Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

Y DENGAN HIPERTENSI
Di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Bengkulu

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
1. Anita Yulia P05120419 008
2. Anninah P05120419 006
3. Desi Fatmawati P05120419 013
4. Eirene Rosalina S P05120419 001
5. Masayu Martikasari P05120419 010
6. Putu Putra Yasa P05120419 011

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI NERS
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
taufik hidayat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan
pada Tn.Y dengan hipertensi.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik di
Program Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Selanjutnya penulis mengucapkan
terimakasih kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan
dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan proposal ini.

Bengkulu, 18 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan
industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup
masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi
makanan, berkurangnya aktifitas fisik dan meningkatnya pencemaran lingkungan.
Perubahan tersebut tanpa disadari telah member kontribusi terhadap terjadinya
transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak
menular seperti Hipertensi ( Bustan, 2015).
Makin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang mengalami
permasalah fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan social. Salah satu permasalahan
yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah kesehatan akibat proses
degeneratif, hal ini ditunjukkan oleh data pola penyakit pada lanjut usia.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2013, penyakit terbanyak
pada usia lanjut terutama adalah penyakit tidak menular salah satu nya Hypertensi.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas), yang menyebabkan
meningkatnya risiko terhadap penyakit seperti stroke, gagal ginjal, serangan
jantung, kerusakan ginjal dan biasanya sering ditemukan pada lansia.. Hipertensi
bisa menjadi masalah kesehatan masyarakat serius apabila tidak terkendali.
Karena munculnya penyakit lain yang disebabkan oleh hipertensi dapat
menurunkan umur harapan hidup bagi penderitanya. Hipertensi pada dasarnya
memiliki sifat yang cenderung tidak stabil dan sulit dikontrol. Oleh karena itu,
penanganan lebih awal sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
akibat buruk lainnya.
Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi sekitar15 juta orang, tetapi
hanya 4 % yang merupakan hipertensi yang terkontrol, prevalensi 6-15 % pada
orang dewasa, 15 % diantaranya tidak menyadarai sehingga penderita cenderung
menjadi hipertensi berat karena tidak menyadari dan tidak mengetahui factor-
factor resikonya. Dan 90 %merupakan hipertensi esensial saat ini penyakit
degenerative dan cardio vascular sudah menjadi salah satu masalah kesehatan
masyarakat (Ririn, 2008).
Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu penyakit
hipertensi mrupakan sepuluh penyakit terbesar dan jumlah penderita hipertensi
cenderung meningkat di kota Bengkulu. Pada tahun 2012 adalah 8.709 orang
menjadi tahun 2013 adalah 9.210 orang (Dinkes Bengkulu, 2014).
Peran dan fungsi perawat Gerontik terhadap penderita hipertensi yaitu
sebagai care giver dengan cara memberikan Asuhan Keperawatan kepada Lansia.
Sebagai pendidik Lansia dengan cara memberikan pendidikan kesehatan kepada
lansia yang beresiko tinggi. Sebagai motivator dan innovator lansia dengan cara
memberi motivasi pada lansia. Sebagai advocator lansia dengan cara membantu
memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Dan sebagai
konselor lansia dengan cara memberikan bimbingan kepada lansia tentang
masalah kesehatan sesuai prioritas (Yuli, 2016 : 14).
Berdasarkan Latar Belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
Asuhan Keperawatan lansia pada kasus Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha
Tahun 2020

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Medeskripsikan, menjelaskan, memaparkan, dan melakukukan Asuhan
Keperawatan pada Lansia dengan kasus hipertensi di Panti Sosial Tresna
Werdha
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan Pengkajian Keperawatan dengan penderita Hipertensi
b. Menegakkkan diagnosa keperwatan dengan penderita hipertensi
c. Menyusun perencanaan tindakan keperawatan dengan tepat pada
penderita hipertensi sesuai diagnosa yang telah ditegakkan .
d. Melakukan implementasi keperawatan dengan tepat pada penderita
hipertensi
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada penderita hipertensi.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu menerapkan konsep pembelajaran teoritis ke dalam proses
pemberian Asuhan Keperawatan dengan penderita Hipertensi.
2. Bagi Penderita
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penderita dengan Hipertensi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan kepustakaan dan referensi tentang proses pemberian
Asuhan Keperawatan dengan penderita hipertensi.

D. Sistematika Penulisan
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Sistematika Penulisan
BAB II Tinjauan Teoritis: Lansia dan Hipertensi Pada Lansia
BAB III Tinjauan Kasus: Asuhan Keperawatan pada Tn.Y dengan Hipertensi
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Lansia
1. Lanjut Usia
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh
tahun ke atas (UU No.13 tahun 1998). Sedangkan menurut WHO lanjut usia
meliputi: 1) usia pertengahan (Middle Age), yaitu kelompok dengan rentang
usia 45-59 tahun,2) usia lanjut (Elderly), yaitu kelompok dengan rentang usia
antara 60-70 tahun,3) lanjut usia tua (Old), yaitu kelompok dengan rentang
usia antara 75-90 tahun,4) usia sangat tua (Very Old) kelompok dengan
rentang usia 90 tahun ke atas (Setyoadi & Kusharyadi, 2010).
Menurut UU kesehatan No.23 tahun 1992, pasal 19 ayat 1 (Fatimah,
2010), merumuskan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya
mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan
memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya.
Oleh karena itu, kesehatan usia lanjut perlu mendapatkan perhatian khusus
dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup
secara produktif sesuai dengan kemampuan sehinnga dapat ikut serta berperan
aktif dalam pembangunan (Fatimah, 2010).
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia adalah
seseorang yang sudah berusia 65 tahun ke atas dan juga yang telah mengalami
perubahan-perubahan yang meliputi perubahan fisik, biologis, kejiwaan, dan
sosial yang mengakibatkan penurunan fungsi-fungsi pada anggota tubuh.
2. Batasan Lanjut Usia
Menurut WHO dalam Fatmah (2010), lansia dikelompokan menjadi 4
kelompok yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age): usia 45-59 tahun
b. Lansia (elderly) : usia 60-74 tahun
c. Lansia tua (Old) : usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (Very Old) : usia diatas 90 tahun
3. Proses Menua
Proses menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehinga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring
dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah
kesehatan yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif (Maryam, et al,
2008)
Berdasarkan pernyataan ini, lanjut usia dianggap sebagai penyakit. Hal
ini tidak benar, karena Gerontology berpendapat bahwa usia lanjut bukanlah
suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahapan hidup manusia, yaitu; bayi,
kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia (Nugroho, 2010).
4. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Potter & Perry (2005) tugas perkembangan muncul dari
banyak sumber. Tugas-tugas tersebut muncul dari kematangan fisik, tekanan
budaya dari masyarakat, dan nilai serta aspirasi pribadi. Tugas perkembangan
utama pada lansia adalah mengklarifikasi, memperdalam, dan menemukan
fungsi seseorang yang sudah diperoleh dari proses belajar dan beradaptasi
seumur hidup. Ahli teori perkembangan menyakini bahwa sangatlah penting
bagi lansia untuk terus tumbuh, berkembang, dan mengubah diri mereka jika
ingin mempertahankan dan ingin meningkatkan kesehatan.
5. Tipe Lansia
Beberapa tipe usia lanjut bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonomi tipe tersebut antara lain:
a. Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.
b. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, teman bergaul dan memenuhi undangan.
c. Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tesinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut
d. Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, ringan
kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif dan acuh tak acuh (Maryam, et al, 2008).
Menurut tingkat kemandiriannya dimana dinilai dari kemampuannya
untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Indeks Kemandiriaan Katz), para usia
lanjut dapat digolongakan menjadi tipe:
a. Usia lanjut mandiri sepenuhnya.
b. Usia lanjut mandiri dengan bantuan langsung keluarganya.
c. Usia lanjut mandiri dengan bantuan secara tidak langsung.
d. Usia lanjut dengan bantuan badan sosial.
e. Usia lanjut di Panti Werdha.
f. Usia lanjut yang dirawat di rumah sakit.
g. Usia lanjut dengan gangguan mental.
6. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
a. Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia secara fisik meliputi perubahan
dari tingkat sel sampai keseluruh sistem organ tubuh, diantaranya sistem
respirasi, kardiovaskuler, persarafan, musculoskeletal, indera,
(pendengaran, penglihatan, pengecap dan pembau, peraba)
gastrointestinal, genitourinaria, vesika urinaria, vagina, endokrin,
integument (Maryam, et al, 2008).
b. Perubahan Mental Dan Psikologis
Menurut Maryam, et al (2008) perubahan psikologis pada lansia meliputi
short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut
menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan.
Dalam psikologi perkembangan, lansia dan perubahan yang di alaminya
akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut : 1) keadaan fisik
lemah tak berdaya, sehingga harus bergantung pada orang lain, 2) status
ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan
berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya, 3) menentukan kondisi
hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.

B. Konsep Hipertensi
1. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kelainan yang sulit
diketahui oleh tubuh kita. Satu-satunya cara untuk mengetahui tekanan darah
adalah dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Hipertensi dapat
dirasakan oleh seseorang ketika dia sudah mengalami komplikasi. Selain
mengakibatkan angka kematian yang tinggi (high case fatality rate), hipertensi
juga berdampak pada mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus
ditanggung para penderita. Oleh karena itu hipertensi disebut sebagai
pembunuh diam-diam (Saraswati, 2009). Maka dapat disimpulkan bahwa
hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kenaikan tekanan darah dimana
tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau diastolik
lebih dari 90 mmhg (Ode, 2012).
2. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat di golongkan menjadi:
a. Hipertensi ensesial atau primer: penyebab pasti dari hipertensi ensesial
sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Namun, berbagi faktor
diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti
bertambahnya umur, stress psikologi, dan hereditas (keturunan)
b. Hipertensi sekunder: hipertensi sekunder adalah hipertensi yang
penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain-lain (Saraswati, 2009).
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)

Normal <120 Dan <80


Pre hipertensi 120-139 Atau 80-90
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥100
Sumber: Joint National Committee 7 tahun 2003
3. Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi
Hipertensi pada awalnya tergantung dari faktor genetika, namun pada
perjalanannya dipengaruhi pula oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Pola makan: tanpa disadari sebagaian besar dari kita telah terbiasa
menyantap makanan yang asin secara berlebihan dan kebetulan orang
tersebut sensitif terhadap garam (menurut statistic sensibilitas orang
terhadap garam hanya 33 persen, maka lama kelamaan, akan merasakan
tubuhnya berubah, seperti cepat merasa pusing, berkurang keseimbangan
tubuhnya dan sering merasakan aneka gejala yang tidak enak.
b. Olagraga: hal ini bertujuan untuk memperlancar peredaran darah dan
untuk mempercepat penyebaran impuls urat saraf ke bagian tubuh atau
sebaliknya sehingga tubuh senantiasa bugar.
c. Istirahat: seseorang dengan aktivitas berat atau dalam kondisi stress bisa
mengalami tekanan darah yang meningkat. Tekanan darah yang meningkat
ini akan semakin membuat stress. Jadi stress dan tekanan darah tinggi
memang seperti “lingkaran setan” (Saraswati, 2009).
4. Gejala-Gejala Hipertensi
Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala,
keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, kelemahan
pada otot, mual, muntah, sesak nafas, dan pandangan menjadi kabur karena
adanya kerusakan otot, mata, jantung, dan ginjal. Namun, hipertensi
sebenarnya sulit disadari karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya
jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Terkadang penderita
hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran, dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak.
5. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE).
ACE memegang peran fisiologi penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi hati. Selanjutnya oleh hormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. oleh ACE
yang terdapat diparu-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikan tekanan
darah melalui dua aksi utama (Saraswati, 2009).
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretic dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekresikan keluar tubuh (antidiuresis)
sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya,
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
belakang intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Saraswati, 2009).
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosterone dari korteks
adrenal. Aldosterone merupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosterone
akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorsinya dari
tubulus ginjal. Naiknya kensentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah (Saraswati, 2009).
6. Pengobatan Untuk Hipertensi
Pengobatan hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu; pengobatan
secara non farmakologis dan secara farmakologis. Secara non farmakologis
dengan menurunkan berat badan pada penderita yang obesitas, olahraga secara
teratur dan control tekanan darah secara teratur. Sedangkan yang farmakologis
adalah dengan memberikan obat-obatan anti hipertensi seperti Diuretic seperti
Htc, Higroton,Lasix. Beta Bloker seperti Propranolol. Alfa Bloker seperti
Phentolamin, Prozazine, Nitroprusside Captopril. Simphatolitic seperti
Hydralazine, Diazoxine. Antagonis kalsium seperti Nefedipine (Ode, 2012)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Tn.Y dengan Hipertensi di Panti Sosial Tresna
Werdha Provinsi Bengkulu

A. Pengkajian Keperawatan
Nama wisma: Bougenvile Tanggal Pengkajian: 28 januari 2020

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.Y
Umur : 87 Tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Suku bulan, Talo seluma
Tanggal datang : ± 8 bulan yang lalu
2. DATA KELUARGA :
Nama : Tn.S
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Guru
Alamat : Suku bulan, Talo seluma
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama: Nyeri kepala bagian belakang
Obat-obatan : Amlodipine
Diagnosa medis : Hipertensi

4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA)


FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : Tidak ada
Perubahan BB : Tidak ada
Perubahan nafsu makan : Tidak ada
Masalah tidur : Ada Tidak ada
Kemampuan ADL : Tidak ada
KETERANGAN : Tn.Y menghabiskan makan, dan melakukan aktifitas
secara mandiri, tidak ada kelelahan dan perubahan BB.
Tn.Y sedikit mengeluh terjadi gangguan tidur
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : Tidak ada lesi
Pruritus : Tidak ada
Perubahan pigmen : Ada
Memar : Tidak ada memar
Pola penyembuhan lesi : Tidak ada lesi
KETERANGAN : Tidak ada masalah khusus, perubahan pigmen terjadi
karena usia.

3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : Tidak ada
Pembengkakan kel. : Tidak ada pembengkakan
limfe
Anemia : Tidak ada anemia
KETERANGAN : Tidak ada masalah khusus

4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : Ya
Pusing : Ya
Gatal pada kulit : Tidak ada gatal
kepala
KETERANGAN : Nyeri kepala bagian belakang

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : Ya
Menurun
penglihatan
Pakai kacamata : Tidak
Kekeringan mata : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada nyeri
Gatal : Tidak ada gatal
Photobobia : Ya
Diplopia : Ya
Riwayat infeksi : Ya
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada mata, perubahan penglihatan terjadi karena
faktor usia.

6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : Ya
Discharge : Tidak ada
Tinitus : Ya
Vertigo : Tidak ada vertigo
Alat bantu dengar : Tidak menggunakan
alat bantu dengar
Riwayat infeksi : Tidak ada
Kebiasaan membersihkan : Ya
telinga
Dampak pada ADL : Kesulitan mendengar membuat Tn.Y mengalami
kesulitan berkomunikasi
KETERANGAN : Gangguan pendengaran menyebabkan pertanyaan
harus ditanyakan berulang kali dengan suara yang
cukup keras.

7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : Tidak ada
Discharge : Tidak ada
Epistaksis : Tidak ada
Obstruksi : Ya
Snoring : Tidak ada
Alergi : Tidak ada alergi
Riwayat infeksi : Tidak ada riwayat infeksi
KETERANGAN : Tn.Y batuk berdahak

8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : Ya
Kesulitan menelan : Tidak ada
Lesi : Tidak ada
Perdarahan gusi : Tidak ada
Caries : Ya
Perubahan rasa : Terdapat perubahan rasa
Gigi palsu : Tidak ada gigi palsu
Riwayat Infeksi : Tidak ada
Pola sikat gigi : Satu kali sehari menggunakan sikat gigi
KETERANGAN : Tn.Y mengaluh nyeri saat menelan

9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : Tidak ada kekakuan
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
Massa : Tidak ada massa
KETERANGAN : Tidak ada pembengkakan

10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : Ya
Nafas pendek : Ya, ada sputum
Hemoptisis : Tidak ada
Wheezing : Terdapat weezing
Asma : Ya
KETERANGAN : T.Y batuk berdahak RR 30x/menit, mampu mengeluarkan secret
dan mempunyai riwayat asma 12 tahun

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : Tidak ada
Palpitasi : Tidak ada
Dipsnoe : Tidak ada
Paroximal nocturnal : Tidak ada
Orthopnea : Tidak ada
Murmur : Tidak ada
Edema : Tidak ada edema
KETERANGAN : TD 140/80 mmhg
Nadi 90x/m
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : Tidak ada
Nausea / vomiting : Tidak ada
Hemateemesis : Tidak ada
Perubahan nafsu : Tidak ada
makan
Massa : Tidak ada
Jaundice : Tidak ada
Perubahan pola BAB : Terdapat perubahan pola BAB
Melena : Tidak ada
Hemorrhoid : Tidak ada
Pola BAB : BAB lancer
KETERANGAN : Tidak ada masalah khusus

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : Ya
Frekuensi : 5 x/hari
Hesitancy : Tidak ada
Urgency : Tidak ada
Hematuria : Tidak ada
Poliuria : Tidak ada
Oliguria : Tidak ada
Nocturia : Tidak ada
Inkontinensia : Tidak ada
Nyeri berkemih : Tidak ada
Pola BAK : Tidak ada perubahan pola kemih
KETERANGAN : Perasaan nyeri berkemih dirasakan kadang-kadang

14. Reproduksi (laki-laki)


Ya Tidak
Lesi : Tidak ada
Disharge : Tidak ada
Testiculer pain : Tidak ada
Testiculer massa : Tidak ada
Perubahan gairah sex : Ya
Impotensi : Tidak ada

15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : Tidak ada nyeri sendi
Bengkak : Tidak ada bengkak
Kaku sendi : Tidak ada kaku
Deformitas : Tidak ada
Spasme : Tidak ada
Kram : Tidak ada kram
Kelemahan otot : Tidak ada lemah otot
Masalah gaya berjalan : Tidak ada masalah
Nyeri punggung : Nyeri punggung
Pola latihan : Tidak ada masalah khusus
Dampak ADL : Tidak ada
KETERANGAN : Nyeri punggung

16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : Ya
Seizures : Tidak ada
Syncope : Tidak ada
Tic/tremor : Ya
Paralysis : Tidak ada
Paresis : Tidak ada
Masalah memori : Tidak ada
KETERANGAN : Klien masih mengingat alamat, jumlah anak dan cucu nya

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


Psikososial YA Tidak
Cemas : Tidak ada
Depresi : Tidak ada
Ketakutan : Tidak ada
Insomnia : Tidak ada
Kesulitan dalam mengambil : Tidak ada
keputusan
Kesulitan konsentrasi : Ya
Mekanisme koping : Cukup baik
Persepsi tentang kematian : Tn.Y mengatakan kalau umurnya sudah tua dan
mulai menyiapkan dri untuk kematian.
Dampak pada ADL : Tn.Y solat jamaat ke masjid
Spiritual
 Aktivitas ibadah : klien salat berjamaah dimasjid
 Hambatan : Tidak ada hambatan
KETERANGAN : tidak ada masalah khusus

6. LINGKUNGAN :
 Kamar : kamar tampak cukup rapi, namun lantai kotor

 Kamar mandi : kamar mandi bersama tampak kotor

 Dalam rumah.wisma : Ruang tengah wisma cukup bersih, ada petugas


yang membersihkan

 Luar rumah : Halaman depan terdapat tanaman kacang dan toga serta
berbagai tumbuhan lain.

7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES


1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Dengan Mandiri Skor
Bantuan Yang
Didapat
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau 5-10 15 15
sebaliknya
3 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok 0 5 5
gigi)
4 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka 5 10 10
tubuh, menyiram)
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan di permukaan datar (jika tidak bisa, dengan 0 5 5
kursi roda )
7 Naik turun tangga 5 10 10
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10
10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 10
Jumlah 90
Kesimpulan : tidak ada gangguan tingkat kemandirian
2. Aspek Kognitif

MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2020
Hari : Rabu
Musim : hujan
Bulan : januari
Tanggal : 28
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara : indonesia
Panti : jompo
Propinsi : bengkulu
Wisma : bougenvile
Kabupaten/kota : Bengkulu
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja,
kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi 2). Meja 3). Kertas
4 Perhatian 5 2 Meminta klien berhitung mulai dari 100
dan kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat.
kalkulasi Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5).
65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 8 Menanyakan pada klien tentang benda (sambil
menunjukan benda tersebut).
1).
2).
3). Minta klien untuk mengulangi kata berikut
:
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut


yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis
kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling
bertumpuk

Total nilai 30 24

Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan
- Tidak ada gangguan kognitif

3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1 28 januari 2020  26 detik
2 29 januari 2020  26 detik
3
Rata-rata Waktu TUG

Interpretasi hasil

Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun
waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan
dalam mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss
& Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 0
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 3
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
5. Status Nutrisi

Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:


No Indikators score Pemeriksaan
1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan 2 0
perubahan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 0
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 0
beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya 2 0
sehingga tidak dapat makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli 4 0
makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1 1
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 1 1
kali atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam 2 0
bulan terakhir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup 2 0
untuk belanja, memasak atau makan sendiri
Total score 2
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam
Introductory Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk
(Yang di centang aja yang dijumlah)

6. Fungsi sosial lansia

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
NO URAIAN FUNGSI SKORE
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman- ADAPTATIO 2
teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu N
menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERSH 2
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan IP
masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya GROWTH 2
menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION 2
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi
saya seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya RESOLVE 0
meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 7
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab: Fungsi
1). Selalu : skore 2 2). Kadang-kadang : 1 baik
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005
ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Tn.Y UMUR : 87 tahun


RUANGAN : Wisma Bougenvil NO.REG : -

NO. DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH

1 Data Subjektif:
- Tn. Y mengatakan merasa berat di area dada Sekresi mukus yang Ketidakefektifan
- Tn. Y mengatakan ia kesulitan bernafas tertahan bersihan jalan
- Tn. Y mengatakan ia batuk berdahak nafas
- Tn. Y mengatakan ia memiliki riwayat asma
sejak ± 12 tahun yang lalu
Data Objektif:
- Frekuensi nafas 30x/menit
- Terdapat suara wheezing
- Batuk tidak efektif
- Terdapat penggunaan otot bantu penafasan
(sternokleidomastoid)
- Terdapat retrksi dada

2 Data Subjektif:
- Tn. Y mengatakan ia kesulitan tidur saat sesak Dispnea, batuk Gangguan pola
- Tn. Y mengatakan ia kesulitan bernafas tidur
- Tn. Y mengatakan ia sering terbangun saat
batuk
Data Objektif:
- Tn. Y tampak lelah
- Tn. Y tampak lesu
- Tn. Y terlihat sesak
- Tn. Y batuk berdahak
- Tanda-tanda vital (TD= 150/80 mmHg,
N=90x/menit, P=30x/menit)

3 Data Subjektif:
- Tn. Y mengatakan kepalanya terasa nyeri Hipertensi Nyeri akut
- Pengkajian nyeri
P: Tn. Y mengatakan nyer I terasa di area
kepala belakang
Q: terasa tertekan dan agak panas
R: di area kepala belakang, terasa berat di
tengkuk
S: skala 5
T: terasa terus-menerus
Data Objektif:
- Tn. Y tampak meringis
- Tn. Y berjalan perlahan
- Tn. Y terlihat menggosok-gosok bagian kepala

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang
tertahan
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan dyspnea, batuk
3. Nyeri akut berhubungan dengan hipertensi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN
NO TUJUAN /KRITERIA HASIL RASIONAL
KEPERAWATAN (Nursing Intervention
(Nursing Outcome Clasification/NOC)
Clasification/NIC)
1 Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan intervensi NIC : Manajemen jalan napas
jalan nafas berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam, Aktivitas Keperawatan
dengan sekresi mukus yang diharapkan pasien: 1. Monitor status pernapasan 1. Jalan napas yang tidak paten dapat
tertahan  NOC: Status Pernafasan: Kepatenan sebagaimana mestinya mengakibatkan tidak adekuatnya
Batasan karakteristik : Jalan Nafas ventilasi yang menyebabkan frekuensi
- Suara nafas tambahan  dipertahankan di level 4 meningkat, irama tidak teratur
- Perubahan pola nafas  ditingkatkan ke level 5 2. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial 2. Pasien dengan penurunan kesadaran
- Perubahan frekuensi  1: deviasi berat dari kisaran pasien untuk memasukkan alat dengan suara snoring membutuhkan
nafas normal membuka jalan napas alat bantu napas untuk membuka jalan
- Sputum dalam jumlah  2: deviasi yang cukup berat dari napas
yang berlebihan kisaran normal 3. Buang sekret dengan memotivasi 3. Batuk efektif memaksimalkan
- Batuk yang tidak efektif  3: deviasi sedang dari kisaran pasien untuk melakukan batuk efektif pengeluaran secret sehingga pasien
normal tidak merasa kelelahan
 4: deviasi ringan dari kisaran 4. Auskultasi suaran napas, 4. Suara nafas yang abnormal
normal menunjukkan lokasi adanya secret
pada area lobus paru.
 5: tidak ada deviasi dari kisaran
5. Lakukan fisioterapi dada 5. Fisioterapi dada membantu
normal
mengeluarkan secret dengan bantuan
Dengan Kriteria hasil:
getaran dan gravitasi
- Frekuensi pernafasan 1/2/3/4/5
6. Instruksikan bagaimana agar bisa 6. Batuk efektif membantu pengeluaran
- Irama pernafasan 1/2/3/4/5
melakukan batuk efektif secret yang tertahan dengan maksimal
- Kedalaman inspirasi 1/2/3/4/5
tanpa membuang tenaga
- Kemampuan untuk mengeluarkan
NIC : Fisioterapi dada
secret 1/2/3/4/5
1. Kenali ada tidaknya kontraindikasi 1. PPOK eksaserbasi akut, pneumonia
dilakukannya fisioterpai dada pada tanpa produksi sputum berlebih,
pasien kanker paru, edema serebri,
osteoporosis merupakan kontraindikasi
dari pemberian fisioterpai dada
2. fisioterapi dada yang diberikan sesaat
2. Lakukan fisioterapi dada minimal 2 setelah makan dapat meningkatkan
jam setelah makan
resiko refluk makanan dari lambung
dan mengaibatkan aspirasi.
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan 3. Inform consent sebelum tindakan
fisioterapi dada meningktakan kepercayaan pasien
terhadap prosedur tindakan
4. Monitor status respirasi 4. Sesak dapat terjadi pada pasien jika
posisi postural drainage terlalu lama
dipertahankan
5. Tentukan segmen paru yang berisi 5. Menentukan posisi dalam melakukan
sekret berlebih fisioterapi dada
6. Lakukan fisioterpai dada 6. Fisioterapi dada memanfaatkan
gravitasi dan getaran dalam
mengeluarkan secret
7. Instruksikan pasien untuk 7. Membantu pasien dalam menghemat
mengeluarkan secret dengan napas energi saat mengeluarkan secret
dalam sehingga pasien tidak kelelahan
8. Monitor kemampuan pasien setelah dan 8. Perubahan suara napas menunjukkan
sebelum fisioterpai dada berhasil dilakukan

Evidence based
1. pengaruh terapi inhalasai uap panas
dengan minyak kay uputih (Yanisa,
2019)
2. Pengaruh active cycle of breathing
(Titih dkk, 2017)
3. Pengaruh teknik pernafasan buteyko
(Marlin, dkk 2018)
4. Pengaruh teknik nafas dalam dan
batuk efektif (A Hasaini, 2018)
2. Gangguan pola tidur Setelah diberikan intervensi keperawatan NIC
berhubungan dengan selama 3x24 jam, insomnia teratasi Peningkatan tidur :
ketidaknyamanan fisik. dengan: 1. Monitor/catat pola tidur pasien dan 1. Mengetahui masalah pada jumlah
NOC : Tidur jumlah jam tidur jam tidur
Batasan karakteristik :  Dipertahankan pada 4 2. Monitor pola tidur dan catat kondisi
- Perubahan afek  Ditingkatkan pada 5 fisik (misalnya, apnea tidur, 2. Kondisi fisik yang terganggu dapat
- Perubahan konsentrasi o 1 = Sangat terganggu sumbatan jalan nafas, nyeri/ mempengaruhi pola tidur
- Perubahan mood o 2 = Banyak terganggu ketidaknyamanan, dan frekuensi
- Perubahan pola tidur o 3 = Cukup terganggu buang air kecil) dan/atau psikologis
- Gangguan status o 4 = Sedikit terganggu (misalnya, kekuatan atau
kesehatan o 5 = Tidak terganggu kecemasan) keadaan yang
- Penurunan kualitas menggangu tidur
Dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan pasien untuk memantau 3. Mengetahui masalah yang dialami
hidup
- Jumlah jam tidur 1/2/3/4/5 pola tidur
- Kesulitan memulai tidur
- Pola tidur 1/2/3/4/5 4. Sesuaikan lingkungan (misalnya 4. Lingkungan yang tenang dapat
- Kesulitan
- Kualitas tidur 1/2/3/4/5 cahaya, kebisingan, suhu, dan mambantu peningkatan kualitas tidur
mempertahankan tidur
nyenyak - Efisiensi tidur 1/2/3/4/5 tempat tidur) untuk meningkatkan pasien
- Tidur memuaskan - Tidur rutin 1/2/3/4/5 tidur
- Bangun terlalu dini - Tidur lebih awal sampai habis di 5. Sesuaikan jadwal pemberian obat 5. Jadwal emberian obat yang sesuai
malam hari secara konsisten untuk mendukung tidur/siklus dapat membantu pasien untuk
- Sering membolos
1/2/3/4/5 bangun pasien memaksimalkan kualitas tidurnya
- Peningkatan terdjadi Manajemen Nyeri :
- Perasaan segar setelah tidur 1/2/3/4/5
kecelakaan 6. Lakukan pengkajian nyeri 6. Untuk mengetahui sejauh mana
- Tempat tidur yang nyaman 1/2/3/4/5
- Kekurangan energi komprehensif nyeri yang dirasakan pasien
- Suhu ruangan yang nyaman 1/2/3/4/5
- Polat tidur tidak 7. Lingkungan tenang akan
menyehatkan 7. Kendalikan faktor lingkungan menurunkan stimulus nyeri
- Gangguan pola tidur tenang, batasi pengunjung, suhu eksternal, dan membatasi
yang berdampak pada ruangan, pencahayaan pengunjung akan membantu
keesokan hari meningkatkan kodisi oksigen
ruangan.
8. berikan posisi nyaman ketika nyeri 8. Untuk mengurangi nyeri sampai
muncul tingkat yang dapat diterima pasien
9. Distraksi dapat menurunkan
9. Ajarkan teknik distraksi ketika nyeri stimulus internal
muncul 10. Analgetik dapat membantu nyeri
10. Pastikan perawatan analgesik berkurang
Evidance Base :
11. Peningkatan kualitas tidur melalui
senam lansia (Erna, 2016)
12. Pengaruh madu terhadap kualitas
tidur pada lansia (Tori, 2015)
13. Lakukan terapi foot massage
(Nurlaily, 2017)
14. Berikan terapi nonfarmakologi
mendengarkan musik klasik
(Andrian Riska S, 2018)
15. Latihan autogenik (Ricer Reflio,
2014)
3. Nyeri akut b.d agen Setelah diberikan intervensi NIC: Manajemen nyeri
pencedera biologis keperawatan selama 3 x 24 jam, Nyeri Aktivitas keperawatan:
(hipertensi) akut teratasi dengan: 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui sejauh mana nyeri
Batasan karakteristik : NOC: Tingkat Nyeri komprehensif meliputi lokasi, terjadi
 Perubahan seleran  Dipertahankan pada 4 karakteristik, durasi,
makan  Ditingkatkan pada 5 frekuensi,intensitas nyeri dan faktor
 Perubahan tekanan  1= Berat pencetus
darah  2= Cukup berat 2. Kaji tanda-tanda vital 2. Mengetahui keadaan umum pasien
 Perubahan frekuensi  3= Sedang 3. Gali bersama pasien faktor yang 3. Membantu pasien mengidentifikasi
jantung  4= Ringan dapat menurunkan nyeri seperti nyeri yang dialami agar dapat
 Diaphoresis  5= Tidak ada kompres hangat/dingin meringankan dan mengurangi nyeri
 Perilaku distraksi sampai pada kenyamanan yang
Dengan kriteria hasil
diterima pasien
(berjalan mondar-  Skala nyeri 1/2/3/4/5
mandir) - Nyeri yang dilaporkan 4. Evaluasi efektivitas tindakan 4. Untuk mengetahui tindakan yang
 Sikap melindungi nyeri - Panjangnya episode nyeri pengontrolan nyeri yang pernah nyaman dilakukan bila nyeri muncul
 Laporan isyarat - Mengerang dan menangis digunakan sebelumnya.
5. Berikan informasi mengenai 5. Pengetahuan yang akan dirasakan
- Ekspresi nyeri wajah
penyebab nyeri dan berapa lama membantu mengurangi nyerinya dan
- Mengeluarkan keringat
- Ketegangan otot nyeri akan dirasakan dapat membantu mengembangkan
6. Kendalikan faktor lingkungan 6. Lingkungan tenang akan menurunkan
- Tidak bisa istirahat
- Kehilangan nafsu makan tenang, batasi pengunjung, suhu stimulus nyeri eksternal dan
ruangan, pencahayaan membatasi pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi
oksigen ruangan yang akan berkurang
apabila banyak yang berada di
ruangan.
7. Ganti linen tempat tidur bila 7. Memberikan rasa nyaman
diperlukan
8. Berikan posisi nyaman ketika nyeri 8. Untuk mengurangi atau meringankan
muncul rasa nyeri sampai pada tingkat yang
dapat diterima pasien
9. Ajarkan teknik distraksi pada saat 9. Distraksi dapat menurunkan stimulus
nyeri internal
10. Dukung istirahat/tidur yang adekuat 10. Untuk meringankan rasa nyari
untuk membantu penurunan nyeri
Evidance Base
1. Pengaruh pemberian stimulus
kutaneus slow stroke back massage
(Tri Mawarni, 2018)
2. Efektifitas massage friage dan
kombinasi back massage stretching
(Ardi Utomo, 2019)
3. Pengaruh back massage terhadap
tingkat nyeri (Kusuma Dewi dkk,
2017)
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. Y Diagnosa Keperawatan:


