Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN

Pelaksanaan Community Health Project Interprofessional Education

JUDUL KEGIATAN : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular TB

DOSEN PEMBIMBING : Tri Nur Jayanti, S.Kep., Ners., M.Kep

KELOMPOK 9 KELAS C :

1. AK118083 Irva Nurfadila


2. AK118095 M. Bobby Renaldhi
3. AK118137 Putri Aliza Dwi Rizky Auliya
4. AK118192 Tohari Wijaya

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas ridho dan
karunia-Nya kami dapat memenuhi tugas mata kuliah Riset Keperawatan.

Dalam penyusunan Laporan Pelaksanaan Community Health Project


Interprofessional Education yang berjudul “Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular TB”. Tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, namun dengan penuh
kesabaran dan kerja keras kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Dan
kami menyadari tugas ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bimbingan dan
dorongan dari beberapa pihak yang terkait sehingga segala kendala dapat teratasi.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan kami masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami akan sangat mengharapkan serta menghargai segala
saran dan kritik yang bersifat membangun bagi perbaikan penulis berikutnya.

Sekian laporan ini kami buat, semoga laporan ini dapat diterima dan dipahami
oleh siapapun yang membacanya dan bisa menambah wawasan untuk para pembaca,
selain itu laporan ini dapat berguna bagi diri kami dan orang lain.

Bandung, 19 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Tuberculosis Paru .......................................................... 3


2.2. Konsep Ketidakpatuhan Pengobatan .................................................. 16

BAB III : PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Rencana Kegiatan ................................................................................ 18


3.2. Implementasi Kegiatan ........................................................................ 18
3.3. Evaluasi Kegiatan ................................................................................ 20

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil .................................................................................................... 21


4.2. Pembahasan ......................................................................................... 23

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 25


5.2. Saran .................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 26

LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................ 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh


kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies
Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M.
Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang
bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT
(Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa
mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC. Hingga saat ini,
Tuberkulosis tercatat sebagai salah satu masalah kesehatan dunia yang
masuk dalam Millennium Development Goals (MDGs).
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI masih terus menggaungkan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Hal itu untuk mengantisipasi
terjadinya masalah kesehatan terutama Stunting, TBC, dan penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi. Masalah kesehatan tersebut diupayakan
selesai pada 2019 sebagaimana hasil Rapat Kerja Kesehatan (Rakerkesnas)
2018 yang digelar pada 5-8 Maret 2018 di Tangerang, Banten. Karenanya,
diharapkan pemahaman dan pengaplikasian Germas dilakukan secara
merata oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Terkait TBC, sesuai data WHO Global Tuberculosis Report 2016,
Indonesia menempati posisi kedua dengan beban TBC tertinggi di dunia.
Tren insiden kasus TBC di Indonesia tidak pernah menurun, masih banyak
kasus yang belum terjangkau dan terdeteksi, kalaupun terdeteksi dan telah
diobati tetapi belum dilaporkan.
TBC di Indonesia merupakan salah satu jenis penyakit penyebab
kematian nomor empat setelah penyakit stroke, diabetes dan hipertensi.
Kasus penyakit TBC di Indonesia masih terbilang tinggi yakni mencapai

1
sekitar 450 ribu kasus setiap tahun dan kasus kematian akibat TBC sekitar
65 ribu orang.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular TB?

1.3. Tujuan
Agar mengetahui Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular TB.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Tuberculosis Paru


2.1.1. Definisi TB
Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium
Tuberculosis) yang sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang
paru-paru namun dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Kuman
tersebut berbentuk batang yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu, disebut juga
sebagai Basil Tahan Asam (BTA) dan cepat mati jika terpapar sinar
matahari langsung namun dapat bertahan hidup beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab (Muttaqin, 2012).
Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang biasanya
mengenai paru- paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis. Bakteri ini ditularkan oleh droplet nucleus, droplet
yang ditularkan melalui udara dihasilkan ketika orang terinfeksi
batuk, bersin, berbicara atau bernyanyi (Priscilla, 2012).

2.1.2. Etiologi TB
Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman berbentuk
batang yang berukuran dengan panjang 1-4 mm dan dengan tebal
0,3-0,6 mm. sebagian besar komponen M. tuberculosis adalah
berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap
asam serta sangat tahan dengan zat kimia dan factor fisik.
Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yaitu menyukai daerah
yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberculosis senang
tinggal di daerah apeks paru yang dimana terdapat kandungan
oksigen tinggi. Daerah tersebut menjadi daerah yang kondusif untuk
penyakit Tuberkulosis (Somantri, 2008).

Kuman ini tahan pada udara kering maupun dalam keadaan

3
dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi
karena kuman pada saat itu berada dalam sifat dormant. Dari sifat
dormant ini kuman dapat bangkit dari tidurnya dan menjadikan
tuberculosis aktif kembali. Tuberculosis paru merupakan penyakit
infeksi pada saluran pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut
masuk kedalam jaringan paru melalui saluran nafas (droplet
infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon)
selanjutnya menyerang kelenjar getah bening setempat dan
terbentuklah primer kompleks (ranke), keduanya ini dinamakan
tuberculosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
mengalami penyembuhan. Tuberculosis paru primer, peradangan
terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
mikobakterium. Tuberculosis yang kebanyakan didapatkan pada
usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberculosis post primer
(reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi
penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan
spesifik terhadap basil tersebut (Abdul, 2013).

