Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
FAKULTAS KEPERAWATAN
BANDUNG
BAB 1
PENDAHULUAN
Teori Biologis
Teori genetic clock. Teori ini merupakan teori intrinsic yang menjelaskan bahwa di
dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan.
Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetic untuk spesies
tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri
dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut
replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati.
Teori mutasi somatik. Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi
somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses
transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini
terjadi terus menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau
perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel (Suhana, 1994; Constantinides, 1994).
Teori Nongenetik
Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory). Mutasi yang
berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali
dirinya sendiri. Jika mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun
tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit
auto-imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989). Dalam proses metabolisme tubuh, diproduksi
suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus
yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan auto-imun.
Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory). Teori radikal bebas
dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau
proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau
molekul yang tidak stabil karena mempunyai electron yang tidak berpasangan sehingga
sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau
perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi (Halliwel, 1994). Radikal bebas dianggap
sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di
lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi,
sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada
proses menua.
Teori menua akibat metabolisme. Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan
hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan
dapat memperpendek umur (Bahri dan Alem, 1989; Boedhi Darmojo, 1999).
Teori rantai silang (cross link theory). Teori ini menjelaskan bahwa menua
disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi
dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan
pada membrane plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis,
dan hilangnya fungsi pada proses menua.
Teori Fisiologis. Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas
teori oksidasi stress, dan teori dipakai-aus (wear and tear theory). Di sini terjadi kelebihan
usaha dan stress menyebabkan sel tubuh lelah dipakai (regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kstabilan lingkungan eksternal).
2. Nyeri akut/kronis b.d. fraktur dan spasme otot, inflamasi dan pembengkakan,
distensi jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau terkontrol
dengan kriteria hasil:
a. Klien menyatakan perasaan nyaman.
b. Klien menunjukkan raut wajah lega.
c. Klien menyatakan skala nyeri berkurang.
Rencana Keperawatan:
a. Kaji keluhan nyeri, skala nyeri, serta catat lokasi dan intensitas, faktor-faktor yang
mempercepat, dan respon rasa sakit nonverbal.
- Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan efektivitas program.
b. Berikan matras/kasur keras, bantal. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan.
- Matras yang empuk/lembut, bantal yang besar akan menjaga pemeliharaan kesejajaran
tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang nyeri.
c. Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
- Pada penyakit yang berat/eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk
membatasi nyeri atau cidera.
d. Tempatkan atau pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokanter, bebat atau
brace.
- Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral.
Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri/kerusakan pada sendi. Imobilisasi yang lama
dapat mengakibatkan hilang mobilitas/fungsi sendi.
e. Anjurkan klien untuk sering merubah posisi. Bantu klien untuk bergerak di tempat
tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, serta hindari gerakan yang
menyentak.
- Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/rasa sakit pasa sendi.
f. Anjurkan klien untuk mandi air hangat. Sediakan waslap hangat untuk kompres sendi
yang sakit. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
- Meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit, dan menghilangkan
kekakuan pada pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal
dapat disembuhkan.
g. Berikan masase yang lembut.
- Meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan otot.
h. Dorong penggunaan teknik manajemen stress, misal relaksasi progresif, sentuhan
terapeutik, biofeedback, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian
napas.
- Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol nyeri, dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.
i. Libatkan dalam aktivitas hiburan sesuai dengan jadwal aktivitas klien.
- Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa
percaya diri dan perasaan sehat.
j. Beri obat sebelum dilakukan aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai dengan
petunjuk.
- Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot/spasme, memudahkan untuk ikut
serta dalam terapi.
3. Risiko cidera b.d. rapuhnya tulang, kekuatan tulang yang berkurang
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak mengalami fraktur
baru dengan kriteria hasil:
a. Mempertahankan postur tubuh yang bagus.
b. Mempergunakan mekanika tubuh yang baik.
c. Mengonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D.
d. Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan.
e. Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari.
f. Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah.
g. Menciptakan lingkungan rumah yang nyaman.
Rencana Keperawatan:
a. Bina hubungan saling percaya.
- Terjadi keterbukaan antara perawat, pasien, serta keluarganya.
b. Dorong klien untuk latihan memperkuat otot, mencegah atrofi, dan menghambat
demineralisasi tulang progresif.
- Latihan fisik setiap hari, misal: berjalan kaki, olahraga ringan dapat menjaga kekuatan
dan kepadatan tulang.
c. Latihan isometrik, untuk memperkuat otot batang tubuh.
- Terapi diperlukan untuk mempertahankan fungsi otot.
d. Jelaskan kepada klien pentingnya menghindari membungkuk mendadak, melenggok,
dan mengangkat beban lama.
- Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/rasa sakit pasa sendi.
e. Berikan informasi bahwa aktivitas di luar rumah penting untuk memperbaiki
kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D.
- Vitamin D dapat membantu tulang untuk mengabsorbsi kalsium yang berguna untuk
menjaga kepadatan tulang.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses menua merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling
berkaitan. Fungsi masing-masing organ pada usia lanjut menurun secara kualitatif dan
kuantitatif, dan ini sudah dimulai sejak usia 30 tahun. Telah diuraikan berbagai penyakit
yang mungkin timbul pada lansia dengan pencegahan dan penatalaksanaannya. Bagaimana
menjaga kebugaran pada lansia dengan olahraga dan pedoman umum gizi seimbang.
Menjadi tua adalah proses alamiah, tetapi tentu saja setiap orang mendambakan untuk tetap
sehat di usia tua. Hal ini sesuai dengan slogan Tahun Usia Lanjut WHO: do not put years
to life but life into years, yang artinya usia panjang tidaklah ada artinya bila tidak berguna
dan bahagia, mandiri sejauh mungkin dengan mempunyai kualitas hidup yang baik.
3.2 Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan pada mahasiswa.
1. Dalam membuat makalah, kelompok diharapkan dapat menjelaskan asuhan keperawatan
pada lansia dengan gangguan biologis.
2. Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial
bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat sebaiknya meningkatkan pendekatan-
pendekatan melalui komunikasi terapeutik, sehingga akan tercipta lingkungan yang
nyaman dan kerja sama yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik.
3. Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan dengan pasien
dituntut meningkatkan secara terus menerus dalam hal pemberian informasi dan pendidikan
kesehatan sesuai dengan latar belakang pasien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Vol. 3. Jakarta:
EGC.
Lukman dan Nurna Ningsih. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed. 3. Jakarta: EGC.
Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC.
Agoes, Azwar, dkk. 2010. Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC.