TUBERKULOSIS (TBC)
KELOMPOK 6
Dosen Pengampuh :
Syokumawena S.Kep.Ns, M.Kes
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah asuhan keperawatan ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Penulis sangat berharap semoga tugas makalah Asuhan Keperawatan
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman. Bahkan kami berharap lebih
jauh lagi agar asuhan keperawatan ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah asuhan keperawatan ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan
spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberculosis yang kebanyakan
didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberculosis post
primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi
penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik
terhadap basil tersebut (Wahid Abd, 2013).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling
sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. TB paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk
meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare, 2015). Selain itu
TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ
tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani
Rab, 2010).
Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1)
tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali, (2)
tuberkulosis sekunder: kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan
aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi
tuberkulosis dewasa (Somantri, 2009). Menurut Robinson, dkk (2014),TB
Paru merupakan infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan adanya infiltrat paru,
pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta pembentukan
kavitas.
2.2 Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang
dapat ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme. Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi.
Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri.Reaksi inflamasi
menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan
jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015). Ketika seseorang penderita TB paru
batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei
dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari
atau suhu udara yang panas, droplet atau nuklei tadi menguap. Menguapnya
3
droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat
bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara.
Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi
terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk
tertular virus tuberculosis adalah:
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka
yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan
HIV).
c. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.
d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;
etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan
dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).
e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes,
gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).
f. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.
g. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan
aktivitas yang beresiko tinggi.
4
2) Moderately advanced tuberculosis Poltekkes Kemenkes Padang 10
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila bayangan kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian 1 paru.
3) Far advanced tuberculosis Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi
keadaan pada moderately advanced tuberkulosis.
Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,
radiologik, dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting
karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menentukan strategi
terapi. Sesuai dengan program Gerdunas-TB (Gerakan Terpadu Nasional
Penanggulan Tuberkulosis) klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
1) Dengan atau tanpa gejala klinik
2) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali
disokong biakan positif satu kali atau disokong radiologik positif 1
kali.
3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.
2) BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan
serial foto yang tidak berubah.
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih
mendukung).
2.4 Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan
infeksi TB terjadi Poltekkes Kemenkes Padang 11 melalui udara, yaitu melalui
5
inhalasi droplet yang mengandung kumankuman basil tuberkel yang berasal
dari orang – orang yang terinfeksi. TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh
respon imunitas diperantarai sel. Sel efektor adalah makrofag, dan limfosit
(biasanya sel T) adalah sel imunresponsif. Tipe imunitas seperti ini biasanya
lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan
limfokinnya. Respons ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas seluler
(lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi
sebagai unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil.Gumpalan basil yang lebih
besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruangan alveolus, biasanya
dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah, biasanya
dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel
ini membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme
tersebut. Sesudah hari- hari pertama, leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi, dan timbulkan pneumonia akut.
Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus difagosit atau berkembang
biak dalam di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke
kelenjer getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi
lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk seltuberkel epiteloid,
yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10
sampai 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat
dan seperti keju disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
Poltekkes Kemenkes Padang 12 fibroblas menimbulkan respons berbeda.
Jaringan granulaasi menjadi lebih fibroblas membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru disebut Fokus Ghon dan gabungan terserangnya
kelenjr getah bening regional dan lesi primer disebut Kompleks
6
Ghon.Kompleks Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang
sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radio gram rutin.Namun
kebanyakan infeksi TB paru tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi.
Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu
bahan cairan lepas kedalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan
kavitas. Bahan tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
dalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang kembali dibagian
lain dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau
usus.
Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup dan
meninggalkan jaringan parut fibrosis. Bila peradangan merada, lumen bronkus
dapat menyepit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat denagan
taut bronkus dan rongga. Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak dapat
kavitas penu dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul
yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala demam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat
peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjer getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagaipenyebaran limfohematogen,
yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB miler, ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam
sistem vaskular dan tersebar ke organ – organ tubuh. (Sylvia, 2005).
Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung
dari penderita penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian,
penularan penyakit tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara
penderita dan orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada di dalam
ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Penyebaran penyakit tuberculosis
sering tidak mengetahui bahwa ia menderita sakit tuberculosis. Droplet yang
mengandung basil tuberculosis yang dihasilkan dari batuk dapat melayang di
7
udara sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung ada atau tidaknya sinar
matahari serta kualitas ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam suasana yang
gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan berbulan-
bulan. Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka droplet akan
masuk ke system pernapasan dan terdampar pada dinding system pernapasan.
Droplet besar akan terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan
droplet kecil akan masuk ke dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada
predileksi lokasi terdamparnya droplet kecil. Pada tempat terdamparnya, basil
tuberculosis akan membentuk suatu focus infeksi primer berupa tempat
pembiakan basil tuberculosis tersebut dan tubuh penderita akan memberikan
reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan menyebar melalui sirkulasi,
yang pertama terangsang adalah limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak
untuk merangsang macrofage, sehingga berkurang atau tidaknya jumlah kuman
tergantung pada jumlah macrophage.
Karena fungsi dari macrofage adalah membunuh kuman atau basil
apabila prosesini berhasil dan macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh
dan daya tahan tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya
menurun pada saat itu maka kuman tersebut akan bersarang di dalam jaringan
paruparu dengan membentuk tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala jarum).
Tuberkel lama-kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu
dan lama-lama akan timbul perkejuan di tempat tersebut. Apabila jaringan
yang nekrosis tersebut dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan
pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe) (Djojodibroto,
2014).
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ngawi, Jatim
Pekerjaan : Guru Privat
Hubungan dengan Klien : Anak
9
3.2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas dan sudah mengalami batuk berdahak
selama 1 bulan terakhir, setiap batuk pasien merasakan nyeri pada dada sebelah
kanan.
e. Genogram
10
3.3 Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen
Pasien menceritakan keluhan yang muncul kepada keluarga. Jika
sakit pasien meminum obat batuk yang tersedia dirumahnya dan
mengatakan sudah sering mengalami batuk sebelumnya serta tidak
pernah dirawat di rumah sakit.
b. Pola Oksigenasi
1. Sebelum sakit pasien mengatakan bernafas secara normal.
2. Saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa pernafasan pasien
meningkat (28 x/menit) hal ini dikarenakan adanya sekret dijalan
nafas. Pasien mengatakan nafas sesak.
c. Pola nutrisi
1. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dan minum > 5
gelas per hari.
2. Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan tidak ada nafsu makan
sejak seminggu terakhir
d. Pola Eliminasi
1. Sebelum sakit pasien mengatakan BAB 1x dalam sehari dan BAK 4-
5 kali sehari.
2. Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan tidak mengalami
gangguan BAB dan BAK.
e. Pola Aktivitas
1. Sebelum sakit pasien mengatakan setiap pagi hari selalu
menyempatkan waktu untuk berjalan pagi/olahraga santai.
2. Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan badan terasa sesak
nafas dan bawaannya selalu letih.
11
f. Pola Istirahat
1. Sebelum sakit pasien mengatakan tidur 6-7 jam per hari dan tidur
siang tidak ada.
2. Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan susah untuk tidur
karena batuk.
g. Personal Hygiene
1. Sebelum sakit pasien mengatakan mandi 2x/hari (Pagi dan Sore).
2. Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan mandi tetap 2x sehari.
h. Pola Komunikasi
1. Sebelum sakit pasien mengatakan berkomunikasi dengan bahasa
daerah.
2. Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan jika berkomunikasi
dengan perawat atau dokter menggunakan bahasa Indonesia atau
bahasa daerah.
i. Pola Spiritual
1. Sebelum sakit pasien mengatakan selalu shalat berjamaah di Masjid
yang berdekatan dengan rumahnya.
2. Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan tetap melaksanakan
sholat tapi tidak berjamaah
12
3.4 Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum (KU) : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 39,20 ℃
RR : 28 x/menit
BB Sebelum sakit : 55 Kg
BB Sekarang : 45 Kg
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Bentuk kepala meschepal, rambut panjang , rambut warna hitam beruban,
tekstur kasar, dan tidak ada benjolan.
2. Mata
Bentuk simetris kanan dan kiri, konjungtiva berwarna merah muda, sclera
berwarna putih, tidak terdapat oedema, bentuk pupil isokor, reflek pada
cahaya meosis.
3. Hidung
Tidak terdapat pernafasan cuping hidung. Bentuk simetris kiri kanan,
bersih tidak ada sekret, dan bisa mencium aroma wangi wangian.
4. Mulut
Terdapat karang gigi, bibir kering, mulut bersih, tidak ada gigi palsu.
5. Telinga
Tidak ada serument, pendengaran baik.
13
6. Leher
Tidak ada kesulitan menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
pembesaran JVP
7. Jantung:
a. Inspeksi : Dada simetris.
b. Palpasi : Teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS 5 mid
clavikula.
c. Perkusi : Pekak
d. Auskultasi : S1> S2 reguler tidak ada bunyi suara tambahan
8. Paru-Paru
a. Inspeksi : Pergerakan dada kanan dan kiri simetris, tidak
tampak
menggunakan otot bantu penafasan.
b. Palpasi : Vocal vemitus normal.
c. Perkusi : pekak
d. Auskultasi : terdapat ronchi, Whizzing.
9. Abdomen
a. Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan
b. Auskultasi : Bising usus normal
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d. Perkusi : Timpani
10. Ekstremitas
a. Atas : Tidak ada luka, tangan kiri dan kanan lengkap, kuku
tampak bersih, kekuatan otot normal(5/5), terpasang IVFD D5%
20gtt/i
b. Bawah : tidak ada udema, kaki kiri dan kanan lengkap, terasa panas
saat diraba pada lutut, nyeri tekan pada lutut (+), kekuatan otot normal
(5/5)
14
11. Kulit
Turgor kulit kering, warna sawo matang
12. Genetalia
Tidak terpasang kateter
15
3.6 Analisa Keperawatan
No. Data Etiologi Masalah
Sekret kental
2. DS: TBC Primer Defisit nutrisi
-Pasien mengatakan
tidak nafsu makan sejak
seminggu terakhir Meluas
16
-Pasien mengatakan Terjadi Haematogen
berat badan menurun Bakteremia masuk ke
Peritonium
DO:
-Pasien tampak lemah
-Porsi makanan yang
diberikan tampak tidak As. Lambung
dimakan Meningkat
-Pasien tampak kurus
-TTV
TD : 100/80 mmhg
N : 90x/menit Anoreksia
RR : 28x/menit
S : 39,20 ℃
BB Sekarang :
45Kg
BB Sebelum Sakit :
55Kg
3. DS: TBC Paru Nyeri akut
-Pasien mengatakan
nyeri pada dada sebelah
kanan ketika batuk
DO: Inflamasi paru
-Pasien tampak gelisah
-Pasien tampak meringis
-TTV
TD : 100/80 mmhg Batuk menetap
N : 90x/menit
RR : 28x/menit
S : 39,20 ℃
BB Sekarang :
45Kg
17
BB Sebelum Sakit :
55Kg
18
2.8 Intervensi Keperawatan
Tujuan dan
Diagnosa
No kriteria Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan
hasil
1. Bersihan jalan Setelah Latihan batuk efektif Latihan batuk
napas tidak dilakukan (I.01006) efektif
efektif Tindakan
(D.0001) keperawatan I.Observasi Observasi
berhubungan 3x24 jam 1. Identifikasi kemampuan 1. mengetahui cara
dengan diharapkan batuk pada pasien batuk pasien
sekresi yang bersihan
tertahan jalan napas 2. Monitor adanya retensi 2. memantau apakah
dibuktikan Kembali sputum pada pasien batuknya berdahak
dengan batuk efektif atau tidak
tidak efektif, dengan
ronkhi kering, kriteria 3. Monitor tanda dan gejala 3. memantau apakah
dan pola hasil: infeksi saluran napas pada mengalami infeksi
napas -Batuk pasien saluran pernafasan
berubah. efektif
meningkat II.Terapeutik Teraupetik
-Ronkhi 1. Atur posisi pasien semi- 1. psosisikan pasien
kering Fowler setengah berbearing
menurun 45 derajat
-Pola napas
membaik 2. Pasang perlak dan 2. pasien
