Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK HIPERTENSI

Dosen Pengampu :
Sri Hidayati, S.Kep,Ns.,M.Kes

Disusun oleh :
M. Fauzan Al Hafidz P1337421021110

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TEGAL JURUSAN


KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2024
VISI DAN MISI PRODI KEPERAWATAN TEGAL PROGRAM STUDI DIII
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

A. VISI
Visi Prodi Keperawatan Tegal Program Diploma III Poltekkes Kemenkes
Semarang Adalah "Menghasilkan Perawat Terampil Yang Unggul Dalam
Bidang Manajemen Siaga Bencana Yang Berkarakter Dan Bereputasi
Internasional Tahun 2025" Penjelasan
Visi :
a. Unggul dalam perspektif keilmuan manajemen siaga bencana sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan perawat terampil
b. Berkarakter didefinisikan sebagai suatu ciri kepribadian yang memiliki jati diri
dan kepedulian terhadap orang lain dalam melaksanakan profesinya
c. Kearifan lokal berarti berdasarkan kebijakan lokal yang ditetapkan oleh
Poltekkes Kemenkes
d. Siaga bencana berarti membangun kesiapsiagaan mahasiswa terhadap potensi
bencana
e. Bereputasi Internasional adalah kualitas lulusan memperoleh pengakuan dan
diterima dalam dunia kerja level Internasional

B. MISI
Misi Prodi Keperawatan Tegal Program Diploma III Poltekkes Kemenkes
Semarang adalah :
1. Mewujudkan proses pendidikan dengan keunggulan dalam manajemen siaga
bencana
2. Mewujudkan penelitian berbasis kearifan lokal serta masalah kesehatan lainnya
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berdasarkan hasil penelitian
4. Mengembangkan manajemen modern program studi berdasar sistem penjaminan
mutu pendidikan tinggi
5. Mewujudkan suasana akademik sebagai salah satu upaya dalam membangun
karakter
6. Mengembangkan kerjasama berskala internasional dalam menunjang pelaksanaan
Tri Dharma Perguruan Tinggi

C. TUJUAN
Tujuan Prodi Keperawatan Tegal Program Diploma III Poltekkes Kemenkes
Semarang adalah :
1. Menghasilkan perawat terampil dengan unggulan manajemen siaga bencana dan
berkarakter
2. Menghasilkan karya penelitian yang berbasis kearifan lokal serta masalah
kesehatan lainnya
3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui kegiatan pengabdian kepada
masyarakat berdasarkan hasil penelitian
4. Menghasilkan lulusan yang memenuhi standar internasional
5. Menghasilkan lulusan dan civitas akademika yang beretika dan berakhlak baik 6.
Mengoptimalkan realisasi kerjasama berskala Internasional dalam menunjang
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas makalah tentang
"Keperawatan Gerontik Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik Hiprtensi".
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunantugas makalah. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Kami berharap semoga tugas makalah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Tegal, 23 Januari 2024

M. Fauzan Al Hafidz
NIM.P1337421021110
DAFTAR ISI
BAB I

A. PENDAHULUAN
Populasi lansia di dunia mengalami peningkatan pesat. Berdasarkan hasil
penelitian Kinsella &Velkof (2001), bahwa sepanjang tahun 2000, populasi lansia
dunia tumbuh lebih dari 795.000 setiap bulan (Papalia, 2008: 843), dan diperkirakan
lebih dari dua kali lipatnya pada tahun 2025. Pada saat itu akan terdapat lebih dari
800 juta orang berusia di atas 65 tahun, dua pertiga dari mereka berada di negara
berkembang (Papalia, 2008: 843).
Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang saat ini merupakan
lima besar di dunia terbanyak jumlah penduduk lanjut usianya mencapai 18,04 juta
jiwa pada tahun 2010 atau mencapai 9,6% (Sucipto, 2012). Sedangkan pada tahun
2020 diperkirakan jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jiwa (BPS,1997).Jika tidak
dilakukan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia sejak sekarang akan
menimbulkan permasalahan di kemudian hari. Kecenderungan timbulnya masalah ini
ditandai dengan angka ketergantungan lanjut usia sesuai Susenas BPS 2008 sebesar
13,72% (Martono, 2011).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010,
jumlah lansia yang memperoleh pelayanan kesehatan sebanyak 380.730 orang
(49,68%) dari seluruh populasi lansia sebanyak 766.422 orang (Profil Kesehatan
Sumatera Utara, 2010).
Tingkat angka usia harapan semakin tinggi tersebut, kemungkinan terjadinya
peningkatan jumlah lansia suatu saat akan semakin besar.Dengan demikian,
peningkatan jumlah lansia tersebut juga harus diiringi dengan peningkatan kesehatan
diri agar tetap sehat dan produktif di usia tua. Jika semua lansia dapat lebih produktif
di usia tuanya, masalah kesehatan terkait degan penumpukan jumlah lansia yang
sakit-sakitan akan berkurang. Saat ini sudah banyak berdiri panti sosial Werdha yang
bertujuan untuk menampung lansia. Lansia yang tinggal dipanti diberikan pelayanan
kesehatan dan kebutuhan sandang pangan. Karthryn, 2009 (dalam penelitian Sari,
2012) mengatakan kehidupan dipanti berbeda dengan kehidupan di tengah keluarga.
Kehilangan dukungan sosial akibat di lembagakan (tinggal dipanti) cenderung
menimbulkan depresi pada lansia.
BAB 2 KONSEP TEORITIS

A. Konsep Lansia 1. Pengertian Lansia


Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia.Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual (Efendi, 2009).
2. Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa
dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara
fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,
rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan
lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat
dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak
harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam
hal ini diartikan: Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial, Mampu melakukan
aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, Mendapat dukungan secara
sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 2006)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan
yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila
proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah
berbagai masalah. Hurlock (2005) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto
(2009) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
a.) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
b.) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya,
3. Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1. Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh,
diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria,
endokrin dan integumen.
2. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
j. Perubahan spiritual (Nugroho.W. 2005)
4. Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macam
penyakit lansia, yaitu :Depresi mental
a. Gangguan pendengaran
b. Bronkhitis kronis
c. Hipertensi
d. Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
e. Gangguan pada koksa / sendi pangul\Anemia
f. Demensia

B. Konsep Hipertensi
a. Batasan Hipertensi
Hipertensi didefinisikan adanya kenaikan tekanan darah yang persisten . Pada
orang dewasa rata-rata tekanan sistolik sama atau di atas 140 mm Hg dan tekanan
diastolik sama atau di atas 90 mm Hg , menurut American Heart Association, rata-
rata dari dua kali pemeriksaan yang berbeda dalam dua minggu. Menurut
Pusdiknakes Depkes disebutkan hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik diatas standar dihubungkan dengan usia.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua golongan
besar, yaitu :
1. Hipertensi esensial (hipertensi primer / idiopathic) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya, sebanyak 90 % kasus.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain ,
sebanyak 10 % . (Guyton and Hall 2000)
b. Faktor Predisposisi
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya data- data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi . Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa sesorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah : umur,
jenis kelamin dan ras. Umur yang bertambah akan menyebabkan kenaikan
tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan
tekanan darah wanita.Juga statistik di Amerika menunjukan prevalensi
hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lipat dibandingkan dengan
orang kulit putih.
3. Kebiasaan Hidup.
a. Kebiasaan hidup yang yang sering menyebabkan hipertensi adalah :
Konsumsi garam yang tinggi, dari statistik diketahui bahwa suku bangsa
atau penduduk dengan konsumsi garam rendah jarang menderita
hipertensi. Dari dunia kedokteran juga telah dibuktikan bahwa
,pembatasan garam dan pengeluaran garam / natrium oleh obat diuretik
akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut.
b. Kegemukan atau makan berlebihan ; dari penelitian kesehatan terbukti ada
hubungan antara kegemukan dan hipertensi . Meskipun mekanisme
bagaimana kegemukan menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah
terbukti penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah.
c. Stres dan ketegangan jiwa ; sudah lama diketahui bahwa ketegangan jiwa
seperti rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa
bersalah dapat mmerangsang kelenjar anak ginjal melepaskaqn hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat ,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup
lama , tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga tinbul
kelainan organis atau perubahan patologis (Dr. Hans Selye: General
Adaptation Syndrome, 1957). Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi
atau penyakit maag.( Guyton and Hall 2000)
c. Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan
perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya
terutama pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini
disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos
pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan
dijumpai perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa
penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media. Dengan adanya hipertropi
dan hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi
sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya
sklerosis koroner.( Guyton and Hall 2000)

d. Pencegahan Hipertensi.
Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan, demikian juga terhadap
hipertensi.pada umumnya, orang akan berusaha mengenali hipertensi jika dirinya
atau keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi.
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar
penyakitnya tidak menjadi lebih parah , tentunya harus disertai pemakaian obat-
obatan yang harus ditentukan oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal
hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop high blood
pressure), antara lain dengan cara sebagai berikut :
1. Mengurangi konsumsi garam
2. Menghindari kegemukan
3. Membatasi konsumsi lemak
4. Olahraga teratur
5. Makan banyak sayur segar
6. Tidak merokok dan tidak minum alkohol
7. Latihan relaksasi atau meditasi
8. Berusaha membina hidup yang positif.
e. Penanggulangan Hipertensi
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
penatalaksanaan yaitu : Penatalaksanaan Nonfarmakologis dan farmakologis a.
Penatalaksanaan Nonfarmakologis :
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sebetulnya bukan suatu penyakit, tetapi
hanya merupakan suatu kelainan dengan gejala gangguan pada mekanisme
regulasi tekanan darah yang timbul.
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja,
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita bertambah kuat .( Fatimah.,2010)
Penatalaksanaan nonfarmakologi adalah dengan jalan memodifikasi gaya.
b. Penatalaksanaan farmakologis
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan obat standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(Joint National Commite On Detection, Evaluation and Treatment of high
Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretik, Penyekat
Betha , Antagonis kalsium, atau penghambatan ACE, dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit
lain yang ada pada penderita. Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam
satu bulan, dosis obat dapat disesuaikan sampai dosis maksimal atau
menambahkan obat golongan lain atau mengganti obat pertama dengan obat
golongan lain. Sasaran penurunan tekanan darah adalah kurang dari 140/90
mm Hg dengan efek samping minimal. Penurunan tekanan dosis obat dapat
dilakukan pada golongan hipertenssi ringan yang sudah terkontrol dengan
baik selama 1 tahun. (Carpenito 1999)
f. Komplikasi
Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner, cedera
cerebrovaskuler, dan gagal ginjal. Hipertensi menetap yang disertai dengan
peningkatan tahanan perifer menyebabkan gangguan paada endothelium
pembuluh darah mendorong plasma dan lipoprotein ke dalam intima dan lapisan
sub intima dari pembuluh darah dan menyebabkan pembentukan plaque
/aterosklerosis.
Peningkatan tekanan juga menyebabkan hiperplasi otot polos , yang
membentuk jaringan parut intima dan mengakibatkan penebalan pembuluh darah
dengan penyempitan lumen. (Underjillet all.,1989) dikutip dari Carpenito (1999).
Komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi tidak terkontrol adalah
1. Krisis Hipertensi
2. Penyakut jantung dan pembuluh darah : penyakit jantung koroner dan
penyakit jantung hipertensi adalah dua bentuk utama penyakit jantung yang
timbul pada penderita hipertensi.
3. Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko paling
penting untuk timbulnya stroke. Kekerapan dari stroke bertambah dengan
setiap kenaikan tekanan darah.
4. Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahan
neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan arteri
yang meningkat dan kembali normal apabila tekanan darah diturunkan.
5. Nefrosklerosis karena hipertensi.
6. Retinopati hipertensi.

C. Kosep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Pengkajian secara Umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko, Riwayat garis keluarga tentang hipertensi,
Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
4. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
a.) Frekuensi jantung meningkat
b.) Perubahan irama jantung
c.) Takipnea
5. Integritas ego
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik, Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
6. Makanan dan cairan
Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-
gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori. Mual, muntah.
Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
7. Nyeri atau ketidak nyamanan
a.) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b.) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c.) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
d.) Nyeri abdomen.
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan pada klien dengan hipertensi
menurut Doengoes (2000) meliputi :
1. BUN / Kreatinin: Memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
2. Glukosa: Hiperglikemia (Diabetes Mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
3. Hemoglobin / Hematokri: Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-
faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
4. Kalium serum: Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa (efek
kardiovaskuler).
7. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin / serum: Untuk mengkaji aldosteronismeprimer
(penyebab).
9. Urinalisa : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau
adanya diabetes.
10. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko
terjadinya hipertensi.
11. Steroid urin: Kenaikan dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme, feokromositoma atau difungsi pituitari, sindrom
cushing’s, kadar renin dapat juga meningkat.
12. IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
13. CT scan: Mengkaji tumor cerebral, CSV, ensefalofati atau
feokromositoma.
14. EKG: Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi. (Fatimah.,2010)
c. Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan
Intoleran aktivitas Berpartisipasi Kaji respon terhadap
berhubungan dengan dalam aktifitas aktifitas. Perhatikan tekanan
yang diinginkan/
kelemahan umum, diperlukan. darah, nadi selama/ sesudah
ketidakseimbangan Melaporkan istirahat. Perhatikan nyeri
peningkatan dalam
suplai dan O2.kebutuhan dada, dyspnea, pusing.
toleransi
aktifitas Instruksikan tentang tehnik
yang dapat diukur. menghemat tenaga, misal:
Menunjukk an
penurunan dalam menggunakan kursi saat
tanda-tanda mandi, sisir rambut.
intoleransi
Melakukan aktifitas
fisiologi.
dengan perlahan-lahan.
Beri dorongan untuk
melakukan aktifitas/
perawatan diri secara
bertahap jika dapat
ditoleransi.
Beri bantuan sesuai
dengan kebutuhan.

Nyeri (akut), sakit melapor nyeri/ Pertahankan tirah baring


selama
kepala sehubungan ketidaknyamanan fase akut.
dengan peningkatan berkurang. Beri tindakan non
farmakologik
tekanan vaskuler untuk menghilangkan nyeri
seperti
serebral. pijat punggung, leher, tenang,
tehnik relaksasi.
Meminimalkan aktifitas
vasokonstriksi yang dapat
meningkatkan nyeri kepala,misal:
membungkuk, mengejan
saat buang air besar.
Berikan analgetik

3 Kerusakan mobilitas Klien akan Ajarkan klien untuk melakukan


fisik yang menunjukka latihan rentang gerak aktif pada
berhubungan dengan n tindakan
penurunan fungsi untuk ekstremitas yang tidak sakit pada
motorik sekunder meningkatk sedikitnya empat kali sehari.
terhadap kerusakan an
Lakukan latihan rentang gerak
neuron motorik atas. mobilitas.
pasif pada ekstremitas
yang sakit tiga sampai empat kali
sehari. Lakukan latihan dengan
perlahan untuk memberikan
waktu agar otot rileks dan sangga
ekstremitas di atas dan di bawah
sendi untuk mencegah
regangan pada sendi dan jaringan.
Bila klien di tempat tidur
lakukan tindakan untuk
meluruskan postur tubuh.
Siapkan mobilisasi
progresif.
Secara perlahan bantu klien
maju dari ROM aktif
ke aktivitas fungsional
sesuai indikasi.

4 Resiko tinggi terhadap Mengidentifikasi Lakukan tindakan untuk


cedera yang faktor yang mengurangi bahaya lingkungan.
berhubungan dengan Bila penurunan sensitifitas taktil
meningkatkan
defisit lapang pandang,
motorik atau persepsi. resiko menjadi masalah ajarkan klien
terhadap untuk melakukan:
cedera. Kaji suhu air mandi dan bantalan
Memperagakan pemanas sebelum digunakan.
tindakan keamanan Kaji ekstremitas setiap hari
untuk mencegah terhadap cedera yang tak
cedera. terdeteksi.
Meminta Pertahankan kaki tetap hangat dan
bantuan bila kering serta kulit dilemaskan
diperlukan.
dengan lotion emoltion.
Lakukan tindakan untuk
mengurangi resiko yang berkenaan
dengan pengunaan alat bantu.
Anjurkan klien dan keluarga untuk
memaksimalkan keamanan
di rumah.

Kurang pengetahuan 1. Jelasan tentang batas tekanan


klienmengungkap
tentang hipertensi darah normal, tekanan darah tinggi
kan pengetahuan
berhubungan dengan akan hipertensi. 2. dan efeknya.
kurang sumber Melaporkan Jelaskan sifat penyakit dan tujuan
pemakaian obat- dari pengobatan dan prosedur.
informasi obatan sesuai
program.
Jelaskan pentingnya lingkungan
yang tenang, tidak penuh dengan
stress.
Berikan pendidikan kesehatan
tentang cara mencegah dan
mengatasi hipertensi.
Anjurkan klien untuk tidak
mengonsumsi makanan dan
minuman yang dapat
meningkatkan tekanan darah
Evaluasi tingkat pengetahuan
klien.

Kelebihan Tidak ada Kaji pola makan klien atau


volume cairan edema BB diet terhadap inadekuat
berhubungan
dengan normal TTV masukan protein
peningkatan dalam Dorong klien
aldosteron
batas untukmenurunkan
normal masukan garam
Bunyi napas
dan jantung Lakukan tindakan untuk
normal melindungi tubuh dari
ceder dan edema
Daftar Pustaka

Agus Purwadianto (2010), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis,


Binarupa Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (2005).Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
gawat Darurat Medis.Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (1999), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little
Brown and Company. Boston
Doenges marilynn (2000).Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (2004).Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Penerbit PT
Gramedia, Jakarta.
Fatimah.,2010.Merawat manusia Lanjut usia.Trans Info media.Jakarta
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC.
Jakarta
Guyton and Hall (2000), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran.Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (2002), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik.Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (2006). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Ma’rifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan lanjut usia.Graha ilmu.Jogjakarta.
Nugroho.W. (2005). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai