Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TUBERCULOSIS (TBC)

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Dewi Damayanti.,M.Kep.,Sp.Kep.MB

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. Abdul Hadi (2027001)


2. Clara Anjelita (2027009)
3. Eka Shela Pratiwi (2027017)
4. Galuh Dwi Cahyani (2027023)
5. Gusti Ayu Komang Triana Sari (2027025)
6. Kadek Kurniawan (2027037)
7. Putri Febrinda (2027065)
8. Oktava Mahmuda ( 2027061)

PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANCABHAKTI

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “TUBERCULOSIS” ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas pelajaran keperawatan medikal bedah. Saya
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dan saya juga menyadari akan pentingnya sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Dewi Damayanti.,M.Kep.,Sp.Kep.MB sebagai dosen
pengampu yang telah banyak memberi petunjuk dan semua pihak yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya selama ini sehingga penyususan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita
sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Lampung timur, 21 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4

1.2 Batasan Masalah............................................................................................................4

1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................................4

1.4 Tujuan umum.................................................................................................................5

1.5 Tujuan Khusus...............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.2 Konsep Penyakit............................................................................................................6

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................18

3.2 Saran……………………………………………………………………………………18

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tubercolusis (TBC atau TB) Adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri hasil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia.
Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari
sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis
dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan
ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan
masalah TBC terbesar di dunia.

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun
1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun
dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk.
Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.

Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu
penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang
meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu
mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap
tentang penyakit TBC .

1.2 Batasan Masalah

Ruang lingkup terbatas pada pemeberian asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis TBC yang meliputi konsep penyakit, konsep asuhan keperawatan, dan diagnosa
keperawatan.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari penyakit tuberculosis ?


2. Apa saja etiologi dari penyakit tuberculosis?
3. Bagaimana manifestasi dari tuberculosis?
4. Bagaimana patofisiologis dari tuberculosis?
5. Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien dengan TBC?

4
1.4 Tujun umum

Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa TUBERCULOSIS

1.5 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu mengatahui pengertian dari tuberculosis


2. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dari tuberculosis
3. Mahasiswa mampu memahami manifestasi dari tuberculosis
4. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologis dari tuberculosis
5. Mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan TBC.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.2 KONSEP PENYAKIT

1. Definisi

Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil
dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri
dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan
granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu
seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.
Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan
tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah
penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis)
(Werdhani, 2011).
Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak (droplet) dari
penderita TBC kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2008). Bakteri Mycobacterium
Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang ramping, kurus, dan tahan
akan asam atau sering disebut dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus
ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung
membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan (Ginanjar, 2010).

2. Etiologi

Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah penderita Tuberkulosis BTA positif pada
waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandungkuman dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.Setelah kuman Tuberkulosis masuk ke
dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman Tuberkulosis tersebut dapat menyebar
dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang
penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat positifhasil pemeriksaan dahak, makin menularpenderita tersebut. Bila hasil
pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak
menular. Seseorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

6
3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik
tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala
yang khas.Biasanya keluhan yang muncul adalah :

i. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.

ii. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang / mengeluarkan
produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent (menghasilkan sputum)

iii. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru

iv. Nyeri dada.


Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.

v. Malaise ditemukan berupaanoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan
berkeringat diwaktu malam hari.
 
4. Patofisiologi

Tuberkulosis paru (TB paru) melibatkan inhalasi Mycobacterium tuberculosis, suatu basil
tahan asam (acid-fast bacilli). Setelah inhalasi, ada beberapa kemungkinan perkembangan
penyakit yang akan terjadi, yaitu pembersihan langsung dari bakteri tuberkulosis, infeksi
laten, atau infeksi aktif.

Ketika seorang pengidap TB paru aktif batuk, bersin, menyanyi, atau meludah, orang ini
dapat mengeluarkan titik-titik air liur kecil (droplets) ke udara bebas. Droplets yang berisi
Mycobacterium tuberculosis ini, apabila terinhalasi orang lain akan masuk sampai di antara
terminal alveoli paru. Organisme kemudian akan tumbuh dan berkembang biak dalam waktu
2-12 minggu sampai jumlahnya mencapai 1000-10.000. Jumlah tersebut akan cukup untuk
mengeluarkan respon imun seluler yang mampu dideteksi melalui reaksi terhadap tes
tuberkulin. Namun, tubuh tidak tinggal diam, dan akan mengirimkan pertahanan berupa sel-
sel makrofag yang memakan kuman-kuman TB ini. Selanjutnya, kemampuan basil tahan
asam ini untuk bertahan dan berproliferasi dalam sel-sel makrofag paru menjadikan
organisme ini mampu untuk menginvasi parenkim, nodus-nodus limfatikus lokal, trakea,
bronkus (intrapulmonary TB), dan menyebar ke luar jaringan paru (extrapulmonary TB).
Organ di luar jaringan paru yang dapat diinvasi oleh Mycobacterium tuberculosis diantaranya
adalah sum-sum tulang belakang, hepar, limpa, ginjal, tulang, dan otak. Penyebaran ini
biasanya melalui rute hematogen.

7
Apabila terjadi keterlibatan multi organ, maka TB paru akan memerlukan pengobatan yang
lebih lama, hal ini biasanya sebagai konsekuensi terhadap ketidakpatuhan penderita terhadap
tatalaksana pengobatan TB, atau keterlambatan diagnosis.

2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Hasil dan pembahasan:

1. Pengkajian
Asuhan Keperawatan TBC
1. Aktivitas/istirahat.
Gejala :
 Kelelahan umum dan kelemahan.
 Nafas pendek karena bekerja.
 Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan
atau berkeringat.
 Mimpi buruk.

Tanda :
 Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.
 Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).

2. Integritas Ego.
Gejala :
 Adanya faktor stres lama.
 Masalah keuanagan, rumah.
 Perasaan tak berdaya/ tak ada harapan.
 Populasi budaya.

Tanda:
 Menyangkal. (khususnya selama tahap dini).
 Ancietas, ketakutan, mudah tersinggung.

3. Makanan / cairan.
Gejala :
 Anorexia.
 Tidak dapat mencerna makanan.
 Penurunan BB.

Tanda:
 Turgor kulit buruk..
 Kehilangan lemak subkutan pada otot.

8
4. nyeri/kenyamanan
Pernapasan
Gejala :
 Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda :
 Berhati-hati pada area yang sakit.
 Perilaku distraksi, gelisah.

5. Pernapasan
Gejala :
 Batuk produktif atau tidak produktif.
 Nafas pendek.
 Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi.

Tanda:
 Peningkatan frekuensi nafas.
 Pengembangan pernafasan tak simetris.
 Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak secara
bilateral atau unilateral (effusi pleura / pneomothorax) bunyi nafas tubuler
dan/atau bisikan pektoral diatas lesi luas, krekels tercatat diatas apeks paru
selam inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels - posttusic).
 Karakteristik sputum ; hijau purulen, mukoid kuning atau bercampur
darah.
 Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik). Tak perhatian, mudah
terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut)

6. Keamanan.
Gejala :
 Adanya kondisi penekana imun, contoh; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)

Tanda :
 Demam rendah atau sakit panas akut.

7. Interaksi sosial.
Gejala :
 Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.
 Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan kapasitas fisik
untuk melaksankan peran.

9
8. Penyuluhan/ pembelajaran.
Gejala :
 Riwayat keluarga TB.
 Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk.
 Gagal untuk membaik / kambuhnya TB.
 Tidak berpartisipasi dalam therapy.

2. Analisa Data dan Diagnosa

NO. DATA PENUNJANG MASALAH ETIOLOGI


1. DS : Klien mengaku sesak dalam Bersihan jalan nafas Peradangan bronkus
bernafas serta seperti ada yang tidak efektif
menghalangi dalam bernapas dan Penumpukan secret
batuk berdahak yang sulit keluar.
Tidak efektif
DO : tachipnoe, TD meningkat,
seputum kental dan purulen Secret tidak bisa
keluar saat batuk

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
2. DS : klien mengaku kesemutan pada Kerusakan Alveoli mengalami
ujung-ujung ekstremitas pertukaran gas komplikasi dan
eksudasi
DO : GDA tidak dalam batas
normal, TD naik, takikardi, Gangguan
tachipnoe pertukaran gas
3. DS : klien mengaku tidak nafsu Perubahan nutrisi Peradangan bronkus
makan, kurang tertarik terhadap kurang dari
makanan, dan mengaku perutnya kebutuhan Penumpukan secret
terasa mual dan muntah.
Anoreksia, malaise,
DO : porsi makan hanya habis mual muntah
seperempat, BB menurun. Kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan.

a. Jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang kental/darah


b. Kerusakan pertukaran gas b/d kerusakan membrane alveolar- kapiler
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan produksi
sputum/batuk, dyspnea atau anoreksia.

10
3. Perencanaan

Diagnosis keperawatan 1 :

Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.

Tujuan :

Kebersihan jalan napas efektif.

Kriteria hasil :

 Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran


udara.
 Mendemontrasikan batuk efektif.
 Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.

Intervensi Keperawatan

Intervensi :

 Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat
penumpukan sekret di sal. pernapasan.

→ R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan

kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

 Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

➜R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak


efektif,menyebabkan frustasi.

 Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

→ R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

 Lakukan pernapasan diafragma.

➜ R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek dan napas meningkatkan


ventilasi alveolar.

11
 Tahan napas selama 3-5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan
sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan napas ke dua, tahan dan
batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.

→ R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah


pengeluaran sekresi sekret.

 Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

➜R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk


klien.

 Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :


mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan
1000. sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.

→ R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan

sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.

 Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.

→ R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan


mencegah bau mulut.

 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain Dengan dokter pemberian


expectoran, pemberian antibiotika, konsul photo toraks.

➜R Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan


menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

Diagnosis Keperawatan 2 :

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar


kapiler.

Tujuan :

Pertukaran gas efektif.

12
Kriteria hasil:

 Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif. Mengalami perbaikan


pertukaran gas-gas pada paru.

 Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

Intervensi :

 Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat


tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak
mungkin.

→ R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan


ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

 Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau


perubahan tanda-tanda vital.

→ R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi


sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan
terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.

 Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin


keamanan.

→ R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan


klien terhadap rencana teraupetik.

 Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan


menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

➜R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat

dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain Dengan dokter pemberian


antibiotika, pemeriksaan sputum dan kultur sputum, konsul photo toraks.
→ R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan
parunya.

Diagnosis keperawatan 3 :

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

13
peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi adekuat

Kriteria Hasil:

 Menyebutkan makanan dan Menu makanan yang disajikan habis.


Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema

 mana yang tinggi protein kalori

Intervensi :

 Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.

R/ untuk mengetahui lebih dalam tentang awal mula anoreksia, dispnea


dan mual pasien.

 Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.

R/ agar penyerapan protein bisa lebih baik.

 Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).

R—>Untuk mencukupi kebutuhangizi paten mengoptimalkan peningkatan


berat badan pasien

 Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan I jam sebelum


dan sesudah makan.

➜R/ mencegah agar tidak timbul edema

 Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu

klien merasa paling suka untuk memakannya.

➜R/ agar klien merasa tidak jenuh dalam proses peningkatan.

protein adekuat dan peningkatan berat badan

 Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien


yang cukup.

→ R/ Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan

14
4. Implementasi keperawatan
Dx 1 :

 Menjelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa

terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan. Mengajarkan klien tentang


metode yang tepat pengontrolan batuk.

 Mengajarkan pasien napas dalam dan perlahan saat duduk setegak

mungkin.

 Mengajarkan pasien untuk melakukan pernapasan diafragma.

 Mengajarkan pasien untuk tahan napas selama 3-5 detik kemudian secara
perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan
napas ke dua, tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk
pendek dan kuat.

 Melakukan Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

 Mengajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :

mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000


sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.

 Mendorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.

 Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain Dengan dokter :


pemberian expectoran, pemberian antibiotika, konsul photo toraks.

Dx 2:

 Menjelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa


terdapat penumpukan sekret di pernapasan.

 Mengajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

 Mengajarkan napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

15
 Melakukan pernapasan diafragma.

 Menahan napas selama 3-5 detik kemudian secara perlahan-lahan,


keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan napas ke dua, tahan
dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.

 Melakukan auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

 Mengajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :


mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan
1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.

 Mendorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.

 Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain Dengan dokter :


pemberian expectoran, pemberian antibiotika, konsul photo toraks.

Dx 3:

 Menjelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa


terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.

 . Mengajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

 Mengajarkan napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

 Melakukan pernapasan diafragma.

 Melakukan tahan napas selama 3-5 detik kemudian secara perlahanlahan,


keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan napas ke dua, tahan
dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.

 Melakukan uskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

 Mengajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi


mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan
1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.

 Melakukan dorongan atau berikan perawatan mulut yang baik setelah


batuk.

 Melakukan dorongan atau berikan perawatan mulut yang baik setelah


batuk.

16
 Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain Dengan dokter:
pemberian expectoran, pemberian antibiotika, konsul photo toraks.

5. Evaluasi keperawatan

Dx: 1

S: Klien mengaku sudak tidak sesak dalam bernafas,dan bisa batuk dengan efektif

O: Frekwensi normal, TD normal, sputum encer dan mudah dikeluarkan.

A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

Dx: 2

S klien menyatakan sudah tidak mengalami kesumutan pada ujung


ekstremitas
O: GDA dalam batas normal, frekwensi pernafasan dalam batas normal,nadi dan
TD normal

A: masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Dx: 3

S: klien mengaku mulai tertarik dengan makanan dan nafsu makan


meningkat,tidak merasa mual.

O: BB meningkat,porsi makanan A: masalah teratasi

P: intervensi dihentikan habis.


 

17
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yamh disebabkan oleh kuman


TBC (Mycobacterium tuberculosis) (Kemenkes RI,2013).

Tuberculosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.


Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Smeltzer dan Bare,
2002).

Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.


Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA) (Depkes
RI.2008).

3.2 SARAN

Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan
lebih baik dari sekarang dan kami juga berharap setelah membaca makalah ini kita
menjadi lebih mengetahui bagaimana atau tindakan apa saja yang harus kita berikan
kepada klien dengan penyakit TBC agar kembali pada keadaan semula dan kebutuhan
dasar manusianya terpenuhi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Doenges,Merilyan E.Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien.
Jakarta: EGC,1999.

Jtptuminus-gdl-lisakurnia-6389-2-babii.pdf

ZUM. 2010. https://zumrohhasanah.wordpress.com/2010/12/31/makalah-tb-paru/


(16 februari 2018)

19

Anda mungkin juga menyukai