bengkok dipangkuan dipangkukan perlak
pasien dan bengkok dengan
3. Buang sekret pada bengkok dipakai
tempat sputum sebagai tempat
sampah
III.Edukasi Edukasi
19
1.Jelaskan tujuan dan prosedur 1. Menjelaskan pada
batuk efektif pada pasien pasien tentang
prosedur dan tujuan
IV.Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. pasien diberikan
mukolitik pada pasien mukolitik
20
badan efektif
menurun dan dengan 3. Monitor asupan makanan 3. memantau
nafsu makan kriteria pada pasien makanan pasien
menurun. hasil:
-Berat 4. Monitor berat badan pada 4. memantau BB
badan pasien pasien
membaik
-Nafsu II.Terapeutik Terapeutik
makan 1.Sajikan makanan secara 1. siapkan makanan
membaik menarik dan suhu yang sesuai yang menarik
pada pasien
III.Edukasi Edukasi
1.Anjurkan posisi duduk pada 1. pinta pasien dalam
pasien keadaan duduk
IV.Kolaborasi Kolaborasi
1.Kolaborasi dengan ahli gizi 1. bekerjasama
untuk menentukan jumlah dengan ahli gizi
kalori dan jenis nutrien yang untuk menentukan
dibutuhkan pasien jumlah kalori dan
nutrien pasien
3. Nyeri akut Setelah Manajemen nyeri (I.08238) Manajemen nyeri
(D.0077) dilakukan
berhubungan Tindakan I.Observasi Observasi
dengan agen keperawatan 1. Identifikasi lokasi, 1. mengetahui
pencedera 3x24 jam karakteristik, durasi, frekuensi, tempat, bagaimana,
fisiologis diharapkan kualitas, dan intensitas nyeri lamanya, rasa sakit,
21
(inflamasi) bersihan pada pasien kualitas dan intensitas
dibuktikan jalan napas nyeri pada pasien
dengan Kembali
mengeluh efektif 2. Identifikasi skala nyeri pada 2. mengetahui skala
nyeri, tampak dengan pasien nyeri pasien
meringis, dan kriteria
gelisah. hasil: 3. Identifikasi faktor yang 3. mengetahui hal apa
-Keluhan memperberat dan saja yang
nyeri memperingan nyeri pada memperberat nyeri
menurun pasien
-Tampak
meringis 4. Monitor efek samping 4. memantau efek
menurun penggunaan analgetic pada samping setelah
-Gelisah pasien penggunakan
menurun analgetik pada pasien
II.Terapeutik Teraupetik
1.Berikan teknik 1. diberikan teknik
nonfarmakologis untuk untuk mengurangi
mengurangi rasa nyeri pada rasa nyeri seperti
pasien (mis. terapi pijat) terapi pijat, atau pun
teknik nafas dalam
III.Edukasi Edukasi
22
1.Jelaskan penyebab, periode, 1. menjelaskan hal
dan pemicu nyeri pada pasien yang memicu nyeri,
penyebab dan kapan
nya pada pasien
IV.Kolaborasi Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian 1. bekerjasama dalam
analgetic pada pasien memberikan
analgetik
23
2.9 Implementasi Keperawatan
Waktu Jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien
Pelaksanaan
Senin, 07 Maret 09.00 WIB 1.Mengidentifikasi 1. pasien mengetahui
2020 kemampuan batuk pada kemampuan batuknya
pasien
24
4. Menyajikan makanan 4. pasien merasa bosan
secara menarik dan suhu karena hampir setiap hari
yang sesuai pada pasien makan-makanan yang
sama
25
5. Melakukan strategi 5. pasien mengetahui
meredakan nyeri pada strategi meredakan nyeri
pasien
26
secara menarik dan suhu memakan makanan
yang sesuai pada pasien kesukaannya
27
Rabu, 09 Maret 09.00 WIB 1. Mengatur posisi pasien 1. pasien bisa mengatur
2020 semi-Fowler posisinya tanpa bantuan
28
14.00 WIB 1. Memonitor efek 1. pasien dapat
samping penggunaan menjelaskan efek
analgetic pada pasien samping analgetik
2. Melakukan teknik 2. pasien dapat
nonfarmakologis untuk melakukan teknik
mengurangi rasa nyeri pada farmakologis dengan
pasien (mis. terapi pijat) sendiri tanpa bantuan
siapapun dan kondisi
nyeri pasien sudah tidak
lagi
29
3.10 Evaluasi Keperawatan
Hari /Tanggal Catatan Perkembangan
Hari Ke 1 S:
Senin, 07 Maret 1. Klien mengatakan susah untuk bernafas jika batuk, karena
2020 dahak susah dikeluarkan
09.00 O:
- KU baik
- batuk dan susah mengeluarkan dahaknya
- sesak nafas dan demam
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/80 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 28x/menit
S : 39,20 ℃
BB Sekarang : 45Kg
BB Sebelum Sakit : 55Kg
P : Intervensi di lanjutkan
30
11.00 S:
1. Pasien lemah tidak nafsu makan dengan berat badan menurun
O:
- KU baik
- Porsi makanan yang diberikan tampak tidak dimakan
- Pasien tampak kurus
- Pasien tampak lemas ketika berjalan
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/80 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 28x/menit
S : 39,20 ℃
BB Sekarang : 45Kg
BB Sebelum Sakit : 55Kg
P: Intervensi di lanjutkan
14.00 S:
1. nyeri dada sebelah kanan ketika batuk pada pasien berkurang dan
sedikit membaik
O:
- KU baik
- Pasien tampak gelisah menurun
- tampak meringis menahan sakit menurun
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/80 mmHg
N : 90 x/menit
31
RR : 28x/menit
S : 39,20 ℃
BB Sekarang : 45Kg
BB Sebelum Sakit : 55Kg
P: Intervensi di lanjutkan
Hari Ke 2 S:
Selasa, 08 Maret 1. Nafas sudah membaik namun masih batuk
2022
O:
09.00 - KU baik
- batuk
- susah mengeluarkan dahaknya menurun
- sesak nafas dan demam menurun
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 75 x/menit
RR : 28x/menit
S : 37 ℃
BB Sekarang : 53Kg
P : Intervensi di lanjutkan
11.00 S:
- Nafsu makan sudah bertambah dengan berat badan naik
sedikit
O:
32
- KU baik
- Pasien tampak gelisah menurun
- tampak meringis menahan sakit menurun
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 75 x/menit
RR : 28x/menit
S : 37 ℃
BB Sekarang : 53Kg
P: Intervensi di lanjutkan
14.00 S:
1. nyeri dada sebelah kanan ketika batuk
O:
- KU baik
- Pasien tampak gelisah menurun
- tampak meringis menahan sakit menurun
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 75 x/menit
RR : 28x/menit
S : 37 ℃
BB Sekarang : 53Kg
P: Intervensi di lanjutkan
Hari Ke 3 S:
33
Rabu, 09 Maret 2020 1. Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah membaik
2. Pasien mengatakan tidak batu ataupun susah bernafas
09.00-14.00 3. Pasien merasa nafsu makannya kembali
4. Pasien merasa dirinya sudah tidak lemah, meringis ataupun
lemah
O:
1. Pasien sudah tidak demam
2. Nafas pasien normal
3. Suhu tubuh pasien normal
4. Pola makan yang teratur
5. Pola nafas teratur
6. Tanda-tanda vital :
TD : 120/60 mmHg
N : 60 x/menit
RR : 28x/menit
S : 36 ℃
BB Sekarang : 55Kg
A : Masalah Teratasi
P: Intervensi di Hentikan
34
BAB IV
PENUTUP
35
DAFTAR PUSTAKA
Rab, Tabrani. 2016. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Medika
Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika.
Mutaqqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, S.C., and Bare, B.G. (2015).Medical Surgical Nursing (Vol 1). LWW
Wahid & Imam, 2013.Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: CV Trans Info Media
Sylvia, A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta :
EGC
36