Anda di halaman 1dari 35

TUBERKULOSIS

REFERAT

Disusun Oleh:
Nadya Kusuma Wardani 21710129
I Komang Ricky Darmawan 21710192

Pembimbing:
dr. Hikmah Maulidah, Sp. Rad

KEPANITRAAN KLINIK RADIOLOGI RSUD BANGIL


PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
2022
PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL
Jl. Raya Raci – Bangil, Telp. (0343) 744900
Fax. (0343) 744940
PASURUAN

LEMBAR PENGESAHAN

KEPANITERAAN KLINIK FK-UWKS


RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

Telah dipresentasikan di :
Bangil, 22 Maret 2022
Stase Radiologi

Mengetahui,
Kepala SMF Radiologi Pembimbing

dr. Budi Suhariyanto, Sp.Rad dr. Hikmah Maulidah, Sp.Rad


NIP : 195910241988031008 NIP :

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul “Tuberculosis”.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan tugas ini tidak terlepas dari dukungan,
bantuan, dan peran serta dari semua pihak. Penulis ucapkan terima kasih kepada dr.
Hikmah Maulidah, Sp. Rad selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta
arahan dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan laporan kasus ini,
oleh karena itu penulis mengharapkan segala masukan demi sempurnanya laporan ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya serta
berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan berbagai pihak yang
berkepentingan.

Bangil, Maret 2022

Penulis

II
DAFTAR ISI

Halaman

COVER

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................2

A. Definisi..............................................................................................................2

B. Anatomi dan Fisiologi.......................................................................................2

C. Patofisiologi.......................................................................................................2

D. Klasifikasi..........................................................................................................4

E. Pemeriksaan awal Pneumotoraks......................................................................7

F. Diagnosis...........................................................................................................9

BAB III KESIMPULAN.................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (MTB) . Jalan masuk untuk organisme MTB adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Sebagian besar infeksi TB
menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nukleus droplet yang berisikan organisme basil
tuberkel dari seseorang yang terinfeksi. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam
paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh
yang rendah) dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh
sebab itulah infeksi TB dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru, otak,
ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru .

Diagnosis TB ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang yaitu pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan bakteriologis. Hanya 5% penderita
TB fase awal yang memberikan gejala klinis, sehingga sulit mendapatkan sputum untuk
pemeriksaan bakteriologis. Untuk dapat melakukan pemeriksaan sputum BTA dibawah
mikroskop, dibutuhkan kuman baru yang jumlahnya paling sedikit 5000 kuman dalam satu
mililiter dahak. Sebuah penelitian di San Fransisco menyatakan bahwa 17% penderita TB
memiliki hasil sputum BTA (-). Oleh karena itu, apabila diagnosis TB paru ditegakkan
semata-mata berdasarkan pemeriksaan BTA (+), akan banyak penderita TB paru yang tidak
terdiagnosis.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Tuberculosis
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemis
sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang
biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit
parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras
yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru.
Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan
Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.
Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan
karena kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru,
akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah
penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis)
(Werdhani, 2011). Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis yang
disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak
(droplet) dari penderita TBC kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2008). Bakteri
Mycobacterium Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang ramping, kurus,
dan tahan akan asam atau sering disebut dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk
lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung
membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan (Ginanjar, 2010).

5
B. Anatomi dan Fisologi
Sistem pernapasan pada manusia di bagi menjadi beberapa bagian salauran penghantar udara dari
hidung hingga mencapai paru-parusendiri meliputi dua bagian yaitu saluran pernapasan bagian atas
dan bagian bawah (Muhamad Ardiansyah,2012 : 291).
1. Saluran Pernapasan Bagian Atas (Upper Respiratory Airway)
Saluran umum, fungsi utama dan saluran pernapasan atas adalah saluran udara (air circulation)
menuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas, melindungi (protecting) saluran napas
bagian bawah dari benda asing, dan sebgai penghangat, penyaring, serta pelembab (warning fibriation
amd humidifiation) dari udara yang dihirup hidung. Saluran pernapasan atas ini terdiri dari organ
organ berikut:
a. Hidung (cavum nasalis)
Rongga hidung di lapisi sejenis selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh darah.
Rongga inibersambung dengan lapisan faring dan selaput lender sinus yang mempunyai lubang masuk
kedalam rongga hidung.
b. Sinus Paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Nama sinus paranasalis
sendiri di sesuaikan dengan nama tulang dimana organ itu berada. Organ ini terdiri dari sinus frotalis,
sinus etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus maksilaris. fungsi dari sinus adalah untuk emmebantu
menghangatkan dan melembabkan udara manusia dengan ruang resonansi.
c. Faring (Tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenglorak sampai persambungannya
dengan esophagus. Pada ketinggian tulang rawan krikoid. Oleh karena itu letak faring di belakang
laring (larynx pharyngeal).
d. Laring (Tenggorokan)
Laring terletak di depan bagian terendahfaring yang memisahkan faring dan columna
vertebrata . laring merentang sebagai bagian atas vetebrata servikals dan masuk ke dalam trakea di
bawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat/disatukan oleh ligament dan
membrane (Muhammad Ardiansyah, 2012: 291).
2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah (Lower Airway)
Ditinjau dari fungsinya secara umuj saluran pernapasan bagian bawah terbagi menjadi dua
komponen. Pertama, saluran udara kondusif atau yang seiring di sebut sebagai percabangan dari
trakeobronkialis. Saluran ini terdiri atas trakea. Bronki, dan bronkioli. Kedua saluran respiratorius
terminal (kadang kala disebut dengan acini) yang merupakan saluran udara konduktif dengan fungsi
utamanya sebagai penyalur (Konduksi) gas masuk dan keluar dari saluran respiratorius terminal

6
merupakan pertukaran gas yang sesunggahnya. Alveoli sendiri merupakan bagian dari satuan
respiratorius terminal.
a. Trakea
Trakea atau batang tenggoroakan memiliki panjang kira-kira 9 cm. Organ ini merentang laring
sampai kira-kira di bagian atas vetebrata torakalis kelima. Dari tempat ini, trakea bercabang menjadi
dua bronkus (bronchi). Trakea tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap, berupa cincin-cincin tulang
rawan yang disatukan bersama oleh jaringan fibrosa dan melengkapi lingkaran sebelah belakang
trakea . selain itu, trakea juga memuat beberapa jaringan otot.
b.Bronkus dan Bronkeoli
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada tingkatan vetebrata torakalis kelima,
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu
membentang kebawah dan kesamping, kea rah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih
lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkansebuah cabang
utama lewat dibawah arteri, yang disebut bronkus lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan serta merentang di bawah arteri
pulmonalis sebelum akhirnya terbelah menjadi beberapa cabang menuju ke lobus atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabanglagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian menjadi
lobus sementalis. Percabangan ini merentang terus menjadi bronkus yang ukuranya semakin kecil,
sampai akhirnya menjadi bronkhiolis terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkeolus
tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi di kelilingi oleh otot polos sehingga ukuranya dapat
berubah. Seluruh saluran udara kebawah sampai tingkat bronkhiolus terminalis disebut saluran
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
c.Alveolus
Alveolus (yaitu tempat pertukaran gas sinus) terdiri dari bronkiolus dan respiratorius yang
terkadang memiliki kantong udara kecil dan alveoli pada dindingnya. Alveolus adalah kantung
berdinding tipis yang mengandung udara. Melalui seluruh dinding inilah terjadi pertukaran gas. Setiap
paru mengandung sekitar 300 juta alveoli. Lubang-lubang kecil didalam dinding alveolar
memungkinkan udara
melewati satu alveolus yang lain. Alveolus yang melapisi rongga toraks dipisahkan oleh dinding yang
dinamakan pori-pori kohn.
d. Paru-Paru
Bagian kiri dan kanan paru-paru terdapat rongga toraks. ParuParu yang juga dilapisi pleura.
Didalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikn. Paru kanan dibagi atas

7
tiga lobus, yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan
elastic yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus
alveolar, dan alveoli. Diperkirakan, setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli sehingga organ ini
mempunyai permukaan yang cukup luas sebagai tempat permukaan/pertukaran gas.
e. Toraks, Diagfragma, dan Pleura
Rongga toraks berfungsi melindungi paru-paru, jantung dan pembuluh darah besar. Bagian
rongga toraks terdiri atas 12 iga costa. Pada bagian atas toraks di daerah leher, terdapat dua otot
tambahan untuk proses inspirasi, yakni skaleneus dan stenokleidomastoideus. Otot sklaneuas
menaikan tulang iga pertama dan kedua selama inspirasi untuk memperluas rongga dada atas dan
menstabilkan dinding dada. Otot sternokleidomastoideus berfungsi untuk mengangkat sternum. Otot
parasternal, trapezius, dan pektoralisjuga merupakan otot untuk inspirasi tambahan yang berguna
untuk meningkatkan kerja napas. Diantara tulang iga terdapat ototinterkostal. Otot interkostal
eksternum adalah otot yang menggerakan tulang iga ke atas dan kedepan, sehingga dapat
meningkatkan diameter anteroposterior dari dinding dada.
Diagfragma terletak dibawah rongga toraks. Pada keadaan relaksasi, diagfragma ini berbentuk
kubah. Mekanisme pengaturan ototdiagfragma (nervus frenikus) terdapat pada tulang belakang (spinal
cord) di servikal ke-3 (C3). Oleh karena itu jika terjadi kecelakaan pada saraf C3, maka ini dapat
menyebabkan gangguan ventilasi. Pleura merupakan membrane serosa yang menyelimuti paru.
Terdapat dua macam pleura, yaitu pleura parietal yan melapisi rongga toraks dan pleura
visceral yang menutupi setiap,paru-paru. Di antara kedua pleura tersebut terdapat cairan pleura
menyerupai selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain
selama respirasi, sekaligus mencegah pemisah toraks dan paruparu. Tekanan dalam rongga pleura
lebih rendah daripada tekanan atmosfer, sehingga mencegah terjadinya kolaps paru. Jika pleura
bermasalah, misalnya mengalami peradangan, maka udara cairan dapat masuk kedalam rongga pleura.
Hal tersebut dapat menyebabkan paruparu tertekan dan kolaps (Muhammad Ardiansyah, 2012 : 293)

3. Fisiologi pernapasan
Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dipindahkan dari udara kedalam jaringan-jaringan dan
CO2 di keluarkan ke udara (ekspirasi), yaitu stadium pertama dan stadium kedua.
1. Stadium Pertama
Stadium pertama di tandai dengan fase ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam
dan keluar paru-paru. Mekanisme ini di mungkinkan karena ada selisih tekanan antara atmosfer dan
alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot.

8
2. Stadium kedua
Transportasi pada fase ini terdiri dari beberapa aspek yaitu:
a. Disfusi gas antara alveolus dan kapiler pzru-pzru (respirasi eksternal) serta antara darah sistemik
dan sel-sel jaringan.
b. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaianya dengan distribusi udara dalam
alveolus.
c. Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah respimi atau respirasi internal merupakan
stadium akhir darirespirasi, dimana oksigen dioksida untuk mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk
sebagai sampah dari proses metabolisme sel dan keluarkan oleh paru-paru.
d. Transportasi adalah tahap kedua dari proses pernapasan yang mencakup proses pernapasan yang
mencakup proses difusi gasgas melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari
0.5 mm). kekuatan mendorong untuk pemindahan ini di peroleh dari selisih tekanan persial antara
darah dan fase gas.
e. Perfusi adalah pemindahan gas secara efektif antar alveolus dan kapiler paru-paru yang
membutuhkan distibusi merata dari udara dalam paru-paru yang membutuhkan distribusi merata
darinudara dalam paru-paru dan petfusi (aliran darah) dalam kapiler. Dengan kata lain, ventilasi dan
perfusi dari unit pulmonary yang sudah sesuai dengan orang normal pada posisi tegak dan keadaan
istirahat, maka ventilasi dan perfusi hamper seimbang, kecuali pada apeks paru-paru.

9
C. Patofisiologi Tuberculosis Paru
Tuberkulosis paru atau TBC paru disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis yang
menular melalui aerosol dari membran mukosa paru-paru individu yang telah terinfeksi. Ketika
seseorang dengan TB paru yang aktif batuk, bersin, atau meludah, droplet akan keluar ke udara
bebas. Ketika terinhalasi oleh individu lain, droplet infeksius akan terkumpul di paru-paru dan
organisme akan berkembang dalam waktu 2–12 minggu.
Kontak pertama bakteri Mycobacterium tuberculosis dengan host dapat menyebabkan infeksi
tuberkulosis primer yang umumnya membentuk lesi tipikal TB, yaitu kompleks Ghon. Kompleks
Ghon merupakan granuloma epiteloid dengan nekrosis kaseosa di bagian tengahnya. Lesi ini paling
umum ditemukan dalam makrofag alveolar dari bagian subpleura paru-paru. Lesi inisial dapat
sembuh dengan sendirinya dan infeksi menjadi laten. Fibrosis terjadi bila enzim hidrolitik
melarutkan tuberkel dan lesi dikelilingi oleh kapsul fibrosis. Nodul fibrokaseosa ini sering kali
mengandung mycobacteria dan berpotensi reaktivasi.
Ketika host tidak dapat menekan infeksi inisial, infeksi primer TB dapat berkembang lebih lanjut,
terutama di lobus tengah dan bawah dari paru-paru. Eksudat yang purulen dan mengandung basil
tahan asam (BTA) dapat ditemukan di sputum dan jaringan paru. Namun, bila infeksi tuberkulosis
dapat ditekan atau dilawan oleh sistem imun, infeksi tuberkulosis dapat menjadi infeksi laten.
Individu dengan infeksi tuberkulosis laten tidak dapat menularkan bakteri tetapi infeksi laten
dapat teraktivasi bila host mengalami imunosupresi. Setelah itu, infeksi akan menjadi infeksi
tuberkulosis sekunder. Lesi tuberkulosis sekunder umumnya berada di apeks paru-paru.