2.1.3. Patofisiologi TB
Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara
langsung dari penderita penyakit tuberculosis kepada orang lain.
Dengan demikian, penularan penyakit tuberculosis terjadi melalui
hubungan dekat antara penderita dan orang yang tertular (terinfeksi),
misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama.
Penyebaran penyakit tuberculosis sering tidak mengetahui bahwa ia
menderita sakit tuberculosis. Droplet yang mengandung basil
tuberculosis yang dihasilkan dari batuk dapat melayang di udara
sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung ada atau tidaknya sinar
matahari serta kualitas ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam
suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai
berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Jika droplet terhirup oleh orang
lain yang sehat, maka droplet akan masuk ke system pernapasan dan

4
terdampar pada dinding system pernapasan. Droplet besar akan
terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan droplet
kecil akan masuk ke dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada
predileksi lokasi terdamparnya droplet kecil. Pada tempat
terdamparnya, basil tuberculosis akan membentuk suatu focus
infeksi primer berupa tempat pembiakan basil tuberculosis tersebut
dan tubuh penderita akan memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu
infeksi tersebut akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama
terangsang adalah limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak
untuk merangsang macrofage, sehingga berkurang atau tidaknya
jumlah kuman tergantung pada jumlah macrophage. Karena fungsi
dari macrofage adalah membunuh kuman atau basil apabila prosesini
berhasil dan macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan
daya tahan tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya
menurun pada saat itu maka kuman tersebut akan bersarang di dalam
jaringan paru- paru dengan membentuk tuberkel (biji-biji kecil
sebesar kepala jarum). Tuberkel lama-kelamaan akan bertambah
besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama akan timbul
perkejuan di tempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis
tersebut dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan
pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe).
(Djojodibroto, 2014).

2.1.4. Tanda dan Gejala TB

Tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yang


artinya suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan
penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah
dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas
sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik (Muttaqin,
2012).
Gejala klinik Tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi 2

5
golongan yaitu gejala respiratorik dan gejala sistemik :
a. Gejala Respiratorik, meliputi :
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan gejala ini banyak
ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.
Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif)
kemudian setelah timbul peradangan kemudian menjadi
produktif (menghasilkan sputum) ini terjadi lebih dari 3
minggu. Keadaan yang selanjutnya adalah batuk darah
(hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.

2) Batuk darah
Pada saat baruk darah yang dikeluarkan yaitu dahak
bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak
darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh
darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah. Gejala klinis
Haemoptoe :

a) Batuk darah
(1) Darah dibatukkan dengan rasa panas
ditenggorokkan.
(2) Darah berbuih bercampur udara.
(3) Darah segar berwarna merah muda.
(4) Darah bersifat alkalis.
(5) Anemia kadang-kadang terjadi.
(6) Benzidin test negative.

b) Muntah darah
(1) Darah dimuntahkan dengan rasa mual.
(2) Darah bercampur sisa makanan.

6
(3) Darah berwarna hitam karena bercampur asam
lambung.
(4) Darah bersifat asam.
(5) Anemia sering terjadi.
(6) Benzidin test positif.

c) Epistaksis
(1) Darah menetes dari hidung.
(2) Batuk pelan kadang keluar.
(3) Darah berwarna merah segar.
(4) Darah bersifat alkalis.
(5) Anemia jarang terjadi.

3) Sesak Nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang
sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian
dari paru-paru. Gejala ini ditemukan apabila terjadi
kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-
hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks,
anemia dan lain-lain.

4) Nyeri Dada
Nyeri dada pada Tuberkulosis paru termasuk nyeri
pleuritic yang ringan. Gejala nyeri dada ini timbul apabila
system persarafan di pleura terkena.

b. Gejala Sistemik, meliputi :


1) Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza.
Namun kadang-kadang panas bahkan dapat mencapai 40-
41ºC. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman

7
tuberculosis yang masuk. Demam merupakan gejala yang
sering dijumpai biasanya timbul pada sore hari dan malam
hari mirip dengan deman influenza, hilang timbul dan
semakin lama semakin panjang serangannya sedangkan
masa bebas serangan semakin pendek.

2) Gejala sistemik lain


Gejala sistemik lainnya adalah keringat malam,
anoreksia, penurunan berat badan serta malaise (gejala
malaise sering ditemukan berupa : tidak nafsu makan, sakit
kepala, meriang, nyeri otot, dll). Timbulnya gejala ini
biasanya berangsur- angsur dalam beberapa minggu sampai
beberapa bulan, tetapi penampilan akut dengan batuk,
panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia (naga, S , 2012).

2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi TB


Kondisi social ekonomi, status gizi, umur, jenis
kelamin dan faktor toksis pada manusia merupakan faktor
penting dari penyebab penyakit tuberculosis yaitu sebagai
berikut (Naga, 2014) :

a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam
penularan penyakit Tuberkulosis yaitu kaitannya dengan
kondisi rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan,
serta lingkungan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk.
Semua faktor tersebut dapat memudahkan penularan
penyakit tuberculosis.

b. Faktor social ekonomi


Pendapatan keluarga juga sangat mempengaruhi

8
penularan penyakit tuberculosis karena dengan pendapatan
yang kecil membuat orang tidak dapat hidup dengan layak
seperti tidak mampu mengkonsumsi makanan yang bergizi
dan memenuhi syarat-syarat kesehatan.

c. Status gizi
Kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi, dan
lain-lain (malnutrisi), akan mempengaruhi daya tahan tubuh
seseorang, sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
termasuk tertular penyakit tuberculosis paru. Keadaan ini
merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara
miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.

d. Umur
Penyakit tuberculosis paru ditemukan pada usia
muda atau usia produktif, dewasa, maupun lansia karena
pada usia produuktif orang yang melakukan kegiatan aktif
tanpa menjaga kesehatan berisiko lebih mudah terserang
tuberkulosis. Dewasa ini, dengan terjadinya transisi
demografi akan menyebabkan usia harapan hidup lansia
menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut atau lebih dari 55
tahun, system imunologis seseorang menurun, sehingga
sangat rentan terhadap berbagai penyakit termasuk
penularan penyakit tuberculosis.

e. Jenis kelamin
Menurut WHO penyakit tuberculosis lebih banyak di
derita oleh laki-laki dari pada perempuan, hal ini
dikarenakan pada laki-laki lebih banyak merokok dan
minum alcohol yang dapat menurunkan system pertahanan
tubuh, sehingga wajar jika perokok dan peminum
beralkohol sering disebut agen dari penyakit tuberculosis

9
paru.

