan infeksi inisial, infeksi primer TB dapat berkembang lebih lanjut,
terutama di lobus tengah dan bawah dari paru-paru. Eksudat yang purulen dan mengandung basil
tahan asam (BTA) dapat ditemukan di sputum dan jaringan paru. Namun, bila infeksi tuberkulosis
dapat ditekan atau dilawan oleh sistem imun, infeksi tuberkulosis dapat menjadi infeksi laten.
Individu dengan infeksi tuberkulosis laten tidak dapat menularkan bakteri tetapi infeksi laten
dapat teraktivasi bila host mengalami imunosupresi. Setelah itu, infeksi akan menjadi infeksi
tuberkulosis sekunder. Lesi tuberkulosis sekunder umumnya berada di apeks paru-paru.
10
D. Diagnosis
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosis adalah:
a. Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
b. Pemeriksaan fisik.
c. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak). * Pemeriksaan patologi anatomi
(PA).
d. Rontgen dada (thorax photo).
e. Uji tuberkulin.
a. Diagnosis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan
fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada
penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta
skoring pada pasien anak.
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan
menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB
dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan
yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
• S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang,
suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
• P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa
dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
• S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
11
Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis
merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat
digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan
mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu
memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran
kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. Untuk lebih jelasnya lihat alur
prosedur diagnostik untuk suspek TB paru pada lampiran
d. Uji Tuberkulin
12
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat untuk menunjukkan
sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan sering digunakan dalam “Screening TBC”.
Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita
anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 1–2 tahun
92%, 2– 4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat
dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik.
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering
digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada 1⁄2 bagian atas lengan bawah kiri bagian
depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah
penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi:
1. Pembengkakan (Indurasi) : 0–4mm, uji mantoux negatif.
Arti klinis : tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.
2. Pembengkakan (Indurasi) : 5–9mm, uji mantoux meragukan.
Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium atypikal
atau pasca vaksinasi BCG.
3. Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif.
Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
13
E. KLASIFIKASI TUBERCULOSIS
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis memerlukan suatu “definisi kasus”
yang meliputi empat hal , yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif atau BTA negatif;
3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati
Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah:
1. Menentukan paduan pengobatan yang sesuai
2. Registrasi kasus secara benar
3. Menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif
4. Analisis kohort hasil pengobatan
Beberapa istilah dalam definisi kasus:
1. Kasus TB : Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis oleh
dokter.
2. Kasus TB pasti (definitif) : pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium tuberculosis
atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA positif.
Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat diperlukan untuk:
1. Menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah timbulnya
resistensi
2. Menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan
pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)
3. Mengurangi efek samping
14
Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
15
• Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat sebagai TB
ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
Catatan:
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal, default
maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan secara patologik,
bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan medis spesialistik.
16
D. PEMERIKSAAN RADIOLOGI TUBERKULOSIS
i. Pemeriksaan Radiologis Tuberkulosis Paru
Kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai diagnosa utama pada
TB. Namun, Foto toraks bisa digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan TB paru pada
orang-orang yang dengan hasil tes tuberkulin ( +) dan tanpa menunjukkan gejala.
1. Bila klinis ditemukan gejala tuberkulosis paru, hampir selalu ditemukan kelainan pada
foto roentgen.
2. Bila klinis ada dugaan terhadap penyakit tuberkulosis paru, tetapi pada foto roentgen tidak
terlihat kelainan, maka ini merupakan tanda yang kuat bukan tuberkulosis.
3. Sebaliknya, bila tidak ada kelainan pada foto toraks belum berarti tidak ada tuberkulosis,
sebab kelainan pertama pada foto toraks baru terlihat sekurang -kurangnya 10 minggu
setelah infeksi oleh basil tuberkulosis.
4. Sesudah sputum positif pada pemeriksaan bakteriologi, tanda tuberkulosis yang terpenting
adalah bila ada kelainan pada foto toraks.
5. Ditemukannya kelainan pada foto toraks belum berarti bahwa penyakit tersebut aktif.
6. Dari bentuk kelainan pada foto roentgen memang dapat diperoleh kesan tentang aktivitas
penyakit, namun kepastian diagnosis hanya dapat diperoleh melalui kombinasi dengan
hasil pemeriksaan klinis/laboraturis.
7. Pemeriksaan roentgen penting untuk dokumentasi, menentukan lokalisasi, proses dan
tanda perbaikan ataupun perburukan dengan melakukan perbandingan dengan foto-foto
terdahulu.
8. Pemeriksaan roentgen juga penting untuk penilaian hasil tindakan terapi seperti
Pneumotoraks torakoplastik, torakoplastik dsb
9. Pemeriksaan roentgen tuberculosis paru saja tidak cukup dan dewasa ini bahkan tidak
boleh dilakukan hanya dengan fluoroskopi. Pembuatan foto roentgen adalah suatu
keharusan, yaitu foto posterior anterior (PA), bila perlu disertai proyeksi-proyeksi
tambahan seperti foto lateral, foto khusus puncak AP-lordotik dan tekhnik-tekhnik khusus
lainnya.
17
ii. Jenis proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang dicurigai TB, yaitu :
1. Proyeksi Postero-Anterior (PA)
Pada posisi PA, pengambilaii foto dilakukan pada saat pasien dalam posisi berdiri,
tahan nafas pada akhir inspirasi dalam. Bila terlihat suatu kelainan pada proyeksi PA,
perlu ditambah proyeksi lateral.
2. Proyeksi Lateral
Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di belakang kepala.
Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan napas dan akhir inspirasi dalam.
3. Proyeksi Top Lordotik
Proyeksi Top Lordotik dibuat bila foto PA menunjukkan kemungkinan adanya
kelainan pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya dibuat
setelah foto rutin diperiksa dan bila terdapat kesulitan dalam menginterpretasikan
suatu lesi di apeks. Pengambilan foto dilakukan pada posisi berdiri dengan arah sinar
menyudut 35-45 derajat arah caudocranial, agar gambaran apeks paru tidak
berhimpitan dengan klavikula.
18
Lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, dan paru kanan lebih sering
terkena, terutama di daerah lobus bawah, tengah dan lingula serta segmen anterior lobus
atas. Kelainan foto toraks pada tuberculosis primer ini adalah adalah limfadenopati,
parenchymal disease, miliary disease, dan efusi pleura. . Pada paru bisa dijumpai
infiltrat dan kavitas. Salah satu komplikasi yang mungkin timbul adalah Pleuritis
eksudatif, akibat perluasan infitrat primer ke pleura melalui penyebaran hematogen.
Komplikasi lain adalah atelektasis akibat stenosis bronkus karena perforasi kelenjar ke
dalarn bronkus. Baik pleuritis maupun atelektasis pada anak-anak mungkin demikian
luas sehingga sarang primer tersembunyi dibelakangnya.
19
Tubercu
losis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar). Foto toraks PA dan lateral
20
2. Tuberkulosis Sekunder
Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa atau timbul reinfeksi pada
seseorang yang semasa kecilnya pernah menderita tuberculosis primer, tetapi tidak diketahui
dan menyembuh sendiri. Kavitas merupakan ciri dari tuberculosis sekunder7
21
Bercak infiltrat yang terlihat pada foto roentgen biasanya
dilapangan atas dan segmen apikal lobi bawah. Kadang-kadang
juga terdapat di bagian basal paru yang biasanya disertai oleh
pleuritis. Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis sekunder
jarang dijumpai.
22
berupa awan - awan menjelma menjadi daerah konsolidasi yang homogen, luasnya tidak
boleh melebihi 1 lobus paru .
3. Tuberkulosis sangat lanjut (far advanced tuberculosis ) : Luas daerah yang dihinggapi
sarang-sarang lebih dari 1 paru atau bila ada lubang -lubang, maka diameter semua lubang
melebihi 4 cm.
b. Ada beberapa bentuk kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen, antara lain
:
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan atau bercak-bercak yang batasnya tidak tegas dengan
densitas rendah.
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan densitasnya
sedang.
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu berbentuk garis-garis berbatas tegas, dengan densitas
tinggi.
4. Kavitas atau lubang
5. Sarang kapur ( kalsifikasi)
23
Tuberculosis dengan cavitas
24
Foto Toraks dengan proyeksi PA dan Lateral yang terdapat pada anak -anak berusia 7
bulan dengan TB Milliar. Terdapat beberapa nodul di seluruh lapangan keduaparu. Dan
terdapat konsolidasi di lobus kanan atas
25
kedua hilli ke atas. Pembuluh darah besar di hilli terangkat ke atas, seakan-akan
menyerupai kantung celana (broekzak fenomen). Sarang-sarang kapur kecil yang
mengelompok di apeks paru dinamakan Sarang - sarang Simon ( Simon's foci).
Secara roentgenologis, sarang baru dapat dinilai sembuh ( proses tenang ) bila setelah
jangka waktu selama sekurang-kurangnya 3 bulan bentuknya sama.
Sifat bayangan tidak boleh berupa bercak-bercak, awan atau lubang, melainkan garis-
garis atau bintik-bintik kapur.
Dan harus didukung oleh hasil pemeriksaan klinik - laboratorium, termasuk sputum.
26
ubah pada pemeriksaan berkala (follow up) dinamakan lubang sisa (residual cavity) dan
berarti suatu proses lama yang sudah tenang.
g. Pemeriksaan laboratorium
Darah : Leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri, jumlah limfosit
masih di bawah normal, laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. Anemia ringan,
gama globulin meningkat, kadar natrium darah menurun
Sputum : ditemukan kuman BTA , diagnosis TB sudah dapat dipastikan.
Tes Tuberkulin. Biasanya dipakai tes Mantoux. Tes tuberculin hanya menyatakan apakah
seseorang sedang atau pernah mengalami infeksi M.tuberculosae.
2. TB post primer
1. NTM
2. Silikosis
3. Respiratory bronchiolitis interstitial lung disease (RB ILD)
4. Kavitas pada usia tua, kemungkinan karena tumor paru
5. kavitas multiple bisa dijumpai juga pada wegener granulomatosis dan jamur.
27
VII. Komplikasi
Komplikasi dini: pleuritis , efusi pleura, empiema, laryngitis
Komplikasi lanjut; TB usus, Obstruksi jalan nafas , Fibrosis paru, kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gaal nafas dewasa, meningitis TB
28
Karena bagian depan korpus vertebra paling banyak mengaiami destruksi di sertai adanya
kolaps, maka korpus vertebra akan berbentuk baji dan pada tempat tersebut timbul gibbus.
Pada tipe sentral, abses timbul pada bagian tengah korpus vertebra dan diskus lambat terkena
proses. Bila lesi meluas ke tepi tulang, maka proses selanjutnya adalah seperti pada tipe
marginal
d. Meningitis Tuberkulosa
Meningitis TB adalah manifestasi dari tuberkulosis SSP , diagnosis dini sangat penting untuk
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Penyebarannya biasanya hematogen.
29
Temuan radiografi yang khas adalah abnormal enchancement meningeal, biasanya paling menonjol
pada sisterna basal.
e. Tuberkulosis Parenkim
30
Lesi ini dapat soliter, beberapa, atau miliaria dan dapat dilihat di mana saja dalam
parenkim otak, meskipun paling sering terjadi di dalam lobus frontal dan parietal.
f. Tuberkulosis Abdominal
Perut adalah fokus paling sering pada penyakit tuberkulosis luar paru. CT adalah andalan untuk
menyelidiki TBC perut , namun pengetahuan modalitas imaging lainnya, seperti pemeriksaan barium
enema, juga penting untuk menghindari salah diagnose dalam kasus di mana TB awalnya tidak
dicurigai.
31
BAB III
PENUTUP
32
DAFTAR PUSTAKA
33
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2006. Tuberkulosis, Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia, Citra Grafika, Jakarta
34