RUANGAN : Wisma Bougenvile Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik.
HARI/TANGGAL : Senin, 3 Februari 2020

PENGKAJIAN-DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI
IMPLEMENTASI & RESPON HASIL
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: Pukul: Pukul:
S: Tn.Y Mengatakan sering terbangun 1. Memonitor/catat pola tidur pasien dan 1. Klien tidur malam dari jam 21.00-02.00 S: Tn.Y Mengatakan sering terbangun
dimalam hari dan tidak tidur lagi sampai pagi, jumlah jam tidur WIB dimalam hari dan tidak tidur lagi sampai
sesak dan batuk. 2. Memonitor pola tidur dan catat kondisi 2. Klien sering terbangun karena BAK pagi, klien mengatakan ngantuk sesak dan
Kuantitas tidur malam dari jam 21.00 – 02.00 fisik dan/atau psikologis keadaan dan nyeri area kepal masih batuk
WIB yang menggangu tidur 3. Klien tidur siang kuran lebih 1 jam
Kuantitas tidur siang dari jam 13.00 – 14.00 3. Menganjurkanjurkan pasien untuk O: - keadaan umum baik
WIB memantau pola tidur 4. Pencahayaan dikamar klien cukup - Klien tampak lelah
4. Mengatur lingkungan (misalnya tempat tidur kurang rapi, suhu ruangan - Klien menguap
O: - keadaan umum baik cahaya, kebisingan, suhu, dan tempat normal, lingkungan cukup tenang - TD : 130/90 mmHg
- Klien tampak lelah tidur) untuk meningkatkan tidur 5. Klien mengeluhkan nyeri area kepala, - N : 86x/m
- Klien menguap 5. Melakukankukan pengkajian nyeri terasa tertekan, hilang-timbul skala - RR : 30x/m
- TD : 140/90 mmHg komprehensif nyeri 5
- N : 80x/m 6. Jika nyeri uncul klien istirahat dan
- RR : 29x/m 6. Memberikan posisi nyaman ketika kadang tidur A: Tidur Pada Level 3
nyeri muncul 7. Jika nyeri muncul klien di ajar kan
teknik distraksi nafas dalam dan klien P: Aktivitas Keperawatan Peningkatan
A: Tidur Pada Level 3 7. Mengajarkan teknik distraksi ketika melakukannya Tidur dilanjutkan
nyeri muncul 8. Klien minum madu 2 sendok makan
P: Aktivitas Keperawatan Peningkatan Tidur 1- Evidance Base : setiap hari
8 dilakukan 8. Pengaruh madu terhadap kualitas tidur
pada lansia (Tori, 2015)
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. Y Diagnosa Keperawatan:


RUANGAN : Wisma Bougenvile Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik.
HARI/TANGGAL : Selasa, 4 Februari 2020

PENGKAJIAN-DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI
IMPLEMENTASI & RESPON HASIL
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: Pukul: Pukul:
S: Tn.Y Mengatakan sering terbangun 1. Memonitor/catat pola tidur pasien dan 1. Klien tidur malam dari jam 21.00-02.00 S: Tn.Y Mengatakan ngantuk, terasa sesak
dimalam hari dan tidak tidur lagi sampai pagi, jumlah jam tidur WIB dan masih batuk
batuk dan sesak 2. Memonitor pola tidur dan catat kondisi 2. Klien sering terbangun karena BAK dan
fisik dan/atau psikologis keadaan yang nyeri area kepal O: - keadaan umum baik
O: - keadaan umum baik menggangu tidur - Klien tampak lelah
- Klien tampak lelah 3. Menganjurkanjurkan pasien untuk 3. Klien tidur siang kuran lebih 1 jam - Klien menguap
- Klien menguap memantau pola tidur 4. Pencahayaan dikamar klien cukup - TD : 140/90 mmHg
- TD : 150/90 mmHg 4. Mengatur lingkungan (misalnya tempat tidur kurang rapi, suhu ruangan - N : 88x/m
- N : 82x/m cahaya, kebisingan, suhu, dan tempat normal, lingkungan cukup tenang - RR : 29x/m
- RR : 31x/m tidur) untuk meningkatkan tidur 5. Klien mengeluhkan nyeri area kepala,
terasa tertekan, hilang-timbul skala
5. Melakukankukan pengkajian nyeri nyeri 5 A: Tidur Pada Level 3
A: Tidur Pada Level 3 komprehensif 6. Jika nyeri uncul klien istirahat dan
kadang tidur P: Aktivitas Keperawatan Peningkatan
P: Aktivitas Keperawatan Peningkatan Tidur 6. Memberikan posisi nyaman ketika nyeri 7. Jika nyeri muncul klien di ajar kan teknik dilanjutkan
1-8 dilakukan muncul distraksi nafas dalam dan klien
melakukannya
7. Mengajarkan teknik distraksi ketika 8. Klien minum madu 2 sendok makan
nyeri muncul setiap hari
Evidance Base :
8. Pengaruh madu terhadap kualitas tidur
pada lansia (Tori, 2020)
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. Y Diagnosa Keperawatan:


RUANGAN : Wisma Bougenvile Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik.
HARI/TANGGAL : Rabu, 5 Februari 2020

PENGKAJIAN-DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI
IMPLEMENTASI & RESPON HASIL
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: Pukul: Pukul:
S: Tn.Y Mengatakan sering terbangun dimalam 1. Memonitor/catat pola tidur pasien 1. Klien tidur malam dari jam 21.00- S: Tn.Y Mengatakan sering terbangun
hari dan tidak tidur lagi sampai pagi dan jumlah jam tidur 02.00 WIB dimalam hari dan tidak tidur lagi sampai
Kuantitas tidur malam dari jam 21.00 – 02.00 2. Memonitor pola tidur dan catat 2. Klien sering terbangun karena BAK pagi
WIB kondisi fisik dan/atau psikologis dan nyeri area kepal
Kuantitas tidur siang dari jam 13.00 – 14.00 keadaan yang menggangu tidur O: - keadaan umum baik
WIB 3. Menganjurkanjurkan pasien untuk 3. Klien tidur siang kuran lebih 1 jam - Klien tampak lelah
memantau pola tidur 4. Pencahayaan dikamar klien cukup - Klien menguap
O: - keadaan umum baik 4. Mengatur lingkungan (misalnya tempat tidur kurang rapi, suhu - TD : 150/90 mmHg
- Klien tampak lelah cahaya, kebisingan, suhu, dan ruangan normal, lingkungan cukup - N : 86x/m
- Klien menguap tempat tidur) untuk meningkatkan tenang - RR : 28x/m
- TD : 160/90 mmHg tidur 5. Klien mengeluhkan nyeri area kepala,
- N : 85x/m terasa tertekan, hilang-timbul skala
- RR : 29x/m 5. Melakukankukan pengkajian nyeri nyeri 5 A: Tidur Pada Level 3
komprehensif 6. Jika nyeri uncul klien istirahat dan
kadang tidur P: Aktivitas Keperawatan Peningkatan Tidur
A: Tidur Pada Level 3 6. Memberikan posisi nyaman ketika 7. Jika nyeri muncul klien di ajar kan dilanjutkan
nyeri muncul teknik distraksi nafas dalam dan klien
P: Aktivitas Keperawatan Peningkatan Tidur 1- melakukannya
8 dilakukan 7. Mengajarkan teknik distraksi 8. Klien minum madu 2 sendok makan
ketika nyeri muncul setiap hari
Evidance Base :
8. Pengaruh madu terhadap kualitas
tidur pada lansia (Tori, 2020)
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. Y Diagnosa Keperawatan:


RUANGAN : Wisma Bougenvile Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik.
HARI/TANGGAL : Kamis , 6 Februari 2020

PENGKAJIAN-DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI
IMPLEMENTASI & RESPON HASIL
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: Pukul: 1. Klien tidur malam dari jam 21.00-02.00 Pukul:
S: Tn.Y Mengatakan sering terbangun dimalam 1. Memonitor/catat pola tidur pasien dan WIB S: Tn.Y Mengatakan sering terbangun
hari dan tidak tidur lagi sampai pagi,sesak dan jumlah jam tidur 2. Klien sering terbangun karena BAK dan dimalam hari dan tidak tidur lagi sampai
sering terbangun saat batuk 2. Memonitor pola tidur dan catat kondisi nyeri area kepal pagi, klien mengatakan ngantuk,masih
fisik dan/atau psikologis keadaan sesak dan batuk
O: - keadaan umum baik yang menggangu tidur 3. Klien tidur siang kuran lebih 1 jam
- Klien tampak lelah 3. Menganjurkanjurkan pasien untuk O: - keadaan umum baik
- Klien menguap memantau pola tidur 4. Pencahayaan dikamar klien cukup - Klien tampak lelah
- TD : 150/90 mmHg 4. Mengatur lingkungan (misalnya tempat tidur kurang rapi, suhu ruangan - Klien menguap
- N : 86x/m cahaya, kebisingan, suhu, dan tempat normal, lingkungan cukup tenang - TD : 140/90 mmHg
- RR : 30x/m tidur) untuk meningkatkan tidur 5. Klien mengeluhkan nyeri area kepala, - N : 85x/m
5. Melakukankukan pengkajian nyeri terasa tertekan, hilang-timbul skala - RR : 28x/m
Kuantitas tidur malam dari jam 21.00 – komprehensif nyeri 4
02.00 WIB 6. Memberikan posisi nyaman ketika 6. Jika nyeri uncul klien istirahat dan
Kuantitas tidur siang dari jam 13.00 – 14.00 nyeri muncul kadang tidur A: Tidur Pada Level 4
WIB 7. Jika nyeri muncul klien di ajar kan teknik
7. Mengajarkan teknik distraksi ketika distraksi nafas dalam dan klien P: Aktivitas Keperawatan Peningkatan Tidur
A: Tidur Pada Level 3 nyeri muncul melakukannya dilanjutkan
8. Klien minum madu 2 sendok makan
P: Aktivitas Keperawatan Peningkatan Tidur 1-8 Evidance Base : setiap hari
dilakukan 8. Pengaruh madu terhadap kualitas
tidur pada lansia (Tori, 2020)
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. Y Diagnosa Keperawatan:


RUANGAN : Wisma Bougenvile Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik.
HARI/TANGGAL : Jumat , 7 Februari 2020

PENGKAJIAN-DIAGNOSIS-INTERVENSI EVALUASI
IMPLEMENTASI & RESPON HASIL
(S-O-A-P) (S-O-A-P)
Pukul: Pukul: Pukul:
S: Tn.Y Mengatakan sering terbangun dimalam 1. Memonitor/catat pola tidur pasien dan 1. Klien tidur malam dari jam 21.00- S: Tn.Y Mengatakan sering terbangun
hari dan tidak tidur lagi sampai pagi jumlah jam tidur 02.00 WIB dimalam hari dan tidak tidur lagi sampai pagi
Kuantitas tidur malam dari jam 21.00 – 02.00 WIB 2. Memonitor pola tidur dan catat kondisi 2. Klien sering terbangun karena BAK
Kuantitas tidur siang dari jam 13.00 – 14.00 WIB fisik dan/atau psikologis keadaan dan nyeri area kepal O: - keadaan umum baik
yang menggangu tidur 3. Klien tidur siang kuran lebih 1 jam - Klien tampak lelah
3. Menganjurkanjurkan pasien untuk 4. Pencahayaan dikamar klien cukup - Klien menguap
O: - keadaan umum baik memantau pola tidur tempat tidur kurang rapi, suhu - TD : 140/90 mmHg
- Klien tampak lelah 4. Mengatur lingkungan (misalnya ruangan normal, lingkungan cukup - N : 87x/m
- Klien menguap cahaya, kebisingan, suhu, dan tempat tenang - RR : 29x/m
- TD : 150/90 mmHg tidur) untuk meningkatkan tidur 5. Klien mengeluhkan nyeri area
- N : 89x/m 5. Melakukankukan pengkajian nyeri kepala, terasa tertekan, hilang-timbul
- RR : 28x/m komprehensif skala nyeri 4 A: Tidur Pada Level 4
6. Jika nyeri uncul klien istirahat dan
6. Memberikan posisi nyaman ketika kadang tidur P: Aktivitas Keperawatan Peningkatan Tidur
A: Tidur Pada Level 3 nyeri muncul 7. Jika nyeri muncul klien di ajar kan dilanjutkan
teknik distraksi nafas dalam dan klien
P: Aktivitas Keperawatan Peningkatan Tidur 1-8 7. Mengajarkan teknik distraksi ketika melakukannya
dilakukan nyeri muncul 8. Klien minum madu 2 sendok makan
Evidance Base : setiap hari
8. Pengaruh madu terhadap kualitas
tidur pada lansia (Tori, 2020)
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. Y Diagnosa Keperawatan:


RUANGAN : Wisma Bougenvile Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik.
HARI/TANGGAL : Sabtu , 8 Februari 2020

PENGKAJIAN-DIAGNOSIS-
EVALUASI
INTERVENSI IMPLEMENTASI & RESPON HASIL
(S-O-A-P)
(S-O-A-P)
Pukul: Pukul: Pukul:
S: Tn.Y Mengatakan sering terbangun 1. Memonitor/catat pola tidur pasien dan 1. Klien tidur malam dari jam 21.00-02.00 S: Tn.Y Mengatakan sering terbangun
dimalam hari dan tidak tidur lagi sampai jumlah jam tidur WIB dimalam hari dan tidak tidur lagi sampai
pagi 2. Memonitor pola tidur dan catat kondisi fisik 2. Klien sering terbangun karena BAK dan pagi
dan/atau psikologis keadaan yang nyeri area kepal
O: - keadaan umum baik menggangu tidur 3. Klien tidur siang kuran lebih 1 jam O: - keadaan umum baik
- Klien tampak lelah 3. Menganjurkanjurkan pasien untuk 4. Pencahayaan dikamar klien cukup - Klien tampak lelah
- Klien menguap memantau pola tidur tempat tidur kurang rapi, suhu ruangan - Klien menguap
- TD : 150/90 mmHg 4. Mengatur lingkungan (misalnya cahaya, normal, lingkungan cukup tenang - TD : 150/90 mmHg
- N : 80x/m kebisingan, suhu, dan tempat tidur) untuk 5. Klien mengeluhkan nyeri area kepala, - N : 81x/m
- RR : 30x/m meningkatkan tidur terasa tertekan, hilang-timbul skala nyeri - RR : 29x/m
5. Melakukankukan pengkajian nyeri 5
komprehensif 6. Jika nyeri uncul klien istirahat dan
A: Tidur Pada Level 3 kadang tidur A: Tidur Pada Level 4
6. Memberikan posisi nyaman ketika nyeri 7. Jika nyeri muncul klien di ajar kan teknik
P: Aktivitas Keperawatan Peningkatan muncul distraksi nafas dalam dan klien P: Aktivitas Keperawatan Peningkatan
Tidur 1-8 dilakukan melakukannya Tidur dilanjutkan
7. Mengajarkan teknik distraksi ketika nyeri 8. Klien minum madu 2 sendok makan
muncul setiap hari
Evidance Base :
8. Pengaruh madu terhadap kualitas tidur
pada lansia (Tori, 2020)
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peran dan fungsi perawat Gerontik terhadap penderita hipertensi yaitu
sebagai care giver dengan cara memberikan Asuhan Keperawatan kepada Lansia.
Sebagai pendidik Lansia dengan cara memberikan pendidikan kesehatan kepada
lansia yang beresiko tinggi. Sebagai motivator dan innovator lansia dengan cara
memberi motivasi pada lansia. Sebagai advocator lansia dengan cara membantu
memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan
dengan pendekatan tradisional maupun professional. Dan sebagai konselor lansia
dengan cara memberikan bimbingan kepada lansia tentang masalah kesehatan sesuai
prioritas

B. Saran
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Makalah ini di harapkan dapat memberi kontribusi dalam ilmu pendidikan
khususnya bidang keperawatan mengenai asuhan keperawatan pada lansia
dengan hipertensi
2. Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat luas
khususnya lansia dengan hipertensi untuk menjaga kesehatan baik dimasa
sekarang atau untuk masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai