Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA PADA GANGGUAN

PENDENGARAN “PRESBIKUS”

DI SUSUN OLEH :
kelompok 6
1. Bustanul arifin
2. Moses dubur
3. Kasena yigibalo

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
JAYAPURA 2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak
tampak mencolok. Penuaan akan terjadi pada hampir semua sistem tubuh
manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu
yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang
universal, tidak seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan dan
mengapa manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda. Dahulu para
ilmuan telah membuat teori tentang penuaan seperti Aristoteles dan
Hipocrates yang berisi tentang suatu penurunan suhu tubuh dan cairan secara
umum. Sekarang dengan seiring jaman banyak orang yang melakukan
penelitian dan penemuan dengan tujuan supaya ilmu itu dapat semakin jelas,
komplek dan variatif. Ahli teori telah mendeskripsikan proses biopsikososial
penuaan yang kompleks.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai
organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan
tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada
umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan
menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun. Lansia akan mengalami
masalah kesehatan seperti penurunan pendengaran dikarenakn fungsi dalam
pendengaran yang menurun. Penurunan pendengaran tersebut di sebut
prsbikus dimana presbikus adalah gangguan sensoroneural terjadi karena usia
yang mulai bertambag yang menyababkan penurunan fungsi pendengaran

i
Dimasa datang, jumlah lansia di Indonesia semakin bertambah. Tahun
1990 jumlah lansia 6,3 % (11,3 juta orang), pada tahun 2015 jumlah lansia
diperkirakan mencapai 24,5 juta orang dan akan melewati jumlah balita yang
ada pada saat itu diperkirakan mencapai 18,8 juta orang. Tahun 2020 jumlah
lansia di Indonesia diperkirakan akan menempati urutan ke 6 terbanyak di
dunia dan melebihi jumlah lansia di Brazil, Meksiko dan NegaraEropa.
Terjadinya gangguan pendengaran pada usia diatas 65 tahun lima kali lebih
banyak dibandingkan usia kurang dari 65 tahun. Menurut World Health
Organization (WHO) saat ini ada sekitar 360 juta (5,3%) orang di dunia
mengalami gangguan pendengaran, 328 juta (91%) adalah orang dewasa
terdiri dari 183 juta laki-laki dan 145 juta perempuan.7 Prevalensi gangguan
pendengaran meningkat seiring dengan pertambahan usia. Prevalensi
gangguan pendengaran pada orang diatas usia 65 tahun bervariasi dari
mulai
18 hingga hampir 50% di seluruh dunia. Hasil Survei Nasional Kesehatan
Indera Penglihatan dan Pendengaran di 7 provinsi tahun 1993-1996,
prevalensi gangguan pendengaran 16,8% yang disebabkan oleh
presbikusis sebesar2,6%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hoffman pada tahun 2016,
sebesar 51,1% orang dewasa berusia 60-69 tahun di Amerika Serikat
mengalami gangguan pendengaran bilateral pada nada tinggi. Secara
nasional, di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 diperoleh prevalensi gangguan pendengaran tertinggi pada
kelompok umur 75 tahun ke atas yaitu sebesar 36,6%, disusul oleh kelompok
umur 65-74 tahun sebesar
17,1%. Prevalensi responden dengan gangguan pendengaran pada perempuan
cenderung sedikit lebih tinggi daripada laki-laki dan prevalensi tertinggi
untuk ketulian Oleh karena itu dalam penyusunan makalah ini penulis
akan membahas tentang proses penuaan pada penurun fungsi sensori.

ii
B. TUJUAN PENULISAN
1. TUJUAN UMUM
Diketahui asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan persepsi
sensori pendengaran
2. TUJUAN KHUSUS
Untuk diketahui bagaimana cara penanganan pada kansia yang mengalami
gangguan prisbikusis
C. MANFAAT
1. BAGI LANSIA
Dapat membatu lansia dalam melakukan aktivitas kehidupanya dan salam
melakukan kegiatan kesehatan demi menjadi lansia yang sehat
2. BAGI PERAWAT
Menambah wawasan dalam menghadapi lansia agar menjadi perawat yang
profesional
3. BAGI INSTITUSI PENDIDIKAN
Menambah wawasan dan ilmu untuk menjadi ilmu dan dapat
dimanfaatkan oleh banyak orang
D. RUANG LINGKUP

Lingkupan asuhan keperawatan gerontik meliputi pencegahan perubahan


ketidakmampuan akibat proses penuaan, perawatan yang ditujukkan untuk
pemenuhan kebutuhan akibat proses penuaan, dan pemulihan yang ditujukkan
untuk pemenuhan kebutuhan akibat proses penuaan .

iii
BAB II TINJAUAN

PUSTAKA

A. KONSEP DASAR LANSIA


1. PENGERTIAN
Menurut Setianto (2004) Lansia dikatakan lanjut usia apabila usia nya berusian
65 tahun keatas.menurut (Muhith & Siyoto, 2016) lansia adalah keadaan
ditandai dengan kegagalan seseorang dalam mempertahankan keseimbangan
terhadapp kondisi stres fisiologis kegagalan ini berkaitan dengan penurunan
kemampuan hidup karena bertambahnya usia lansia.

2. KLASIFKASI
Kalsifikasi lansia menurut (Muhith & Siyoto, 2016) sebagai berikut
a. Usia pertengahan (midle age) usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia (old) 60-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old)> 90 tahun

3. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


Ada beberapa tujuan dari asuhan keperawatan gerontik yaitu sebgai berikut
(Sunaryo & Wijayanti, 2015)
a. Tujuan dilakukan asuhan gerontik untuk meningkatkan kemandirian
dalam activity daily living dengan upaya promotif ,preventiv, dan
rehabilitasi
b. Tujuan dilakukan asuhn keperawatan gerontik untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan dan kemampuan lansia dalam melakukan
tindakan pencegaan dan perawatan
c. Tujuan dilakukan asuhan keerawatan gerontik untuk membantu
mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup
lansia
d. Membantu memahami individu terhadap perubahan diusia lanjut
e. Membantu untuk memotivasi masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan hidup lansia

4. PERAN DAN FUNGSI TANGGUNG JAWAB PERAWAT GERONTIK


Menurut (Sunaryo & Wijayanti, 2015) perawat gerontik mempunyai peran dan
fungsi sebagai berikut:
a. Care provider
Care provider artinya memberikan asuhan keperawatan kepada lansia yang
meliputi tindakan keperawatan
b. Advocat
Advocat artinya berfungsi penghubung tim kesehatan dengan lansia dalam
upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan
c. Edukator

1
Edukator merupakan perawat membantu lansia dalam meningkatkan
pemberian pengetahuan berkaitan dengan keperawatan dan tindakan medik
sehingga dapat diterima oleh lansia dan keluarga lansia
d. Conselor
Conselor merupakan perawat sebagai pemberi bimbingan atau konseling
kepada lansia dan keluarga terhadap masalah kesehtan sesuai dengan
prioritas.
e. Motivator
Motivator merupakan perawat memberi motivasi atau dukungan moril
terhadap lansia dalam mememnuhi kebutuhan kesehatan lansia tersebut
f. Colaborator
Colaborator merupakan perawat bekerja sama dengan tim kesehtan dan
keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan
keperawatan guna memenuhi rencan maupun pelaksanaan kesehatan
lansaia.

Tangung jawab perawat gerontik adalah


a.) Membantu lansia yang sehat dalam memelihara kesehatan
b.) Membantu lansia yang sakit dalam memperoleh kesehatan kembali
c.) Membatu lansia yang tidak bisa disembuhkan untuk menyadari
kelebihan dari dirinya
d.) Membantu lansia yangmenghadapi ajal untuk diperlakukan secara
manusiawi.

5. TEORI LANSIA
Teori penuaan memberikan kemungkinan penyebab dari prose penuaan.
Walaupun teori ini tidak berkaiatn dengan penuaan akan tetapi dapat
menjawabtentang nilai-nilai yang mempengaruhi seorang lansia. Hasil temuan
dapat ditemukan pada beberapa teori (Stuart, 2009).
a. Teori biologis
Teori biologis merupakan penuaan berkaitan dengan genetik sitemik dalam
tubuh. Rentang kehidupan sel di dalam tubuh yang disimpan didalam tubuh
akan mengalami proses penuaan.
b. Teori radikal bebas
Toeri radikal bebas dalah merupakan teori dimana pada lansia terjadi
kerusakan sel didalam tubuh disebkan oleh radikal bebas yang merusak
membran sel yang menyebabkan terjadinya penurunan dan kerusakan fisik
pada lansia.
c. Teori genetik
Gen merupakan sel aktif yang ada dalam tubuh manusaia dimana pada
lansia gen tersebut mengalami pembelahan diri yang terbatas atau gagal
untuk menghasilakan zat pertumbuhan, menghentikan pembelahan dan
pertubuhan dikarenakan lansia yang mempunyai penurunan fungsi tubuh
karena bertambahnya usia lansia.

2
d. Teori adaptasi stress
Pada teori ini menekankan bahwa efek positif dan negatif dari stress
berdampak terhadap perkembangan biopsikososial. Stress akan
menurunkan kapasitas kemampuan lanisa secara psikologias. Stres dapat
menurunkan kapasitas kemampuan secara fisiologis,sosial, dan ekonomi
yang berakibat meningkkatnya resiko untuk timbulnya penyakit atau
cedera pada lansia dan sejalan dengan terjadinya proses penuaan.
e. Teori pakai dan rusak
Teori pakai rusak ini terjadi karena sel pada lansia mengalami kerusakan
akibat faktor internal dan ekternal. Perubahan struktur dan fungsi bisa
terjadi lebih cepat karena penyalah gunaan dan terlambatnya perawatan.
Sehingga dapat menyebabkan kerusakan yang cukup banyak jika tidak
ditangani
f. Teori psikologis
Teori psikologi penuaan mengulas tentang perkembangan tentang
kehidupan yaitu dalam teori psikologi terbagi kedalan 2 hal yaitu:
1. Teori perkembangan ini membahas tentang tahap perkembangan
psikologis sesuai dengan usia dan tugas perkembangan seperti
penyesuaian terhadap perubahan dan kehilangan, mempertahankan
harga diri, dan mempersiapkan kematian yang akan dihadapi
2. Stabilitas kepribadian merupakan kepribadian seseorang individu
terbentuk semenjak dewasa muda dan cenderung stabil dan dapat
beradaptasi,tetapi tidak lagi terjadi perubahan yang akan drastis terjadi
di sisa kehidupanya. Perubahan ini.
g. Teori sosial budaya
Teori sosial budaya mengulas tentang adanya keterkaitan individu dengan
lingkungan.
1. Teori aktivitas
Aktivitas mempunyai pengaruh positif pada kondisi psikologis ornag
lanjut usia dan dapat tetap aktif seanjang waktu. Teori aktivitas
menekankan tentang pengaruh positif aktivitas terhadap kepibadia,
kesehatan jiwa,dan kepuasan hidup lansia
2. Teori keluarga
Teori keluarga sebagai unit dasar dari perkembangan emosional.
Keterkaitan tugas, masalah dan hubungan sangat ditekankan dalam tiga
generasi keluarga.
3. Teori kesesuian individu dan lingkungan
Teori kesesuain lingkungan –individu menekankan tentang hubungan
kompetensi personal lansia dan lingkungan. Jika terjadi penurunan
kompetensi sejalan dengan usia, kemampuan seorang individu
berhubungan dengan lingkungn akan megalami perubahan akan
menurun.

3
6. GANGGUAN PADA PENDENGARAN
1) Gangguan Pendengaran Tipe Konduktif
Gangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalis auditorius,
membrana timpani atau tulang- tulang pendengaran. Salah satu penyebab
gangguan pendengaran tipe konduktif yang terjadi pada usia lanjut adalah
adanya serumen obturans, yang justru sering dilupakan pada
pemeriksaan. Hanya dengan membersihkan lobang telinga dari serumen in
i pendengaran bisa menjadi lebih baik.

2) Gangguan Pendengaran Tipe Sensori-Neural


Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron akibat bising,
prebiakusis, obat yang oto-toksik, hereditas, reaksi pasca radang dan
komplikasi aterosklerosis.

3) Prebiakusis
Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekwensi tinggi, yang
merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya usia.
Bersifat simetris, dengan perjalanan yang progresif lambat.
Terdapat beberapa tipe presbiakusis, yaitu :
a. Prebiakusis Sensorik
Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neuronal di
ganglion spiralis. Letak dan jumlah kehilangan sel neuronal akan
menentukan apakah gangguan pendengaran yang timbul berupa
gangguan atas frekuensi pembicaraan atau pengertian kata-kata.

b. Prebiakusis Neural
Patologinya berupa hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis.
Letak dan jumlah kehilangan sel neuronal menentukan gangguan
pendengaran yang timbul (berupa gangguan frekuensi pembicaraan
atau pengertian kata-kata adanya inkoordinasi, kehilangan memori,
dan gangguan pusat pendengaran).

c. Prebiakusis Strial (Metabolic)


Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan
tengah dari kohlea. Prebiakusis jenis ini biasanya terjadi pada usia
yang lebih muda disbanding jenis lain.
d. Prebiakusis Konduktif Kohlear (Mekanik)

4
Diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanik pada
membrane basalis kohlea sebagai akibat proses dari sensitivitas
diseluruh daerah tes.

4) Tinitus
Suatu bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa
terus menerus atau intermiten. Biasanya terdengar lebih keras di waktu malam
atau ditempat yang sunyi. Apabila bising itu begitu keras hingga bisa didengar
oleh dokter saat auskkkultasi disebut sebagai tinnitus obyektif.

5) Persepsi Pendengaran Abnormal


Sering terdapat pada sekitar 50% lansia yang menderita presbiakusis, yang
berupa suatu peningkatan sensitivitas terhadap suara bicara yang keras.
Tingkat suara bicara yang pada orang normal terdengar biasa, pada penderita
tersebut menjadi sangat mengganggu.

6) Gangguan Terhadap Lokalisasi Suara


Pada lansia seringkali sudah terdapat gangguan dalam membedakan arah
suara, terutama dalam lingkungan yang agak bising

5
B. COVID 19
1. PENGERTIAN COVID-19
Corona virus merupakan virus yang menyebabkan tanda gejala mulia
dari ringan sampai berat corona virus dapat menyebakan dapat
menimbulkan gejala berat seperti midle east respiratory sydrome
(Sugihantono, 2020)
2. TANDA GEJALA
Menurut (Sugihantono, 2020) ada beberapa tanda gejala dari covit
yaitu
a. Demam
b. Batuk kering
c. Kelelahan
d. Rasa tidak nyaman dan nyeri
e. Nyeri tengorokan
f. Diare
g. Konjungtivitis
h. Hilang indera penciuman
i. Ruam pada kuli
j. Kesulitan bernapas
k. Nyeri dada
3. PENATALAKSANAAN COVID
Menurut (Sugihantono, 2020) beberapa pencegahan yang dapat
dilakukan agar kita dapat terhindar dari covit yaitu
a. Melakukan perawatan diri seperti mencuci tangan
b. Mengunakan masker jika akan pergi atau bertemu orang
c. Menjaga jarak 1 meter jika ingin keluar
d. Lakukan sosial distancing diruamah

4. HUBUNGAN LANSIA DENGAN COVID

Dari data yang didaptkan virus corona telah menginveksi 100.000


penduduk dunia sekitar 4000 orang diantaranya dinyatakan
meningagl dan terus bertambah seiring dengan waktu sekarang .
kematian paling banyak terjadi pada lansia berusia 80 tahun keatas
dengan presentase 21.9%. kenapa lansia lebih berisiko terhadap
terpaparnya covit tersebut karena seiring bertambahnya usia tubuh
akan mengalami penurunan akibat proses penuaan mulai dari
menurunya pigme rambut,masa otot, kepadatan tulang,kekuatan gigi
dan fungsi organ lainyaa. Sistem imun sebagia pelindung tubuh pun
tidak bekerja sekuat masih muda inilah alasan mengapa usia lanjut
rentang terserang covit.

6
C. PRESBIKUSIS

1. PENGERTIAN
Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekwensi tinggi,
yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan
lanjutnya usia. Bersifat simetris, dengan perjalanan yang
progresif lambat. Presbikusis adalah penurunan pendengaran, pada
audiogram terlihat penurunan pendengaran (fatmawati & Dewi,
2016)
2. ANATOMI

A. Telinga bagian luar

Telinga manusia bagian luar berfungsi seperti corong yang


menangkap getaran suara dan menyalurkannya hingga ke gendang
telinga. Telinga bagian luar terdiri dari dua bagian. Kedua bagian
itu adalah daun telinga dan liang telinga.Berikut ini adalah bagian
yang ada di telinga luar:

1. Daun telinga

Daun telinga atau pinna merupakan bagian dari telinga luar


yang paling menonjol dan mudah terlihat. Setiap manusia
normalnya memiliki dua daun telinga yang terletak pada dua
sisi yaitu sisi kanan dan sisi kiri. Daun telinga terbentuk dari
tulang rawan.Fungsi daun telinga adalah untuk
mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke liang
atau saluran telinga. Selain itu, fungsi dari daun telinga adalah
untuk melakukan lokalisasi suara yakni dengan merasakan
daun telinga pada sisi mana yang lebih dekat dengan suara.

7
2. Liang telinga/ saluran telinga

Bagian selanjutnya dari telinga luar setelah daun telinga


adalah liang atau saluran telinga. Saluran telinga orang dewasa
memiliki panjang sekitar 3 cm. Bentuk lubang telinga ini
menyerupai huruf S. Pada bagian awal saluran/ lubang telinga
tersusun dari tulang rawan dan pada bagian selanjutnya
tersusun dari tulang keras. Fungsi lubang atau liang
telinga adalah untuk menyalurkan getaran suara menuju
telinga bagian tengah.

B. Telinga bagian tengah

Telinga bagian tengah terletak di antara telinga bagian luar dan


telinga bagian dalam. Batas telinga tengah dengan telinga luar
ditandai dengan membran timpani atau gendang telinga. Bentuk
dari telinga tengah menyerupai kubah dengan enam sisi.

Fungsi telinga tengah adalah untuk memindahkan getaran suara


dari gendang telinga menuju cairan telinga yang ada di telinga
bagian dalam. Ada beberapa bagian pada telinga bagian tengah
yang mendukung pemindahan getaran suara. Berikut ini adalah
beberapa bagian yang ada di telinga tengah.

Berikut ini adalah beberapa bagian yang ada di telinga tengah:

1. Membran timpani (gendang telinga)

Membran timpani merupakan sebuah selaput yang


memisahkan saluran/ lubang telinga luar dengan telinga
tengah. Membran timpani sering juga disebut dengan gendang
telinga. Hal ini dikarenakan bentuk dari membran timpani
memang menyerupai gendang.

Gendang telinga atau membran timpani memiliki diameter


berukuran 1 cm dan berbentuk cekung. Pada bagian gendang
telinga terdapat saraf sehingga membuatnya adanya rasa sakit
apabila menyentuh bagian membran timpani. Fungsi
gendang telinga adalah untuk merespon suara yang ditandai
dengan adanya getaran pada gendang telinga.

2. Rongga timpani

Setelah selaput atau membran timpani, bagian selanjutnya


dari telinga tengah adalah rongga timpani. Rongga timpani
terdiri dari tiga buah tulang pendengaran dan dua otot
pendengaran.

8
2.1 Tulang pendengaran

Fungsi tulang pendengaran atau disebut juga osikel pendengaran


adalah untuk menghubungkan membran timpani dengan telinga dalam.
Berikut ini adalah tulang-tulang pendengaran:

1. Maleus (martil)

Tulang pendengaran maleus merupakan tulang pendengaran yang


menempel pada membran timpani. Maleus memiliki bentuk tulang seperti
martil. Fungsi tulang maleus atau tulang martil adalah meneruskan
getaran dari membran timpani.

2. Incus (landasan)

Tulang pendengaran incus terletak di dekat tulang maleus atau tulang


martil. Incus atau disebut juga tulang landasan dengan ukuran kecil dan
berbentuk seperti sebuah landasan pesawat. Fungsi tulang incus adalah
untuk memberikan respons tulang maleus.

3. Stapes (sanggurdi)

Tulang pendengaran yang ketiga adalah tulang stapes atau dikenal


dengan tulang sanggurdi. Bentuk dari tulang sanggurdi seperti sanggurdi
kuda yang memiliki bagian yang melengkung. Fungsi tulang stapes
adalah memberikan respons dari getaran yang diteruskan oleh tulang stapes
dan mengalirkan gelombang suara ke telinga dalam. Getaran suara yang
direspon oleh getaran membran timpani akan menggerakan tulang-tulang
pendengaran dengan gerakan yang memiliki frekuensi sama. Gerakan dari
ketiga tulang pendengaran akan menghasilkan tekanan yang menyerupai
gelombang. Gelombang tersebut pun akan membuat gerakan yang mirip
dengan gerakan cairan telinga dalam

2.2 Otot pendengaran

Selain tulang pendengaran, pada bagian telinga tengah terdapat dua


otot pendengaran. Kedua otot pendengaran tersebut adalah tensor timpani
dan stapedius. Otot tensor timpani adalah otot telinga yang ada di tulang
maleus, sedangkan otot stapedius adalah otot telinga yang ada di tulang
stapes. Fungsi otot tensor timpani adalah untuk menarik gendang telinga
ke dalam dan membuatnya tegang. Pada saat yang sama, fungsi otot
stapedius yaitu untuk melindungi telinga dari suara keras muncul sebagai
refleks timpani. Otot stapedius akan mengurangi pergerakan tulang stapes.

9
C. Telinga bagian dalam

Bagian selanjutnya adalah telinga dalam. Melalui namanya,


kamu pun sudah tahu bahwa bagian telinga ini merupakan
bagian telinga yang paling dalam. Telinga dalam terletak di
tulang labirin.

Tulang labirin berbentuk seperti labirin yang dilapisi dengan


membran labirin. Ada bagian yang terletak di antara tulang
labirin dengan membran labirin, yaitu perilimph. Membran
labirin memiliki cairan sendiri yang bernama endolimph.

Berikut ini adalah beberapa bagian yang ada di telinga dalam:

1. Koklea

Koklea merupakan bagian dari telinga dalam yang berbentuk


spiral seperti rumah siput. Fungsi koklea adalah mengubah
getaran suara menjadi persepsi pendengaran. Koklea memiliki
ukuran lebar 9 mm dan tinggi 5 mm.

2. Ruang koklea

Di dalam koklea terdapat tiga ruang yang berisi cairan


perilimph. Ketiga ruang koklea tersebut adalah ruang atas,
ruang depan, dan ruang bawah. Hanya ada satu ruang
yang diisi dengan endolimph, yaitu ruang tengah atau disebut
juga dengan saluran koklea. Fungsi ruang koklea adalah untuk
menampung cairan koklea.

3. Organ korti

Organ korti dilapisi oleh membran yang disebut dengan


membran basilar. Besar organ korti seperti ukuran kacang
polong. Fungsi organ korti adalah untuk mengubah
gelombang menjadi impuls saraf. Ada beberapa komponen
penting pada organ corti di antaranya adalah sel rambut
dalam, sel rambut luar, sel penunjang Deiters, Hensen’s,
Claudiu’s, membran tektoria dan
lamina retikularis. Komponen-komponen inilah yang
menyampaikan persepsi suara ke otak dan sistem saraf pusat
sehingga manusia bisa mendengar dan memberikan respon.

10
3. KLASIFIKASI
Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekwensi tinggi, yang
merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya usia.
Bersifat simetris, dengan perjalanan yang progresif lambat.
Terdapat beberapa tipe presbiakusis, yaitu :
a. Prebiakusis Sensorik
Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neuronal di ganglion
spiralis. Letak dan jumlah kehilangan sel neuronal akan menentukan
apakah gangguan pendengaran yang timbul berupa gangguan atas
frekwensi pembicaraan atau pengertian kata-kata.

b. Prebiakusis Neural
Patologinya berupa hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis.
Letak dan jumlah kehilangan sel neuronal menentukan gangguan
pendengaran yang timbul (berupa gangguan frekuensi pembicaraan
atau pengertian kata-kata adanya inkoordinasi, kehilangan memori, dan
gangguan pusat pendengaran).

c. Prebiakusis Strial (Metabolic)


Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah
dari kohlea. Prebiakusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih
muda disbanding jenis lain.
d. Prebiakusis Konduktif Kohlear (Mekanik)
Diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanik pada membrane
basalis kohlea sebagai akibat proses dari sensitivitas diseluruh daerah
tes.

4. ETIOLOGI
a. Jenis kelamin
b. Genetik
Genetik berperan dalam terjadinya presbikusis karena terdapat gen
C57BL/6J merupakan protein pembawa mutasi gen cadherin 23
(cdh23) yang mengkode komponen ujung sel koklea yang
menyebabkan terjadinya apotosis strain yang mengakibatkan
penurunan pendengaran.
c. Hipertensi
d. Diabetes militus hiperkolesterol

11
5. TANDA GEJALA
Ada beberapa gejala yang diderita oleh lansia yang menderita
presbikusis (fatmawati & Dewi, 2016) yaitu:
a. Berkurangnya kemampuan pendengaran
b. Berkurangnya kemapuan berkomunikasi
c. Telinga menjadi sakit bila lawan bicara berbicara keras
d. Tergenggunya fisik dan emosional

6. PEMERIKSAAN
Menurut (fatmawati & Dewi, 2016) ada beberapa pemeriksaan
penunjang yang akan membantu dalam menegakkan diagnosa:
a. Otoskopik : tampak membran timpani suram.
b. Tes Garputala pada tuli sensori neural.
c. Pemeriksaan audiometri nada murni menunjukkan suatu ketulian
saraf nada tinggi, bilateral dan simetris.
d. Pemeriksaan audiometri tutur : menunjukkan adanya gangguan
deskriminasi bicara

7. PENATALAKSANAAN
Presbikusis tidak dapat disembuhkan, gangguan dengar pada
presbikusis adalah tipe sensori neural dan tujuan penatalaksanaannya
adalah untuk memperbaiki kemampuan pendengaran dengan
menggunakan alat bantu dengar.
Rehabilitasi sebagai upaya mengembalikan fungsi pendengaran
dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar. Adakalanya
pemasangan alat bantu dengar perlu dikombinasikan dengan latihan
membaca ujaran (speech reading) dan latihan mendengar (auditory
training); prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi
wicara (speech therapist).

12
8. ASUHAN KEPERAWATAN
a. PENGKAJIAN
Jika mengkaji pasien dengan atau yang beresiko perubahan sensori
maka
perawat mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi fungsi
sensori khususnya faktor usia. Perawat mengumpulkan riwayat yang
juga mengkaji status sensori klien saat ini dan tingkat dengan defisit
sensori mempengaruhi gaya hidup klien. Penyesuaian psikososial,
kemampuan perawatan diri, dan keamanan. Pengkajian juga harus
berfokus pada kualitas dan kuantititas stimulus lingkungan.
1) Biodata
2) Kebiasaan promosi kesehatan, misal : kebiasaan membersihkan
mata/telinga, aktivitas rekreasi, kebiasaan dalam bekerja misalnya
orang yang bekerja dalam suatu keadaan yang terdapat kemungkinan
terjadi cedera mata, misalnya terpapar zat kimia, pengelasan,
penggosokan gelas atau batuan.
3) Orang yang berisiko : lansia, jenis pekerjaan,gangguan jiwa
4) Kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Perawat mengkaji
kemampuan fungsional klien di lingkungan rumah mereka maupun
dalam pelayanan kesehatan. Meliputi aktivitas makan, berpakaian,
perawatan diri dan berdandan.
5) Lingkungan, terkait dengan kondisi bahaya. Misalnya: tangga,
kran air panas/dingin yang tidak bertanda, lantai yang licin, benda
tajam.
6) Tingkat sosialisasi klien dan metode komunikasi
7) Status mental, meliputi : Penampilan dan perilaku fisik,
Aktifitas motorik, Postur, Ekspresi wajah, Kebersihan, Kemampuan
kognitif, Tingkat kesadaran, Alasan abstrak, Kalkulasi, Alasan
abstrak, Kalkulasi, Perhatian, Penilaian, Kemampuan untuk
melakukan percakapan, kemampuan untuk membaca, menulis, dan
mengkopi gambar, memori yang baru dan mengingat memori,
stabilitas emosional, agitasi, euforia, iritabilitas, tidak ada harapan
atau suasana hati yang melebar, halusinasi, auditori, visual, dan
taktil, ilusi, delusi.
8) Pemeriksaan fisik pada panca indera
Untuk mengidentifikasi deficit sensori, perawat mengkaji penglihatan,
pendengaran, olfaksi, rasa dan kemampuan untuk membedakan
cahaya, sentuhan, temperatur, nyeri dan posisi.

9) Pendengaran
a) Melakukan tes suara bisik atau garputala

13
b) Kaji persepsi klien gangguan kemampuan pendengaran dan
riwayat tinnitus
c) Observasi pasien yang berbincang-bincang dengan orang lain
d) Inspeksi adanya serumen yang keras pada saluran pendengaran

Diagnosa
a. Hambatan Komunikasi Verbal b.d gangguan presepsi sensorik
b. Hambatan Interaksi Sosial b.d kendala komunikasi
c. Harga diri rendah situasional b.d gangguan citra tubuh

b. Intervensi

Diagnosa Noc Nic

Hambatan Komunikasi Kemampuan untuk 1.fungsi auditori


Verbal b.d gangguan merasakan suara dengan 2. Monitor struktur anatomi telinga
presepsi sensorik tepat dipertahankan pada untuk tanda dan gejala infeksi (
Ditadai dengan: skala 2 ditingkatkan ke 4 Inflamasi/meradang)
dengan indikator : 3. Monitor tanda dan gejala
1. Ketajaman disfungsi yang dilaporkan pasien
pendengaran (kiri dan (nyeri,gatal,perubahan
kanan) pendengaran)
2. Konduksi suara pada 4. Instruksikan klien untuk
tulang. membersihkan telinga
3. Perbedaan pendengaran 5. Instruksikan pasien untuk
dari suara yang berlainan. membaca gerakan mulut perawat.
4. Merespon pada 6.Instruksikan pasien untuk
stimulus pendengaran menggunakan alat bantu/perawatan
5. Kehilangan suara yang telinga
menurun tajam 7. Instruksikan pasien untuk tidak
menggunakan ojek asing yang lebih
kecil dari ujung jari klien dan benda
tajam lainnya utuk penggorekan
serumen.
8. Instruksikan pasien pentingnya
melindungi pendengaran selama
terpapar suara keras/kebisingan

14
9. Berikan pasien pengetahuan
tentang vaksinasi yang bisa
mengurangi kemungkinan
kehilangan pendengaran sensori
neural.
10. Instruksikan orang tua untuk
mengobservasi tanda dan gejala
adanya disfungsi auditori.
11. Kolaborasi dengan tim medis
dalam memberikan terapi lanjutan.
12. Kolaborasi dengan keluarga
klien dalam menemani aktivitas
pasien.

Hambatan Interaksi Sosial Penerimaan interprestasi, Peningkatan komunikasi kurang


b.d kendala komunikasi ekspresi lisan pendengaran
dipertahankan dari skala 3 1. Monitor fungsi auditorial
ke skala 5 dengan 2. Observasi kesimetrisan telinga.
indikator : 3. Monitor akumulasi serumen
• menggunakan bahasa yang berlebihan.
tertulis 4. Dapatkan perhatian pasien
• menggunakan bahas sebelum berbicara.
lisan 3. Anjurkan pasien untuk
• menggunakan foto atau menghindari lingkungan yang
gambar berisik saat berkomunikasi.
• menggunakan bahasa 4. Membantu pasien untuk dapat
non verbal menyampaikan apa yang akan
• mengenali bahasa yang disampaikan melalui gerakan
diterima mulut.
• mengarahkan pesan 5. Minta pasien unutk menyarankan
pada penerima yang tepat strategi-strategi dalam rangka
meningkatkan komunikasi
6. Instruksikan pasien agar tidak
menggunakan benda asing yang
lebih kecil dari ujung jari
7. Instrusikan pasien, keluarga, dan
tenaga keperawatan mengenai
penggunaan, perawatan, serta
pemeliharaan perangkat dan alat
bantu dengar.
8. Ajarkan pasien teknik membaca
mulut.

15
9. Anjurkan pasien/ keluarga untuk
memperoleh perangkat dan alat
bantu dengar
10. Kolaborasi dengan tim medis
dan perawat guna pemeliharaan alat
bantu dengar
11. Kolaborasi dengan keluarga
untuk selalu berinteraksi dengan
sekitarnya.
12. Kolaborasi dengan tim medik
dalam pelaksanaan terapi.

Hambatan Komunikasi Kemampuan untuk 1.fungsi auditori


Verbal b.d gangguan merasakan suara dengan 2. Monitor struktur anatomi telinga
presepsi sensorik tepat dipertahankan pada untuk tanda dan gejala infeksi (
Ditadai dengan: skala 2 ditingkatkan ke 4 Inflamasi/meradang)
dengan indikator : 3. Monitor tanda dan gejala
1. Ketajaman disfungsi yang dilaporkan pasien
pendengaran (kiri dan (nyeri,gatal,perubahan
kanan) pendengaran)
2. Konduksi suara pada 4. Instruksikan klien untuk
tulang. membersihkan telinga
3. Perbedaan pendengaran 5. Instruksikan pasien untuk
dari suara yang berlainan. membaca gerakan mulut perawat.
4. Merespon pada 6.Instruksikan pasien untuk
stimulus pendengaran menggunakan alat bantu/perawatan
5. Kehilangan suara yang telinga
menurun tajam 7. Instruksikan pasien untuk tidak
menggunakan ojek asing yang lebih
kecil dari ujung jari klien dan benda
tajam lainnya utuk penggorekan
serumen.
8. Instruksikan pasien pentingnya
melindungi pendengaran selama
terpapar suara keras/kebisingan
9. Berikan pasien pengetahuan
tentang vaksinasi yang bisa
mengurangi kemungkinan
kehilangan pendengaran sensori
neural.

16
10. Instruksikan orang tua
untuk mengobservasi tanda
dan gejala adanya disfungsi
auditori.
11. Kolaborasi dengan tim
medis dalam memberikan
terapi lanjutan.
12. Kolaborasi dengan
keluarga klien dalam
menemani aktivitas pasien.

c. Evaluasi
Evaluasi pada klien deficit sensori pendengaran untuk
menentukan
apakah hasil actual sama dengan hasil yang
diharapkan.misalnya,perawat menggunakan teknik komunikasi
yag sesuai untuk mengevaluasi apakah klien yang mengalami
deficit pendengaran mencapai kemampuan mendengar dengan
lebih efektif.demikian pula perawat menggunakan material
yang di cetak
besar untuk
menguji

: EGC.

17
20

Anda mungkin juga menyukai