Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TBC

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal I


Dosen Pengampu Rosliana Dewi, M.H.Kes., M.Kep.

DISUSUN OLEH :

Amelia Nur Octaviany C1AA19008


Bryan Adam C1AA19014
Husnul Fikri Faturahman C1AA19040
Nafa Ananda Putri C1AA19068
Vitka Febriani C1AA19112

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang mana berkat rahmatnya kami dapat
menyusun makalah ini dengan lancar.
Makalah ini merupakan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
TBC”.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak
kekurangannya, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah ini. Akhirnya makalah ini dapat memberikan pemikiran serta
kelancaran tugas kami selanjutnya dan dapat berguna bagi semua pihak Aamiin.

Sukabumi, Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar belakang.................................................................................................................4
B. Rumusan masalah............................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
A. Definisi Tuberkulosis......................................................................................................6
B. Etiologi............................................................................................................................6
C. Tanda dan Gejala.............................................................................................................7
D. Patofisiologi....................................................................................................................8
E. Klasifikasi Tuberkulosis..................................................................................................9
F. Manifestasi Klinis.........................................................................................................11
G. Komplikasi Tuberkulosis..............................................................................................11
H. Pemeriksaan penunjang Tuberkulosis...........................................................................11
I. Penatalaksanaan penderita Tuberkulosis paru..............................................................13
J. Dampak Tuberkulosis Paru.............................................................................................14
K. Konsep Asuhan Keperawatan……….………………………………………………..15
BAB III PENUTUP................................................................................................................24
A. Kesimpulan...................................................................................................................24
B. Saran..............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tuberkulosis paru (TBC) adalah suatu penyakit infeksi kronik atau akut yang
menyerang organ paru. TBC ditandai dengan demam, batuk berdarah, sesak nafas,
nyeri dada, dan malaise (Nugroho 2011:244) Menurut WHO tahun (2011) terdapat 8
juta penduduk dunia terserang TBC, dengan kematian 3,5 juta orang per tahun.
Menurut WHO, bahwa TBC adalah penyakit yang dapat dicegah sehingga
tidak ada kematian akibat kasus TBC.
Indonesia adalah salah satu negara berkembang dengan masalah penyakit
TBC. TBC menduduki peringkat ketiga didunia setelah China dan India. Kasus TBC
diindonesia mencapai 95% dan kurang lebih 1/3 penduduk diindonesia yang
diantaranya 98 % menyebabkan kematian. TBC di Indonesia menyerang diusiausia
20-49 tahun.
Berdasarkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Surakarta penyakit tuberkulosis
paru (TBC), masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil Suvey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2008 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan
penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit pernafasan
pada semua golongan usia dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi.Telah
dilakukan survey dimasyarakat dengan hasil 200 – 400 per 100.000 penduduk
menderita TBC. 2
Berdasarkan data dari puskesmas disetiap tahun terdapat 450 kasus baru TBC,
dimana penderita 1/3 (150) terdapat disekitar puskesmas, 1/3 (150) lagi ditemukan
pada pelayanan rumah sakit/klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya
belum terjangkau unit pelayanan kesehatan.
Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan keluarga dengan tuberculosis.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu tuberkulosis?
2. Bagaimana etiologi tuberkulosis?
3. Bagaimana tanda dan gejala tuberkulosis?
4. Bagaimana patofisiologi tuberkulosis?
5. Apa saja klasifikasi tuberkulosis?
4
6. Apa manifestasi klinis tuberkulosis?
7. Apa komplikasi tuberkulosis?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang tuberkulosis?
9. Bagiamana penatalaksanaan penderita tuberkulosis paru?
10. Apa dampak tuberkulosis paru?
11. Konsep asuhan keperawatan?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi tuberkulosis.
2. Mengetahui etiologi tuberkulosis.
3. Mengetahui tanda dan gejala tuberkulosis.
4. Mengetahui patofisiologi tuberkulosis.
5. Mengetahui klasifikasi tuberkulosis.
6. Mengetahui manifestasi klinis tuberkulosis.
7. Mengetahui komplikasi tuberkulosis.
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang tuberkulosis.
9. Mengetahui penatalaksanaan penderita tuberkulosis paru.
10. Mengetahui dampak tuberkulosis paru.
11. Mengetahui konsep asuhan keperawatan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel
yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan
membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat
menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu
seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara. Pengertian
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang
paru, akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya.
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Werdhani, 2011).
Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis yang
disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan
melalui dahak (droplet) dari penderita TBC kepada individu lain yang rentan
(Ginanjar, 2008).
Bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang
merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut
dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang
panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk
rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan (Ginanjar, 2010).
B. Etiologi
Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah penderita Tuberkulosis BTA
positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi
kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman
Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman
Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui

6
sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian
tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif
(tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang
terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut.
C. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala TBC (tuberkulosis) yang muncul dapat berupa:
 Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih), biasanya berdahak.
 Batuk mengeluarkan darah.
 Berkeringat pada malam hari.
 Penurunan berat badan.
 Demam dan menggigil.
 Lemas.
 Nyeri dada saat bernapas atau batuk.
 Tidak nafsu makan.
 Lemas.
Tidak semua kuman TBC yang masuk ke paru-paru langsung menimbulkan
gejala. Kuman TBC bisa saja hanya bersembunyi sampai suatu hari berubah
menjadi aktif dan menimbulkan gejala. Kondisi ini dikenal sebagai TBC laten.
Selain tidak menimbulkan gejala, TBC laten juga tidak menular.
Selain menyerang paru-paru, kuman TBC juga dapat menyerang organ
lainnya, seperti ginjal, usus, otak, atau TBC kelenjar. Penyakit TBC pada organ
selain paru-paru sering terjadi pada orang dengan kekebalan tubuh rendah,
misalnya penderita AIDS.
Berikut ini adalah contoh gejala yang muncul akibat penyakit TBC di luar
paru-paru, menurut organ yang terkena:
 Pembengkakan kelenjar getah bening bila terkena TBC kelenjar.
 Kencing berdarah pada TBC ginjal.
 Nyeri punggung pada TBC tulang belakang.
 Sakit perut jika mengalami TBC usus.

7
 Sakit kepala dan kejang bila terkena TBC di otak.
D. Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
tuberculosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan
melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel
yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang
terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan
di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan
memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari
pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada
sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus
difagosit atau berkembangbiak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah
bening menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu
10 – 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan
lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di
sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon.
Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana
bahan cair lepas kedalam bronchus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular

8
yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan
trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru,
atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus.Lesi primer
menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar
bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi
pleura tuberkulosa.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus
dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan
rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan
lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan
bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui
getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran
darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada
berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo
hematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan
suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi
apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme
masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.
Komplikasi yang dapat timbul akibat Tuberkulosis terjadi pada sistem
pernafasas dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain
menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem
pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus, Meningitis serosa, dan Tuberkulosis
milier (Kowalak, 2011).
E. Klasifikasi Tuberkulosis
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan
sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru
a. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+)
9
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah Sekurang-
kurangnya 2 pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+)
atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto
rontgen dada menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA
(-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu
bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan dada
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas.
b. Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu :
1) TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat
kelamin.
c. Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita
yaitu:
1) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
2) Kambuh (Relaps)
Adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan Tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali
lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
3) Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten
lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan
tersebut harus membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).
10
4) Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
bulan atau lebih, kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA (+).
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak
spesifik tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya
tanda dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang /
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk
purulent (menghasilkan sputum)
c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru
d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri
otot dan keringat di waktu di malam hari
G. Komplikasi Tuberkulosis
Komplikasi dari TB paru adalah :
a. Pleuritis tuberkulosa
b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
c. Tuberkulosa milier
d. Meningitis tuberkulosa
H. Pemeriksaan penunjang Tuberkulosis
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya
kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan
dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak
sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka
dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka

11
pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan
satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan bakteri
taham asam.
d. Skin test (PPD, Mantoux)
Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :
1) indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative atau hasil
negative
2) indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan
3) indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif
4) indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat
5) reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara
antibody dan antigen tuberculin
e. Rontgen dada
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas,
timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang
menunjukkan perkembangan Tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area
fibrosa.
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila terdapat Mikobakterium
Tuberkulosis.
g. Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan
terjadinya nekrosis.
h. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.
i. Analisa gas darah (AGD)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan
jaringan paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya
rasio residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen
sebagai akibat infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan
kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis)
12
I. Penatalaksanaan penderita Tuberkulosis paru
a. Pengobatan TBC Paru
Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni:
1) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB
per hari dengan tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat
(efek bakteri sidal), menghilangkan keluhan dan mencegah efek
penyakit lebih lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat
2) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2
macam obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan
menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi), mencegah
kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni
kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.

Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis (hilangnya keluhan,


nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-lain), berkurangnya kelainan
radiologis paru dan konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap sputum
BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai
paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. BTA
dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan. Kontrol
terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam evaluasi
pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir pengobatan
sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila nantsi timbul kasus kambuh.
b. Perawatan bagi penderita tuberculosis
Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :
1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah
orang terdekat yaitu keluarga.
2) Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila
diperlukan
3) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
4) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari
5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan
kedua, kelima dan enam
6) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan
yang baik
13
c. Pencegahan penularan TBC
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
1) Menutup mulut bila batuk
2) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada
wadah tertutup yang diberi lisol
3) Makan makanan bergizi
4) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita
5) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik
6) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2010)
J. Dampak Tuberkulosis Paru
Penyakit Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit yang sangat
mempengaruhi kehidupan individu. Dampak Tuberkulosis paru antara lain:
a. Terhadap individu
1) Biologis
Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus, sesak napas,
nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat pada malam
hari dan kadang-kadang panas yang tinggi
2) Psikologis
Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karena batuk yang
terus menerus sehingga keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan.
3) Sosial
Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan keadaan penyakitnya
sehingga klien selalu mengisolasi dirinya.
4) Spiritual
Adanya distress spiritual yaitu menyalahkan Tuhan karena penyakitnya yang
tidak sembuh-sembuh juga menganggap penyakitnya yang manakutkan.
5) Produktifitas menurun oleh karena kelemahan fisik.
b. Terhadap keluarga
1) Terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena kurang
pengetahuan dari keluarga terhadap penyakit TB Paru serta kurang
pengetahuan penatalaksanaan pengobatan dan upaya pencegahan penularan
penyakit.
2) Produktifitas menurun.

14
Terutama bila mengenai kepala keluarga yang berperan sebagai pemenuhan
kebutuhan keluarga, maka akan menghambat biaya hidup sehari-hari terutama
untuk biaya pengobatan.
3) Psikologis
Peran keluarga akan berubah dan diganti oleh keluarga yang lain
4) Sosial
Keluarga merasa malu dan mengisolasi diri karena sebagian besar masyarakat
belum tahu pasti tentang penyakit TB Paru .
c. Terhadap masyarakat
1) Apabila penemuan kasus baru TB Paru tidak secara dini serta pengobatan
Penderita TB Paru positif tidak teratur atau droup out pengobatan maka resiko
penularan pada masyarakat luas akan terjadi oleh karena cara penularan
penyakit TB Paru.
2) Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua
orang yang batuk dalam 3 minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat
yang disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau selama 6 bulan
oleh Pengawas Minum Obat (PMO) dan ada system pencatatan / pelaporan.

K. Konsep Asuhan Keperawatan


Konsep asuhan keperawatan tuberkulosis paru meliputi :
1. Pengkajian
Pengkajian sebagai proses yang kegiatannya bertujuan mengumpulkan
informasi mengenai pasien. Informasi tersebut akan menentukan masalah
kesehatan yang meliputi: pengkajian fisik, observasi, wawancara, riwayat
keperawatan, analisa catatan laporan serta dokumen-dokumen lain yang terkait
dengan pengkajian data dasar keperawatan (Tarwoto, dan Wartonah, 2015).
a. Anamnesis
1) Identitas Diri Pasien
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-lain
2) Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru meminta
pertolongan pada tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
a) Batuk

15
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan,
apakah betuk bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur
darah.
b) Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak,
berupa garis atau bercak-bercak darah.
c) Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal menyertai seperti efusi pleura,
pneumotoraks, anemia, dll.
d) Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB.
3) Keluhan Sistematisa
a) Demam
Keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore hari
atau pada malam hari mirip dengan influenza.
b) Keluhan Sistematis Lain
Keluhan yang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan dan malaise.

b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang :
a) Keadaan pernapasan (napas pendek)
b) Nyeri dadak
c) Batuk, dan
d) Sputum
2) Kesehatan Dahulu :
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan
pembedahan.
3) Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan
TB.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pencernaan B5 (Bowel))
16
Kaji pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu
makan, dan penurunan berat badan (Muttaqin, 2008).
2) Sistem Pernafasan B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada pasien TB paru merupakan pemeriksaan fokus
yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi (Muttaqin,
2008)
a. Palpasi
Palpasi trakea. Adanya pergeseran trakea menunjukkan-

meskipuntetapi tidak spesifik-penyakit dari lobus atas paru. Pada


Tb paru disertai adanya efusi pleura masif dan pneumothoraks
akan mendorong posisi trakea ke arah berlawanan dari sisi sakit.

Gerakan dinding thorak anterior/ekskrusi pernapasan. TB


paru tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada
saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan
dan kiri. Adanya penurunan gerakan dinding pernapasan
biasanya ditemukan pada klien TB paru dengan kerusakan
parenkim paru yang luas.

Gertaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa ketika


perawat meletakkan tangannya di dada pasien saat pasien
berbicara adalah bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam
laring arah distal sepanjang pohon bronkial untuk membuat
dinding dada dalam gerakan resonan, terutama pada bunyi
konsonan. Kapasitas untuk merasakan bunyi pada dinding dada
disebut taktil fremitus. Adanya penurunan taktil fremitus pada
pasien dengan TB paru biasanya ditemukan pada pasien yang
disertai komplikasi efusi pleura masif, sehingga hantaran suara
menurun karena transmisi getaran suara harus melewati cairan
yang berakumulasi di rongga pleura (Muttaqin, 2008)
b. Perkusi

Pada pasien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi,


biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh
lapang paru. Pada pasien dengan TB paru yang disertai

17
komplikasi seperti efusi pleura akan di dapatkan bunyi redup
sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi
cairan dirongga pleura. Apabila disertai pneumothoraks, maka di
dapatkan bunyi hiperresonan terutama jika pneumothoraks ventil
yang mendorong posisi paru ke sisi yang sehat (Muttaqin, 2008).

c. Auskultasi
Pada pasiien dengan TB paru didapatkan bunyi napas
tambahan
(ronchi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa
untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana di
dapatkan bunyi ronchi. Bunyi yang terdengar melalaui stetoskop
ketika klien berbicara disebut sebagai resonan vokal. Pasien
dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura dan
pneumothoraks akan didapatkan penurunan resonan vokal pada
sisi yang sakit (Muttaqin, 2008).
3) Sistem Kardiovaskular B2 (Blood)
Pada pasien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi:
1. Inspeksi : Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan
kelemahan fisik.
2. Palpasi : Denyut nadi perifer melemah.
3. Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran pada TB
paru dengan efusi pleura massif mendorong ke sisi sehat.
4. Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal. Bunyi
jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan (Muttaqin, 2008).
4) Sistem Persyarafan B3 (Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya sianosis
perifer apabila gangguan perfusi jaringat berat. Pada pengkajian objektif,
pasien tampak dengan wajah meringis, menangis, merintih, meregang
dan
menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan
adanya konjungtiva anemis pada TB paru dengan hemoptoe masif dan

18
kronis, dan sklera ikterik pada TB paru dengan gangguan fungsi hati
(Muttaqin, 2008).
5) Sistem Endokrin

Kaji terjadinya pembesaran kelenjar thyroid, palpitasi,


exopthalmmus, neuropati, retinopati (Muttaqin, 2008).

6) Sistem Genitourinaria B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.


Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal
tersebut merupakan tanda awal dari syok. Pasien diinformasikan agar
terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang
menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena
meminum OAT terutaman Rifampisin (Muttaqin, 2008).

7) Sistem Muskuloskeletal B6 (Bone)

Aktivitas sehari-hari berkuarang banyak pada klien TB paru. Gejala


yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
menetep dan jadwal olahraga menjadi tak teratur (Muttaqin, 2008).

8) Sistem Intergumen, Kuku dan Imunitas (Muttaqin, 2008).


1. Inspeksi
Kaji warna kulit, edema/tidak, eritmea.
2. Palpasi
Kaji CRT normal/tidak, perubahan akral, turgor kulit, nyeri
tekan, clubbing finger
2. Diagnosis Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan
secret.
b. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

19
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanana keperawatan merupakan proses perawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan yang telah direncanakan dalam intervensi
keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya
bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta
memehami tingkat perkembangan pasien. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan keperawatan mandiri dan
tindakan kolaborasi. Sebagai profesi perawat mempunyai kewenangan dan
tanggung jawab dalam menentukan asuhan keperawatan (A. Aziz Alimul
Hidayat, 2009)

Tabel Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional


Kriteria Hasil
Bersihkan Setelah dilakukan a. Kaji fungsi pernapasan  Ronkhi, mengi
jalan nafas tindakan (bunyi napas, kecepatan, menunjukkan akumulasi
tidak efektif keperawatan, irama, kedalaman, dan sekret/ ketidakmampun
berhubungan diharapkan penggunaan otot bantu untuk membersihkan jalan
dengan bersihan jalan aksesori) napas.
adanya napas dengan b. Catat kemampuan pasien  Pengeluaran sulit bila
penumpukan kriteria hasil : mengeluarkan dahak, catat sekret sangat tebal,
secret. Pasien dapat karakter, jumlah dahak, sputum berdarah kental/
mengeluarkan adanya hemoptisis darah cerah (misal infeksi,
sekret tanpa c. Ajarkan pasien posisi semi atau tidak kuatnya
bantuan, Pasien fowler tinggi dan latihan hidrasi).
berpartisipasi napas dalam  Posisi membantu
dalam program d. .Anjurkan pasien untuk memaksimalkan ekspansi
pengobatan. banyak minum air paru dan menurunkan
sedikitnya 2500ml perhari upaya pernapasan.
e. Kolaborasi : Pemberian  Pemasukan tinggi cairan
terapi OAT 3 tablet/hari untuk mengencerkan
dan injeksi cefotaxim 1g sekret, membantu agar

20
dahak mudah dikeluarkan
 Antibiotik spectrum luas,
membunuh kuman TBC

Penumpuka Setelah dilakukan a. Pantau suhu tubuh.  Sebagai indikator untuk


n suhu tubuh tindakan b. Anjurkan untuk banyak mengetahui status
berhubungan keperawatan minum air putih untuk hipetermi.
dengan diharapkan suhu mencegah dehidrasi.  Dalam kondisi demam
proses tubuh kembali c. Anjurkan istri pasien terjadi peningkatan
peradangan normal dengan agar memberikan evaporasi yang memicu
kriteria hasil : suhu kompres hangat pada timbulnya dehidrasi.
tubuh dalam lipatan ketiak dan  Mengurangi suhu tubuh
rentang (36oC – femur. dan memberikan
37oC) d. Anjurkan pasien untuk kenyamanan pada pasien
memakai pakaian yang dengan faktor konduksi.
menyerap keringat.  Untuk meningkatkan
pengeluaran panas melalui
e. Kolaborasi :Pemberian
radiasi.
paracetamol 500mg
 Mengurangi panas dengan
farmakologis.

