Anda di halaman 1dari 22

Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Tuberkulosis”.

Makalah ini dapat dijadikan bahan sumber bacaan yang membahas mengenai definisi,
anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, patoflowdiagram, tanda & gejala, pemeriksaan
penunjang, penatalksanaan, komplikasi, dan konsep dasar keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, dan intervensi serta merupakan sarana untuk kami sebagai menambah
syarat untuk melengkapi tugas dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 yang telah
ditugaskan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca maupun bagi kami, saran
serta kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini kami harapkan.

Purwakarta, November 2018

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................................................... i

Daftar Isi ...................................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1


B. Tujuan.......................................................................................................................... 2
C. Sistematika Penulisan.................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................................... 3

A. Pengertian .................................................................................................................... 3
B. Anatomi Fisiologi ........................................................................................................ 3
C. Etiologi ........................................................................................................................ 6
D. Patofisiologi ................................................................................................................ 6
E. Patoflowdiagram ......................................................................................................... 7
F. Tanda Dan Gejala ........................................................................................................ 8
G. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................... 8
H. Penatalaksanaan Medis ............................................................................................... 9
I. Komplikasi ................................................................................................................ 10
J. Konsep Dasar Keperawatan ...................................................................................... 11
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosa, mycobacterium bovisserta, Mycobacyerium avium, tetapi lebih
sering disebakan oleh Mycobacterium tuberculosa (FKUI, 1998). Pada tahun
1993, WHO telah mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis di
dunia, karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis
menjadi tidak terkendali. Di Indonesia sendiri, penyakit tuberkulosis merupakan
masalah kesehatan yang utama. Pada tahun 1995, hasil Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT), menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan
penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit
saluran pernafasan pada semua kelompok umur.

Di Indonesia sendiri, menurut Kartasasmita (2002), karena sulitnya


mendiagnosa tuberkulosis pada anak, maka angka kejadian tuiberkulosis pada
anak belum diketahui pasti, namun bila angka kejadian tuberkulosis dewasa
tinggi dapat diperkirakan kejadian tuberkulosis pada anak akan tinggi pula. Hal
ini terjadi karena setiap orang dewasa dengan BTA positif akan menularkan pada
10-15 orang dilingkungannya, terutama anak-anak (Depkes RI, 2002;
Kartasasmita, 2002; Kompas, 2003).

Lingkungan merupakan hal yang tidak terpisahkan dari aktivitas


kehidupan manusia. Lingkungan, baik secara fisik maupun biologis, sangat
berperan dalam proses terjadinya gangguan kesehatan masyarakat, termasuk
gangguan kesehatan berupa penyakit tuberkulosis pada anak (Notoatmodjo,
2003).

Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan


pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya (Notoatmodjo, 2003).
Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyebaran kuman tuberkulosis. Kuman tuberkulosis dapat hidup selama 1 – 2
jam bahkan sampai beberapa hari hingga berminggu-minggu tergantung pada
ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah dan
kepadatan penghuni rumah.

1
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada
pasien tuberkulosis.
b. Tujuan Khusus
Secara Khusus penulisan ini bertujuan agar mahasiswa:
1) Mampu memahami pengertian tuberkulosis
2) Mampu mengetahui anatomi fisiologi tuberkulosis
3) Mampu mengetahui etiologi tuberkulosis
4) Mampu mengetahui ptofisiologi tuberkulosis
5) Mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien
tuberkulosis

C. Sistematika Penulisan
Untuk memahami lebih jelas makalah ini, maka materi-materi yang tertera pada
makalah ini dikelompokkan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika
penyampaian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN: Berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika


penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI: Bab ini berisikan tentang pengertian, anatomi


fisiologi, etiologi, patofisiologi, patoflowdiagram, tanda dan gejala, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan medis, komplikasi, serta konsep dasar keperawatan
yang meliputi: pengkajian, diagnosa, dan intervensi yang mana materi-materinya
kami ambil dari beberapa sumber di internet (jurnal) dan juga dari buku.

BAB III KESIMPULAN: Berisi tentang kesimpulan dari makalah yang


berkaitan dengan analisa dan optimalisasi sistem berdasarkan yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian bersar kuman
tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya
(Depkes, 2008). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau kuman TB. Sebagian bakteri ini
menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Depkes RI,
2011). Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suddarth, 2003).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu Mycobacterium Tuberculosis,
(Smeltzer, 2002). Dapat disimpulkan bahwa, TB Paru adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh kuman mycobakterium tuberculosis yang menyerang
saluran pernafasan terutama parenkim paru.

