Anda di halaman 1dari 30

BAB 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-

tahapan menurunnya berbagai fungsi organ, sehingga tubuh sangat rentan

terhadap berbagai serangan penyakit bahkan kematian. Hal tersebut terjadi

karena seiring dengan meningkatnya usia terjadi perubahan dalam struktur

dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada

umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada

akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara

umum akan berpengaruh pada activity of daily living.

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

proporsi populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari

total populasi dunia dan akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan

usia harapan hidup. Jumlah lansia tahun 2009 telah mencapai 737 juta jiwa

dan sekitar dua pertiga dari jumlah lansia tersebut tinggal di negara-negara

berkembang seperti Indonesia. Diproyeksikan pada tahun 2020 populasi lansia

meningkat 7,2%, hampir sepadan dengan proporsi lansia di negara-negara

maju saat ini (Tamher, 2009) dalam (Nafthali, Ranimpi, & Anwar, 2017).

Meningkatnya jumlah lansia berarti meningkat pula tantangan dalam

masyarakat untuk mewujudkan kehidupan lansia yang sejahtera juga dalam

menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal

ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental,

1
sosial ekonomi dan spiritual yangm mempengaruhi kemampuan fungsional

dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi

lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental.

Menurunnya kemampuan pada lansia berarti derajat keperawatan yang

diperlukanpun semakin tinggi, sehingga diperlukan peran perawat komunitas

didalamnya. Keperawatan Komunitas menurut WHO (1974) dalam

(Harnilawati, 2013) mencakup perawatan kesehatan keluarga juga kesehatan

dan kesejahteraan masyarakat luas, yang membantu masyarakat

mengidentifikasi masalah kesehatannya sendiri, serta

memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan

yang ada pada mereka sebelum meminta bantuan orang lain. Sehingga

diharapkan dengan adanya keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan

masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, yang mengutamakan

pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa

mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan

terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut

meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari lansia?

2. Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia?

3. Permasalahan apa yang timbul pada lansia?

4. Bagaimana peran perawat terhadap lansia?

C. Tujuan Penulisan

2
1. Tujuan umum

Agar mahasiswa/mahasiswi keperawatan memperoleh informasi dan

gambaran tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok

Khusus Lansia.

2. Tujuan khusus

a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.

b. Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan

masalah yang ada.

c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok

khusus lansia.

d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada

kelompok khusus lansia.

e. Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan

komunitas pada kelompok khusus lansia.

f. Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas

pada kelompok khusus lansia yang bermasalah.

D. Manfaat

Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Lansia dan Masyarakat Umum

Memberikan gambaran kesehatan guna meningkatkan status kesehatan

lansia di komunitas.

2. Mahasiswa /Penyusun

3
Menambah pengetahuan dan mampu membuat serta memberikan

asuhan keperawatan lansia sehingga nantinya diharapkan mampu

mengembangkan asuhan keperawatan terhadap lansia dimasa mendatang.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia

65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli

demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat

sampai abad selanjutnya

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam

mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan

yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis

penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara

terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu

semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan

kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi

sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih

dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang

beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak

manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua,

seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan

masyarakat

Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk

5
memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia

pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut

(elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah

kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok

usia diatas 90 tahun.

Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena

perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia

bervariasi  pada tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan

anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang

telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau

merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan

kebutuhan mereka.

B. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga

memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan

hidup orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang,

pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah

yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi

dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak

teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan

pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh

6
lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat

Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik

(physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan,

sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety

needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah

maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan,

kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah

kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain

melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby

dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan

akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan

aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk

mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar

pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan

dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang

memiliki kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000).Kebutuhan tersebut

diantaranya orang lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri,

serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan

kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga dan

lingkungannya. Jika kebutuhankebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul

masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan

kemandiriannya

7
C. Teori– teori Proses Menua

1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda

2. Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda 

3. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua

Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:

1. Teori Genetic Clock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies

tertentu. Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik

yang telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan

menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar. Jadi

menurut konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa

disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Konsep “ genetic

clock” didukung oleh kenyatan bahwa ini cara menerangkan mengapa pada

beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.

2. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram

oleh molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami

mutasi.

3. Teori “ pemakaian dan rusak “

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.

4. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “ teori

akumulasi dari produk sisa”.

5. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

8
6. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.

7. Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)

Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.

Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga

tubuh menjadi lemah dan sakit. 

8. “ Teori imonologi saw virus”

Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya

virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

9. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan

tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan

lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh

lelah terpakai.

10. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas (

kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik

seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak

dapat regenerasi.

11. Teori rantai silang

Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan

yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya

elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

12. Theori program

9
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah

setelah sel- sel mati.

D. Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia

Perubahan – perubahan fisik yang terjadi antara lain :

1. Sel

a. Lebih sedikit jumlahnya

b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan

intramuskuler

c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati

d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel

e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%

2. Sistem pernafasan

a. Cepat menurunnya persarafan

b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya

dengan stres.

c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya

pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif

terhadap perubahan  suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap

dingin.

d. Kurangnya sensitif pada sentuhan

3. Sistem Pendengaran

a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan

atau daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi

10
dan atau nada – nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti

kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.

b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.

c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena

meningkanya kreatin

d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami

ketegangan jiwa atau stres

4. Sistem penglihatan

a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau

kekeruhan pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan

penglihatan

c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya

gelap

d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya

membedakan warna biru atau hijau.

5. Sistem kardiovaskuler

a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan

menjadi kaku.

b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.

11
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur

ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan

darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing

mendadak).

d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg,

diastolik normal kurang lebih 90 mmHg

6. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat,

yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai

faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:

a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang

lebih 35 derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.

b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

7. Sistem Respirasi

a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya

aktifitas silia

b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,

menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun

dan kedalaman bernafas menurun.

c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang

12
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada

arteri tidak berganti

e. Kemampuan untuk batuk berkurang

f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan

menurun seiring dengan pertambahan usia.

8. Sistem gastrointestinal

a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease

b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar

c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu

mengosongkan menurun

d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah

f. Menciutnya ovari dan uterus

g. Atropi payudara

h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,

meskipun adanya penurunan secara berangsur – angsur.

i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun

j. Selaut lendir menurun

9. Sistem Genitourinaria

Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal

menurun sampai 50% fungsi tubulus berkurang.

13
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun

sampai 200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat,

vasikaurinaria susah dikosongkan sehingga mengakibatkan

meningkatnya retensi urin.

b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 %

tahun

c. Atrofi vulva

10. Sistem Endokrin

a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.

b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya

didalam pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH

dan LH.

d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran

zat

e. Menurunnya produksi aldosteron

f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen

dan testosteron

11. Sistem kulit

a. Kulit keriput atau mengkerut

b. Permukaan kulit kasar dan bersisik

c. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit

menurun.

14
d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

e. Rambut dan hidung dan telinga menebal.

f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan

vaskularitas

g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh,

kuku kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang

bercahaya.

h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

12. Sistem muskoloskeletal

a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh

b. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.

c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.

d. Persendian membesar dan kaku

e. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis

f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan

tremor.

E. Tugas Perkembangan Lansia

Peck mengonseptualisasikan 3 tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik

antara perbedaan integritas dan keputusasaan.

1. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan

pergeseran sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk

mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian

ulang ini mengarahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah hilang

15
dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan

cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan

okupasi.

2. Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia

mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan

dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut

mungkin mengalami kesulitan terbesar dalam mengabaiakan status fisik

mereka. Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat dalam

kesenangan psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami

perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa

dalam sistem nilai mereka, ”sumber-sumber kesenangan sosial dan mental

dan rasa menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan fisik

semata.”

3. Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa

cara paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat

didefinisikan dengan : ”hidup secara dermawan dan tidak egois yang

merupakan prospek dari kematian personal-the night of the ego, yang bisa

disebut paras dan perasaan kurang penting dibanding pengetahuan yang

telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih

panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia

menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak mereka,

kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka

”ingin membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia

16
bagi orang-orang yang meneruskan hidup setelah kematian.” Untuk

mengklarifikasi, ”individu yang panjang umur cenderung lebih khawatir

tentang apa  yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka

sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka sendiri daripada

kepribadian mereka sendiri secara egosentris (Stanley & Beare, 2006).

F. Permasalahan yang timbul Pada Lansia

Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.

1. Permasalah Umum

a. Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan

lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan

pembinaan kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia

pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah

lansianya 15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla

dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu 1990-

2000 sebesar 41%  dan merupakan yang tertinggi didunia.

b. Jumlah lansia miskin makin banyak

c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik

d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani

lansia

e. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia

f. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan

popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.

2. Permasalahan Khusus

17
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia

Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan

dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan

akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan

keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan

menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi

badan menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk,

tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah,

elastisitas jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi

pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal

dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi

penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak

menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak

selalu menurun

b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia

Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui

nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak,

kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia.

G. Sikap perawat terhadap lansia

Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan

memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai

tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan

mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan

18
dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank

keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut

independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.

Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan

keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan

kemampuan atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan

menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam

prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi ,

penelitian dan administrasi.

Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena

sikap tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan

yang efektif, perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap

negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan

kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan

penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas perawatan jangka panjang

memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini sering kali memandang diri

sendiri sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang mereka

seperti itu. Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri klien

yang merasa bahwa hidup tidak lagi berharga.

Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk

memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja,

dan lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman

19
pribadi dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi

sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka

penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang

positif bagi klien lansia.

1. Pendekatan perawatan lanjut usia

a. Pendekatan fisik

Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :

 Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak

tanpa bantuan orang lain.

 Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang

mengalami kelumpuhan atau sakit.

b. Pendekatan psikis

Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan

pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan

sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing,

sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.

c. Pendekatan sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya

perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul

bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi

mereka.

20
Asuhan keperawatan Agregat dalam komunitas kesehatan lansia

A. Pengkajian

Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi

tubuh, dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian

unutk etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan

mental pada lanjut usia yag dirawat (Kushariyadi, 2010).

Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan

pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta

delapan subsistem yang mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji

tentang pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta

data-data tentang subsistem sebagai berikut :

1. Data inti

a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik

Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah

penduduk lansia dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin,

vital stastistik, pekerjaan, agama, nilai – nilai, keyakinan serta

riwayat timbulnya kelompok atau komunitas yang dapat dicontohkan

sebagai berikut :

 Jumlah penduduk    : 987 jiwa

 Laki – laki             : 523 jiwa

 Perempuan             : 464 jiwa

21
 Pendidikan penduduk      :Para penduduk mayoritas

berpendidikan hingga lulus SLTA dan beberapa diantaranya

perguruan tinggi.

 Suku Bangsa                   : Suku Jawa

 Status perkawinan : Menikah dan kebanyakan penduduk

di komunitas tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan

pasangannya meninggal.

 Nilai dan kepercayaan   : Nilai dan norma para masyarakat masih

mengenal nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar

warganya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan

kemasyarakatan yang masih terus berjalan. Seperti: kerja bakti,

arisan, dan takziyah.

 Agama  : Mayoritas beragama Islam dan beberapa

diantaranya beragama nasrani

2. Data subsistem

c. Lingkungan fisik

1) Kualitas udara

Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau

panas, apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu

pernafasan warga atau tidak.

2) Kualitas air

Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari, keadaan saluran air disekitar rumah.

22
3) Tingkat kebisingannya

Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan

lansia, contohnya seperti pabrik.

4) Jarak antar rumah/ kepadatan

Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling

berdempetan.

d. Pendidikan

Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana

pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

warga.

12. Keamanan dan transportasi

Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling,

satpam atau polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress

atau tidak. Sarana transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi

sehari menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi.

13. Politik dan pemerintahan

Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang

sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai

bidang termasuk kesehatan.

14. Pelayanan social dan kesehatan

Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas,

balai pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau

23
merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi serta

karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan kesehatan.

15. Komunikasi

Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas

tersebut untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk

mendapatkan informasi dari luar  misalnya televisi, radio, koran, atau

leaflet yang diberikan kepada komunitas.

16. Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja

atau tidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

17. Rekreasi

Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya

terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan

komunitas untuk mengurangi stress.

B. ANALISIS DATA

a. Diagnosa keperawatan

Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan

diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari :

1. Masalah (Problem)

Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi.

2.  Penyebab (Etiologi)

24
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,

lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi

perilaku dengan lingkungan.

3. Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)


No. Data Penyebab Etiologi
1 Ds:  Sumber daya tidak a. Deficit pengetahuan b/d ketidaktahuan menemukan sumb

- Kader posyandu adekuat : kurangnya informasi d/d menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran

mengatakan 35% lansia informasi tentang

menderita diabetes kesehatan

namun jarang

memeriksakan

kondisinya

Do:

- Lansia menkonsumsi

makanan dengan tidak

terkontrol dan hanya

berada di rumah setiap

harinya

Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta

serangkaian petunjuk timbulnya masalah

25
Diagnosa

Deficit pengetahuan b/d ketidaktahuan menemukan sumber informasi d/d

menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran

Skoring Prioritas masalah keperawatan komunitas

Diagnosa Pentingnya Perubahan Penyelesaian Total skor

keperawatan penyelesaian positif untuk untuk

masalah: penyelesaian peningkatan

1: rendah di komunitas: kualitas hidup:

2: sedang 0: tidak ada 0: tidak ada

3: tinggi 1: rendah 1: rendah

2: sedang 2: sedang

3: tinggi 3: tinggi
Deficit 3 1 3 7

pengetahuan

b/d

ketidaktahuan

menemukan

sumber

informasi d/d

menunjukkan

perilaku tidak

sesuai anjuran
Intervensi

26
Deficit pengetahuan b/d ketidaktahuan menemukan sumber informasi d/d

menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran

Edukasi Kesehatan

Observasi

 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

 Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi

perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik

 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

 Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

 Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan periaku hidup

bersih dan sehat

BAB III

27
PENUTUP

A. Kesimpulan

Menua adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan- tahapan

menurunnya berbagai fungsi organ, sehingga tubuh sangat rentan terhadap

berbagai serangan penyakit bahkan kematian. Hal tersebut terjadi karena

seiring dengan meningkatnya usia terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi

sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh

pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan

berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan

berpengaruh pada activity of daily living.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan


Sebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang lebih
mengenai konsep peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
komunitas
2. Bagi Mahasiswa
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun ketidak
lengkapan materi mengenai konsep peran perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan komunitas .Kami mohon maaf, kamipun sadar bahwa
makalah yang kami buat tidaklah sempurna.Oleh karena itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun

28
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan


Praktik. Jakarta : EGC.

Basford, Lynn. & Slevin, Oliver. (2016). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan
Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC

Kushariyadi. (2016). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba


Medika
PPNI 2018 Standart Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI 2018 Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indikator


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

29
30

Anda mungkin juga menyukai