DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 12
DEVI EKA SAFITRI
04121003006
04121003019
04121003045
04121003051
Mata Kuliah
: Keperawatan Gerontik
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas keperawatan gerontik. Tanpa ridho
dan kasih sayang serta petunjuk dari-Nya mustahil tugas ini dapat terselesaikan. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu kami.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkat, imbalan serta karunia-Nya kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan yang tidak ternilai.
Kami membuat makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
dosen. Dari pembuatan makalah ini tidak hanya menyelesaikan tugas, tetapi bertujuan
menambah pengetahuan dan wawasan kita yang berkaitan Asuhan Keperawatan pada Lansia
dengan Kesepian.
Kiranya makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi pembaca. Meski begitu, kami
sadar bahwa makalah ini perlu untuk dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu,
saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan kami terima dengan senang hati.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri,
pembaca sekalian, serta masyarakat.
Indralaya, Agustus 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
viii
KATA PENGANTAR
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2.6 Penatalaksanaan 3
BAB III ASKEP KESEPIAN
3.1 Pengkajian
3.3 Intervensi
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
3.1 Ringkasan Tema Penelitian
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
17
5.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan pertambahan usia, lansia akan mengalami proses degenerative baik
dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan kemampuan fisik akan
mengakibatkan orang lanjut usia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan
masyarakat sekitar. Hal ini dapat menyebabkan interaksi sosial menurun (Hardywinoto &
Setiabudi, 1999 dalam Fitria 2011).Padahal, partisipasi sosial dan hubungan interpersonal
merupakan bagian yang cukup penting untuk kesehatan fisik, mental, dan emosional bagi
lansia.Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan sosial mempunyai efek yang positif pada
kesejahteraan emosional lansia dan kesehatan fisik serta diprediksi dapat menurunkan resiko
kematian.Lansia sering kehilangan kesempatan partisipasi dan hubungan sosial.
Interaksi sosial cenderung menurun disebabkan oleh kerusakan kognitif, kematian
teman, fasilitas hidup atau home care(Estelle, Kirsch, & Pollack, 2006).Interaksi sosial
merupakan hubungan timbal balik, saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan, serta
tidak bisa terlepas dari satu hubungan yang terjadi antar individu, sosial, dan masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari.(Maryati dan Suryawati, 2006). Pendapat lain dikemukakan
olehGillin dan Gillin (1951) dalam Maryati dan Suryawati (2006) yangmenyatakan bahwa
interaksi sosial mungkin
terjadi jika memenuhi dua persyaratan, yaitu adanya komunikasi serta kontak sosial yang
berlangsung dalam tiga bentuk diantaranya adalah hubungan antar individu, individu dengan
kelompok dan antar kelompok.
Kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain akan dimiliki oleh individu sampai
akhir hayat. Namun, sebagian dari individu masih merasa kesepian ketika tidak memiliki
lawan interaksi untuk berbagi masalah (Annida, 2010). Kesepian merupakan masalah
psikologis yang paling banyak terjadi pada lansia, merasa terasing (terisolasi), tersisihkan,
terpencil dari orang lain karena merasa berbeda dengan orang lain (Probosuseno, 2007).
Perasaan ini bisa menimbulkan kesedihan yang mendalam sehingga bisa menekan kesehatan
fisik dan mental pada lansia (Copel, 1998 dalam Juniarti, 2008).
Kesepian merupakan suatu perubahan yang secara tidak langsung dialami oleh setiap
orang (Treacyet al, 2004).Pada beberapa individu, kesepian merupakan bentuk yang
persistent dalam hidup mereka (Ernst, 1998). Johson et al (1993)menyatakan bahwasebanyak
62% lansia di Amerika merasakan kesepian. Selain itu Ryan and Patterson menemukan
bahwa kesepian menduduki ranking ke-2 terbanyak sebagai masalah yang terjadi pada lansia
di Amerika (Treacy et al, 2004). Sebuah laporan yang dipublikasikan oleh British Gas
menemukan bahwa 90 % dari populasi, termasuk di dalamnya 82 % dari pensiunan yang
berumur di atas 55 tahun menyatakan bahwa kesepian adalah masalah yang berhubungan
dengan bertambahnya usia, 32 % dari lansia yang diwawancarai menyatakan bahwa kesepian
itu adalah masalah personal mereka. Beberapa penelitian pada orang Eropa menyatakan
bahwa 2/3 dari lansia tidak merasakan kesepian, 1/5 kadang-kadang merasakan kesepian,
serta 1/10 mengatakan sering merasa kesepian.Berdasarkan wawancara yang dilakukan
kepada 10 orang lansia di Inggris, 1 orang diantaranya menyatakan bahwa kesepian adalah
masalah bagi dirinya (Forbes, 1996).
Penelitian dari National Council Ageing and Older Peopleyang bekerja sama dengan
School of Nursing and Midwifery, University Collage Dublinmenyatakan bahwa di Irlandia
terdapat435.000 orang yang berusia 65 tahun atau 11.2%dari seluruh populasi mengalami
peningkatan untuk hidup sendiri atau dengan pasangan hidupnya. Sebuah badan internasional
dan penelitian di Irlandiamenyebutkanbahwa kesepian dan isolasi sosialmerupakan bagian
dalam pengalaman hidup lansia.Penelitian ini juga mengeksplorasi prevalensi kesepian dan
isolasi sosial yang terjadi antara orangIrlandia.
Penelitian
internasional
memiliki
prevalensi
yang
berbeda-beda
tentang
kesepian.Insiden kesepian tertinggi terjadi pada orang-orang Amerika. Namun hal tersebut
berbanding terbalik dengan insiden kesepian yang ada di Cina yaitu 3,5 % dari sampel lansia
yang melaporkan bahwa mereka mengalami kesepian tingkat tinggi(Wang dalam Treacyet al,
2004). Victor (2002) melaporkan bahwa 7% lansia yang mengalami kesepian dengan tingkat
yang parah.Walaupun jumlah lansia yang melaporkan kesepian relative kecil, tetapi memiliki
kemungkinan bahwa prevalensi lansia yang mengalami kesepian tidak akan turun setelah usia
60 tahun (Treacyet al, 2004).Untuk mengatasi masalah yang terjadi pada lansia maka
pemerintah membentuk suatu wadah yang dinamakan panti werdha atau lebih dikenal dengan
nama panti jompo. Pada awalnya panti jompo diperuntukan bagi lansia yang terlantar atau
dalam keadaan ekonomi keluarga yang serba kekurangan.Namun seiring dengan
meningkatnya kebutuhan akanperawatan bagi lansia maka kini berkembang panti-panti
berbasis swasta yang umumnya untuk lansia dengan keadaan ekonomi berkecukupan (Kadir
dan Mariani, 2007).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesepian
Peplau dan Perlman (dalam Baron & Bryne, 2002) kesepian adalah suatu reaksi
emosional dan kognitif terhadap dimilikinya hubungan yang lebih sedikit dan lebih tidak
memuaskan daripada yang diinginkan oleh orang tersebut.
Sedangkan Hanum (2008) kesepian merupakan kondisi dimana orang merasa tersisih
dari kelompoknya, tidak diakui eksistensinya, tidak diperhatikan oleh orang-orang sekitarnya,
tidak ada tempat berbagi rasa, terisolasi dari lingkungan sehingga menimbulkan rasa sunyi,
sepi, pedih dan tertekan.
Menurut Nowan (2008) kesepian adalah perasaan yang timbul akibat kebutuhan yang
mendesak akan kehadiran orang lain, untuk berkomunikasi, untuk mempunyai relasi intim
dengan orang lain, ataupun kebutuhan akan dukungan, penerimaan, dan penghargaan dari
orang lain akan keberadaan dirinya.
Menurut Gierveld (dalam Latifa, 2008) kesepian adalah kondisi isolasi sosial yang
subyektif (subjective social isolation), dimana situasi yang dialami individu tersebut dirasa
tidak menyenangkan dan tidak diragukan lagi terjadi kekurangan kualitas hubungan (lack of
quality of relationship).
Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa kesepian adalah suatu reaksi
emosional dan kognitif dimana orang merasa tersisih dari kelompoknya, tidak ada tempat
berbagi rasa, terisolasi dari lingkungan sehingga menimbulkan rasa sunyi, sepi, pedih dan
tertekan.
2.2 Ciri-Ciri Kesepian
Menurut Nowan (2008) menyebutkan bahwa orang yang kesepian ada masalah dalam
memandang eksistensi dirinya (merasa tidak berguna, merasa gagal, merasa terpuruk, merasa
sendiri, merasa tidak ada yang peduli, dan perasaan negatif lainnya).
Sedangkan menurut psychology Today Magazine (2003) menyebutkan bahwa orang
kesepian merasa tidak mampu bergaul dengan orang lain, merasa tidak ada satu pun orang
yang memahaminya, merasa depresi, dan merasa cemas.
Menurut Baron & Bryne (2005) orang yang kesepian cenderung untuk menjadi tidak
bahagia dan tidak puas dengan diri sendiri, tidak mau mendengar keterbukaan intim dari
orang lain dan cenderung membuka diri mereka baik terlalu sedikit atau terlalu banyak,
merasakan kesia-siaan (hopelessness), dan merasa putus asa.
Menurut Robinson (1994) menyebutkan bahwa orang yang kesepian merasa terasing
dari kelompoknya, tidak merasakan adanya cinta disekelilingnya, merasa tidak ada yang
peduli dengan dirinya dan merasakan kesendirian, serta merasa sulit untuk mendapatkan
teman.
Berdasarkan ciri-ciri diatas disimpulkan bahwa ciri-ciri kesepian adalah orang yang
kesepian merasa dirinya tidak berguna, merasa gagal, merasa tidak ada satu pun orang yang
memahaminya, tidak merasakan adanya cinta disekelilingnya, merasa depresi, cenderung
tidak bahagia dan merasakan kesia-siaan (hopelessness).
2.3 Tipe-Tipe Kesepian
Menurut Weiss (dalam Sears dkk, 1991) perasaan kesepian tersebut dapat dibedakan kedalam
2 (dua) tipe, yaitu :
a. Kesepian Emosional (Emotional Loneliness)
Kesepian ini terjadi karena tidak adanya figur kelekatan dalam hubungan intimnya,
seperti anak yang tidak ada orang tuanya atau orang dewasa yang tidak memiliki
pasangan atau teman dekat. Kesepian emosional dapat terjadi karena tidak adanya
hubungan dekat dengan orang lain, kurangnya adanya perhatian satu sama lain. Jika
individu merasakan hal ini, meskipun dia berinteraksi dengan orang banyak dia akan
tetap merasa kesepian.
b. Kesepian Situasional (Situational Loneliness)
Kesepian ini terjadi ketika sesorang kehilangan integrasi sosial atau komunitas yang
terdapat teman dan hubungan sosial. Kesepian ini disebabkan karena ketidakhadiran
orang lain dan dapat diatasi dengan hadirnya orang lain.
Sedangkan menurut Sadler (dalam Latifa, 2008) ada lima tipe kesepian, yaitu :
a. Interpersonal Loneliness
Manakala individu merindukan seseorang yang dahulu pernah dekat dengannya dan
melibatkan kesedihan yang mendalam sehingga individu mencari-cari orang baru
untuk dicintai. Tapi jika menemukan orang yang potensial menjadi pasangan baru
sebelum ia mampu mengatasi kesedihan terdahulu, maka individu akan takut atau
menolak.
b. Kesepian Sosial (Social Loneliness)
Perasaan ketika individu tidak ingin terpisah dari kelompok sosial yang dianggap
penting bagi kesejahteraannya dan tidak ada hal yang dapat ia lakukan untuk
mengatasi hal itu sekarang.
c. Culture Shock
Terjadi ketika individu pindah ke suatu lingkungan kebudayaan baru.
d. Kesepian Kosmik (Cosmic Loneliness)
Dikenal dengan kesepian eksistensial yaitu perasaan ketidakmungkinan untuk
menjalin suatu hubungan yang sempurna dengan orang lain.
e. Kesepian Psikologikal (Psychological Loneliness)
Kesepian ini datang dari kedalaman hati individu, baik itu yang berasal dari situasi
masa kini ataupun sebagai reaksi dari traumatrauma masa lalu.
Menurut Bruno (2000), mendefinisikan tiga penggolongan kesepian yaitu:
a. Kesepian Kognitif (Cognitive Loneliness)
Kesepian kognitif terjadi jika individu mempunyai sedikit teman untuk berbagi
pikiran atau gagasan yang dianggap penting.
b. Kesepian Perilaku (Behavioral Loneliness)
Kesepian perilaku terjadi bila anda kurang atau tidak mempunyai teman sewaktu
berjalan atau melakukan kegiatan di luar rumah, misalnya anda ingin nonton film atau
ingin makan di restoran tapi anda tidak memiliki seorang teman yang anda kenal yang
bisa di ajak.
c. Kesepian Emosional (Emotional Loneliness)
Kesepian jenis ini terjadi bila individu membutuhkan kasih sayang tapi tidak
mendapatkannya.Inilah kesepian yang sangat penting dan sangat buruk dampaknya.
Berdasarkan uraian di atas kesepian emosional adalah kesepian yang terjadi akibat tidak
adanya figur kelekatan dalam hubungan intim dengan seseorang dan juga kurang perhatian
satu samalain, jika individu merasakan hal ini, meskipun dia berinteraksi dengan orang
banyak dia akan tetap merasa kesepian dan bisa berdampak buruk bagi individu tersebut.
Sedangkan kesepian perilaku atau juga kesepian situasional adalah kesepian yang terjadi
karena ketidakhadiran seseorang atau tidak mempunyai teman untuk diajak melakukan
kegiatan di luar rumah dan dapat di atasi dengan hadirnya sesorang.Kesepian kognitif terjadi
akibat tidak mempunyai atau kurang memiliki teman untuk berbagi pikiran atau gagasan yang
dianggap penting.
2.4 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kesepian
Rutinitas diluar rumah seperti sekolah, kuliah dan kerja menyebabkan kurangnya
kehangatan hubungan seseorang dengan orang-orang tertentu.
4. Kehidupan di dalam rumah
Rutinitas dirumah seperti adanya jam makan, tidur, mandi akan menyebabkan
kejenuhan pada pelakunya.
5. Perubahan pola-pola dalam keluarga
Kehadiran orang lain dalam sebuah keluarga akan menyebabkan terganggunya
hubungan antar anggota keluarga.
6. Pindah tempat
Seringnya pindah dari satu tempat ke tempat lain akan menyebabkan seseorang
yang tidak dapat menjalin hubungan yang akrab dengan lingkungan baru,
sehingga akan menimbulkan kesepian.
7. Terlalu besarnya suatu organisasi
Bila populasi dalam sebuah organisasai terlalu besar, akan sulit bagi seseorang
untuk mengenal satu sama lain secara lebih dekat.
8. Desain arsitektur bangunan
Bentuk bangunan yang canggih juga berpengaruh terhadap interaksi sosial.Hal ini
mengingat
bangunanbangunan
dapat
menyebabkan
masyarakat
menjadi
urbanisasi. Lanjut usia ditinggalkan oleh anggota keluarga dan kurang diperhatikan,
dan banyak diantara mereka hidup sendiri dan kesepian. Keterpisahan lanjut usia dari
anggota keluarga menyebabkan mereka tidak intensif mendapat perhatian dan
kesejahteraan. Oleh karena itu, perasaan sepi dan tertekan kerap mewarnai para lanjut
usia yang ditinggalkan orang-orang yang dicintainya.
2.5 Dampak dari Kesepian
Adapun dampak dari kesepian menurut Robinson (1994) yaitu :
a.
b.
c.
d.
Mengalami rendah diri, bergantung pada teman untuk membangun harga dirinya.
Menyalahkan diri sendiri.
Tidak ingin berusaha untuk terlibat pada kegiatan sosial.
Mempunyai kesulitan untuk memperlihatkan diri dalam berkelakuan dan takut untuk
dan musik dapat membuat para siswa lebih pintar, musik dapat membantu otak
berfokus pada hal lain yang dipelajari (Fauzi, 2008). Penelitian lain terkait
dengan pengaruh musik yaitu mampu menjadikan seseorang berpikir logis dan
intutif, sekaligus cerdas, kreatif, jujur, dan tajam perasaannya (Sirait, 2006).
c. Sistem dalam tubuh.
Musik secara langsung bisa mempengaruhi kerja otot kita.Detak jantung
dan pernafasan bisa melambat atau cepat secara otomatis, tergantung alunan
musik yang didengar.Bahkan bayi dan orang tidak sadar pun tetap terpengaruh
oleh alunan musik (Sacks, 2011).Musik mampu mempengaruhi sistem dalam
tubuh
kita,
termasuk
hormon-hormon
dalam
tubuh.Musik
mampu
menambah
keakraban
dan
kepercayaan
antara
peserta
dan
peneliti/fasilitator.
2) Pemanasan
Fase pemanasan merupakan fase pelenturan otot-otot terutama otot tangan
dan persendian, yang dapat dilakukan dalam fase ini adalah kegiatan pijat
memijat ataupun senam ringan.Pemijatan dapat dilakukan secara mandiri,
Rawlins, Williams dan Beck dalam Keliat adalah 5-10 orang. Sedangkan waktu
optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan
60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi.Biasanya dimulai dengan
pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja dan finishing berupa
terminasi.Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali/dua
kali per minggu; atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
b. Terapi aktivitas keompok stimulasi sensori (untuk klien yang mengalami
gangguan sensori)
c. Terapi aktivitas kelompok orientasi realita (untuk klien halusinasi yang telah
mengontrol halusinasinya klien waham yang telah dapat berorientasi pada realita
dan sehat secara fisik)
d. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi (untuk klien dengan halusinasi)
e. Terapi penyaluran energy, yaitu teknik menyalurkan energy secara konstruktif
dimana memungkinkan perkembangan pola-pola penyaluran energy seperti
katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara komstruktif tanpa menimbulkan
kerugian pada diri sendiri dan lingkungan.
C. Meditasi
Meditasi ternyata mampu menjadi penangkal yang ampuh dalam mengatasi rasa
kesepian ini.Sebuah penelitian di Carnegie Mellon University menunjukkan bahwa
meditasi dapat menekan penderitaan akibat rasa kesepian seminimal mungkin.
Penelitian ini melibatkan 40 orang tua sehat berusia 55-85 tahun dan menunjukkan
hasil berupa adanya efektivitas terapi meditasi dalam mengusir rasa sepi, bahkan
setelah adanya pemeriksaan darah dan indikator kesehatan yang lain, meditasi dapat
memperbaiki kualitas hidup kaum lanjut usia.
Para partisipan ini rata rata melakukan kegiatan meditasi selama 30 menit tiap
harinya dalam periode 8 minggu dengan rasa rileks dan tenang.Dengan perasaan
damai yang didapat dari meditasi, resiko inflamasi atau radang, resiko utama pada
kematian dini yang diakibatkan karena kanker maupun sakit jantung, dapat
ditekankan. Salah satu ilmuwan dalam penelitian ini, Steven Cole, bahkan
menuturkan bahwa penelitian ini menunjukkan indikasi bahwa ekspresi gen pada
sistem imun ternyata dapat diatur melalui intervensi psikologis, sebagaimana dikutip
oleh Dailymail.
