Disusun oleh:
dr. Fitri Prawitasari
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masysrakat
Laporan F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Topik :
GIZI PADA LANSIA
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internship sekaligus sebagai
bagian dari persyaratan menyelesaikan program internship dokter Indonesia di Puskesmas Kota
Salatiga
Dokter Internsip,
Maret 2016
Mengetahui,
Dokter Pendamping
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses penuaan berlangsung sejak pembuahan sampai kematian, tanda-tanda
munculnya penuaan bisa terlihat sejak usia 30 tahun, terutama akan terlihat pada
orang-orang yang hidup dengan kemiskinan, kurangnya akses terhadap kesehatan
sehingga penampilan akan terlihat lebih tua dibandingkan dengan usia pada orangorang yang menjaga kesehatanannya. Di Indonesia, lanjut usia dimulai sejak usia 60
tahun sesuai dengan yang tertera pada Undang-Undang no: 13/1998 tentang
Kesejahteraan Lansia. Di Amerika, usia 65 tahun digunakan sebagai benchmarck
dalam mengelompokkan penduduk berusia lanjut. WHO membagi umur tua sebagai
berikut: usia 60 74 tahun disebut umur lanjut (elderly), usia 75 90 tahun disebut
umur tua (old) dan usia di atas 90 tahun disebut umur sangat tua (very-old).
Sedangkan Neugarten (1975) mengelompokkan umur : Young old : 55 75 tahun,
Old old : > 75 tahun dan Oldest old : > 85 tahun.
Status gizi pada lanjut usia dipengaruhi oleh berbagai hal. Perubahan
fisiologis, komposisi tubuh, asupan nutrisi dan keadaan ekonomi merupakan hal-hal
yang dapat memicu terjadinya berbagai masalah gizi pada lanjut usia (Potter&Pierry,
2005). Penurunan fungsional dari organ-organ tersebut akan menyebabkan lebih
mudah timbulnya masalah kesehatan pada lanjut usia. Masalah gizi yang seringkali
terjadi pada lanjut usia juga dipengaruhi oleh sejumlah perubahan fisiologis
(Darmojo,n2010).
Masalah yang timbul pada lansia diantaranya: berkurangnya cairan dalam
jaringan-jaringan tubuh, meningkatnya kadar lemak tubuh, meningkatnya kadar zat
kapur dalam jaringan otak dan pembuluh darah, penurunan zat kapur dalam tulang,
perubahan pada jaringan ikat, menurunnya laju metabolisme basal per satuan berat
badan, menurunnya aktivitas hormon, menurunnya aktivitas enzim terutama enzim
pencernaan, terbentuknya pigmen ketuaan pada otot jantung, sel-sel saraf, kulit serta
berkurangnya frekuensi denyut jantung sehingga menyebabkan berkurangnya
peredaran darah dan zat gizi (Astawan & Wahyuni, 1988). Faktor-faktor penyebab
masalah : gizi, ketika masa pertumbuhan maupun masa tua, lingkungan; fisik,
keluarga, pekerjaan, pergaulan yang dapat menekan pikiran yang mengakibatkan
stress, gen yang ada dalam tubuh seseorang (Takasihaeng, 2000).
3
adanya
perubahan
dan
penurunan
selera
makan
apalagi
yang
1.
Kegiatan
Strategi
atau
pendekatan
yang
ditempuh
yaitu
pemberdayaan
Menentukan Sasaran
Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan prolanis ini adalah
sasaran primer yaitu bapak dan ibu anggota program prolanis Sidorejo Lor.
3.
Menetapkan Tujuan
Tujuan umum adalah terciptanya perilaku hidup sehat di kalangan lansia.
Tujuan khusus adalah memberikan penjelasan yang lebih rinci mengenai gizi
pada lansia untuk memberikan pengetahuan gizi yang baik dan seimbang pada
lansia.
4.
5.
Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari dokter internsip, dokter
penanggung jawab program prolanis, dan petugas Puskesmas Sidorejo Lor.
D. PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan secara tatap muka, dihadiri oleh dokter penanggung jawab
program prolanis, beberapa petugas puskesmas, bapak ibu anggota prolanis.
Hari/tanggal
: Jumat, 11 Maret 2016
Waktu
: 07.30
Tempat
: Aula Puskesmas Sidorejo Lor
Kegiatan
: Penyuluhan prolanis
Penyuluhan dimulai dengan perkenalan dengan pembicara dilanjutkan penyampaian
materi mengenai gizi pada lansia oleh dokter internship dan kemudian ditutup dengan
tanya-jawab.
E. MONITORING, EVALUASI DAN KESIMPULAN
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengecekan pemahaman peserta
penyuluhan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang telah
5
disampaikan. Selain itu, apabila masih ada hal yang kurang dimengerti oleh peserta
penyuluhan dapat ditanyakan kepada dokter internship maupun petugas puskesmas.
Kesimpulan dari penyuluhan ini, semua peserta paham akan pengetahuan gizi
pada lansia. Diharapkan setelah penyuluhan ini, peserta menjadi mengerti mengenai
prinsip gizi untuk lansia sehingga peserta penyuluhan dapat menerapkannya dengan
baik. Penyuluhan rutin ulangan perlu dilakukan agar pemahaman yang ada dapat
selalu diingat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
1. Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia.
Manusia yang memasuki tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja
tubuh akibat perubahan atau penurunan fungsi organ-organ tubuh (Arisman, 2004).
Berdasarkan WHO (Setianto,2007), lansia dibagi menjadi tiga golongan:
a. Umur lanjut (elderly) : usia 60-75 tahun
b. Umur tua (old) : usia 76-90 tahun
c. Umur sangat tua (very old) : usia > 90 tahun
2. Karakteristik Kesehatan Lanjut Usia
Kesehatan lansia dipengaruhi proses menua. Proses menua didefenisikan
sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan
detrimental. Keadaan ini menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan
dan kemampuan bertahan hidup berkurang. Proses menua setiap individu dan setiap
organ tubuh berbeda, hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup, lingkungan, dan penyakit
degeneratif (Setiati,2000).
Proses menua dan perubahan fisiologis pada lansia mengakibatkan beberapa
kemunduran dan kelemahan, serta implikasi klinik berupa penyakit kronik dan
infeksi. Hal ini digambarkan pada Tabel 1.
Tabel 1
Kemunduran dan Kelemahan Lansia
Kemunduran dan Kelemahan Lansia
No
1.
2.
Intelektual terganggu
3.
4.
Inkontinensia
5.
Defisiensi imunologis
6.
7.
makin
lanjutnya
usia
seseorang
maka
kemungkinan
pada
sejumlah
perubahan
lanjut
usia
juga
dipengaruhi
oleh
Massa tubuh
yang
tidak
berlemak
massa
otot
akan
terlihat
mengakibatkan
pada
lansia.
penurunan
Keseimbangan
menurun.
Pemahaman
akan
gingiva
dan
procesus
alveolaris
yang menyebabkan
penurunan
daya
kunyah.
Pada
lansia
saluran
sehingga
akan
mempengaruhi
kesehatan
mengecap,
umum
(Darmojo,2010).
c. Indera Pengecap dan Pencium
mencerna, dan memetabolisme makanan berubah. Penurunan indera
pengecap dan pencium pada lansia menyebabkan sebagian besar
kelompok umur ini tidak dapat lagi menikmati aroma dan rasa
makanan.
Gangguan rasa pengecap pada proses penuaan terjadi karena
pertambahan umur berkorelasi negatif dengan jumlah taste buds
atau tunas pengecap pada lidah.
Ruslijanto
(1996)
dalam
Cherie
Darmojo
Long
(1986)
dan
(2010) menyatakan
80%
cenderung
manis
asin. Keadaan
dan
berkurang
ini
kemampuan
dapat
merasakan
menyebabkan
lansia
dan
asupan
makanan.Gangguan
lambung
dan
pengosongan
lambung
menurun
10
terlambat (Darmojo,2010)
Berat total usus halus (di atas usia 40 tahun) berkurang, namun
penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal,
kecuali kalsium dan zat besi (di atas usia 60 tahun). Di usus halus
juga ditemukan adanya kolonisasi bakteri pada lansia
dengan
menua
pada
sistem
hematopoetik.
(MCV,MCH,MCHC),
hitung
leukosit,trombosit
menunjukkan
usia
lanjut
adalah
karena
11
Kardiovaskuler
Paru
Ginjal
Saluran Cerna
Aliran
darah
ginjal,
bersihan
kreatinin,
air
ludah
menurun
-
Tulang rangka
menurun
Osteoarthritis dan osteoporosis meningkat
Hormon
Insulin,
vasopressin meningkat
Berat otak, intelektual, kemampuan belajar
Sistem saraf
norepinefirn,
parathormone,
menurun
12
Jumlah
jam
tidur&
kenyenyakan
tidur
menurun
Menurunnya
sekresi
pepsin
dan
enzim
proteolitik
yang
13
Hasil penelitian menunjukkan total konsumsi air putih per hari ratarata minum 6-7 gelas 51,43% dan kurang dari 5 gelas 21,43% (Suryanto,
2002). Sebaiknya Lansia membatasi konsumsi garam dan gula, karena
absorpsi gula yang cepat mengakibatkan perubahan kadar gula dalam darah
lebih cepat beresiko terhadap obesitas dan diabetes. Lansia disarankan
mengkonsumsi makanan berkualitas, seperti susu tanpa lemak, 2 - 3 gelas
sehari (Astawan & Wahyuni, 1989)
Perilaku Makan Pada Lansia
a) Perubahan fisiologis karena penuaan dapat mengubah perilaku
makan.
b) Penuaan menyebabkan menurunnya jumlah dan kerja enzim saliva
yang diproduksi, serta timbulnya masalah gigi. Akibatnya, perilaku
makan berubah dengan kecenderungan memilih makanan yang lebih
lembut (Schol, 1986)
c) Kemampuan mengindikasikan rasa haus berkurang shg tdk mampu
minum air sesuai kebutuhan, padahal peranan air sangat penting pada
lansia krn fungsi ginjal menurun.
Penyebab Masalah Gizi pada Lansia (Wirahkusuma, 2000) yaitu :
Perubahan kebiasaan makan, penurunan selera makan, penurunan sensifitas
indera perasa & penciuman, gangguan pencernaan & pengunyahan dan
penyakit degenerative. Makanan yg dikonsumsi kurang baik kuantitas dan
kualitas (Hurlock, 1999). Dengan demikian adanya perubahan dan penurunan
selera makan apalagi yang dikonsumsinya kurang berkualitas maka akan
memperburuk keadaan lansia, karena akan menjadi lemah dan mudah sakit.
Pada umumnya lansia kurang mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran,
beberapa zat gizi seperti Kalsium, Seng, Potasium, Vitamin B6, Magnesium,
dan Folat kurang tersedia dalam diet lansia, serta konsumsi karbohidrat
kompleks di bawah kecukupan yang dianjurkan (Herlina, 2001). Menurut
Oswari (1997), pada orang lanjut usia ada dua hal yang perlu diperhatikan
yang berkaitan dengan kebiasaan makannya yaitu pengaruh dari gizi yang
tidak bermutu karena tidak cukup protein, mineral, dan vitamin yang dimakan
14
dan pengaruh makanan yang salah sebagai akibat salah makan atau terlalu
banyak makan. Pada lansia penggunaan energi makin menurun karena proses
metabolisme basalnya makin menurun (Wirakusumah, 2000). Sebaliknya
konsumsi makanan sumber protein, vitamin, dan mineral perlu ditingkatkan
baik jumlah maupun mutunya. Sebaiknya dipilih makanan yang lunak, mudah
dikunyah, dan untuk meningkatkan selera makan dapat ditambahkan bumbu
(Astawan & Wahyuni,1988).
Masalah gizi usia lanjut, merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak
usia muda. Kualitas gizi dapat dilihat setelah tua. Disamping itu beberapa
penelitian membuktikan bahwa ada masalah gizi pada usia lanjut. Sebagian
besar masalah gizi pada usia lanjut adalah gizi lebih dan obesitas. Kedua
masalah ini kemudian memacu timbulnya penyakit degeneratif. Seperti
penyakit jantung coroner, hipertensi, diabetes, batu empedu, gout (rematik),
ginjal, sirosis hati dan kanker.
Bukan hanya masalah gizi lebih saja, namun masalah gizi kurang juga
banyak terjadi pada orang tua. Masalah kurang gizi akan menyebabkan kurang
energy kronis (KEK), anemia dan kekurangan zat gizi mikro lainnya.(Fatmah,
2010). Penyakit yang sering diderita lansia antara lain:
1. Kegemukan atau Obesitas
2. Penyakit Jantung Koroner
3. Hipertensi
4. Diabetes Mellitus
5. Osteoporosis
6. Anemia
7. Gout
C. Kebutuhan Gizi
Pada lansia terjadi perubahan kebutuhan kecukupan gizi. Gizi
bermanfaat mengganti sel-sel yang rusak dan membantu bagian lain yang
diperlukan oleh tubuh seperti hormone, enzim dan sel darah merah, untuk itu
gizi yang dikonsumsi harus memenuhi kebutuhan faal dan biokimia tubuh.
15
Dalam hal ini perlu kelebihan atau kekurangan zat gizi yang dapat
menyebabkan gangguan kesehatan maupun biokimia tubuh. Siswono (2003)
menyatakan bahwa gizi yang lengkap dan seimbang juga dibutuhkan lansia
disesuaikan dengan kondisi kesehatannya. Penyesuaian ini sangat penting
karena fungsi organ tubuh lansia tidak sebaik dan sekuat dulu.
Wirakusumah (2002), menyatakan kebutuhan gizi lansia lebih rendah
dibandingkan kebutuhan gizi di usia dewasa. Hasil-hasil penelitian
menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-orang berusia
lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot dan
aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan
protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25%
berasal dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat.Kebutuhan
kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita
1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian
energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas.
Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan,
sehingga tubuh akan menjadi kurus.
1. Karbohidrat dan serat makanan
Menurut National cancer Institute, Lansia direkomendasikan
untuk mengkonsumsi 20-30 gr/hari (Fatmah, 2010), dianjurkan
untuk
mengurangi
konsumsi
gula-gula
sederhana
dan
Ketiadaan
serat
akan
mengakibatkan
terjadinya
16
17
lansia
adalah
kurang
mineral
kalsium
yang
18
Pria
Wanita
Energi (kkal)
Protein (gram)
Vitamin A (RE)
Vitamin D (g)
Vitamin E (mg)
Vitamin K (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
Vitamin B12 (mg)
Asam Folat(g)
Piridoksin (mg)
Vitamin C (mg)
Kalsium (g)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Zink (mg)
Iodium (mg)
Selenium (mg)
Tiamin (mg)
13,4
150
30
1,0
9,8
150
30
0,8
20
stress,
dianggap
mengurangi
ketegangan,
menurunkan
kemampuan kerja bersama dengan umur, dan obes, serta faktor penting dalam
mempengaruhi penurunan kapasitas kerja fisik daripada mental. Tanpa
kegiatan fisik pada Lansia; kapasitas kardiorespirasi menurun. Latihan
memberi pengaruh positif terhadap; produktifitas, dan tingkat keluar masuk
kerja. Aktifitas fisik yang teratur mewujudkan perbaikan fisiologis,
penampilan lebih muda dari umur sebenarnya. Perlu dianjurkan untuk
melakukan latihan fisik dan ada fasilitas pendukung untuk melakukan latihan
fisik secara teratur. William Evans dan Irwin Rosenberg (1991) menjelaskan
50 menit aerobik memperlambat ketuaan : karena masa tubuh yang tidak
berlemak, menimbulkan kekuatan, rata-rata metabolisme dasar, persentase
lemak dalam tubuh, kapasitas aerobic, tekanan darah, sensitivitas insulin,
kepadatan tulang dan regulasi temperatur darah.
F. Menu Harian Untuk Lansia
Para ahli gizi menganjurkan bahwa untuk lansia yang sehat, menu
21
sehari-hari hendaknya :
Tidak berlebihan, tetapi cukup mengandung zat gizi sesuai dengan
persyaratan kebutuhan lansia.
banyak
mengkonsumsi
makanan
berserat
untuk
menghindari sembelit
Minum yang cukup.
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Arisman . (2004). Gizi dalam ddaur Kehidupan. Editor, Palupi Widyastuti.
EGC : Jakarta. Bardosono, S.
(2000).
Di
Kelurahan
Cakung
Timur,
Jakarta
dan
Kelurahan
24
LAMPIRAN
25
26
27