2.1.6. Pencegahan Penyakit TB


Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah
terjangkitnya penyakit tuberculosis paru. Pencegahan-
pencegahan berikut dapat dilakukan oleh penderitaa,
masyarakat, maupun petuhas kesehatan (Naga, 2014) :

a. Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan


dengan menutup mulut saat batuk, dan membuang dahak
tidak sembarangan tempat.
b. Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan
dengan meningkatkan ketahanan terhadap bayi yaitu
dengan memberikan vaksinasi BCG.
c. Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan
dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit
tuberculosis, yang meliputi gejala, bahaya dan akibat yang
ditimbulkannya terhadap kehidupan masyarakat pada
umumnya.
d. Petugas kesehatan juga harus melaukan pengisolasian dan
pemeriksaan terhadap orang-orang yang terinfeksi, atau
dengan memberikan pengobatan khusus kepada penderita
tuberculosis ini. Pengobatan dengan cara menginap di
rumah sakit hanya dilakukan oleh penderita dengan
katagori berat dan memerlukan

pengembangan program pengobatannya, sehingga tidak


dikehendaki pengobatan jalan.
e. Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan
melakukan desinfeksi, seperti cuci tangan, kebersihan
rumah yang ketat, perhatiah khusus terhadapmuntahan atau
ludah anggota keluarga yang terjangkit penyakit
tuberculosis (piring, tempat tidur, pakaian) dan

10
menyediakan ventilasi rumah dan sinar matahari yang
cukup.
f. Melakukan imunisasi pada orang-orang yang melakukan
kontak langsung dengan penderita, seperti keluarga perawat,
dokter, petugas kesehatan dan orang lain yang terindikasi,
dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif
tertular.
g. Melakukan penyelidikan terhadap orang-orang yang
terindikasi. Perlu dilakukan Tes Tuberkulin bagi seluruh
anggota keluarga. Apabila cara ini menunjukkan hasil
negative, perlu diulang pemeriksaan tiap bulan delama 3
bulan dan perlu penyelidikan intensif.
h. Dilakukan pengobatan khusus. Pada penderita dengan TBC
aktif diperlukan pengobatan yang tepat, yaitu obat-obatan
kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter untuk
diminum dengan tekun dan teratur, selama 6-12 bulan.
Perlu diwaspadai adanya resisten terhadap obat-obat, maka
dilakukan pemeriksaan penyelidikan oleh dokter.

2.1.7. Pengobatan TB

a. Terapi Obat

Tujuan pengobatan pada penderita Tuberkulosis paru


selain untuk menyembuhkan atau mengobati penderita juga
dapat mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau
resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai
penularan.

Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan


dalam bentuk paket yaitu dengan tujuan untuk memudahkan
pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas)
pengobatan sampai selesai. Satu paket obat untuk satu pasien
dalam satu masa pengobatan. Kombinasi Dosis Tetap (KDT)

11
mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB yaitu
(Departemen Kesehatan, 2011):
a. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga
menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
b. Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan
resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi
kesalahan penulisan resep.
c. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga
pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatkan
kepatuhan pasien.
1) Obat-obat anti Tuberkulois
a) Obat-obat primer
Obat-obatan ini paling efektif dan paling rendah
toksisitasnya, tetapi dapat menimbulkan resistensi
dengan cepat bila digunakan sebagai obat tunggal.
Oleh karena itu, terapi ini selalu dilakukan dengan
kombinasi dari 2-4 macam obat untuk kuman
tuberculosis yang sensitif. Berikut obat anti
tuberculosis yang termasuk obat-obat primer adalah
(Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia (BPOM RI), 2017) :
(1) Isoniazid
Isoniazid (INH) merupakan devirat asam
isonikotinat yang berkhasiat untuk obat tuberculosis
yang paling kuat terhadap Mycobacterium
tuberculosis (dalam fase istirahat) dan bersifat
bakterisid terhadap basil yang tumbuh pesat. Efek
samping dari isoniazid adalah mual, muntah,
demam, hiperglikemia, dan neuritis optic.
(2) Rifampisin
Rifampisin adalah sebuah golongan obat
antibiotic yang banyak dipakai untuk

12
menanggulangi infeksi Mycobacterium tuberculosis.
Rifampisin menghambat pertumbuhan bakteri
dengan menghambat sistesis protein terutama pada
tahap transkripsi. Efek samping dari rifampisin
adalah gangguang saluran cerna, terjadi gangguan
sindrim influenza, gangguan respirasi, warna
kemerahan pada urine, dan udem.
(3) Pirazinamid
Pirazinamid adalah obat antibiotic yang
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri
Tuberkulosis dan bekerja dengan menghentikan
pertumbuhan bakteri. Indikasi dari pirazinamid
adalah tuberkulsis dalam kombinasi dengan obat
lain. Efek samping dari pirazinamid adalah
anoreksia, icterus, anemia, mual, muntah, dan gagal
hati.
(4) Etambutol
Etambutol adalah obat antibiotic yang dapat
mencegah pertumbuhan bakteri tuberculosis di
dalam tubuh. Indikasi dari etabutanol adalah
tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lain. Efek
samping penurunan tajam penglihatan pada kedua
mata, penurunan terhadap kontras sensitivitas warna
serta gangguan lapang pandang.

(5) Streptomisin

Streptomisin adalah antibiotic yang


dihasilkan oleh jamur tanah disebut Streptomyces
griseus yang dapat digunakan untuk mengatasi
sejumlah infeksi seperti tuberculosis untuk
menghambat pertumbuhan mikroba. Saat ini
streptomisin semakin jarang digunakan kecuali
untuk kasus resistensi. Efek samping dari

13
streptomisin adalah gangguang fungsi ginjal,
gangguan pendengaran, dan kemerahan pada kulit.
(6) Obat-obat sekunder
Obat-obatan sekunder diberikan untuk
tuberculosis yang disebabkan oleh kuman yang
resisten atau bila obat primer menimbulkan efek
samping yang tidak dapat ditoleransi. Berikut yang
termasuk obat sekunder adalah kaproemisin,
sikliserin, macrolide generasi baru (asotromisin dan
klaritromisin), quinolone dan protionamid.

2) Pengobatan tuberculosis diberikan dalam 2 tahap, yaitu :


a) Tahap intensif (2-3 bulan)
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapatkan
obat setiap hari dan diawasi langsung unutuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama
rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat, biasanya penderita yang
menularkan penyakit menjadi tidak menularkan
penyakit dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar
penderita Tuberkulosis BTA positif menjadi BTA
negative (konversi) pada akhir pengobatan intensif.
Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting
untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
b) Tahap lanjutan (4-7 bulan)
Pada tahap lanjutan penderita mendapatkan jenis
obat lebih sedikit namun dalam jangka waktu yang
lebih lama. Tahap lanjutan ini penting untuk
membunuh kuman persisten (dormant) sehingga dapat
mencegah terjadinya kekambuhan. Panduan obat yang
digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan

14
rekomendasi WHO adalah Rifampisipn, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan
jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon,
Makrolode, dan Amoksisilin + Asan Klavulanat,
derivate Rifampisin/INH.

b. Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan
penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada
pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain diluar pengobatan medis (Budhi Purwanto,
2013). Modalitas penyembuhan adalah metode
penyembuhan yang digunakan bersama dengan
pengibatan berbasis obat dan tindakan pembedahan
sebagai upaya pemenuhan pelayanan holistic. Titik
akupresur ini dilakukan peijatan setiap titiknya minimal 3
menit. Berikut yaitu titik akupresur untuk mengurangi
batuk berdahak pada penderita penyakit tuberculosis
sebagai berikut :
1) Titik refleksi paru-paru ditemukan pada telapak kaki
3 jari di bawah jari kaki, di sela-sela antara jari tengah
dan jari manis
2) Titik refleksi paru-paru ditemukan pada telapak kaki
2 jari di bawah jari-jari kaki, di sela-sela antara ibu
jari dan jari telunjuk
3) Titik refleksi tenggorokkan pada punggung kaki di
antara sela-sela ibu jari dan jari telujuk

4) Titik refleksi tenggorokan ditemukan pada telapak


tangan di sela-sela jari telunjuk dan jari tengah
5) Titik refleksi untuk meredakan batuk yang berada di
telapak tangan bagian 2 jari dibawah ibu jari
6) Titik refleksi untuk meredakan batuk pada dibawah

15
tulang tengkorak kepala, tulang tengah punggung
leher kiri dan kanan, dan di sebelah tulang belikat atas
sebelah kanan dan kiri.

2.2.Konsep Ketidakpatuhan Pengobatan


2.2.1. Definisi Ketidakpatuhan Pengobatan
Ketidakpatuhan merupakan perilaku individu dan
atau pemberi asuhan tidak mengikuti sesuai dengan rencana
perawatan atau pengobatan yang disepakati dengan tenaga
kesehatan, sehingga menyebabkan hasil perawatan atau
pengobatan tidak efektif (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016).
Menurut (Bulechek, 2015) ketidakpatuhan adalah
perilaku individu dan pemberi asuhan yang tidak sesuai
dengan rencana promosi kesehatan atau terapeutik yang
ditetapkan oleh individu (dan atau keluarga dan atau
komunitas) serta professional pelayanan kesehatan. Perilaku
pemberian asuhan atau individu yang tidak mematuhi
ketetapan, rencana promosi kesehatan atau terapeutik secara
keseluruhan atau sebagian tidak efektif.

2.2.2. Penyebab Ketidakpatuhan Pengobatan Pada Pasien TB


Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) penyebab
ketidakpatuhan yaitu :
a. Disabilitas (misalnya penurunan daya ingat, deficit
sensorik/motoric)

b. Efek samping program perawatan/pengobatan

c. Beban pembiayaan program perawatan/pengobatan

d. Lingkungan tidak terapeutik

e. Program terapi kompleks dan/atau lama

f. Hambatan mengakses pelayanan kesehatan (misalnya

16
gangguan mobilisasi, asalah transportasi, ketiadaan orang
merawat anak di rumah, cuaca tidak menentu

g. Program terapi tidak ditanggung asuransi

h. Ketidakadekuatan pemahaman (sekunder akibat deficit


kognitif, kecemasan, gangguan penglihatan/pendengaran,
kelelahan, kurang motivasi)

17
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Rencana Kegiatan


1. Melakukan pengkajian kepada klien dan keluarga
2. Melakukan Pre Test tentang cara pencegahan penularan TB dan cara
memakai masker yang benar
3. Memberikan edukasi berupa pendidikan kesehatan kepada klien dan
keluarga mengenai cara pencegaham penularan TB dan cara
menggunakan masker yang benar
4. Melakukan Post Test tentang cara pencegahan penularan TB dan
cara memakai masker yang benar
5. Melakukan evaluasi dan rencana tindak lanjut

3.2. Implementasi Kegiatan


1. Khalayak sasaran home visit ini ada keluarga dengan anggota
keluarga yang menjalani ngeobatan OAT minggu ke – 3
2. Bentuk kegiatan ini adalah home visit dengan edukasi berupa
pendidikan kesehatan mengenai TB dengan media yang digunakna
adalah leaflet
3. Waktu pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Januari 2022. Pada
tanggal 18 Januari 2022 kelompok melakukan intervensi kepada
klien dan keluarga.
4. Pihak – pihak yang terllibat dalam home visit ini adalah kader Desa
Sukajadi. Saat dilakukan home visit ini klien dan keluarga
kooperatif.
5. Melakukan pengkajian kepada klien dan keluarga
6. Melakukan Pre Test tentang cara pencegahan penularan TB dan cara
memakai masker yang benar
7. Memberikan edukasi berupa pendidikan kesehatan kepada klien dan
keluarga mengenai cara pencegaham penulatan TB dan cara
menggunakan masker yang benar

18
a. Menjelaskan cara penularan TB

1) Berjabat tangan.
2) Terkena percikan dahak penderita TB
3) Berbagi makanan, minuman, atau sikat gigi.
4) Menyentuh barang-barang seperti dudukan toilet, pakaian,
atau sprei.
5) Berpelukan atau mencium orang yang terinfeksi.
b. Menjelaskan 5 cara pencegahan TB
1) Melaksanakan pengobatan OAT dengan pengawasan hingga
dinyatakan sembuh
2) Menutup mulut dan hidung pada saat batuk dan bersin bagi
penderita TB
3) Imunisasi BCG pada bayi mencegah TB berat pada anak
sejak dini
4) Membuang dahak ditempat tertutup dan dibuang di tempat
yang mengalir seperti lubang WC atau diberikan desinfektan,
atau membakar dahak ditempat pembuangan
5) Menjaga agar terjadi pergantian udara dalam rumah dengan
cara membuka jendela setiap hari, dan menjaga agar seluruh
bagian rumah terkena sinar matahari
c. Menjelaskan cara menggunakan masker yang benar
1) Cuci tangan Anda
2) Cek masker dahulu apa ada kerusakan
3) Pastikan bagian atas masker dengan benar
4) Pastikan sisi masker menghadap luar
5) Pasangkan masker ke wajah Anda
6) Atur masker pada bagian hidung
7) Ikat tali bagian bawah bila perlu
8) Pastikan masker tepat di wajah dan dagu Anda.
8. Melakukan evaluasi dengan melakukan Post Test tentang cara
pencegahan penularan TB dan cara memakai masker yang benar

19
untuk melihat peningkatan pengetahuan yang di dapat oleh klien dan
keluarga.

3.3. Evaluasi Kegiatan


Berdasarkan pre test yang dilakukan kepada klien diketahui bahwa
klien kurang memahami mengenai bagaimana penularan TB. Setelah
dilakukan edukasi mengenai cara penularan dan cara pencegahan mengenai
TB, terjadi peningkatan pengetahuan pada klien yang dapat dilihat dari post
test dan penjelasan yang klien ungkapkan.
Rencana tindak lanjut diharapkan klien dapat memutus rantai
penyebaran TB setelah mengetahui bagaimana cara penularan dan
pencegahan penyebaran TB.

20
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil

Hasil home visit menunjukan bahwa ada perbedaan pengetahuan yang


signifikan antara sebelum diberikan edukasi dan setelah diberikan edukasi, dimana
peningkatan pengetauan klien meningkat setelah diberikan edukasi dan penjelasan
dengan media leaflet.

Dari peningkatan pengentahuan klien meningkat setalah di berikan edukasi


melalui postes dan prites lalu menjelasakan mengenai Tuberkulosis klien menjagi
paham dan tingkat pengetahuan bertambah mengenai tuberculosis karena Menurut
Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010) pengetahuan seseorang terhadap
suatu objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda. Secara garis besar
dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu disisni merupakan
tingkatan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur
orang yang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut,
dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya. Orang
yang telah memahami objek dan materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menarik kesimpulan, meramalkan terhadap suatu objek
yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan prinsip yang

21
diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi juga diartikan
aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, rencana program
dalam situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau
memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara komponen- komponen
dalam suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan
seseorang telah sampai pada tingkatan ini adalah
jika orang tersebut dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan,
membuat bagan (diagram) terhadap pengetahuan objek tersebut.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan
yang sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang sudah ada sebelumnya.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat.

Untuk proses tahu Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo


(dalam Donsu, 2017) mengungkapkan proses adopsi perilaku yakni sebelum
seseorang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi
beberapa proses, diantaranya:
1. Awareness ataupun kesadaran yakni apda tahap ini individu sudah
menyadari ada stimulus atau rangsangan yang datang padanya.
2. Interest atau merasa tertarik yakni individu mulai tertarik pada stimulus
tersebut.
3. Evaluation atau menimbang-nimbang dimana individu akan
mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Inilah
yang menyebabkan sikap individu menjadi lebih baik.

22
4. Trial atau percobaanyaitu dimana individu mulai mencoba perilaku baru .
5. Adaption atau pengangkatan yaitu individu telah memiliki perilaku baru
sesuai dengan penegtahuan, sikap dan kesadarannya terhadap stimulus.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengertian Tuberkulosis


Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular granulomatosa kronik
yang telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu dan paling sering
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar
kuman TBC menyerang paru, 85% dari seluruh kasus TBC adalah TBC
paru, sisanya (15%) menyerang organ tubuh lain mulai dari kulit, tulang,
organ-organ dalam seperti ginjal, usus, otak, dan lainnya. Berdasarkan hasil
pemeriksaan sputum, TBC dibagi dalam: TBC paru BTA positif:
sekurangnya 2 dari 3 spesimen sputum BTA positif, TBC paru BTA negatif:
dari 3 spesimen BTA negatif, foto toraks positif.. Infeksi pada paru-paru dan
kadang-kadang pada struktur-struktur di sekitarnya, yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis termasuk juga dalam
golongan penyakit zoonosis karena selain dapat menimbulkan penyakit
pada manusia, basil Mycobacterium juga dapat menimbulkan penyakit pada
berbagai macam hewan misalnya sapi, anjing, babi, unggas, biri-biri dan
hewan primata, bahkan juga ikan.

4.2.2. Penularan Tuberkulosis


Penyakit TBC ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui
saluran napas dengan menghisap atau menelan tetes-tetes ludah/dahak
(droplet infection) yang mengandung basil dan dibatukkan oleh penderita
TBC terbuka. Atau juga karena adanya kontak antara tetes ludah/dahak
tersebut dan luka di kulit. Untuk membatasi penyebaran perlu sekali
discreen semua anggota keluarga dekat yang erat hubungannya dengan
penderita. Dan ada beberapa lagi cara penularan tuberkulosis yaitu:
1. Berjabat tangan.
2. Terkena percikan dahak penderita TB

23
3. Berbagi makanan, minuman, atau sikat gigi.
4. Menyentuh barang-barang seperti dudukan toilet, pakaian, atau sprei.
5. Berpelukan atau mencium orang yang terinfeksi.

4.2.3. Pencegahan Tuberkulosis


Langkah-langkah di bawah ini sangat berguna untuk mencegah
penularan
1. Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, atau kenakan Apabila
menggunakan tisu untuk menutup mulut, buanglah segera setelah
digunakan.
2. Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
3. Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan
sering membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar
matahari dapat masuk.
4. Jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan
TBC yang Anda derita tidak lagi menular.
5. Melaksanakan pengobatan OAT dengan pengawasan hingga
dinyatakan sembuh
6. Menutup mulut dan hidung pada saat batuk dan bersin bagi penderita
TB
7. Imunisasi BCG pada bayi mencegah TB berat pada anak sejak dini
8. Membuang dahak ditempat tertutup dan dibuang di tempat yang
mengalir seperti lubang WC atau diberikan desinfektan, atau
membakar dahak ditempat pembuangan
9. Menjaga agar terjadi pergantian udara dalam rumah dengan cara
membuka jendela setiap hari, dan menjaga agar seluruh bagian
rumah terkena sinar matahari

24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang
sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru-paru namun dapat juga
menyerang organ tubuh lainnya. Penyakit tuberculosis paru ditularkan
melalui udara secara langsung dari penderita penyakit tuberculosis kepada
orang lain.
Faktor yang dapat mempengaruhi TB yaitu : faktor lingkungan,
sosial ekonomi, status gizi, umur dan jenis kelamin. Pengobatan TB yaitu
dengan terapi obat dan terapi komplementer.

5.2. Saran
Klien dan keluarga dapat memutus rantai penyebaran TB dengan
selalu menerapkan cara pencegahan penyebaran TB. Keluarga bisa menjadi
pengawas minum obat klien.

25
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2017). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis .


Jakarta:Depkes RI

Ganong, William F. 2019. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran


Klinis Edisi 5. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2017. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius

Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta, 2010. Data Kasus TB Paru
2008-2009. Surakarta: BBKPM

Carlos, J., Anandi, M., and Francoise P., 2007. MODS Assay for The Diagnosis of
Tuberculosis. New England Journal of Medicine 356:188-189

26
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran Pengkajian

A. Identitas Klien
Nama : Ny. CS

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 76

Agama : Islam

Alamat : Subang-Sukajadi RT31/12

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan terakhir : SD

Diagnosa : TB Pengobatan OAT minggu ke-3

B. Identitas Keluarga
Nama : Tn. A
Hubungan : Anak
C. Keadaan Rumah
Luas Rumah :-
Jumlah ventilasi :-
Jumlah ruangan : 4 (ruang tengah1, kamar 2, dapur1)
Jumlah jendela : 3 buah, Sinar matahari yang masuk hanya
melalui 3 jendela dan itupun jendela ruang
tengah ditutup paten menggunakan gorden
jadi tidak bisa dibuka
Jumlah penghuni rumah : 2 org dengan jarak ± 10 m
Kamar mandi : 1, letaknya di luar rumah
D. Faktor keluarga
Pasien tinggal dengan 1 anaknya dan 2 anak lainnya sudah pisah rumah.
Dikeluarga, anaknya perokok aktif.

27
Keluarga menjadi pengawas minum obat
E. Pengetahuan mengenai TBC dalam keluarga
Keluarga tidak begitu mengetahui bagaimana cara penularannya.
F. Faktor Gizi
Setiap hari klien makan ± 2 kali dalam sehari. Nasi ditambah lauk pauk
seadanya
G. Faktor Penghasilan
Pasien tidak ada penghasilan tetap tiap harinya, ia hanya mengandalkan dari
anaknya dikarenakan sudah tua tidak kuat untuk bekerja
H. Faktor Lingkungan
Jenis sumber air : Air Sumur
Pembuangan sampah : tempat pembuangan sampah 5 meter
dari rumah
Hewan peliharaan dalam rumah : 2 ekor kucing

28
Lampiran Dokumentasi

1. Saat dilakukan penkes

2. Ruang Tengah

3. Kamar klien &anaknya

29
4. Ruang dapur

30
5. Kamar mandi

31
6. Pretest

7. Post test

32
Lampiran Leaflet

Tampak Belakang

33
Lampiran Pre Post Test

1. Apa yang disebut dengan TBC?


a. Penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman
micobakterium teuberculosis
b. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus mycobakterium
tuberculosis
c. Penyakit radang pada saluran paru-paru
d. Penyakit infeksi pada rongga paru-paru
2. Apakah penyebab penyakit TBC?
a. Virus
b. Banteri
c. Jamur
d. Bakteri dan jamur
e. Cacing
3. Apakah yang bukan merupakan gejala pada penyakit TBC?
a. Batuk lebih dari 2 minggu, disertai dengan darah
b. Demam disertai keringat pada malam hari
c. Kenaikan berat badan
d. Tidak nafsu makan
e. Penurunan berat badan
4. Dibawah ini yang bukan merupakan faktor resiko penyakit TBC?
a. Merokok
b. Ventilasi rumah baik
c. Tidak makan makanan bergizi
d. Perilaku hidup yang tidak sehat
e. Rumah yang lembab
5. Apa saja yang termasuk efek samping OAT (Obat Anti TBC), kecuali?
a. Gatal pada kulit
b. Mual dan muntah
c. Nyeri sendi
d. Telinga berdenging

34
e. Kencing berwarna kemerahan
6. Bagaimana cara mencegah penyakit TBC, kecuali?
a. Mengobati penderita TBC hingga tuntas agar rantai penularan
terputu
b. Memberikan imunisasi BCG pada balita
c. Menjaga kebersihan lingkungan
d. Makan makanan bergizi
e. Merokok
7. Bagaimana cara menggunakan masker yang benar, kecuali?
a. Cek masker apakah ada kerusakan
b. Pastikan bagian atas masker dengan benar
c. Pastikan sisi masker menghadap luar
d. Atur masker pada bagian hidup
e. Pasang masker di dagu
8. Bagaimana cara penularan TBC?
a. Berbagi makanan, minuman, atau sikat gigi.
b. Memakai masker
c. Tidak berbagi pakaian atau barang dengan orang lain
d. Menjaga ventilasi rumah
e. Tidak batuk atau bersin sembarangan
9. Pemeriksaan yang utama untuk menentukan seseorang menderita TBC
adalah ....
a. Rontgen
b. EKG
c. Pemeriksaan dahak 3x pemeriksaan ( sewaktu,pagi,sewaktu )
d. Pemeriksaan dahak 2x pemeriksaan ( pagi dan sewaktu
10. Jangka waktu pengobatan penderita TBC adalah ...
a. 6 bulan ( 2 bulan fase awal, 4 bulan fase lanjutan )
b. 8 bulan ( 4 bulan fase awal, 4 bulan fase lanjutan )
c. 4 bulan ( 2 bulan fase awal, 2 bulan fase lanjutan )
d. 6 bulan ( 6 bulan fase awal atau tiap hari makan obat )

35
DOKUMENTASI BIMBINGAN LAPORAN

Pelaksanaan Community Health Project Interprofessional Education

JUDUL KEGIATAN : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular TB

DOSEN PEMBIMBING : Tri Nur Jayanti, S.Kep., Ners., M.Kep

KELOMPOK 9 KELAS C :

1. AK118083 Irva Nurfadila


2. AK118095 M. Bobby Renaldhi
3. AK118137 Putri Aliza Dwi Rizky Auliya
4. AK118192 Tohari Wijaya

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

2022
Dokumentasi Bimbingan Laporan

Pelaksanaan Community Health Project Interprofessional Education


Laporan Home
Visit Pasien TB
Kelomopok 9 : 1. Irva Nurpadilah
2. M. Bobby Renaldhi
3. Putri Aliza Dwi A
4. Tohari Wijaya
▫ Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium
Tuberculosis) yang sebagian besar kuman Tuberkulosis
Pengertian menyerang paru-paru namun dapat juga menyerang organ
tubuh lainnya. Kuman tersebut berbentuk batang yang
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu, disebut juga sebagai Basil
Tahan Asam (BTA) dan cepat mati jika terpapar sinar
matahari langsung namun dapat bertahan hidup beberapa
jam di tempat yang gelap dan lembab (Muttaqin, 2012).

2
“ Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman berbentuk batang yang
berukuran dengan panjang 1-4 mm dan dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian
besar komponen M. tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga
kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan dengan zat kimia
Etiologi dan factor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yaitu menyukai
daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberculosis senang
tinggal di daerah apeks paru yang dimana terdapat kandungan oksigen
yang tinggi. Daerah tersebut menjadi daerah yang kondusif untuk penyakit
Tuberkulosis (Somantri, 2008).

3
Patofisiologi

Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung dari penderita
penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian, penularan penyakit
tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang yang tertular
(terinfeksi), misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama.
Penyebaran penyakit tuberculosis sering tidak mengetahui bahwa ia menderita sakit
tuberculosis. Droplet yang mengandung basil tuberculosis yang dihasilkan dari batuk
dapat melayang di udara sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung ada atau tidaknya
sinar matahari serta kualitas ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam suasana yang
gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan.
Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka droplet akan masuk ke system
pernapasan dan terdampar pada dinding system pernapasan (Djojodibroto, 2014).

4
Gejala klinik Tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu gejala respiratorik dan gejala sistemik ;:

Gejala Respiratorik Gejala Sistemik

Tanda & 1. Batuk 1. Demam


Gejala 2. Batuk darah 2. Gejala sistemik (keringat
3. Sesak nafas malam, anoreksia,
4. Nyeri dada penurunan berat badan
serta malaise (gejala
malaise sering ditemukan
berupa : tidak nafsu
makan, sakit kepala,
meriang, nyeri otot, dll).

5
Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyakit Tuberkulosis Paru

Faktor Faktor Sosial


Lingkungan Ekonomi Faktor Gizi

1 3 5

2 4

Faktor umur Faktor Jenis


Kelamin

6
Pencegahan penyakit Tuberkulosis Paru
1. Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup mulut saat batuk, dan membuang dahak tidak
sembarangan tempat.
2. Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan meningkatkan ketahanan terhadap bayi yaitu dengan
memberikan vaksinasi BCG.
3. Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit tuberculosis,
yang meliputi gejala, bahaya dan akibat yang ditimbulkannya terhadap kehidupan masyarakat pada umumnya.
4. Petugas kesehatan juga harus melaukan pengisolasian dan pemeriksaan terhadap orang-orang yang terinfeksi, atau
dengan memberikan pengobatan khusus kepada penderita tuberculosis ini
5. Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melakukan desinfeksi, seperti cuci tangan, kebersihan rumah yang
ketat, perhatiah khusus terhadapmuntahan atau ludah anggota keluarga yang terjangkit penyakit tuberculosis (piring,
tempat tidur, pakaian) dan menyediakan ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.
6. Melakukan imunisasi pada orang-orang yang melakukan kontak langsung dengan penderita, seperti keluarga perawat,
dokter, petugas kesehatan dan orang lain yang terindikasi, dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.
7. Melakukan penyelidikan terhadap orang-orang yang terindikasi. Perlu dilakukan Tes Tuberkulin bagi seluruh anggota
keluarga.
8. Dilakukan pengobatan khusus.

7
Pengobatan Tuberkulosis Paru
1. Farmakologis
Isoniazid, Ripamfisin, Firazinamid, Etambutol, Streptomisin dan Obat-obat sekunder (kaproemisin,
sikliserin, macrolide generasi baru/asotromisin dan klaritromisin, quinolone dan protionamid).

2. Terapi Komplementer
- Titik refleksi paru-paru ditemukan pada telapak kaki 3 jari di bawah jari kaki, di sela-sela antara
jari tengah dan jari manis
- Titik refleksi paru-paru ditemukan pada telapak kaki 2 jari di bawah jari-jari kaki, di sela-sela
antara ibu jari dan jari telunjuk
- Titik refleksi tenggorokkan pada punggung kaki di antara sela-sela ibu jari dan jari telujuk
- Titik refleksi tenggorokan ditemukan pada telapak tangan di sela-sela jari telunjuk dan jari tengah
- Titik refleksi untuk meredakan batuk yang berada di telapak tangan bagian 2 jari dibawah ibu jari
- Titik refleksi untuk meredakan batuk pada dibawah tulang tengkorak kepala, tulang tengah
punggung leher kiri dan kanan, dan di sebelah tulang belikat atas sebelah kanan dan kiri.

8
PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
▫ Nama : Ny. CS
▫ Jenis Kelamin : Perempuan
▫ Umur : 76
▫ Agama : Islam
▫ Alamat : Subang-Sukajadi RT31/12
▫ Pekerjaan : Ibu rumah tangga
▫ Pendidikan terakhir : SD
▫ Diagnosa : TB Pengobatan OAT minggu ke-3
B. Identitas Keluarga
▫ Nama : Tn. A
▫ Hubungan : Anak
C. Keadaan Rumah
▫ Luas Rumah :-
▫ Jumlah ventilasi :-
▫ Jumlah ruangan : 4 (ruang tengah1, kamar 2, dapur1)
▫ Jumlah jendela : 3 buah, Sinar matahari yang masuk hanya melalui 3 jendela dan itupun
jendela ruang tengah ditutup paten menggunakan gorden jadi tidak bisa dibuka
▫ Jumlah penghuni rumah : 2 org dengan jarak ± 10 m
▫ Kamar mandi : 1, letaknya di luar rumah

9
Lanjutan...
D.Faktor keluarga
Pasien tinggal dengan 1 anaknya dan 2 anak lainnya sudah pisah rumah. Dikeluarga, anaknya
perokok aktif.
Keluarga menjadi pengawas minum obat

E.Pengetahuan mengenai TBC dalam keluarga


Keluarga tidak begitu mengetahui bagaimana cara penularannya.

F.Faktor Gizi
Setiap hari klien makan ± 2 kali dalam sehari. Nasi ditambah lauk pauk seadanya

G.Faktor Penghasilan
Pasien tidak ada penghasilan tetap tiap harinya, ia hanya mengandalkan dari anaknya
dikarenakan sudah tua tidak kuat untuk bekerja

H.Faktor Lingkungan
Jenis sumber air : Air Sumur
Pembuangan sampah : tempat pembuangan sampah 5 meter dari rumah
Hewan peliharaan dalam rumah : 2 ekor kucing

10
PADA SAAT
PENGKAJIAN

11
RUANG TENGAH PASIEN KAMAR MANDI PASIEN

12
KAMAR TIDUR PASIEN & ANAKNYA

13
DAPUR PASIEN

14
HASIL PRETEST &POSTTEST

PRETEST POSTTEST

15
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai