Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan

untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 2016).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang

banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun

harus senantiasa diwaspadai. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan

arteriosclerosis ( pengerasan arteri ) adalah dua kondisi pokok yang mendasari

banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah

tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik

mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya,

karena adanya factor-faktor penghambat seperti kurang pengetahuan tentang

hipertensi ( pengertian, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi ) dan juga

perawatannya. Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat

tinggi. Oleh karena perlu di galakkan pada masyarakat mengenai pengobatan dan

perawatan Hipertensi. Diharapkan dengan di buatnya Asuhan Keperawatan

keluarga resiko tinggi hipertensi ini dapat mengurangi angka kesakitan dan

kematian karena hipertensi dalam masyarakat khususnya dalam lansia

1
B. Tujuan

1. Tujuan umum

Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik mampu menerapkan asuhan

keperawatan pada lansia yang mempunyai masalah hipertensi.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan lansia.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan gerontik sesuai dengan masalah

kesehatan lansia

c. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan

d. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan

e. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan gerontik

C. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut :

1. Wawancara

Mendapatkan data dengan cara wawancara secara langsung pada responden.

2. Observasi

Mengamati secara langsung terhadap kondisi dan keadaan yang terjadi pada

keluarga baik fisik maupun non fisik.

3. Studi dokumentasi

Yaitu menggunakan semua sumber yang mencatat data yang berhubungan

2
dengan keluarga pada tahap perkembangan dewasa.

4. Studi pustaka

Menggunakan berbagai sumber pustaka yang relevan dengan kondisi pada

lansia.

D. Sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN : Terdiri Dari Latar Belakang, Tujuan, Teknik

Pengumpulan Data Dan Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI : Terdiri Dari Konsep Lansia, Konsep Penyakit,

Konsep Asuhan Keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS : Terdiri Dari Pengkajian, Diagnosa

Keperawatan, Perencanaan, Implementasi,

Evaluasi

BAB PENUTUP : Terdiri Dari Kesimpulan Dan Saran

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. Konsep lansia

A. Definisi

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2017)

Usia lanjut adalah golongan penduduk atau populasi berumur 60 tahun

atau lebih (Bustan, 2016).

Usia lanjut adalah masa yang dimulai sekitar usia 60 hingga 65 tahun

dan berlanjut hingga akhir kehidupan (Stolte, 2016).

B. Batasan-Batasan Lansia

1. DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:

a. Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 th) sebagai masa

VIRILITAS

b. Kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa PRESENIUM

c. Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM

2. WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Usia lanjut : 60 – 74 tahun

b. Usia Tua : 75 – 89 tahun

4
c. Usia sangat lanjut : > 90 tahun

C. Teori-Teori Proses Penuaan

1. Teori Biologis

a. Teori Genetik dan Mutasi

Teori genetik menyatakan bahwa menua itutelah terprogram secara

genetik untuk spesies tertentu. Teori ini menunjukkanbahwa menua

terjadi karena perubahan molekul dalam sel tubuh sebagai hasil

darimutasi spontan yang tidak dapat dan yang terakumulasi seiring

dengan usia.Sebagai contoh mutasi sel kelamin sehingga terjadi

penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana,1994;

Constantinides,2017).

b. Teori Imunologis

Teori imunologis menua merupakan suatu alternatifyang diajukan oleh

Walford 1965. Teori ini menyatakan bahwa respon imun yangtidak

terdiferensiasi meningkat seiring dengan usia. Mutasi yang berulang

dapatmenyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh

mengenali dirinyasendiri. Jika mutasi merusak membran sel akan

menyebabkan sistem imun tidakmengenal dirinya sendiri sehingga

merusaknya. Hal inilah yang mendasaripeningkatan penyakit auto-

imun pada lanjut usia (Goldstein,2016).

5
c. Teori Stres

Teori stres menyatakan bahwa menua terjadi akibathilangnya sel-sel

yang biasanya digunakan oleh tubuh. Regenerasi jaringan tidakdapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan

stressyang menyebabkan sel-sel tubuh lemah.

d. Teori Pakai dan Usang

Dalam teori ini, dinyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup

manakala sel-sel tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori ini

dikenalkan oleh Weisman (1891). Hayflick menyatakan bahwa

kematian merupakan akibat dari tidak digunakannya sel-sel karena

dianggap tidak diperlukan lagi dan tidak dapat meremajakan lagi sel-

sel tersebut secara mandiri.Teori ini memandang bahwa proses menua

merupakan proses pra–program yaitu proses yang terjadi akibat 

akumulasi stress dan injuri dari trauma. Menua dianggap sebagai

“Proses fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah penggunaan dan

keusangan dari organ seseorang yang terpapar dengan lingkungan

(Matesson, Mc.Connell, 2016)

2. Teori Psikologis

a. Teori Tugas Perkembangan

Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa

tua antara lain adalah :

6
1)   Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

2)  Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya

penghasilan

3)   Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup

4)   Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya

5)   Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan

6)   Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes

Selain tugas perkembangan diatas, terdapat pula tugas perkembangan

yang spesifik yang dapat muncul sebagai akibat tuntutan :

1)   Kematangan fisik

2)   Harapan dan kebudayaan masyarakat

3)   Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi

b. Teori Delapan Tingkat Kehidupan

Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya

kondisi dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap

kehidupan tertentu. Ericson (1950) yang telah mengidentifikasi tahap

perubahan psikologis (depalan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa

pada usia tua, tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk

mencapai keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa.

Peck (1968) menguraikan lebih lanjut tentang teori perkembangan

erikson dengan mengidentifikasi tugas penyelarasan integritas diri

7
dapat dipilah dalam tiga tingkat yaitu : pada perbedaan ego terhadap

peran pekerjaan preokupasi, perubahan tubuh terhadap pola

preokupasi, dan perubahan ego terhadap ego preokupasi.

Pada tahap perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas

perkembangan yang harus dijalani oleh lansia adalah  menerima

identitas diri sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang

adekuat dari lingkungan untuk mengnhadapi adanya peran baru

sebagai orang tua (preokupasi). Adanya pensiun dan atau pelepasan

pekerjaan merupakan hal yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang

menyakitkan dan dapat menyebabkan perasaan penurunan harga diri

dari orang tua tersebut.

Perubahan fisik dan pola fikir pada usia lanjut juga dapat menjadi

salah satu gangguan yang berarti bagi kehidupan lanjut usia. Kondisi

fisik/pola fikir yang menurun kadang tidak disadari oleh lanjut usia

dan hal ini dapat mengkibatkan konflik terhadap peran baru dari lanjut

usia yang harus dijalaninya.

Tugas perkembangan terakhir yang harus diterima oleh lanjut usia

adalah bahwa mereka harus mampu menerima kematian yang bakal

terjadi pada dirinya dalam kesejaheraan. Pemanfaatan sisa keefektifan

tubuh untuk aktivitas sehari-hari dapat menjadi salah satu upaya untuk

8
meningkatkan moral individu dalam menerima perubahan ego menuju

keselarasan diri.

c. Teori Jung

Carl Jung merupakan psikolog swiss yang mengembangkan teori

bahwa perkembangan personal individu dilalui melalui tahapan-

tahapan : masa kanak-kanak, masa remaja dan remaja akhir, usia

pertengahan, dan usia tua. Kepribadian personal ditentukan oleh

adanya ego yang dimiliki, ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran

kolektif. Teori ini mengungkapkan bahwa sejalan dengan

perkembangan kehidupan, pada masa usia pertengahan maka

seseorang mulai mencoba menjawab hakikat kehidupan dengan

mengeksplorasi nilai-nilai, kepercayaan dan meninggalkan khayalan.

Pada masa ini dapat terjadi “krisis usia pertengahan” yang dapat

mempengaruhi/menghambat proses ketuaan itu sendiri secara

psikologis. Adanya sikap ekstrovert maupun introvert sangat

berpengaruh sekali terhadap peran dan penyelesaian masalah

kehidupan saat usia pertengahan. Pencapaian keselarasan hidup

merupakan salah satu indikator telah tereksplorasinya nilai-nilai

kehidupan oleh individu dan pencapaian ini sangat dipengaruhi oleh

kepribadian (introvert maupun ekstrovert). Berdasar pada pemahaman

diatas, maka Jung menilai bahwa seseorang mampu dianggap sukses

9
dalam proses menua manakala individu mampu untuk menjadi “orang

yang berfokus pada orang lain” dan memiliki kepedulian yang penuh

terhadap kehidupan sosial.

3. Teori sosial

a. Teori Aktivitas

Teori ini menyatakan bahwa seorang individu harus mampu eksis dan

aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam

kehidupan di hari tua. (Havigurst dan Albrech. 1963). Aktivitas dalam

teori ini dipandang sebagai sesuatu yang vital untk mempertahankan

rasa kepuasan pribadi dan kosie diri yang positif. Teori ini berdasar

pada asumsi bahwa : (1) aktif lebih baik daripada pasif (2) Gembira

lebih baik daripada tidak gembira (3) orang tua merupakan adalah

orang yang baik untuk mencapai sukses dan akan memilih alternatif

pilihan aktif dan bergembira.

b. Teori Kontinuitas

Teori ini memandag bahwa kondisi tua merupakan kondisi yang selalu

terjadi dan secara berkesinambungan  yang harus dihadapi oleh orang

lanjut usila.

D. Karakteristik Penyakit Pada Lansia

1. saling berhubungan satu sama lainPenyakit sering multiple

2. Penyakit bersifat degeneratif

10
3. Gejala sering tidak jelas berkembang secara perlahan

4. Sering bersama-sama problem psikologis dan social

5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut

6. Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh

konsumsi obat yang tidak sesuai dengan dosis)

E. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

1. perubahan fisik

a. Sel.

1) Lebih sedikit jumlahnya.

2) Lebih besar ukurannya.

3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan

intraseluler.

4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.

5) Jumlah sel otak menurun.

6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

b. Sistem pernafasan pada lansia

1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume

udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk

sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.

11
3) Penurunan aktivitas paru (mengembang & mengempisnya)

sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami

penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.

4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas

permukaan normal 50m²), sehingga menyebabkan terganggunya

prose difusi.

5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg mengganggu

proses oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut

semua kejaringan.

6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O 2 dalam arteri

juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh

sendiri.

7) Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret &

corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial

terjadinya obstruksi.

c. Sistem persyarafan.

1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.

2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.

3) Mengecilnya syaraf panca indera.

12
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya

syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu

dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

d. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.

1) Penglihatan

a) Kornea lebih berbentuk skeris.

b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap

sinar.

c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).

d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya

gelap.

e) Hilangnya daya akomodasi.

f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.

g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau

pada skala.

2) Pendengaran.

a) Presbiakusis (gangguan pendengaran) : hilangnya kemampuan

(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap

bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak

13
jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas

umur 65 tahun.

b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.

c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena

meningkatnya kreatin.

3) Pengecap dan penghidu.

a) Menurunnya kemampuan pengecap.

b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan

selera makan berkurang.

4) Peraba.

a) Kemunduran dalam merasakan sakit.

b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

e. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.

1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun

sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volumenya.

3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah sehingga kurangnya

efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan

posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan

14
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing

mendadak).

4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).

f. Sistem genito urinaria

1) Ginjal mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal

menurun sampai 50%, penyaringan diglomerulo menurun sampai

50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan

mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria

(biasanya + 1) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang

ginjal terhadap glukosa meningkat.

2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,

kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan

frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan

pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.

3) Pembesaran prostat ±75% dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.

4) Atropi vulva.

5) Vagina, selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga

permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi

sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.

15
6) Daya seksual, Frekwensi sexsual intercouse cenderung menurun

tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.

g. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.

1) Produksi hampir semua hormon menurun.

2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.

3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya

ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH,

TSH, FSH dan LH.

4) Menurunnya aktivitas tiriod sehingga BMR turun dan menurunnya

daya pertukaran zat.

5) Menurunnya produksi aldosteron.

6) Menurunnya sekresi hormon gonads : progesteron, estrogen,

testosteron.

7) Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodisme, depresi

dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan

jiwa (stess).

h. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut

1) Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease yang

biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi

kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

16
2) Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput

lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari

syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.

3) Esofagus melebar.

4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam

lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.

6) Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).

7) Liver (hati)makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah.

i. Perubahan sistem muskuloskeletal

1) Tulang kehilangan densikusnya sehingga rapuh.

2) Resiko terjadi fraktur.

3) Kyphosis.

4) Persendian besar & menjadi kaku.

5) Pada wanita lansia > resiko fraktur.

6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.

7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi

badan berkurang).

j. Perubahan sistem kulit & karingan ikat

1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

17
2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan

hilangnya jaringan adiposa.

3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga

tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.

4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya

aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.

5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan

penyembuhan luka luka kurang baik.

6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.

7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta

warna rambut kelabu.

8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang

menurun.

9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang

menurun.

10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

yang banyak rendahnya akitfitas otot.

k. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan seksual

1) Perubahan sistem reprduksi

a) Selaput lendir vagina menurun/kering.

b) Menciutnya ovarium dan uterus

18
c) Atropi payudara.

d) Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan

secara berangsur berangsur.

e) Dorongan seks menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal

kondisi kesehatan baik.

2) Kegiatan seksual.

Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi

kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang

mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam

tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi

secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan

proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain

sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan

kepuasan seksualitas melalui pola-pola yang baku seperti binatang

dan 3) sosial, Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim

dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling

diharapkan dalammenjalani seksualitas.

Seksualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu

dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain

mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak

yang lebih tua tanpa harus berhubungan badan, masih banyak cara

19
lain untuk dapat bermesraan dengan pasangan. Pernyataan

pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih

banyak mengambil alih fungsi hubungan seksualitas dalam

pengalaman seks.

2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a.Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. Kesehatan umum

c.Tingkat pendidikan

d. Keturunan (herediter)

e.Lingkungan

f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian

g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan

h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman

dan famili

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri dan perubahan konsep diri

Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih

sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan

mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.Kenangan

(memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai

20
berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan

jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.

Intelegentia Quation; 1) tidak berubah dengan informasi matematika dan

perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan

keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan,

karena tekanan-tekanan dari faktro waktu.

Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial:

a. Perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi,

kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan

kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.

b. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.

c. Gangguan halusinasi.

d. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.

e. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.

3. Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami

penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi

proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain

sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin

lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang

21
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,

koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami

perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian

lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe

kepribadian lansia sebagai berikut:

a. Tipe kepribadian konstruktif (Construction personality), biasanya

tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai

sangat tua.

b. Tipe kepribadian mandiri (Independent personality), pada tipe ini

ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika

pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan

otonomi pada dirinya

c. Tipe kepribadian tergantung (Dependent personality), pada tipe ini

biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan

keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak,

tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang

ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit

dari kedukaannya.

d. Tipe kepribadian bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini

setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan

22
kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak

diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi

ekonominya menjadi morat-marit.

e. Tipe kepribadian kritik diri (Self Hate personality), pada lansia tipe

ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit

dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

II. Konsep dasar penyakit

A. Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan

diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum

seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih

tinggi daripada 140/90 mmHg (Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin, hal.356)

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih

dari 120 mmHg dan tekanan diastole lebih dari 80 mmHg. ( Asuhan

Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan

Hematologi, hal. 262 )

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.

(Smeltzer,2017)

B. Etiologi

1. Hipertensi Primer (esensial) : 90 % tidak diketahui penyebabnya

23
Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi

esensial sebagai berikut :

a. Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.

b. Jenis kelamin & usia : laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca

menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

c. Diet : Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.

d. Berat badan : obesitas (> 25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi.

e. Gaya hidup : merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan

tekanan darah, bila gaya hidup menetap.

2. Hipertensi Sekunder : 5 – 10 %

a. Coarctation aorta merupakan penyempitan aorta congenital yang

mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta

abdominal. Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung

aorta dan menngakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area

konstriksi.

b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal Merupakan penyebab utama

hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular berhubungan dengan

penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara langsung

24
membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien

dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous

dysplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit

parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan

struktur, serta fungsi ginjal.

c. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen) Oral kontrasepsi yang

berisi esterogen dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme

Renin-aldosteron-mediate volume expansion. Dengan penghentian

oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa

bulan.

d. Gangguan endokrin biasanya Disfungsi medula adrenal atau korteks

adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediate

hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol dan

katekolamin. Pada aldosteron primer, kelebihan aldosteron

menyebabkan hipertensi dan hipokalemia. Aldosteonisme primer

biasanya timbul dari benign adenoma korteks adrenal.

Pheochromocytomas pada medulla adrenal yang paling umum dan

meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada sindrom

Cushing, kelebihan gluukokortikoid yang diekskresi dari korteks

adrenal. Sindrom Cushing’s mungkin disebabkan oleh hiperplasi

adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.

25
e. Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah

raga)

f. Stress  cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk

sementara waktu, jika stress telah berlalu, maka tekanan darah

biasanya akan kembali normal.

g. Kehamilan

h. Luka bakar

i. Peningkatan volume intravascular

j. Merokok. Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.

Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial,

peningkatan denyut jantung, menyebakan vasokontriksi, yang mana

pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.

C. Klasifikasi Hipertensi

Kategori TDD (mmHg) TDS (mmHg)

Normal < 85 < 130

Normal Tinggi 85 – 89 130 - 139

Hipertensi :

Tinggi 1 (ringan) 90 – 99 140 - 159

Tinggi2 (sedang) 100 – 109 180 - 179

26
Tinggi 3 (berat) 110 – 119 180 - 120

Tinggi 4 (sangat berat) ≥ 120 ≥ 210

TDD : tekanan darah diastolik.                      TDS : tekanan darah sistolik.

D. Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output

(curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung)

diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut

jantung). Penggaturan tahanan perifer dipertahankan oleh system saraf

otonom dan sirkulasi hormone. Empat sistem control yang berperan dalam

mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,

pengaturan volume cairan tubuh, sistem rennin angiotensin dan autoregulasi

vaskuler.

Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga

dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat

tekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri

melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respons vagal (stimulasi

parasimpatis) dan vasodilatsi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena

itu, refleks control sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan

baroreseptor turun dan menurunkan tekanan artei sistemik bila tekanan

baroreseptor meningkat. Alasan pasti mengapa control ini gagal pada

27
hipertensi belum diketahui. Hal ini ditunjukkan untuk menaikkan re-setting

sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara tidak adekuat,

sekalipun penurunan tekanan tidak ada.

Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila

tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui

mekanisme fisiologi komplek yang mengubah aliran balik vena ke jantung

dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara

adekuat, peningkatan tekanan arteri mengakibatkan dieresis dan penurunan

tekanan darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal

dalam mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri

sistemik.

Renin dan angiotensin memegang peranan dalam mengatur tekanan

darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada

substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang keudian diubah

oleh converting enzyme dalam paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian

menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi

vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme

kontrol terhadap pelepasan aldosteron. Aldosteon sangat bermakna dalam

hipertensi terutama pada aldosteron primer. Melalui peningkatan aktivitas

sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting

28
penghambat pada ekskresi garam (natrium) dengan akibat peningkatan

tekanan darah.

Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab

meningkatnya tahanan perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada tekanan

darah tinggi, kadar renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan

arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin. Namun demikian,

sebagian besar orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin

normal.

Peningkatan tekanan darah terus menerus pada klien hipertensi

esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ

vital. Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan)

arteriole-arteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan

menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan

infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.

Autoregulasi vascular merupakan mekanisme lain yang terlibat

dalam hipertensi. Autoregulasi vascular adalah suatu proses yang

mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh yang relative konstan. Jika

aliran berubah, proses-proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vascular

dan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan

tahanan vascular sebagai akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vascular

29
Nampak menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi

berkaitan dengan overload garam dan air.

E. Pathway

Gaya hidup Obesitas

Jenis kelamin

Umur
HYPERTENSI

Otak
Retina
Pembuluh darah

Ginjal
Resistensi pemb. drh Suplay O2 Spasmus
Vasokontriksi
F.
otak meningkat otak menurun
pemb drh ginjal arteriole
Sistemik Koroner
Tek..Pemb. drh Sinkope jntung
otak meningkat Blood flow Diplopia
menurun vasokontriksi Iskhemi
G.
Gangguan miokard
Nyeri Resti perfusi Respon After load Nyeri dada
injuri
H. jaringan Resti injuri
RAA meningkat
kepala

Vasokontriksi Rangsang Penurunan


Gangguan CVA
Aldosteron COP
rs nyaman Fatique
Gangguan Odem Retensi Na
keseimbangan

F. Manifestasi Klinis

Sebagian manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun –

tahun dan berupa :

30
1. Nyeri kepala saat berjaga terkadang disertai mual dan muntah akibat

peningkatan tekanan darah interaknium

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat

4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus

5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain : sakit kepala

(rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting, ansietas,

keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau

ganda, tinnitus (telinga berdenging), serta kesulitan tidur.

G. Komplikasi

1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajang tekanan

tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri – arteri

yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga

aliran darah ke daerah – daerah diperdarahnya berkurang. Arteri – arteri

otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga

meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

2. Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang

aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau

apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui

31
pembuluh tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertrofi

ventrikel,maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan

dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,

hipertrofi ventrikel dapat menimbulakn perubahan – perubahan waktu

hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia,hipoksia

jantung, dan peningkatan reksiko pembentukan bekuan.

3. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler – kapiler, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus,

darah akan mengalir ke unit – unit fungsional ginjal,nefron akan

terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan

rusaknya membrane glomerulus,protein akan keluar melalui urin sehingga

tekanan osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang

sering dijumpai pada hipertensi kronik.

4. Ensefalopati ( kerusakan otak ) dapat terjadi , terutama pada hipertensi

pada maligna

5. ( hipertensi yang meningkat cepat ). Tekanan yang sangat tinggi pada

kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong

cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron

– neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.

6. Wanita dengan PIH dapat mengalami kejang.  Bayi yang lahir mungkin

memiliki berat lahir rendah akibat perfusi  plasenta yang tidak adekuat,

32
dan dapat mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu mengalami kejang

selama atau sebelum proses persalinan.

H. Penatalaksanaan

1. Farmakologi

Terapi obat pada hipertesi dimulai dengan salah satu obat berikut ini :

a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 – 25 mg perhari dosis tunggal pada pagi

hari (Pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai

hemokonsentrasi / udem paru).

b. Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.

c. Propanolol mulai dari 10 mg 2 x sehari dapat dinaikkan 20 mg 2 x

sehari. (Kontraindikasi untuk penderita asma).

d. Kaptopril 12,5-25 mg 2-3 x sehari. (Kontraindikasi pada kehamilan

selama janin hidup dan penderita asma).

e. Nifedipin mulai dari 5 mg 2 x sehari, bisa dinaikkan 10 mg 2 x

sehari.

2. Non farmakologi

Langkah awal biasanya adalah pola hidup penderita :

a. Menurunkan berat badan sampai batas ideal.

b. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau

kadar kolestrol darah tinggi.

33
c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium

atau 6 gram natrium klorida setiap harinya ( disertai dengan asupan

kalsium, magnesium dan klaium yang cukup) dan mengurangi

alkohol.

d. Olah raga aerobic yang tidak terlalu berat.

e. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya

selama tekanan darahnya terkendali.

f. Berhenti merokok.

34

Anda mungkin juga menyukai