10
D. Diagnosis
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosis adalah:
a. Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
b. Pemeriksaan fisik.
c. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak). * Pemeriksaan patologi anatomi
(PA).
d. Rontgen dada (thorax photo).
e. Uji tuberkulin.

a. Diagnosis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan
fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada
penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta
skoring pada pasien anak.

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan
menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB
dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan
yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
• S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang,
suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
• P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa
dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
• S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

11
Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis
merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat
digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan
mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu
memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran
kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. Untuk lebih jelasnya lihat alur
prosedur diagnostik untuk suspek TB paru pada lampiran

b. Indikasi Pemeriksaan Foto Toraks


Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks
perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
• Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto
toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif. (lihat bagan alur di lampiran
2)
• Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika
non OAT(non fluoroquinolon).
• Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan
penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural)
dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).
c. Diagnosis TB Ekstra Paru
• Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada
limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.
• Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit
lain. Ketepatan diagnosis bergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan
ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto
toraks, dan lain-lain.

d. Uji Tuberkulin

12
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat untuk menunjukkan
sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan sering digunakan dalam “Screening TBC”.
Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita
anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 1–2 tahun
92%, 2– 4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat
dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik.
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering
digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada 1⁄2 bagian atas lengan bawah kiri bagian
depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah
penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi:
1. Pembengkakan (Indurasi) : 0–4mm, uji mantoux negatif.
Arti klinis : tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.
2. Pembengkakan (Indurasi) : 5–9mm, uji mantoux meragukan.
Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium atypikal
atau pasca vaksinasi BCG.
3. Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif.
Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.

13
E. KLASIFIKASI TUBERCULOSIS
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis memerlukan suatu “definisi kasus”
yang meliputi empat hal , yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif atau BTA negatif;
3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati
Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah:
1. Menentukan paduan pengobatan yang sesuai
2. Registrasi kasus secara benar
3. Menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif
4. Analisis kohort hasil pengobatan
Beberapa istilah dalam definisi kasus:
1. Kasus TB : Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis oleh
dokter.
2. Kasus TB pasti (definitif) : pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium tuberculosis
atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA positif.

Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat diperlukan untuk:
1. Menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah timbulnya
resistensi
2. Menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan
pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)
3. Mengurangi efek samping

A. Klasifikasi berdasarkan ORGAN tubuh yang terkena:


1) Tuberkulosis paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput
paru) dan kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru

14
Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

B. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan DAHAK mikroskopis, yaitu pada TB Paru:


1) Tuberkulosis paru BTA positif
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis.
c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
2) Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik
TB paru BTA negatif harus meliputi:
a) Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

C. Klasifikasi berdasarkan tingkat kePARAHan penyakit.


1) TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
2) TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
a) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral,
tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
b) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis peritonitis, pleuritis
eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.
Catatan:
• Bila seorang pasien TB ekstra paru juga mempunyai TB paru, maka untuk kepentingan
pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru.

15
• Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat sebagai TB
ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.

C. Klasifikasi berdasarkan RIWAYAT pengobatan sebelumnya


Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien,
yaitu:
1) Kasus Baru
Adalah pasien yang BELUM PERNAH diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (4 minggu).

2) Kasus Kambuh (Relaps)


Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau
kultur).
3) Kasus Putus Berobat (Default/Drop Out/DO)
Adalah pasien TB yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif.
4) Kasus Gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau Kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5) Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan
pengobatannya.
6) Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk
Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan
ulangan.

Catatan:
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal, default
maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan secara patologik,
bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan medis spesialistik.

16
D. PEMERIKSAAN RADIOLOGI TUBERKULOSIS
i. Pemeriksaan Radiologis Tuberkulosis Paru
Kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai diagnosa utama pada
TB. Namun, Foto toraks bisa digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan TB paru pada
orang-orang yang dengan hasil tes tuberkulin ( +) dan tanpa menunjukkan gejala.
1. Bila klinis ditemukan gejala tuberkulosis paru, hampir selalu ditemukan kelainan pada
foto roentgen.
2. Bila klinis ada dugaan terhadap penyakit tuberkulosis paru, tetapi pada foto roentgen tidak
terlihat kelainan, maka ini merupakan tanda yang kuat bukan tuberkulosis.
3. Sebaliknya, bila tidak ada kelainan pada foto toraks belum berarti tidak ada tuberkulosis,
sebab kelainan pertama pada foto toraks baru terlihat sekurang -kurangnya 10 minggu
setelah infeksi oleh basil tuberkulosis.
4. Sesudah sputum positif pada pemeriksaan bakteriologi, tanda tuberkulosis yang terpenting
adalah bila ada kelainan pada foto toraks.
5. Ditemukannya kelainan pada foto toraks belum berarti bahwa penyakit tersebut aktif.
6. Dari bentuk kelainan pada foto roentgen memang dapat diperoleh kesan tentang aktivitas
penyakit, namun kepastian diagnosis hanya dapat diperoleh melalui kombinasi dengan
hasil pemeriksaan klinis/laboraturis.
7. Pemeriksaan roentgen penting untuk dokumentasi, menentukan lokalisasi, proses dan
tanda perbaikan ataupun perburukan dengan melakukan perbandingan dengan foto-foto
terdahulu.
8. Pemeriksaan roentgen juga penting untuk penilaian hasil tindakan terapi seperti
Pneumotoraks torakoplastik, torakoplastik dsb
9. Pemeriksaan roentgen tuberculosis paru saja tidak cukup dan dewasa ini bahkan tidak
boleh dilakukan hanya dengan fluoroskopi. Pembuatan foto roentgen adalah suatu
keharusan, yaitu foto posterior anterior (PA), bila perlu disertai proyeksi-proyeksi
tambahan seperti foto lateral, foto khusus puncak AP-lordotik dan tekhnik-tekhnik khusus
lainnya.

17
ii. Jenis proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang dicurigai TB, yaitu :
1. Proyeksi Postero-Anterior (PA)
Pada posisi PA, pengambilaii foto dilakukan pada saat pasien dalam posisi berdiri,
tahan nafas pada akhir inspirasi dalam. Bila terlihat suatu kelainan pada proyeksi PA,
perlu ditambah proyeksi lateral.
2. Proyeksi Lateral
Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di belakang kepala.
Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan napas dan akhir inspirasi dalam.
3. Proyeksi Top Lordotik
Proyeksi Top Lordotik dibuat bila foto PA menunjukkan kemungkinan adanya
kelainan pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya dibuat
setelah foto rutin diperiksa dan bila terdapat kesulitan dalam menginterpretasikan
suatu lesi di apeks. Pengambilan foto dilakukan pada posisi berdiri dengan arah sinar
menyudut 35-45 derajat arah caudocranial, agar gambaran apeks paru tidak
berhimpitan dengan klavikula.

iii. Klasifikasi TB paru berdasarkan gambaran radiologis :


1. Tuberkulosis Primer
Hampir semua infeksi TB primer tidak disertai gejala klinis, sehingga paling
sering didiagnosis dengan tuberkulin test. Pada umumnya menyerang anak, tetapi bisa
terjadi pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah. Pasien dengan TB
primer sering menunjukkan gambaran foto normal. Pada 15% kasus tidak ditemukan
kelainan, bila infeksi berkelanjutan barulah ditemukan kelainan pada foto toraks.

18
Lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, dan paru kanan lebih sering
terkena, terutama di daerah lobus bawah, tengah dan lingula serta segmen anterior lobus
atas. Kelainan foto toraks pada tuberculosis primer ini adalah adalah limfadenopati,
parenchymal disease, miliary disease, dan efusi pleura. . Pada paru bisa dijumpai
infiltrat dan kavitas. Salah satu komplikasi yang mungkin timbul adalah Pleuritis
eksudatif, akibat perluasan infitrat primer ke pleura melalui penyebaran hematogen.
Komplikasi lain adalah atelektasis akibat stenosis bronkus karena perforasi kelenjar ke
dalarn bronkus. Baik pleuritis maupun atelektasis pada anak-anak mungkin demikian
luas sehingga sarang primer tersembunyi dibelakangnya.

19
Tubercu
losis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar). Foto toraks PA dan lateral

Tuberculosis disertai komplikasi pleuritis eksudativ dan atelektasis - Pleuritis TB

20
2. Tuberkulosis Sekunder
Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa atau timbul reinfeksi pada
seseorang yang semasa kecilnya pernah menderita tuberculosis primer, tetapi tidak diketahui
dan menyembuh sendiri. Kavitas merupakan ciri dari tuberculosis sekunder7

Tuberculosis dengan cavitas

21
Bercak infiltrat yang terlihat pada foto roentgen biasanya
dilapangan atas dan segmen apikal lobi bawah. Kadang-kadang
juga terdapat di bagian basal paru yang biasanya disertai oleh
pleuritis. Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis sekunder
jarang dijumpai.

a. Klasifikasi tuberkulosis sekunder


Klasifikasikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association ( ATA ).
1. Tuberculosis minimal : luas
sarang-sarang yang kelihatan
tidak melebihi daerah yang
dibatasi oleh garis median, apeks
dan iga 2 depan, sarang-sarang
soliter dapat berada dimana saja.
Tidak ditemukan adanya kavitas
2. Tuberkulosis lanjut sedang
( moderately advance tuberculosis
) : Luas sarang -sarang yang
berupa bercak infiltrat tidak
melebihi luas satu paru.
Sedangkan bila ada kavitas,
diameternya tidak melebihi 4 cm.
Kalau bayangan sarang tersebut

22
berupa awan - awan menjelma menjadi daerah konsolidasi yang homogen, luasnya tidak
boleh melebihi 1 lobus paru .
3. Tuberkulosis sangat lanjut (far advanced tuberculosis ) : Luas daerah yang dihinggapi
sarang-sarang lebih dari 1 paru atau bila ada lubang -lubang, maka diameter semua lubang
melebihi 4 cm.

b. Ada beberapa bentuk kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen, antara lain
:
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan atau bercak-bercak yang batasnya tidak tegas dengan
densitas rendah.
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan densitasnya
sedang.
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu berbentuk garis-garis berbatas tegas, dengan densitas
tinggi.
4. Kavitas atau lubang
5. Sarang kapur ( kalsifikasi)

c. Cara pembagian yang lazim di Amerika Serikat adalah :


1. Sarang-sarang berbentuk awan atau bercak infiltrat dengan densitas rendah hingga sedang
dengan batas tidak tegas. Sarang -sarang ini biasanya menunjukan suatu proses aktif.
2. Lubang ( kavitas ). Berarti proses aktif kecuali bila lubang sudah sangat kecil, yang
dinamakan residual cavity .
3. Sarang-sarang seperti garis ( fibrotik ) atau bintik - bintik kapur ( kalsifikasi, yang
biasanya menunjukkan proses telah tenang ( fibrocalcification)

23
Tuberculosis dengan cavitas

Tuberculosis dengan kalsifikasi


d. Tuberkuloma
Kelainan ini menyerupai tumor. Bila terdapat di otak, tuberkuloma juga bersifat suatu lesi
yng menempati ruangan ( space occupying lesion / SOL ). Tuberkuloma adalah suatu sarang
keju (caseosa) dan biasanya menunjukkan penyakit yang tidak begitu virulen bahkan biasanya
tuberkuloma bersifat tidak aktif lebih-lebih bila batasnya licin, tegas dan dipinggirnya ada
sarang perkapuran, sesuatu yang dapat dilihat jelas pada tomogram.
Diagnostik diferensialnya dengan suatu tumor sejati adalah bahwa didekat tuberkuloma
sering ditemukan sarang kapur.

24
Foto Toraks dengan proyeksi PA dan Lateral yang terdapat pada anak -anak berusia 7
bulan dengan TB Milliar. Terdapat beberapa nodul di seluruh lapangan keduaparu. Dan
terdapat konsolidasi di lobus kanan atas

e. Kemungkinan - kemungkinan kelanjutan suatu sarang tuberkulosis


A. Penyembuhan
1. Penyembuhan tanpa bekas
Sering terjadi pada anak-anak (tuberkulosis primer dan pada orang dewasa apabila
diberikan pengobatan yang baik.
2. Penyembuhan dengan memninggalkan cacat.
Penyembuhan ini berupa garis - garis berdensitas tinggi / fibrokalsifikasi di kedua
lapangan atas paru dapat mengakibatkan penarikan pembuluh -pembuluh darah besar di

25
kedua hilli ke atas. Pembuluh darah besar di hilli terangkat ke atas, seakan-akan
menyerupai kantung celana (broekzak fenomen). Sarang-sarang kapur kecil yang
mengelompok di apeks paru dinamakan Sarang - sarang Simon ( Simon's foci).
Secara roentgenologis, sarang baru dapat dinilai sembuh ( proses tenang ) bila setelah
jangka waktu selama sekurang-kurangnya 3 bulan bentuknya sama.
Sifat bayangan tidak boleh berupa bercak-bercak, awan atau lubang, melainkan garis-
garis atau bintik-bintik kapur.
Dan harus didukung oleh hasil pemeriksaan klinik - laboratorium, termasuk sputum.

f. Perburukan ( perluasan ) penyakit


1. Pleuritis
Terjadi karena meluasnya infiltrat primer langsung ke pleura atau melalui penyebaran
hematogen. Pada keadaan normal rongga pleura berisi cairan 10-15 ml. Efusi pleura bias
terdeteksi dengan foto toraks PA dengan tanda meniscus sign/ellis line, apabila jumlahnya
175 ml. Pada foto lateral dekubitus efusi pleura sudah bias dilihat bila ada penambahan 5
ml dari jumlah normal. Penebalan pleura di apikal relative biasa pada TB paru atau bekas
TB paru. Pleuritis TB bias terlokalisir dan membentuk empiema. CT Toraks berguna
dalam memperlihatkan aktifitas dari pleuritis TB dan empiema.
2. Penyebaran miliar
Akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang sebesar l-2mm atau sebesar
kepala jarum (milium), tersebar secara merata di kedua belah paru. Pada foto toraks,
tuberkulosis miliaris ini menyerupai gambaran 'badai kabut’ (Snow storm apperance).
Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi pada Ginjal, Tulang, Sendi, Selaput otak
/meningen, dsb.
3. Stenosis bronkus
Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru yang bersangkutan
sering menempati lobus kanan ( sindroma lobus medius )
4. Kavitas (lubang)
Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju. Dinding lubang sering tipis
berbatas licin atau tebal berbatas tidak licin. Di dalamnya mungkin terlihat cairan, yang
biasanya sedikit. Lubang kecil dikelilingi oleh jaringan fibrotik dan bersifat tidak berubah-

26
ubah pada pemeriksaan berkala (follow up) dinamakan lubang sisa (residual cavity) dan
berarti suatu proses lama yang sudah tenang.

g. Pemeriksaan laboratorium
 Darah : Leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri, jumlah limfosit
masih di bawah normal, laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. Anemia ringan,
gama globulin meningkat, kadar natrium darah menurun
 Sputum : ditemukan kuman BTA , diagnosis TB sudah dapat dipastikan.
 Tes Tuberkulin. Biasanya dipakai tes Mantoux. Tes tuberculin hanya menyatakan apakah
seseorang sedang atau pernah mengalami infeksi M.tuberculosae.

 Diagnosis banding TB paru secara radiologis


1. TB paru primer
 Pembesaran KGB pada TB paru primer : Limfoma, sarkoidosis Pada TB paru
primer, pembesaran KGB dimulai dari hilus, baru ke paratrakea, dan pada
umumnya unilateral. Sedangkan pada limfoma biasa dimulai dari paratrakea dan
bilateral. Pada sarkoidosis pembesaran KGB hilus bilateral,
 Infiltrat unilateral lapangan bawah paru
TB anak: Pneumonia
Untuk membedakan pneumonia TB dengan pneumonia bukan karena TB, pada
pneumonia bukan TB umumnya tidak disertai pembesaran KGB dan pada evaluasi
foto cepat terjadi resolusi TB dewasa : pneumonia non TB, karsinoma
(bronchioloalveolar cell ca), sarkoidosis, non tuberculous mycobacteria (NTM)

2. TB post primer
1. NTM
2. Silikosis
3. Respiratory bronchiolitis interstitial lung disease (RB ILD)
4. Kavitas pada usia tua, kemungkinan karena tumor paru
5. kavitas multiple bisa dijumpai juga pada wegener granulomatosis dan jamur.

27
VII. Komplikasi
 Komplikasi dini: pleuritis , efusi pleura, empiema, laryngitis
 Komplikasi lanjut; TB usus, Obstruksi jalan nafas , Fibrosis paru, kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gaal nafas dewasa, meningitis TB

a. Tuberkulosis pada tulang dan sendi


Basil tuberculosis biasanya menyangkut di spongiosa tulang. Pada tempat infeksi timbul
osteitis, kaseasi dan likuifaksi dengan pembentukan pus yang kemudian dapat mengalami
kalsifikasi. Pada tuberkulosis tulang ada kecenderungan terjadi perusakan tulang rawan sendi
atau diskus intervertebralis.

b. Tuberkulosis pada tulang panjang


Lesi paling sering terdapat di daerah metafisis yang pada foto roentgen terlihat sebagai
lesi destruktif berbentuk bulat atau lonjong. Pada permulaan, batas-batasnya tidak tegas
tetaapi pada proses yang sudah kronis batasnya menjadi tegas. Kadang-kadang dengan
sklerosis pada tepinya. Lesi cepat menyebrangi epifisis dan selanjutkan mengenai sendi.
Proses dapat bermula pada epifisis tulang panjang.

c. Tuberkulosis pada tulang belakang


Frekuensi tuberculosis tulang yang paling ting adalah pada tulang belakang, biasanya di
daerah torakal dan lumbal, jarang di daerah servikal. Lesi biasanya pada korpus vertebra dan
proses dapat bermula di 3 tempat
 Dekat diskus intervertebra atas atau bawah, disebut tipe marginal
 Ditengah korpus, disebut tipe sentral
 Di bagian anterior korpus, disebut tipe anterior atau subperiosteal

28
Karena bagian depan korpus vertebra paling banyak mengaiami destruksi di sertai adanya
kolaps, maka korpus vertebra akan berbentuk baji dan pada tempat tersebut timbul gibbus.
Pada tipe sentral, abses timbul pada bagian tengah korpus vertebra dan diskus lambat terkena
proses. Bila lesi meluas ke tepi tulang, maka proses selanjutnya adalah seperti pada tipe
marginal

d. Meningitis Tuberkulosa
Meningitis TB adalah manifestasi dari tuberkulosis SSP , diagnosis dini sangat penting untuk
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Penyebarannya biasanya hematogen.

29
Temuan radiografi yang khas adalah abnormal enchancement meningeal, biasanya paling menonjol
pada sisterna basal.

e. Tuberkulosis Parenkim

30
Lesi ini dapat soliter, beberapa, atau miliaria dan dapat dilihat di mana saja dalam
parenkim otak, meskipun paling sering terjadi di dalam lobus frontal dan parietal. 

f. Tuberkulosis Abdominal
Perut adalah fokus paling sering pada penyakit tuberkulosis luar paru.  CT adalah andalan untuk
menyelidiki TBC perut , namun pengetahuan modalitas imaging lainnya, seperti pemeriksaan barium
enema, juga penting untuk menghindari salah diagnose dalam kasus di mana TB awalnya tidak
dicurigai.

31
BAB III
PENUTUP

Tuberkulosis ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis (MTB) . Jalan masuk untuk organisme MTB adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Sebagian besar infeksi TB
menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nukleus droplet yang berisikan organisme basil
tuberkel dari seseorang yang terinfeksi.
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis memerlukan suatu definisi
kasus yang meliputi empat hal , yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif atau BTA
negatif;
3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati

Diagnosis Tuberkulosis dapat dilakukan dengan beberapa Tindakan radiologis yaitu :


a. Foto Thorax
b. CT – Scan

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Adigun R, Singh R. Tuberculosis. StatPearls Publishing. 2021.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441916/

2. Bussi C, Gutierrez MG. Mycobacterium tuberculosis infection of host cells in space


and time. FEMS Microbiology Reviews. 2019 Jul;43(4):341-61.

3. Herchline T. Tuberculosis (TB). Medscape. 2020.


https://emedicine.medscape.com/article/230802-overview#a1

4. International Standards for Tuberculosis Care : Diagnosis, Treatment, Public Health.


Tuberculosis Coalition for Technical Assistance (TBCTA). 2006

5. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2, cetakan pertama.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007

33
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2006. Tuberkulosis, Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia, Citra Grafika, Jakarta

34

Anda mungkin juga menyukai