Sebuah studi menjelaskan bahwa meditasi bisa membantu mengurangi kesepian
pada orang dewasa dan menambah pemikiran positif bagi mereka.Orang-orang
dewasa yang mengikuti program pengosongan pemikiran selama delapan minggu
menunjukkan bahwa mereka mengalami tingkat kesepian yang lebih rendah saat
disurvey.Selain itu mereka juga mengalami perubahan positif yang cukup signifikan.
Kesepian dan nyeri batin pada seseorang dapat meningkatkan resiko seseorang
mengalami alzheimer, penyakit jantung dan resiko kematian dini lainnya.Sama halnya
seperti otot yang harus dilatih, begitupula dengan pikiran kita.
Saat seseorang memasuki usia tua, kesepian akan semakin melanda karena tidak
banyak interaksi yang mereka lakukan dengan orang lain. Meditasi sangat dianjurkan
oleh J. David Creswell, seorang psikolog dari Pennsylvania.Dengan melakukan
meditasi sekitar 15-20 menit, bisa membantu Anda menikmati manfaat besar, seperti
mengurangi nyeri batin atau kegalauan yang melanda Anda.
Tidak perlu menghabiskan uang banyak bila Anda ingin meditasi.Anda bisa
melakukannya di ruangan dengan sirkulasi udara cukup dan situasi tenang.Semakin
tenang semakin baik.Meditasi dapat dipelajari dari blog atau video tutorial
meditasi.Bila emerlukan musik, pasanglah musik yang menenangkan jiwa.Bila tidak,
bisa menikmati suasana hening untuk menenangkan batin Anda yang gelisah karena
kesepian.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGAN KESEPIAN DI PANTI WERDHA WARGATAMA INDRALAYA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Ny. A
Umur
: 65 tahun
Alamat
: Jl. Sarjana No. 06 Indralaya Kab. Ogan Ilir
Pendidikan
: SD
Tanggal masuk panti werdha
: 1 Mei 2015
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku
: Komering
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Kawin
2. STATUS KESEHATAN SAAT INI
a. Nutrisi :
Berapa kali makan dalam sehari : 2 x/hari
Satu porsi habis atau tidak
: Habis
Berapa kalori / hari
: 1700 kalori
b. Cairan dan elektrolit :
Berapa liter minum / hari
: 6 gelas /hari
Jenis cairan
: Air mineral
c. Aktivitas : Klien jarang melakukan aktivitas, klien lebih banyak berdiam diri
Keluhan-keluhan kesehatan utama (sekarang) PQRS : Ny.A tidak ada menderita penyakit
berat yang serius. Paling hanya sakit kepala, demam, batuk, atau flu biasa.
Keluhan Utama
1. Provocative / Paliative
: -
2. Quality / Quantity
: -
3. Region
: -
4. Severity Scale
: -
5. Timing
: -
Genogram :
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
Sebelumnya Ny. A tinggal bersama anak bungsunya, suami anaknya, dan seorang
cucu. Anaknya bekerja sebagai guru SMA dan suami dari anaknya bekerja sebagai pegawai
Bank Swasta. Cucunya masih duduk di SMP kelas IX (Sembilan). Namun, karena anaknya
sibuk mereka menitpkan Ny. A di panti werdha.
5. TINJAUAN SISTEM
Jelaskan tentang kondisi sistem-sistem dibawah ini yang terdapat pada klien
Keadaan umum : Baik, TD:110/70 mmHg (normal 130-150/80-90 mmHg), N:65
diameter pupil 3/3 kanan kiri sama, penglihatan masih cukup jelas.
Telinga : Telinga bersih, simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada lesi, telinga berdenging, fungsi pendengaran cukup baik.
Mulut dan tenggorokan : Mulut tampak sedikit kotor, selaput lendir mulut lembab,
bibir sianotik, gigi sudah tidak lengkap, gigi tampak kuning, ada karies gigi,
mengalami kesulitan saat mengunyah, dan tidak ada gangguan menelan.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada luka, tidak ada bendungan
vena jugularis
Payudara : Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan
Sistem pernapasan
Bentuk dada
: Simetris
Sekeresi dan batuk
: Tidak ada batuk
Pola napas
: RR: 18x/menit, reguler
Bunyi napas
: Vesikuler
Pergerakan dada
: Normal
Alat bantu pernapasan
: Klien tidak menggunakan alat bantu pernapasan
Sistem kardiovaskuler:
Nadi 65x per menit, TD 110/70 mmHg.
Bunyi jantung
: Normal
Letak jantung
: Normal
Pembesaran jantung
: Tidak ada
Nyeri dada
: Tidak ada
Edema
: Tidak ada
Clubbing finger
: Tidak ada
Sistem gastrointestinal : Bentuk abdomen normal, tidak ada nyeri tekan abdomen,
bising usus 8 x/ menit, tidak ada pembesaran lien dan hepar, tidak ada benjolan pada
abdomen.
Sistem perkemihan
Masalah Kandung Kemih
: Tidak ada masalah
Produksi urine
: 600 ml/hari
Frekuensi
: 7-8x /hari
Konsistensi
: Warna kuning jernih , bau khas amoniak
Sistem genitoreproduksi
Kelamin
Bentuk
: Normal
Keputihan
: Tidak ada keputihan
Siklus haid
: Sudah menoupose
Sistem musculoskeletal
Otot dan tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM) : bebas
Kemampuan kekuatan otot
Fraktur
: Tidak ada fraktur
Dislokasi
: Tidak ada dislokasi
Hematom
: Tidak ada hematom
Sistem saraf
Tingkat kesadaran
: Compos mentis
GCS
Refleks
: Normal
Koordinasi gerak
Kejang
Sistem endokrin
per hari.
Apakah klien merasa gelisah?
Klien merasa gelisah apabila dia sedang sendirian.
Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?
Klien sering murung atau menangis sendiri apabila dia teringat akan
kenangan masa lalu ketika ia bersama dengan suaminya yang sekarang
kematian
bahwa hidup dan mati sudah ada yang mengatur, harapan klien yaitu
klien ingin tetap menjalankan ibadahnya dengan baik agar menjadi
contoh bagi anak-anak dan cucu-cucunya.
7. Pengkajian fungsional klien
a. KATZ Indeks : A
Termasuk kategori yang manakah klien?
A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), Menggunakan pakaian, pergi
ketoilet, berpindah mandi
B Mandiri semuanya, kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
C Mandiri kecuali mandi dan salah satu lagi fungsi yang lain
D Mandiri Kecuali mandi, berpakaian dan salah satu lagi fungsi yang lain
E
F
Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ketoilet dan salah satu lagi fungsi yang lain
Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ketoilet, berpindah dan salah satu lagi fungsi yang
lain
G Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
H Lain lain
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun ia dianggap mampu.
Pasien mempunyai indeks kemandirian pada aktivitas sehari-hari dengan skore
A yaitu mampu dan mandiri dalam melakukan makan, kontinensia
(BAK,BAB), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah mandi.
b. Modifikasi dari Barthel
Termasuk yang manakah klien?
No Kriteria
1.
Makan
Dengan
Bantuan
5
2.
Minum
3.
Mandiri
Keterangan
10
10
Frekuensi :3xsehari
10
Jumlah : sepiring
Jenis : nasi,sayur,ikan
Frekuen: + 7 gelas/hari 10
Jumlah : >2
Jenis : air mineral
Tidak
menggunakan 15
15
Nilai
kursi roda
Frekuensi : 2xsehari
10
Melakukan
Keluar
masuk
toilet 5
(mencuci
pakaian,
menyeka
tubuh,
keluar
menyiram)
kegitan 10
masuk
toilet
mandiri,
mencuci
pakaian
sendiri,
menyeka
tubuh
dan
6.
Mandi
15
menyiram
Frekuensi : 2xsehari
7.
Masih
15
dapat 5
melakukannya
8.
10
baik
Masih
melakukannya
9.
Mengenakan pakaian
10
10
10
12. Olahraga/latihan
10
13. Rekreasi/pemanfaatan
10
waktu luang
dengan
dapat 10
dengan
baik
Melakukan mandiri
10
Frekuensi :1xsehari
9
Konsistensi : tidak
keras dan tidak encer
Frekuensi : 7-8xsehari
Warna :kuning jernih
Frekuensi : 1xsehari
Jenis : jalan pagi
Frekuensi : 1xsehari
Jenis : nonton tv
JUMLAH SKORE
9
9
10
127
Interprestasi hasil :
130
: Mandiri
65-125 : Ketergantungan sebagian
Jawab
:
Salah
No
Pertanyaan
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
Score total : 10
Interprestasi hasil
:
Salah 0-3
: Fungsi intelektual utuh
Salah 4-5
: Kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8
: Kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10
: Kerusakan intelektual berat
Skore salah 0 : Fungsi Intelektual Utuh
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE
(Mini Mental Status Exam)
Orientasi
Registrasi
Perhatian
Kalkulasi
Mengingat kembali
Bahasa
N
Aspek
Nilai
Nilai
o
1
Kognitif
Orientasi
maksimal
5
Klien
4
Kriteria
Menyebutkan dengan benar :
Tahun
Musim
Tanggal
Hari
Bulan
Orientasi
Registrasi
oleh
Perhatian dan 5
sebut klien)
Buku
Sepatu
Baju
Minta klien untuk memulai dari angka
kalkulasi
Mengingat
sampai 5 kali/tingkat
93
86
79
72
65
Minta klien untuk mengulangi ketiga
Bahasa
26
Interpretasi hasil :
24-30 : Tidak ada gangguan kognitif
13-23 : Gangguan kognitif sedang
0-17 : Gangguan kognitif berat
Score total 26 :Tidak Ada Gangguan Kognitif
0
Perputaran leher
Menggerakkan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh
sisi-sisinya, keluhan vertilago, pusing, keadaan tidak stabil, beri nilai 1 jika klien
menunjukkan kondisi tersebut.
0
Membungkuk
Tidak mampu untuk membungkuk untuk mengambil obyek-obyek kecil (misalnya
pulpen) dari lantai, memegang suatu obyek untuk bisa berdiri lagi, memerlukan
usaha-usaha multiple untuk bangun.
Beri nilai 1jika klien menunjukkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak
menunjukkan kondisi tersebut.
0
b. Komponen Gaya Berjalan atau Gerakan
Minta klien untuk berjalan ketempat yang ditentukan
Ragu-ragu tersandung, memegang obyek untuk dukungan. Beri nilai 1 jika klien
menunjukkan diatas, beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi tersebut.
0
Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki pada saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi (2 inci). Beri nilai 1 jika klien menunjukkan
kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi tersebut.
0
Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Setelah langkah-langkah awal tidak konsisten, memulai mengangkat satu kaki
sementara kaki yang lain menyentuh lantai. Beri nilai 1 jika klien menunjkkan
kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi tersebut.
0
Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Panjang langkah tidak sama (sisi yang patologis biasanya memiliki langkah yang
lebih panjang, masalah dapat terjadi pada pinggul, lutut, pergelangan kaki, atau
otot-otot di sekitasnya) beri nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi diatas, beri
nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi tersebut.
0
Penyimpangan jalur pada saat terbalik (lebih baik diobservasi dari belakang
pasien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi. Beri nilai 1 jika
klien menunjukkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan
kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan tersebut.
0
Interprestasi hasil :
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien dan dapat diinterprestasi sebagai
berikut :
0-5
: resiko jatuh rendah
6-10
: resiko jatuh sedang
11-15
: resiko jatuh tinggi
Dari tinetti, ME dan Ginter, SF hal 1191, 1998, Amerika Medical Association
Evaluasi hasil praktek
Laporan tertulis hasil pengkajian respon yang meliputi : kondisi fisik, fungsional,
psikososial dan spiritual.
B. Analisis Data
No.
1.
Data
Masalah Keperawatan
Etiologi
Resiko kesepian
Terganggunya dukacita
DO:
-
diri
Kontak mata kurang
Klien
tidak
bisa
mengekspresikan
-
perasaannya
Kurang berkomunikasi
DS:
-
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kesepian berhubungan terganggunya dukacita
D. Proses Keperawatan
NO
Diagnosa
Perencanaan
Rasonalisasi
Keperawatan
1.
Resiko
Tujuan
Selama
Intervensi
Bina
Kriteria Hasil
Klien menunjukan
Hubungan
kesepian
dilakukan
hubungan
tanda-tanda
saling percaya
berhubungan
tindakan
saling percaya
percaya kepada
merupakan
terganggunya
keperawatan
atau terhadap
langkah awal
dukacita
sebanyak 2
perawat :
untuk
dengan klien
Kaji
kali
penyebab
interaksi
kesepian
diharapkan
rasa
kesepian
melakukan
- Wajah cerah,
pada klien
Bantu klien
tersenyum
menguraikan
- Mau berkenalan
dapat bervariasi
tergantung pada
kelebihan
klien teratasi
Klien mampu
hubungan
interaksi
Respon ndividu
pola kultural
- Ada kontak mata
yang dipelajari.
berinteraksi
social dan
dengan
kerugian
- Bersedia
menyimpang
orang lain
menarik diri
Tanyakan
menceritakan
dari situasi
perasaan
mungkin dapat
Persepsi yang
mekanisme
koping yang
memperbesar
Klien mampu
perasaan.
Pasien mungkin
digunakan
menyebutkan
oleh klien
minimal satu
perlu menolak
jika sedang
penyebab
realitas sampai
kesepian.
Lakukan
kesepian
Klien mampu
siap untuk
menghadapinya
Mungkin dapat
terapi music
menyebutkan
berkelompok
keuntungan
menghadapi
berhubungan
situasi dg baik
social dan
menyebutkan
kerugian apabila
memantapkan
menarik diri.
Pasien mampu
hubungan &
berkomunikasi
ekspresi
dengan teman
perasaan
meningkatkan
sebaya nya
Pasien dapat
kelompok dapat
menerima
memperbaiki
kehilangan
Terapi music
hubungan
pasangannya
Setelah dilakukan
terapi music
interpersonal
dan merubah
perilaku
kelompok
masalah kesepian
klien dapat
teratasi dan klien
dapat berinteraksi
dengan orang lain
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
Keperawatan
Resiko kesepian
berhubungan
Jam: 17.00
terganggunya
dukacita
dengan klien
mendengarkan cerita saya
Beri salam setiap berinteraksi
Perkenalkan nama, nama
O:
panggilan perawat, dan
- Wajah klien tampak
tujuan perawat berkenalan
cerah
Tanyakan dan panggil nama
-Klien tampak senang
kesukaan klien
bercerita masalahnya
- Klien tersenyum
klien
orang lain
Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaanya
BAB IV
PEMBAHASAN
3.1 Ringkasan Tema Penelitian
Beberapa penelitian mengatakan tentang kesepian pada lansia:
1. Penelitian
oleh
Yudi
Yudistira,
Asep
Abdul
Syukur,
dan
Samsul
Feri
hiudp
mereka.
Saran
untuk
petugas
peayanan
kesehatan
dapat
yang dikatakan oleh orang-orang sekitar tentang kapan subjek menikah. Namun,
karena terlalu sering ditanya subjek merasa bosan dan tidak nyaman ketika ditanya
oleh orang di sekitar. Sehingga subjek berpikir tidak ada yang mengerti dirinya .
Subfaktor yang kedua yaitu kurangnya percaya diri, dimana subjek merasa canggung
dalam situasi ramai dan juga apabila berhadapan dengan orang yang lebih dari subjek
sehingga terkadang subjek merasa minder karena takut salah berbicara dengan mereka
dan karena subjek merasa sudah tua dan belum menikah. Subfaktor yang ketiga yaitu
kepribadian yang tidak sesuai dengan lingkungan, di mana subjek merasa dirinya
tidak bisa bersosialisasi dengan orang yang lebih tinggi status sosialnya dan juga
merasa malu karena dirinya sudah tua tetapi sampai saat ini belum menikah dan tidak
mempunyai pekerjaan. Subfaktor yang keempat yaitu ketakutan menanggung resiko
sosial, di mana subjek merasa takut untuk dekat dengan perempuan karena subjek
merasa dirinya tidak muda lagi. Oleh karena itu subjek merasa takut ditolak oleh
perempuan. Pada faktor situasional terdapat dua subfaktor yang muncul yaitu yang
pertama takut di kenal orang lain, di mana subjek pernah berkenalan dengan
perempuan tetapi subjek tidak berani ke rumah karena subjek takut perempuan yang
baru di kenalnya mengetahui keadaan subjek yang sebenarnya. Subfaktor yang kedua
yaitu kehidupan di dalam rumah, dimana subjek biasanya keluar rumah jika merasa
bosan, karena kesibukan subjek sehari-hari hanya membantu ibunya di rumah seperti
membersihkan rumah.
6. Penelitian Ayusi Ikasi, Jumaini, Oswati Hasanah mengatakan semakin tinggi dukungan
keluarga yang didapatkan lansia maka akan menurunkan resiko terjadinya kesepian dan
stress ataupun masalah psikologis pada lansia.
Kesepian atau loneliness biasanya dialami oleh seorang lanjut usia pada saat
meninggalnya pasangan hidup atau teman dekat terutama bila dirinya sendiri saat itu juga
mengalami berbagai penurunan status kesehatan, misalnya menderita berbagai penyakit fisik
berat gangguan mobilitas atau gangguan sensorik, terutama gangguan pendengaran
(Brocklehurst-Allen1987)
Harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri.Banyak di antara lansia yang
hidup sendiri tidak mengalami kesepian karena aktivitas sosial yang masih tinggi, tetapi
dilain pihak terdapat lansia yang walaupun hidup di lingkungan yang beranggotakan cukup
banyak tokoh mengalami kesepian.
Pada penderita kesepian ini peran dari organisasi sosial sangat berarti karena bisa
bertindak menghibur memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan peran sosial penderita
di samping memberikan bantuan pengerjaan pekerjaan di rumah bila memang terdapat
disabilitas penderita dalam hal-hal tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesepian adalah suatu reaksi emosional dan kognitif dimana orang merasa tersisih
dari kelopoknya, tidak ada tempat berbagi rasa, terisolasi dari lingkungan sehingga
menimbulkan rasa sunyi, sepi, pedih, dan tertekan. Tipe-tipe kesepian: kesepian emosional
dan kesepian situasional, interpersonal loneliness, kesepian sosial, culture shock, kesepian
kosmik, dan kesepian psikologikal, kesepian kognitif, kesepian perilaku, kesepian perilaku,
kesepian emosional.
Faktor yang menyebabkan kesepian adalah
a. Faktor psikologis
b. Factor situasional
Berbagai dampak yang disebabkan oleh kesepian dapat membuat lanisa semakin
terisolasi.Adapaun penatalaksanaan terdiri atas farmakologis dan non farmakologis.
5.2 Saran
Semoga makalah yang kami susun ini dapat dimanfaatka secara maksimal, sehingga
membantu proses pembelajaran, dan dapat mengektifkan kemandirian dan kreatifitas
mahasiswa. Selain itu, di perlukan lebih banyak referensi untuk menunjang proses
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta : EGC.
Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Missouri :
Mosby, Inc.