Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

IMPACTION (SULIT BAB)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu: Eny Sutria, S.Kep,Ns.,M.Kes
Aidah Fitriani, S.Kep, Ns., M.Kep

Di Susun Oleh:
KEPERAWATAN B
Kelompok 6
1. Kaisar Agus 70300117041
2. Nur Hidayanti 70300117043
3. Nurul Fajriah 70300117044
4. Kurniati 70300117045
5. A. Kurniawan 70300117046
6. Fauziah Ayu Pratiwi 70300117047
7. Sally Purwanti 70300117048

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2020
BAB 1
ISI
A. Konsep Lansia Dan Proses Penuaan
a. Konsep Lansia
Suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam
Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan
kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut
usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan
budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
b. Proses Penuaan
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penurunan fungsi tubuh.
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Kemampuan
regeneratif pada lansia terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
a. Teori – teori biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
– spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel)
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus
kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
5) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
6) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
7) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
8) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori kejiwaan sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat
dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
3) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori
ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
4) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen
B. Konsep Sindrom Geriatri (14) Secara Umum
1. Immobility (kurang bergerak)
Immobility adalah suatu keadaan dimana penderita harus istirahat di
tempat tidur, tidak bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau gangguan
pada alat/organ tubuh yang bersifat fisik atau mental.
2. Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh)
Terdapat banyak faktor yang berperan untuk terjadinya instabilitas dan
jatuh pada orang usia lanjut. Berbagai faktor tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien) dan faktor risiko
ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan). Prinsip dasar tatalaksana usia
lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai
kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan
penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau
sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti
pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
3. Incontinence (tidak merasakan sensasi buang air kecil dan atau buang air besar) 
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak
dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah
sosial dan atau kesehatan. Inkontinensia urin merupakan salah satu sindroma
geriatrik yang sering dijumpai pada usia lanjut. International Consultation on
Incontinence, WHO mendefinisikan Faecal Incontinence sebagai hilangnya tak
sadar feses cair atau padat yang merupakan masalah sosial atau higienis. Definisi
lain menyatakan, Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui anus. Kejadian
inkontinensia alvi/fekal lebih jarang dibandingkan inkontinensia urin.
4. Intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia)
Keadaan yang terutama menyebabkan gangguan intelektual pada pasien
lanjut usia adalah delirium dan demensia. Demensia adalah gangguan fungsi
intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak
berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran. Demensia tidak hanya masalah
pada memori. Demensia mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal,
berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan
pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas.
5. Infection (infeksi)
Infection adalah penyakit yang disebabkan oleh berbagai agen infeksi yang
meliputi : virus, bakteri, parasit, maupun jamur.
6. Impairment of vision and
hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan
pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit)
Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada geriatri. Prevalensi
gangguan pendengaran sedang atau berat meningkat dari 21% pada kelompok usia
70 tahun sampai 39% pada kelompok usia 85 tahun. Pada dasarnya, etiologi
gangguan pendengaran sama untuk semua umur, kecuali ditambah presbikusis
untuk kelompok geriatri.
Otosklerosis biasanya ditemui pada usia dewasa muda, ditandai dengan
terjadinya remodeling tulang di kapsul otik menyebabkan gangguan pendengaran
konduktif, dan jika penyakit menyebar ke telinga bagian dalam, juga dapat
menimbulkan gangguan sensorineural. Penyakit Ménière adalah penyakit telinga
bagian dalam yang menyebabkan gangguan pendengaran berfluktuasi, tinnitus dan
pusing. Gangguan pendengaran karena bising yang disebabkan oleh energi akustik
yang berlebihan yang menyebabkan trauma permanen pada sel-sel rambut.
Presbikusis sensorik yang sering sekali ditemukan pada geriatri disebabkan oleh
degenerasi dari organ korti, dan ditandai gangguan pendengaran dengan frekuensi
tinggi. Pada pasien juga ditemui adanya gangguan pendengaran sehingga sulit
untuk diajak berkomunikasi. Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada
geriatri adalah dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan
bedah berupa implantasi koklea (Salonen, 2013).
Terapi pengobatan pada pasien usia lanjut secara signifikan berbeda dari
pasien pada usia muda, karena adanya perubahan kondisi tubuh yang disebabkan
oleh usia, dan dampak yang timbul dari penggunaan obat-obatan yang digunakan
sebelumnya. Masalah polifarmasi pada pasien geriatri sulit dihindari dikarenakan
oleh berbagai hal yaitu penyakit yang diderita banyak dan biasanya kronis, obat
diresepkan oleh beberapa dokter, kurang koordinasi dalam pengelolaan, gejala
yang dirasakan pasien tidak jelas, pasien meminta resep, dan untuk
menghilangkan efek samping obat justru ditambah obat baru. Karena itu diusulkan
prinsip pemberian obat yang benar pada pasien geriatri dengan cara mengetahui
riwayat pengobatan lengkap, jangan memberikan obat sebelum waktunya, jangan
menggunakan obat terlalu lama, kenali obat yang digunakan, mulai dengan dosis
rendah, naikkan perlahan-lahan, obati sesuai patokan, beri dorongan supaya patuh
berobat dan hati-hati mengguakan obat baru (Setiati dkk.,2006).
7. Impaction (sulit buang air besar)
Impaction (sulit buang air besar) merupakan keadaan feses yang kering
dan keras, kesulitan dalam defekasi, buang air besar kurang dari 3x perminggu
(Meiner, 2015). Impaction (sulit buang air besar) merupakan penurunan frekuensi
normal defekasi disertai kesulitan pengerluran feses tidak tuntas, keras kering dan
banyak (Nanda, 2015).
8. Isolation (depresi)
Isolation (terisolasi) dan depresi, penyebab utama depresi pada usia lanjut
adalah kehilangan seseorang yan disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan
binatang peliharaan. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,
menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai
mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup
sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri
akibat depresi yang berkepajangan.
9. Inanition (kurang gizi)
Inanition adalah suatu keadaan kekurangan, kelebihan, atau
ketidakseimbangan zat gizi energi, protein, dan zat gizi lain yang menyebabkan
efek yang buruk pada bentuk tubuh, fungsional tubuh, serta hasil klinis.
10. Impecunity (tidak punya uang)
Impecunity (kemiskinan), usia lansia dimana seseorang menjadi kurang
produktif (bukan tidak produktif) akibat penurunan kemampuan fisik untuk
beraktivitas. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup
dari tunjangan hari tuanya. Pada dasarnya seorang lansia masih dapat bekerja,
hanya saja intensitas dan beban kerjanya yang harus dikurangi sesuai dengan
kemampuannya, terbukti bahwa seseorang yang tetap menggunakan otaknya
hingga usia lanjut dengan bekerja, membaca, dsb., tidak mudah menjadi “pikun” .
Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat, berarti
interaksi sosialpun berkurang memudahakan seorang lansia mengalami depresi.
11. Iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan)
Iatrogenics (latrogenesis), karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu
multipatologik, seringkali menyebabkan pasien tersebut perlu mengkonsumsi obat
yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping
dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa. Pemberian
obat pada lansia haruslah sangat hati-hati dan rasional karena obat akan
dimetabolisme di hati sedangkan pada lansia terjadi penurunan fungsi faal hati
sehingga terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat obat. Selain penurunan faal hati
juga terjadi penurunan faal ginjal (jumlah glomerulus berkurang), dimana
sebagaian besar obat dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia sisa
metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek toksik.
12. Insomnia (gangguan tidur)
Insomnia, dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang
menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga
dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan hiperaktivitas kelenjar
thyroid, gangguan neurotransmitter di otak juga dapat menyebabkan insomnia.
Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya.
13. Immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun)
Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh) banyak hal yang
mempengaruhi penurunan sistem kekebalan tubuh pada usia lanjut seperti atrofi
thymus (kelenjar yang memproduksi sel-sel limfosit T) meskipun tidak begitu
bermakna (tampak bermakna pada limfosit T CD8) karena limfosit T tetap
terbentuk di jaringan limfoid lainnya. Begitu juga dengan barrier infeksi pertama
pada tubuh seperti kulit dan mukosa yang menipis, refleks batuk dan bersin -yang
berfungsi mengeluarkan zat asing yang masuk ke saluran nafas- yang melemah.
Hal yang sama terjadi pada respon imun terhadap antigen, penurunan jumlah
antibodi. Segala mekanisme tersebut berakibat terhadap rentannya seseorang
terhadap agen-agen penyebab infeksi, sehingga penyakit infeksi menempati porsi
besar pada pasien lansia.
14. Impotence (impotensi)
Impotence (Impotensi), ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada
usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon,
syaraf, dan pembuluh darah. Ereksi terjadi karena terisinya penis dengan darah
sehingga membesar, pada gangguan vaskuler seperti sumbatan plak aterosklerosis
(juga terjadi pada perokok) dapat menyumbat aliran darah sehingga penis tidak
dapat ereksi. Penyebab lainnya adalah depresi.
C. Konsep Impaction (sulit buang air besar)
a) Defenisi
Impaction (sulit buang air besar) merupakan penurunan frekuensi normal
defekasi disertai kesulitan pengerluran feses tidak tuntas, keras kering dan banyak
(Nanda, 2015).
b) Perubahan fisik, psikososial, mental, spiritual yang berkaitan dengan masalah
tersebut.
1) Perubahan fisik
Perubahan fisik umumnya biasanya akan dialami oleh lanjut usia
contohnya adalah penurunan sistem imun, perubahan sistem integument
sehingga kulit akan mudah rusak,perubahan elastisitas arteri yang dapat
menyebabkan kerja jantung memberat, penurunan kemampuan metabolisme
oleh hati dan ginjal, serta adanya penurunan dari kemampuan penglihatan dan
pendengaran. Penurunan pada lanjut usia biasanya akan menyebabkan
berbagai gangguan secara fisik yang di tandai oleh ketidakmampuan lanjut
usia untuk beraktivitas atau melakukan kegiatan yang tergolong berat, hal ini
dapat mempengaruhi kesehatan dan menyebabkan perubahan pada kualitas
hidup lanjut usia. ( ummah,2018 )
Mempertahankan mobilisasi optimal sangat penting untuk kesehatan
mental dan fisik semua lansia. Pada umumnya, para lansia akan mengalami
penurunan aktifitas fisik. Salah satu faktor penyebabnya adalah pertambahan
usia yang dapat menyebabkan terjadinya kemunduran biologis. Kondisi ini
setidaknya akan membatasi aktifitas yang menuntut ketangkasan fisik.
Aktivitas fisik juga merangsang terhadap timbulnya peristaltik. Penurunan
aktivitas fisik dapat mengakibatkan terjadinya penurunan gerak peristaltik dan
dapat menyebabkan melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan
terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses mengeras. Aktivitas fisik juga
membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot. Tonus otot yang baik
dari otot-otot abdominal, otot pelvis dan diafragma sangat penting bagi
defekasi (Asmadi, 2008).
2) Psikososial
Seseorang dapat mengukur perubahan psikososialnya dengan melihat
produktivitas dan indentitas nya serta peran orang dalam pekerjaan. Pada saat
pensiun seseorang akan kehilangan berbagai macam faktor psikososial
diantaranya adalah status jabatan, relasi dan aktivitas kegiatan yang dapat
menyebabkan seseorang merasa kesepian akibat pengasingan dari lingkungan
social. (ummah,2018 )
Gangguan pada saluran cerna bagian bawah dapat berupa adanya
hambatan pada jalannya gerak usus sehingga mengakibatkan terjadinya
kesulitan buang air besar atau terdapat peningkatan kecepatan gerak usus
sehingga menimbulkan gangguan pada penyerapan air yang berdampak pada
buang air besar cair. Kedua hal tersebut dapat disebabkan oleh suatu penyakit
atau juga pengaruh dari faktor psikis. Sebagai contoh, orang yang sedang
murung atau sedih sering kali mengalami gangguan buang air besar.
3) Mental
Perubahan sikap pada lanjut usia seperti sikap egosentrik, mudah
curiga, serta bertambah pelit atau tamak memiliki sesuatu yang merupakan
perubahan-perubahan mental atau psikis yang akan dialami oleh seorang
lansia. Sebagian besar lanjut usia mengiginkan meninggal secara terhormat
dan tetap diberikan peranan dalam masyarakat, berwibawa dengan
mempertahankan harta dan haknnya, serta berumur yang panjang dengan
menghemat tenaga yang dimiliki. (ummah,2018 )
Sindrom kelelahan kronis atau Chronic Fatigue Syndrome  (CFS)
adalah suatu kondisi kelelahan yang sering kambuh atau terus menerus dan
tidak dapat dijelaskan yang diperburuk oleh aktivitas fisik maupun mental.
CFS ditandai dengan gangguan fungsi syaraf dan psikis atau perilaku seperti
sakit kepala, nyeri otot dan sendi setelah aktivitas, gangguan memori dan
konsentrasi, gangguan tidur, dan perubahan suasana hati seperti depresi dan
kecemasan. Selain itu, banyak pasien CFS mengeluh gangguan pencernaan
termasuk konstipasi atau perubahan kebiasaan buang air besar dan perut yang
tidak nyaman. Penelitian menunjukkan, tingginya angka penderita CFS yang
mengalami nyeri kepala dan konstipasi dikaitkan dengan adanya interaksi
antara otak, syaraf, dan saluran cerna.
4) Spiritual
kematangan dalam hal keagamaan merupakan salah satu contoh
perubahan spritual yang dialami oleh seseorang lanjut usia. Perkembangan
spritual yang matang dapat membantu lanjut usia dalam menghadapi
kenyataan, berperanaktif dalam kehiduapan (ummah,2018 )
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi
spiritual. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunujukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja
sedang menderita distres spiritual dan ini bisa memicu otak ke saluran
pencernaan sehingga terjadi kesulitan buang air besar.
c) WOC (Web Of Causation)

Defisiensi B12, Kegagalan produksi Perdarahan/


Destruksi SDM
asam folat, besi SDM oleh sumsung
berlebih hemofilia
tulang

Penurunan SDM

Hb berkurang

Anemia

Suplai O2 dan
nutrisi ke
jaringan
berkurang

Gastro
Hipoksia
intestinal

Penurunan Kerja lambung Mekanisme


kerja GI menurun on aerob

As. Lambung ATP


meningkat berkurang
Kelelahan

Peristaltik Anoreksia
menurun mual Intoleransi
aktivitas
Makanan Perubahan
susah nutrisi kurang
dicerna dari Energi untuk
kebutuhan membentuk
antibodi
Konstipasi
berkurang

Resiko
infeksi
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS IMPACTION (SULIT BAB)


Seorang kakek bernama Tn. A yang berumur 65 tahun. Keluhan utama klien
mengatakan kesulitan BAB akibat kurang pergerakan karena tirah baring yang lama,
klien mengatakan tidak memiliki tenaga untuk beraktivitas sehingga hanya mampu
berbaring di tempat tidur, serta nyeri yang dirasakan pada perut bagian bawah, klien
juga mengatakan sudah seminggu belum pernah BAB, mudah lelah, kurang minum air
putih. Biasanya kakek bisa BAB 3 hari sekali. Sejak saat itu kakek tidak pernah
menghabiskan porsi makan sehari-harinya karena kurang nafsu makan.
Dari hasil pengkajian didapatkan, tingkat kesadaran composmentis,
inspeksi:pembesaran abdomen, palpasi:perut terasa keras dan ada impaksi feses,
perkusi:redup, Auskultasi:bising usus tidak terdengar.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan BB: 50 Kg, TD: 130/100 mmHg, R: 23
kali/menit, N: 90 kali/menit, dan S: 37,5 ˚C.
a. Pengkajian Fokus
b. Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan LanjutUsia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha
Ilmu Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-3.
Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Undang-Undang No 13 (1998). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
13
TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA.
Hadi, Sujono. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V Psikosomatik Pada
Saluran Cerna Bagian Bawah. Interna Publishing

Anda mungkin juga menyukai