B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung,
faring, laring, trakhea, bronkus, dan bronkiolus. Hidung; Nares anterior
adalah saluran-saluran didalam rongga hidung. Saluran-saluran itu
bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga
hidung). Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya
akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan
selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung.
Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka letaknya di belakang laring (laring-faringeal). Laring
(tenggorokan) terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkan
dari columna vertebrata, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrata
servikalis dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.

3
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh
ligamen dan membran. Trakhea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm
panjangnya trachea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus
(bronchi). Trakhea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak tetap yang berupa
cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang
melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakhea, selain itu juga membuat
beberapa jaringan otot.
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian
kirakira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan
ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek
dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis
dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari
yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum dibelah
menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus
lobaris dan kemudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan
terus menjadi bronchus. Yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya
menjadi bronchiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantong udara). Bronkiolus terminalis memiliki garis
tengah kurang lebih 1 mm. bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah.
Saluran-saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis
disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkiolus
dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli
pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolis dan
sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, assinus atau kadang
disebut lobulus primer memiliki tangan kira-kira 0,5-1,0 cm. terdapat sekitar
20 kali percabangan mulai dari trachea sampai sakus alveolaris. Alveolus
dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

4
Paru-paru terdapat dalam rongga toraks pada bagian kiri dan kanan.
Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam
rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai. Paru
kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior
sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior.
Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung
pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus
alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung 150
juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas. (Pearce,2002).
2. Fisiologi
Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida
yang terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan
ekternal, oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas,
dan oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dalam
darah dalam kapiler pulmonal. Alveoli memisahkan oksigen dari darah,
oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah di bawa ke
jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.
Proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi ketika
konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan
terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernafasan
sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah
merah (hemoglobin) yang banyak mengandun oksigen dari seluruh tubuh
masuk kedalam jaringan mengambil karbon dioksida dibawa ke paru-paru
dan di paru-paru terjadi pernafasan eksterna. Besarnya daya muat udara
dalam paru-paru 4500-5000 ml (4,5-5 liter).
Udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya
10 %, kurang lebih 500ml, disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu
yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa. Kecepatan
pernafasan pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pernafasan secara
normal, ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat. Pada bayi
ada kalanya terbalik inspirasi-istirahat-ekspirasi, disebut juga penafasan
terbalik. (Syaifuddin, 2006).

5
C. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium Tuberculosis,
sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal
0,3 – 0,6 µm dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA). (Suyono, 2001).
Ada dua macam Mycrobacterium Tuberculosis yaitu tipe human dan tipe
bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di
udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi
TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui
udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem pencernaan manusia melalui
benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat
menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi lambung.
(Wim de Jong, 2005).
D. Patofisiologi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup
basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas
menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan
Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari
paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke
bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru
(lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis
(menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan
(melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul dalam
waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi antara Mycobacterium
tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk
sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas
gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding.
Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian
tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas
makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk
materi yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi
klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri
menjadi nonaktif.
6
E. Patoflowdiagram

Udara Tercemar
Mycrobacterium Dihirup individu rentan Kurang informasi

tuberculose

Masuk paru Kurang Pengetahuan

Reaksi
Hipertermia
inflamasi/peradangan

Penumpukan eksudat dalam


alveoli

tuberkel Produksi sekret berlebih

Meluas Mengalami perkejuan Sekret susah dikeluarkan Bersin

Penyebaran Klasifikasi
hematogen
limfogen Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
Nafas

Peritoneum Resti Penyabaran


Mengganggu Infeksi pada Orang
perfusi Lain

As. Lambung  Gangguan


Pertukaran Gas

Mual, Aneroksia Resti Penyebaran


Infeksi pada Diri
Sendiri
Perubahan Nutrisi
Kurang dari Kebutuhan
Tubuh

7
F. Tanda Dan Gejala
1. Tanda
a. Penurunan berat badan
b. Anoreksia
c. Dispneu
d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning
2. Gejala
a. Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya
infeksi kuman TBC yang masuk.
b. Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari
batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk
produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk
darah pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
d. Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan
pleuritis)
e. Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang pada pasien tuberkulosis
adalah:
1. Sputum Culture
2. Ziehl neelsen: Positif untuk BTA
3. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch)
4. Chest X-ray

8
5. Histologi atau kultur jaringan: positif untuk Mycobacterium tuberculosis
6. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya selsel
besar yang mengindikasikan nekrosis
7. Elektrolit
8. Bronkografi
9. Test fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah

H. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan

Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah eradikasi


cepat M. tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah terjadinya
komplikasi.

Jenis dan dosis OAT :

a. Isoniazid (H)

Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap


kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang
berkembang. Efek samping yang mungkin timbul berupa neuritis
perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi ikterus, pengobatan dapat
dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai ikterus membaik. Efek
samping ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Pada
keadaan ini pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.

b. Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten).


Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam,
trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warnam merah atau
jingga pada air seni dan keringat, dan itu harus diberitahukan pada
keluarga atau penderita agar tidak menjadi cemas. Warna merah
tersebut terjadi karena proses metabolism obat dan tidak berbahaya.

c. Pirazinamid (P)

9
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia,
hepatitis, atralgia.

d. Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik


dan kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan
keseimbangan dan pendengaran.

e. Ethambutol (E)

Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan


penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna
merah dan hijau, maupun optic neuritis.

2. Pembedahan

Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat


jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan
tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberculosis
atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.

3. Pencegahan

Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis,


mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat, minum
susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum
terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG
untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil
tuberkulosis virulen.

I. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul akibat TBC antara lain:
1. Hemoptisis
2. Kolaps dari lobus kibat retraksi bronchial
3. Bronkiestasis
4. Infusiensi cardio pulmoner
5. Gagal napas

10
6. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti tulang dan otak
7. Pleuritis
8. Efusi pleura
9. Emfisema
10. Laringitis tuberculosis
11. Amiloidosis
12. SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

J. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
Menurut Soemantri (2008), pengkajian keperawatan pada tuberkulosis
adalah:
a) Data pasien: Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia
mulai dari usia anak sampai dewasa dengan perbandingan yang
hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya
banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan tingkat
kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam
rumah sangat minim.Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di usia
berapa pun, namun usia paling umum adalah 1– 4 tahun. Anak-anak
lebih sering mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary)
dibanding TB paru-paru dengan perbandingan 3 : 1. Tuberkulosis
luar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia
< 3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12
tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja di
mana TB paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering
disertai lubang/kavitas pada paru-paru).
b) Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41℃) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus.
3) Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.

11
4) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan akan timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis.
5) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat
malam.
6) Sianosis, sesak napas, dan kolaps: merupakan gejala atelektasis.
7) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan
tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
c) Pemeriksaan Fisik
Pada tahapan dini sulit diketahui, ronchi basah kasar dan nyaring,
hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberikan suara umforik, pada keadaan lanjut terjadi
atropi, retraksi interkostal dan fibrosa.
d) Pemeriksaan Penunjang
1) Sputum Kultur: Yaitu untuk memastikan apakah keberadaan
Mycrobacterium Tuberculosse pada stadium aktif.
2) Skin test: mantoux, tine, and vollmer patch yaitu reaksi positif
mengindikasi infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan infeksi lam dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.
3) Darah: leukositosis, LED meningkat.

2. Diagnosa dan Intervensi


a. Diagnosa
1) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
2) Hipertermia behubungan dengan dehidrasi.
3) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas.
4) Resiko penyebaran infeksipada orang lain berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman
pathogen.

12
5) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru,
hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan
asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
6) Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman
pathogen.
7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual
dan nafsu makan yang menurun.

b. Intervensi
1) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan defisiensi pengetahuan teratasi.
Kriteria hasil :
a) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan
b) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
c) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat

Intervensi ( NIC ):
a) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga
b) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi fisiologi, dengan cara yang tepat
Rasional: agar keluarga mengetahui jalan terjadinya penyakit
c) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
Rasional: keluarga mampu mengetahui tanda gejala
penyakitnya
d) Gambarkan proses penyakit

13
Rasional: keluarga mampu mengetahui proses penyakitnya
e) Identifikasi kemungkinan penyebab
Rasional: keluarga mengetahui penyebab penyakitnya
f) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisinya
Raional: agar pasien mengetahui kodisinya saat ini

2) Hipertermia behubungan dengan dehidrasi


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24jam,
diharapkan masalah hipertermi teratasi
Kriteria hasil:
a) Suhu 36°-37°C
b) Tidak ada keluhan demam
c) Turgor kulit kembali > 2 detik
d) Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi:
a) Monitor tanda-tanda vital terutama suhu
Rasional: untuk memantau peningkatan suhu tubuh pasien
b) Monitor intake dan output setiap 8jam
Rasional: untuk mengatasi dehidrasi
c) Berikan kompres hangat
Rasional: untuk menurunkan suhu tubuh
d) Anjurkan banyak minum
Rasional: untuk mengatasi dehidrasi
e) Anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
Rasional: agar sirkulasi udara ke tubuh efektif
f) Kolaborasi pemberian cairan intravena dan antipiretik
Rasional: mengatasi dehidrasi dan menurunkan suhu tubuh

3) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam, bersihan jalan napas kembali normal.
Kriteria hasil:

14
a) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed
lips).
b) Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama dan frekuensi napas dalam rentang normal,
tidak ada suara napas abnormal).
c) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas.
Intervensi (NIC) :
a) Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila
perlu
Rasional: pasien bisa bernapas dengan lega
b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional: memudahkan pasien untuk bernapas
c) Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
Rasional: dilakukan pemasangan alat jika pasien kesulitan
bernapas
d) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Rasional: mengencerkan dan mengeluarkan sekret di jalan
napas
e) Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction
Rasional: mengeluarkan sekret agar jalan napas bersih
f) Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Rasional: mengetahui tipe pernapasan pasien

g) Monitor repirasi status O2


Rasional: memantau kebutuhan oksigen pasien

4) Resiko penyebaran infeksi orang lainberhubungan dengan


kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman
pathogen.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jan
diharapkan tidak terjadi penyebaran infeksi.

15
Kriteria hasil :
a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b) Mendeskripsikan proses penularan infeksi, factor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
c) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulmya infeksi
d) Jumlah leukosit dalam batas normal
Intervensi ( NIC ) :
a) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Rasional: mengetahui tindakan yang akan dilakukan
b) Monitor kerentanan terhadap infeksi
Rasional: mencegah terjadinya penyebaran infeksi
c) Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang beresiko
Rasional: menghindari kuman yang menyebar lewat udara
d) Pertahankan teknik isolasi
Rasional: mencegah penyebaran bakteri oleh penderita
e) Dorong masukan nutrisi yang cukup
Rasional: menurunkan risiko infeksi akibat mal nutrisi
f) Instruksikan pasien untuk meminum antibiotik sesuai resep
Rasional: dengan minum antibiotik rutin, membuat TB
menjadi tidak menular dalam waktu > 2 bulan
g) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Rasional: keluarga mengetahui tanda dan gejala infeksi

5) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru,


hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan
asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi
Kriteria hasil:
a) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2
b) Bebas dari gejala dan distress pernapasan
Intervensi:
a) Kaji tipe pernapasan pasien

16
Rasional: TB menyebabkan efek luas pada paru dari bagian
kecil ronkpneumonia sampai inflamasi difus luas nekrosis
efusi pleural untuk fibrosis luas
b) Evaluasi tingkat kesadaran, adanya sianosis, dan perubahan
warna kulit
Rasional: pengaruh jalan napas dapat menggnggu oksigen organ
vital dan jaringan
c) Tingkatkan istirahat dan batasi aktivitas
Rasional: menurunkan kebutuhan oksigen
d) Kolaborasi medis pemeriksaan ACP dan pemerian oksigen
Rasional: mencegah pengeringan membran mukosa dan
membantu mengencerkan secret

6) Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri berhubungan dengan


kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman
pathogen
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
diharapkan risiko penyebaran infeksi terhadap diri sendiri tidak
terjadi
Kriteria hasil: Pasien mampu mengidentifikasi intervensi untuk
mencegah atau menurunkan risiko penularan
Intervensi:
a) Kaji patologi penyakit
Rasional: membantu pasien menyadari pentingnya mematuhi
pengobatan untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi
b) Tekanan pentingnya tidak mengehentikan terapi obat
Rasional: periode singkat berakhir setelah 2-3 hari setelah terapi
awal, tetapi risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3
bulan
c) Anjurkan pasien untuk makan sedikit tetapi sering dengan nutrisi
yang seimbang
Rasional: mencegah mal nutrisi, karenaa mal nutrisi dapat
meningkatkan risiko penyebaran infeksi

17
7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual
dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nutrisi pada pasien terpenuhi.
Kriteris hasil :
a) Adanya peningkatan berat badan
b) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
c) Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
d) Tidak ada penurunan berat badan yang berarti
Intervensi ( NIC ) :
a) Kaji adanya alergi makanan
Rasional: mengetahui jenis makanan yang cocok untuk pasien
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Rasional: memberikan diit yang tepat
c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake zat besi
Rasional: agar tubuh pasien tidak lemah
d) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Rasional: agar tubuh pasien tidak lemah
e) Berikan substansi gula
Rasional: sebagai pemenuhan energi tubuh
f) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Rasional: memantau adekuatnya asupan nutrisi pada pasien

18
BAB III
KESIMPULAN

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman


mycobakterium tuberculosis yang menyerang saluran pernafasan terutama
parenkim paru yang mana jenis ini kuman yang berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm dan digolongkan dalam basil tahan
asam (BTA).

Adapun tnda dan gejala dari tuberkulosis yaitu: tanda (penurunan berat
badan, anoreksia, dispneu, dan sputum purulen/hijau, mukoid/kuning), gejala
(demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada dan malaise).

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 25, ECG, Jakarta
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 431, 432, Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Simon, Harvey E., 2002, Infections due to Mycobacteria, in Infectious Disease: The
Clinician’s Guide to Diagnosis, Treatment, and Prevention, WebMD
Profesional Publishing

20

Anda mungkin juga menyukai