Perubahan Setelah dilakukan a. Catat status nutrisi  Berguna dalam


nutrisi tindakan pasien dari turgor kulit mendefinisikan
kurang dari keperawatan dan berat badan. derajat/luasnya masalah
kebutuhan diharapkan b. Kaji adanya anoreksia, dan pilihan intervensi
tubuh kebutuhan nutrisi mual, muntah, dan catat yang tepat.
berhubungan pasien terpenuhi kemungkinan hubungan  Dapat mempengaruhi
dengan dengan kriteria dengan obat. pilihan diet dan
anoreksia hasil : c. Motivasi pasien untuk mengidentifikasi area
Menunjukkan makan sedikit tapi pemecahan masalah untuk
peningkatan berat sering. meningkatkan pemasukan.
badan dan d. Dorong pasien untuk  Menurunkan iritasi gaster
melakukan sering beristirahat. dan meningkatkan status
perubahan pola e. Kolaborasi : Pemberian nutrisi.
makan injeksi ranitidine 50mg,  Membantu menghemat

21
antacid 500mg dan energi.
curcuma 50mg  Membantu mengurangi
mual dan membantu nafsu
makan secara
farmakologis.

Kurang Setelah dilakukan a. Kaji kemampuan pasien  Belajar tergantung kepada


pengetahuan tindakan untuk belajar mengetahui emosi dan kesiapan fisik.
berhubungan keperawatan masalah, kelemahan,  Dapat menunjukkan kemajuan
kurang diharapkan pasien lingkungan, media yang atau pengaktifan ulang
informasi mengetahui terbaik bagi pasien. penyakit atau efek obat yang
informasi tentang b. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi
penyakitnya, harus dilaporkan berlanjut.
dengan Kriteria keperawatan, contoh  Meningkatkan kerja sama
hasil : Pesien hemoptisis, nyeri dada, dalam program pengobatan
memperlihatkan demam, kesulitan dan mencegah penghentian
peningkatan bernapas. obat sesuai perbaikan kondisi
pengetahuan c. Jelaskan dosis obat, pasien.
mengenai frekuensi pemberian, kerja  Mencegah dan menurunkan
perawatan diri obat yang diharapkan dan ketidaknyamanan sehubungan
alasan pengobatan lama, dengan terapi dan
kaji potensial interaksi meningkatkan kerjasama
dengan obat lain. dalam program.
d. Kaji potensial efek  Memberikan kesempatan
samping pengobatan dan untuk memperbaiki
pemecahan masalah. kesalahan .
e. Dorong pasien atau orang
terdekat untuk  Informasi tertulis menurunkan

menyatakan takut atau hambatan pasien untuk

masalah, jawab mengingat sejumlah besar

pertanyaan secara nyata. informasi

f. Berikan instruksi dan


informasi tertulis khusus
pada pasien untuk

22
rujukan. Contohnya
jadwal obat.

23
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran

24
DAFTAR PUSTAKA

Zainita, Alda Pratami, and Rosa Delima Ekwantini. PENERAPAN BATUK EFEKTIF


DALAM MENGELUARKAN SEKRET PADA PASIEN TUBERKULOSIS DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI KELUARGA. Diss. Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta, 2019.

https://www.alodokter.com/tuberkulosis/gejala Diakses pada tanggal 24 Maret 2021 pada


jam 19.37 WIB

Andreanto, Ary (2019) ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU DI


RUANG SERUNI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA. Skripsi, D-III
Keperawatan, poltekkes kemenkes Kalimanan Timur.

Elin E. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan TB Paru Di Puskesmas Siak
Hulu I Kabupaten Kampar. [Karya Tulis Ilmiah]. Riau : Politeknik Kesehatan Kemenkes
Riau

25

Anda mungkin juga menyukai