Dosen Pengampu :
Sri Hidayati, S.Kep,Ns.,M.Kes
Disusun oleh :
M. Fauzan Al Hafidz P1337421021110
A. VISI
Visi Prodi Keperawatan Tegal Program Diploma III Poltekkes Kemenkes
Semarang Adalah "Menghasilkan Perawat Terampil Yang Unggul Dalam
Bidang Manajemen Siaga Bencana Yang Berkarakter Dan Bereputasi
Internasional Tahun 2025" Penjelasan
Visi :
a. Unggul dalam perspektif keilmuan manajemen siaga bencana sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan perawat terampil
b. Berkarakter didefinisikan sebagai suatu ciri kepribadian yang memiliki jati diri
dan kepedulian terhadap orang lain dalam melaksanakan profesinya
c. Kearifan lokal berarti berdasarkan kebijakan lokal yang ditetapkan oleh
Poltekkes Kemenkes
d. Siaga bencana berarti membangun kesiapsiagaan mahasiswa terhadap potensi
bencana
e. Bereputasi Internasional adalah kualitas lulusan memperoleh pengakuan dan
diterima dalam dunia kerja level Internasional
B. MISI
Misi Prodi Keperawatan Tegal Program Diploma III Poltekkes Kemenkes
Semarang adalah :
1. Mewujudkan proses pendidikan dengan keunggulan dalam manajemen siaga
bencana
2. Mewujudkan penelitian berbasis kearifan lokal serta masalah kesehatan lainnya
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berdasarkan hasil penelitian
4. Mengembangkan manajemen modern program studi berdasar sistem penjaminan
mutu pendidikan tinggi
5. Mewujudkan suasana akademik sebagai salah satu upaya dalam membangun
karakter
6. Mengembangkan kerjasama berskala internasional dalam menunjang pelaksanaan
Tri Dharma Perguruan Tinggi
C. TUJUAN
Tujuan Prodi Keperawatan Tegal Program Diploma III Poltekkes Kemenkes
Semarang adalah :
1. Menghasilkan perawat terampil dengan unggulan manajemen siaga bencana dan
berkarakter
2. Menghasilkan karya penelitian yang berbasis kearifan lokal serta masalah
kesehatan lainnya
3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui kegiatan pengabdian kepada
masyarakat berdasarkan hasil penelitian
4. Menghasilkan lulusan yang memenuhi standar internasional
5. Menghasilkan lulusan dan civitas akademika yang beretika dan berakhlak baik 6.
Mengoptimalkan realisasi kerjasama berskala Internasional dalam menunjang
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas makalah tentang
"Keperawatan Gerontik Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik Hiprtensi".
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunantugas makalah. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Kami berharap semoga tugas makalah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
M. Fauzan Al Hafidz
NIM.P1337421021110
DAFTAR ISI
BAB I
A. PENDAHULUAN
Populasi lansia di dunia mengalami peningkatan pesat. Berdasarkan hasil
penelitian Kinsella &Velkof (2001), bahwa sepanjang tahun 2000, populasi lansia
dunia tumbuh lebih dari 795.000 setiap bulan (Papalia, 2008: 843), dan diperkirakan
lebih dari dua kali lipatnya pada tahun 2025. Pada saat itu akan terdapat lebih dari
800 juta orang berusia di atas 65 tahun, dua pertiga dari mereka berada di negara
berkembang (Papalia, 2008: 843).
Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang saat ini merupakan
lima besar di dunia terbanyak jumlah penduduk lanjut usianya mencapai 18,04 juta
jiwa pada tahun 2010 atau mencapai 9,6% (Sucipto, 2012). Sedangkan pada tahun
2020 diperkirakan jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jiwa (BPS,1997).Jika tidak
dilakukan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia sejak sekarang akan
menimbulkan permasalahan di kemudian hari. Kecenderungan timbulnya masalah ini
ditandai dengan angka ketergantungan lanjut usia sesuai Susenas BPS 2008 sebesar
13,72% (Martono, 2011).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010,
jumlah lansia yang memperoleh pelayanan kesehatan sebanyak 380.730 orang
(49,68%) dari seluruh populasi lansia sebanyak 766.422 orang (Profil Kesehatan
Sumatera Utara, 2010).
Tingkat angka usia harapan semakin tinggi tersebut, kemungkinan terjadinya
peningkatan jumlah lansia suatu saat akan semakin besar.Dengan demikian,
peningkatan jumlah lansia tersebut juga harus diiringi dengan peningkatan kesehatan
diri agar tetap sehat dan produktif di usia tua. Jika semua lansia dapat lebih produktif
di usia tuanya, masalah kesehatan terkait degan penumpukan jumlah lansia yang
sakit-sakitan akan berkurang. Saat ini sudah banyak berdiri panti sosial Werdha yang
bertujuan untuk menampung lansia. Lansia yang tinggal dipanti diberikan pelayanan
kesehatan dan kebutuhan sandang pangan. Karthryn, 2009 (dalam penelitian Sari,
2012) mengatakan kehidupan dipanti berbeda dengan kehidupan di tengah keluarga.
Kehilangan dukungan sosial akibat di lembagakan (tinggal dipanti) cenderung
menimbulkan depresi pada lansia.
BAB 2 KONSEP TEORITIS
B. Konsep Hipertensi
a. Batasan Hipertensi
Hipertensi didefinisikan adanya kenaikan tekanan darah yang persisten . Pada
orang dewasa rata-rata tekanan sistolik sama atau di atas 140 mm Hg dan tekanan
diastolik sama atau di atas 90 mm Hg , menurut American Heart Association, rata-
rata dari dua kali pemeriksaan yang berbeda dalam dua minggu. Menurut
Pusdiknakes Depkes disebutkan hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik diatas standar dihubungkan dengan usia.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua golongan
besar, yaitu :
1. Hipertensi esensial (hipertensi primer / idiopathic) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya, sebanyak 90 % kasus.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain ,
sebanyak 10 % . (Guyton and Hall 2000)
b. Faktor Predisposisi
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya data- data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi . Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa sesorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah : umur,
jenis kelamin dan ras. Umur yang bertambah akan menyebabkan kenaikan
tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan
tekanan darah wanita.Juga statistik di Amerika menunjukan prevalensi
hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lipat dibandingkan dengan
orang kulit putih.
3. Kebiasaan Hidup.
a. Kebiasaan hidup yang yang sering menyebabkan hipertensi adalah :
Konsumsi garam yang tinggi, dari statistik diketahui bahwa suku bangsa
atau penduduk dengan konsumsi garam rendah jarang menderita
hipertensi. Dari dunia kedokteran juga telah dibuktikan bahwa
,pembatasan garam dan pengeluaran garam / natrium oleh obat diuretik
akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut.
b. Kegemukan atau makan berlebihan ; dari penelitian kesehatan terbukti ada
hubungan antara kegemukan dan hipertensi . Meskipun mekanisme
bagaimana kegemukan menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah
terbukti penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah.
c. Stres dan ketegangan jiwa ; sudah lama diketahui bahwa ketegangan jiwa
seperti rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa
bersalah dapat mmerangsang kelenjar anak ginjal melepaskaqn hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat ,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup
lama , tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga tinbul
kelainan organis atau perubahan patologis (Dr. Hans Selye: General
Adaptation Syndrome, 1957). Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi
atau penyakit maag.( Guyton and Hall 2000)
c. Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan
perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya
terutama pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini
disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos
pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan
dijumpai perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa
penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media. Dengan adanya hipertropi
dan hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi
sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya
sklerosis koroner.( Guyton and Hall 2000)
d. Pencegahan Hipertensi.
Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan, demikian juga terhadap
hipertensi.pada umumnya, orang akan berusaha mengenali hipertensi jika dirinya
atau keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi.
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar
penyakitnya tidak menjadi lebih parah , tentunya harus disertai pemakaian obat-
obatan yang harus ditentukan oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal
hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop high blood
pressure), antara lain dengan cara sebagai berikut :
1. Mengurangi konsumsi garam
2. Menghindari kegemukan
3. Membatasi konsumsi lemak
4. Olahraga teratur
5. Makan banyak sayur segar
6. Tidak merokok dan tidak minum alkohol
7. Latihan relaksasi atau meditasi
8. Berusaha membina hidup yang positif.
e. Penanggulangan Hipertensi
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
penatalaksanaan yaitu : Penatalaksanaan Nonfarmakologis dan farmakologis a.
Penatalaksanaan Nonfarmakologis :
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sebetulnya bukan suatu penyakit, tetapi
hanya merupakan suatu kelainan dengan gejala gangguan pada mekanisme
regulasi tekanan darah yang timbul.
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja,
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita bertambah kuat .( Fatimah.,2010)
Penatalaksanaan nonfarmakologi adalah dengan jalan memodifikasi gaya.
b. Penatalaksanaan farmakologis
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan obat standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(Joint National Commite On Detection, Evaluation and Treatment of high
Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretik, Penyekat
Betha , Antagonis kalsium, atau penghambatan ACE, dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit
lain yang ada pada penderita. Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam
satu bulan, dosis obat dapat disesuaikan sampai dosis maksimal atau
menambahkan obat golongan lain atau mengganti obat pertama dengan obat
golongan lain. Sasaran penurunan tekanan darah adalah kurang dari 140/90
mm Hg dengan efek samping minimal. Penurunan tekanan dosis obat dapat
dilakukan pada golongan hipertenssi ringan yang sudah terkontrol dengan
baik selama 1 tahun. (Carpenito 1999)
f. Komplikasi
Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner, cedera
cerebrovaskuler, dan gagal ginjal. Hipertensi menetap yang disertai dengan
peningkatan tahanan perifer menyebabkan gangguan paada endothelium
pembuluh darah mendorong plasma dan lipoprotein ke dalam intima dan lapisan
sub intima dari pembuluh darah dan menyebabkan pembentukan plaque
/aterosklerosis.
Peningkatan tekanan juga menyebabkan hiperplasi otot polos , yang
membentuk jaringan parut intima dan mengakibatkan penebalan pembuluh darah
dengan penyempitan lumen. (Underjillet all.,1989) dikutip dari Carpenito (1999).
Komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi tidak terkontrol adalah
1. Krisis Hipertensi
2. Penyakut jantung dan pembuluh darah : penyakit jantung koroner dan
penyakit jantung hipertensi adalah dua bentuk utama penyakit jantung yang
timbul pada penderita hipertensi.
3. Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko paling
penting untuk timbulnya stroke. Kekerapan dari stroke bertambah dengan
setiap kenaikan tekanan darah.
4. Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahan
neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan arteri
yang meningkat dan kembali normal apabila tekanan darah diturunkan.
5. Nefrosklerosis karena hipertensi.
6. Retinopati hipertensi.