Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN
OLEH:

Nama : RATNA NENGSIH


NIM : (1701018)

MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila
usianya 60 tahun ke atas,baik pria maupun wanita. Sedangkan Departeman
kesehatan RI menyebutkan seseorang dikatakan berusia lanjut usia dimulai
dari usia 55 tahun keatas. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia lanjut
dimulai dari usia 60 tahun (Indriana, 2012; Kushariyadi, 2010; Wallace,
2007). Proses penuaan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik secara
sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan. Hal ini disebabkan karena dengan
semangkin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun
baik karena faktor proses alami yang dapat menyebabkan perubahan anatomi,
fisiologis, dan biokimia pada jaringan tubuh yang dapat mempengaruhi fungsi,
kemampuan badan dan jiwa (Perry & Potter, 2005). Hipertensi adalah apabila
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan
gagal ginjal. Disebut sebagai “ pembunuh diam – diam “ karena penderita
hipertensi sering tidak menampakan gejala (Brunner & Suddarth, 2002).
Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia maupun
dunia sebab diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama
terjadi di Negara berkembang. pada tahun 2000 terdapat 639 kasus hipertensi
diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025. Sedangkan
hipertensi di Indonesia menunjukan bahwa di daerah pedesaan masih banyak
penderita hipertensi yang belum terjangkau oleh layanan kesehatan
dikarenakan tidak adanya keluhan dari sebagian besar penderita hipertensi
(Adriansyah, 2012). Ironinya, diperkirakan ada 76% kasus hipertensi di
masyarakat yang belum terdiagnosis, artinya penderitanya tidak mengetahui
bahwa dirinya mengidap penyakit ini. Dari 31,7% prevalensi hipertensi,
diketahui yang sudah memiliki tekanan darah tinggi berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan adalah 7,2% dan kasus yang minum obat hipertensi 0,4%.
Hal ini menunjukkan bahwa 76% masyarakat belum mengetahui telah
menderita hipertensi Artinya banyak sekali kasus hipertensi tetapi sedikit
sekali yang terkontrol (Adib, 2012). Hasil Riset Kesehatan Dasar
menunjukkan prevelensi hipertensi sebanyak 31,7%. Hipertensi menjadi salah
satu penyebab kematian utama di perkotaan maupun perdesaan pada usia 55-
64 tahun (Rosid, 2012).
Angka kejadian hipertensi di indonesia menurut riset Kesehatan Dasar
Tahun 2017 menunjukan bahwa prevalensi hipertensi di indonesia
berdasarkan pengukuran tekanan darah mengalami peningkatan 5,9%, dari
25,8% menjadi 31,7% dari total penduduk dewasa. Berdasarkan pengukuran
sampel umur lebih dari 18 tahun prevelansi hipertensi mengalami peningkatan
yakni 7,6% pada tahun 2015 dan 9,5% tahun 2017 dengan total presentase
sebesar 25,8%. Prevelansi hipertensi tertinggi di Bangka Belitung dengan
presentase 25,8%, kalimantan selatan 30,8%, kalimantan timur 29,6%, jawa
barat 29,5% (Riskesdas, 2018).

B. TUJUAN PENULISAN
1. Melakukan pengkajian hipertensi kepada pasien
2. Menegakan diagnosa hipertensi kepada pasien.
3. Merencanakan intervensi yang diberikan
4. Memberikan implementasi kepada pasien dengan hipertensi
5. Melakukan evaluasi kepada pasien dengan
BAB II
KONSEP DASAR

1. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Siti Bandiyah, 2009).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut)
secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami semua makhluk
hidup. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama
cepatnya. Ada kalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda)
tetapi mengalami kekurangan-kekurangan yang menyolok atau diskrepansi
(Wahyudi Nugroho, 2006).
Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup
yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler,
pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai
baik secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin buruk, gerakan semakin lambat, dan figure tubuh yang tidak
proposional (Nugroho, W. 2012).
B. Klasifikasi lanjut usia (Nugroho, W. 2012)
a. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang dikatakan lanjut usia
tersebut dibagi kedalam tiga kategori yaitu :
1. Usia lanjut (elderly) : 60-74 tahun
2. Usia tua (old) : 75-89 tahun
3. Usia sangat lanjut (very old) : > 90 tahun
b. Menurut Dep. Kes. RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia
membaginya lanjut usia menjadi sebagai berikut :
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), keadaan ini dikatakan
sebagai masa virilitas.
2. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium.
3. Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan sebagai
masa senium.
c. Maryam (2008) mengklasifikasikan lansia antara lain :
1. Pralansia (praselinis) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia Risiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI,
2013)
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI, 2013)
5. Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2013).

C. Teori-Teori Proses Penuaan


Menurut Maryam, dkk (2008) ada beberapa teori yang berkaitan
dengan proses penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi, teori sosial, dan
teori spiritual.
a. Teori biologis
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology
slow theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
1) Teori genetik dan mutasi. Menurut teori genetik dan mutasi, semua
terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi
sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-
molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
2) Immunology slow theory. Menurut immunology slow theory, sistem
imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
3) Teori stres. Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya
sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan
stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
4) Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi
oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal
ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
5) Teori rantai silang. Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi
kimia sel-sel yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas
kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

b. Teori psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya
penurunan dan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan
kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit
untuk dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan
interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi sistem
sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima,
memproses, dan merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul
aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.

c. Teori sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan,
yaitu:
1) Teori interaksi sosial. Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia
bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal hal yang
dihargai masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan prestasinya berkurang
sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang
tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti
perintah.
2) Teori penarikan diri. Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang
diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan
seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di
sekitarnya
3) Teori aktivitas. Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses
bergantung bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam
melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih
penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.
4) Teori kesinambungan. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup
seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia
menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan
harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah menjadi
lansia.
5) Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana
proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban
lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif
ataupun negatif. Akan tetapi, teori ini tidak menggariskan bagaimana
cara menjadi tua yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh
lansia tersebut.
6) Teori stratifikasi usia. Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa
pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan dapat
dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok dan
bersifat makro. Setiap kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang
demografi dan keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya.
Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk menilai
lansia secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat
kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas dan
kelompok etnik.

d. Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada
pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu
tentang arti kehidupan.

D. Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Penuaan Seseorang


Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu hatihati
dalam mengidentifikasi penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan
fisiologis, diharapkan mereka tua dalam keaadaan sehat. Ada faktor-faktor
risiko yang mempengaruhi penuaan seseorang, yaitu:
a. Faktor endogen, yaitu faktor bawaan (keturunan) yang berbeda pada setiap
individu. Faktor inilah yang mempengaruhi perbedaan efek menua pada
setiap individu, dapat lebih cepat atau lebih lambat. Seperti seseorang yang
mempunyai bawaan penuaan dini, penyakit tertentu, perbedaan tingkat
intelegensia, warna kulit dan tipe kepribadian. Seseorang yang memahami
adanya faktor keturunan yang dapat mempercepat proses penuaan harus
lebih hati-hati. Ia harus berusaha menangkal efek negatif yang ditimbulkan
oleh genetiknya. Misalnya, seseorang yang mempunyai keturunan terkena
diabetes atau obesitas maka perilaku pola makan, aktivitas atau perilaku
lainnya tidak bisa sama dengan orang yang berisiko.
b. Faktor eksogen, yaitu faktor luar yang dapat mempengaruhi penuaan.
Biasanya faktor lingkungan, sosial budaya dan gaya hidup. Misalnya, diet
atau asupan gizi, merokok, polusi, obat-obatan maupun dukungan sosial.
Faktor lingkungan dan gaya hidup berpengaruh kuat dalam menangkal
proses penuaan. Tidak heran bila untuk menyangkal proses penuaan
dilakukan dengan cara menyiasati faktor ini (Dikutip dalam Priyoto,
2014).
E. Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif .
c. Lingkungan tempat tinggal bervariasi (Dikutip dari Maryam dkk, 2008).

F. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho
2000 dalam Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana: kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri: Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
c. Tipe tidak puas: Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah: Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung : Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
f. Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe independen
(ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe militan dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu),
serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).

B. KONSEP DASAR HIPERTENSI


A. DEFINISI
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan
peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase
sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh
jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang
kembali ke jantung (Triyanto,2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A.
Price, 2015).
Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan
hipertensi ini merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam
arteri atau tekanan systole > 140 mmhg dan tekanan diastole sedikitnya 90
mmHg. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan
meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal.

B. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi
menjadi 2, yaitu :
a) Hipertensi Esensial atau Primer
Menurut Lewis (2000) hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi
dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Kurang
lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan
10% nya tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi
pada usia 30-50 tahun. Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit
renovakuler, aldosteronism, pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan
penyakit lainnya. Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi
penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang
diantaranya adalah faktor stress, intake alkohol moderat, merokok,
lingkungan, demografi dan gaya hidup.
b) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penderita hipertensi
adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih
banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.

C. FAKTOR RISIKO
Faktor-faktor risiko hipertensi terbagi dalam 2 kelompok yaitu
faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah.Faktor yang
dapat diubah antara lain : gaya hidup modern,pola makan tidak
sehat,obesitas.Faktor yang tidak dapat diubah meliputi genetik,usia,jenis
kelamin.

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi hipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan darah
menurut Joint National Committee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Bloods Preassure (JNC) ke-VIII dalam Smeltzer &
Bare (2010) yaitu<130 mmHg untuk tekana darah systole dan <85 mmHg
untuk tekanan darah diastole.
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat 1 : hipertensi ringan 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 : hipertensi sedang 160-179 100-109
Tingkat 3 : hipertensi berat diatas 180 diatas 110

E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula
adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan
gerontologi perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung ( volume sekuncup), mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth,
2002 ).

F. TANDA DAN GEJALA


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
Mengeluh sakit kepala, pusing, Lemas, kelelahan,Sesak nafas ,
Gelisah,Mual,Muntah,Epitaksis,Kesadaran menurun.
Menurut Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala
klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri
kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intracranial. Pada pemeriksaan fisik tidak
dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat
pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,
edema pupil (edema pada diskus optikus). Gejala lain yang umumnya
terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala,
keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-
lain.
G. KOMPLIKASI
a) Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat
menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba,
seperti orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang
mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan
(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara
secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
b) Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arteroklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh
darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2000).
c) Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya
membrane glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
d) Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih
berat untuk memompa darah yang menyebabkan pembesaran otot
jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran
pada otot jantung kiri disebabkan kerja keras jantung untuk memompa
darah
e) Kerusakan pada Mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah dan saraf pada mata.

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat
penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
nonfarmakologis pada penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi faktor resiko yaitu :
mempertahankan berat badan ideal,mengurangi asupan natrium,batasi
konsumsi alkohol,menghindari rokok,penurunan stress

Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
a) Golongan Diuretik.Diuretik thiazide biasanya membantu ginjal
membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di
seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah.
b) Penghambat Adrenergik. Penghambat adrenergik, merupakan
sekelompok obat yang terdiri dari alfablocker, beta-blocker dan alfa-
beta-blocker labetalol, yang menghambat sistem saraf simpatis. Sistem
saraf simpatis adalah istem saraf yang dengan segera akan memberikan
respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan tekanan darah.
c) ACE-inhibitor Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-
inhibitor) menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara
melebarkan arteri.
d) Angiotensin-II-bloker.Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan
tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
e) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang berbeda.
f) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
g) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat
yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan cepat dan segera.
Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan
sebagian besar diberikan secara intravena : diazoxide, nitroprusside,
nitroglycerin, labetalol.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1) Identitas
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat sebelum
tinggal di panti, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan sebelumnya,
pendidikan terakhir, tanggal masuk panti, kamar dan penanggung jawab.
2) Riwayat Keluarga Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua,
saudara kandung, pasangan, dan anak-anak)
3) Riwayat Pekerjaan Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan
sebelumnya, dan sumbersumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan yang tinggi.
4) Riwayat Lingkup Hidup Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar,
jumlah orang yang tinggal di rumah, derajat privasi, alamat, dan nomor
telpon.
5) Riwayat Rekreasi Meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan
liburan
6) Sumber/ Sistem Pendukung : Sumber pendukung adalah anggota atau staf
pelayanan kesehatan seperti dokter, perawat atau klinik
7) Deksripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur. Menjelaskan kegiatan
yang dilakukan sebelum tidur. Pada pasien lansia dengan hipertensi
mengalami susah tidur sehingga dilakukan ritual ataupun aktivitas sebelum
tidur.
8) Status Kesehatan Saat Ini ,Meliputi : status kesehatan umum selama
stahun yang lalu, status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu,
keluhan-keluhan kesehatan utama, serta pengetahuan tentang
penatalaksanaan masalah kesehatan
9) Obat-Obatan ,Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana
mengonsumsinya, atas nama dokter siapa yang menginstruksikan dan
tanggal resep
10) Status Imunisasi , Mengkaji status imunisasi klien pada waktu dahulu
11) Nutrisi ,Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum,
pola konsumsi makanan dan riwayat peningkatan berat badan. Biasanya
pasien dengan hipertensi perlu memenuhi kandungan nutrisi seperti
karbohidrat, protein, mineral, air, lemak, dan serat. Tetapi diet rendah
garam juga berfungsi untuk mengontrol tekanan darah pada klien.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari
ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis dari
suatu penyakit dengan teknik inpeksi, aukultasi, palpasi dan perkusi.
a) Kepala : Bentuk kepala, penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah,
warna kulit, kelengkapan
b) Mata : Kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata, konjungtiva dan sclera,
pupil dan iris, ketajaman penglihatan, tekanan bola mata,
c) Hidung : Cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung, dan septum nasi,
d) Telinga : Ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga,
ketajaman pendengaran,
e) Mulut : Keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan lidah, palatum dan orofaring,
f) Leher : Posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis serta denyut nadi
karotis.
g) Payudara :
a. Inpeksi : Terdapat atau tidak kelainan berupa (warna kemerahan pada
mammae, oedema, papilla mammae menonjol atau tidak, hiperpigmentasi
aerola mammae, apakah ada pengeluaran cairan pada putting susu),
b. Palpasi : Menilai apakah ada benjolan, pembesaran kelenjar getah bening,
kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan.
h) Thoraks :
a. Inspeksi : Bentuk dada, penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas),
b. Palpasi : Penilaian vocal premitus
c. Perkusi : Menilai bunyi perkusi apakah terdapat kelainan
d. Uskultasi : Peniaian suara nafas dan adanya suara nafas tambahan
i) Jantung :
a. Inspeksi dan palpasi : mengamati ada tidaknya pulsasi serta ictus kordis
b. Perkusi : Menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran
jantung
c. Auskultasi : Mendengar bunyi jantung, bunyi jantung tambahan, ada atau
tidak bising/murmur
j) Abdomen :
a. Inspeksi : Bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh darah,
warna kulit abdomen, lesi pada abdomen
b. Auskultasi : Bising usus atau peristalik usus dengan nilai normal 5-35
kali/menit
c. Palpasi : Terdapat nyeri tekan, benjolan/masa, benjolan/massa,
pembesaran hepar dan lien
d. Perkusi : Penilaian suara abdomen serta pemeriksaan asites
k) Kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus uretra, anus serta
perineum terdapat kelainan atau tidak.
l) Muskuloskletat meliputi pemeriksaan kekuatan dan kelemahan eksremitas,
kesimetrisan cara berjalan.
m) Integument meliputi kebersihan, kehangatan, warna, turgor kulit, tekstur kulit,
kelembaban serta kelainan pada kulit serta terdapat lesi atau tidak.
n) Neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan kesadaran (GCS), pemeriksaan
saraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta pemeriksaan reflex.

Pathway
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis : peningkatan
tekanan vaskuler serebral
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
3) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
4) Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload

C. INTERVENSI
Hari/ Tujuan dan
Dx Kep Intervensi
Tanggal Kriteria Hasil
Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan 1.1 Kaji nyeri
agen pencidera fisiologis : tindakan secara
peningkatan tekanan keperawatan …x komprehensif
vaskuler serebral 24 jam klien meliputi lokasi,
dapat mengontrol karakteristik,
nyeri dengan durasi, frekuensi,
kriteria : kualitas,
1.Mengenal intensitas
faktor nyeri

2.Tindakan 1.2 Observasi


pertolongan reaki nonverbal
nonfarmakologi dan
ketidaknyamanan
3.Mengenal tanda
pencetus nyeri 1.3 Gunakan
untuk mencari komunikasi
pertolongan terapeutik agar
klien dapat
4.Melaporkan mengekspresikan
nyeri berkurang nyeri
dengan
menggunakan 1.4 Ajarkan
manajemen nyeri penggunaan
teknik non
5.Menyatakan farmakologi :
rasa nyaman teknik relaksasi
setelah nyeri progresif
berkurang
1.5 Berikan
analgetik sesuai
anjuran

1.6 Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat

1.7 Cek instruksi


dokter tentang
jenis, obat, dosis
dan frekuensi
Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 2.1Ciptakan
berhubungan dengan tindakan suasana
kurangnya kontrol tidur keperawatan …x lingkungan yang
24 jam tidak tenang dan
terjadi gangguan nyaman
pola tidur dengan
kriteria : 2.2Beri
1. Jumlah jam kesempatan klien
tidur dalam batas untuk
normal 6-8 istirahat/tidur
jam/hari
2.3Evaluasi
2.Tidak tingkat stress
menunjukkan
perilaku gelisah 2.4Monitor
keluhan nyeri
3. Wajah tidak kepala
pucat dan
konjungtiva tidak 2.5Lengkapi
anemis jadwal tidur
secara teratur
Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan Manajemen
ketidakseimbanga n antara tindakan energy
suplai dan kebutuhan keperawatan …x 3.1Tentukan
oksigen 24 jam tidak keterbatasan
terjadi intoleransi klien terhadap
aktifitas dengan aktifitas
kriteria :
1. Meningkatkan 3.2Tentukan
energy untuk penyebab lain
melakukan kelelahan
aktifitas sehari-
hari 3.3Observasi
asupan nutrisi
2. Menunjukkan sebagai sumber
penurunan gejala- energy yang
gejala intoleransi adekuat
aktifitas
3.4Observasi
respons jantung
terhadap aktivitas
(mis. Takikardia,
disritmia,
dyspnea,
diaphoresis,
pucat, tekanan
hemodinamik
dan frekuensi
pernafasan)

3.5 Dorong klien


melakukan
aktifitas sebagai
sumber energy

D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan dan keterampilan dan
pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian rencana yang telah ditentukan
tercapai.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan poses
mulai dari pengkajian, diagnose , perencanaan, tindakan dan evaluasi itu
sendiri.

BAB IV
DISCANGE PLANNING
A. PENGKAJIAN
1. Indentitas Diri Klien
1. Nama Lengkap : Ib. R

2. Usia : 82 tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku Bangsa : Bugis , Bone

6. Pendidikan Terakhir : D3 Bidan

7. Diagnosa Medis : Hipertensi


8. Alamat : Jl. Permata sudiang No.29
2. Keluarga atau orang lain yang penting / dekat yang dapat dihubungi
1. Nama :Tn.S
2. Alamat : Jl. Permata sudiang No. 29
3. No. telepon :-
4. Hubungan dengan Klien : Adik kandung
3. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
1. Pekerjaan saat ini
Ib.R mengatakan pekerjaan saat ini tidak ada, Ib. R hanya
mengerjakan kegiatan yang terjadwal dari panti sosial tresna werdha
kasih sayang ibu.
2. Pekerjaan sebelumnya
Ib. R mengatakan pekerjaan sebelumnya sebagai bidan, Ib. R
mengatakan PNS tetapi semenjak di panti sosial tersna werdha kasih
sayang ibu batu sangkar uang pensiunan Ib. R di ambil oleh anak-
anaknya.
3. Sumber pendapatan
Ib. R mengatakan sumber pendapatan saat ini yaitu hanya dari panti
sosial tresna werdha kasih sayang ibu yang di berikan sekali sebulan
oleh pengasuh.
4. Kecukupan pendapatan
Ib. R mengatakan pendapatan yang diterima dari panti sosial tresna
werdha kasih sayang ibu dan uang yang di dapatkan dari PSTW
dicukup-cukupakan untuk sebulan.
4. Aktifitas rekreasi
1. Hobi
Ib. R mengatakan tidak mempunyai hobi.
2. Berpergian / wisata
Ib. R mengatakan semenjak di Panti sosial tresna werdha tidak ada
berpergian karena tidak ada anak-anak yang mengunjungi Ib. R.
3. Keanggotaan organisasi
Ib. R mengatakan tidak ada ikut serta dalam anggota organisasi.
5. Riwayat Keluarga
Nama Keadaansaatini Keterangan
An.H Sehat Anak dan sekarang
tinggal di Pinrang dan
sudah berkeluarga.
An.N Sehat Anak dan sekarang
tinggal di Mamuju dan
sudah berkeluarga
An.F Sehat Anak dan sekarang
tinggal di jakarta dan
sudah berkeluarga
An.R Sehat Anak dan sekarang
tinggal di jakarta
sedang melanjutkan
kuliah.

6. Pola Kebiasaan Sehari – hari


a. Nutrisi
1. Frekuensi makan
Ib. R mengatakan makan sehari 3x yang di sediakan oleh Panti
sosial tresda werdha kasih sayang ibu batu sangkar.
2. Nafsu makan
Ib. R mengatakan nafsu makan kadang-kadang ada. Ib. R
mengatakan jika kepala sakit, pusing ,Pundak berat-berat nafsu
makan menurun dan kadang hanya menghabiskan ½ porsi yang
disediakan PSWT.
3. Jenis makanan
Ib. R mengatakan jenis makanan beragam seperti nasi dengan
ikan, telur, sayur, ayam dan terkadang sesekali daging..
4. Kebiasaan sebelum makan
Ib. R mengatakan sebelum makan mencuci tangan dan berdoa.
5. Makanan yang takdisukai
Ib. R mengatakan menyukai semua makanan.
6. Alergi terhadap makanan
Ib. R mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan.
7. Pantangan makanan
Ib. R mengatakan tidak ada pantangan terhadap makanan tetapi
Ib.R sudah mengurangi makan yang bergaram dan mengantung
lemak dan
santan.
8. Keluhan yang berhubungan Dengan makanan
Ib. R mengatakan juga mengeluhkan makanan yang ambar karena
garam yang sedik.
b. Eliminasi
1. BAK
Ib. R mengatakan biasa BAK kurang lebih 5x dan waktu yang
berubah ubah. Ib. R mengatakan biasanya BAK sebelum tidur dan
tidak keluhan berhubungan dengan BAK
2. BAB
Ib. R mengatakan BAB 1-2 x/ hari dengan konsistensi lunak
berwarna kuning dan tidak ada keluhan yang di rasakan dalam
BAB>
c. Personal hygiene
a. Mandi
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari ,
Ib. R mengatakan mandy memakai sabun. Tetapi selam 2 minggu
mahasiswa melakukan praktek di PSTW Ib. R terlihat jarang
mandi
b. Oral hygiene
Ib. R mengatakan menggosol gigi 2 kali sehari yaitu pada pagi hari
dan malam sebelum tidur, Ib. R mengatakan menggosok gigi
menggunakan pasta gigi.
c. Cuci rambut
Ib. A mengatakan cuci rambut 1x dalam dua hari menggunaan
shampo.
d. Kuku dan tangan
Ib. R mengatakan gunting kuku 1x seminggu dan Ib. R
mengatakan mencuci tangan dengan sabun.
d. Istirahat dan tidur
Ib. R mengatakan tidur malam pada jam 22.00 wib dan bangun jam
05.00 wib, Ib. R mengatakan sering terbangun saat tidur. Ib. R
mengatakan tidur siang 1 jam/ hari. Ib. R mengatakan susah tidur.
e. Kebiasaan mengisi waktu luang
1. Olahraga
Ib. R mengatakan olahraga yaitu meraton sekitar panti sosial trena
werdha kasih sayang ibu di pagi hari. Ib. R juga mengatakan dulu
jarang olahraga karena sibuk bekerja.
2. Nonton TV
Ib. R mengatakan melepas penat dengan menonton tv di wisma.
3. Berkebun / memasak
Ib. R mengatakan tidak ada berkebun dan memasak karena
memasak sudah ada penanggung jawab dari panti sosial tresna
werdha kasih sayang ibu.
7. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (jenis / frekuensi / jumlah /
lama pakai)
1. Merokok
Ib. R mengatakan tidak pernah merokok.
2. Minuman keras
Ib. R mengatakan tidak ada meminum minuman kerasa
3. Ketergantungan terhadap obat
Ib. R mengatakan tidak ada ketergantungan dengan obat.
8. Uraian kronologis kegiatan sehari – hari
Jenis kegiatan Lama waktu untuk setiap kegiatan
Senin ( senam) 60 menit
Selasa (gotong royong) 45 menit
Rabu (kesenian dan 120 menit
senam)
Kamis (pemeriksaan 60 menit
kesehatan)
Jumat (penyuluhan 60 menit
agama)

2. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utamadalam satu tahun terakhir
Ib. R mengatakan keluhan utama dalam satu tahun terakhir sakit
kepala, sering pusing dan tengguk terasa berat, badan terasa berat
2. Gejala yang dirasakan
Ib. R mengatakan gejala yang dirasakan saat tekanan darah tinggi
yaitu kelapa sakit, pusing, tengguk terasa berat, badan terasa berat
dan susah tidur.
3. Faktor keluhan
Ib. R mengatakan keluhan dirasakan mendadak.
4. Waktu mulai timbulnya keluhan
Ib. R mengatakan merasakan timbulnya keluhan di mulai saat
bangun tidur.
5. Upaya mengatasi
Ib. R mengatakan jika merasa sakit kepala, pusing dan tengguk berat
biasanya langsung ke poli klinik PSWT untuk memeriksa tekanan
darah.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Penyakit yang pernah diderita
Ib. R mengatakn pernah menderita penyakit hipertensi lebih kurang
5 tahun yang lalu.

3. Pengkajian / pemeriksaan fisik ( observasi, pengukuran, auskultasi,


perkusidanpalpasi )
1. Keadaan umum (TTV)
TD. 160/90 mmHg
2. BB/TB
140 cm / 40 kg
3. Kepala dan Rambut
Warna rambut putih, rambut pendek dan bersih, tidak adanya lesi dan
udem di kepala.
4. Mata
Konjungtivaan anemis kiri dan kanan, penglihatan kabur.
5. Telinga
Telinga bersih pendegar baik, tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
6. Mulut, gigi dan bibir mulut dan gigi kurang bersih, gigi tidak
lengkap, bibir lembab dan nafas bau.
7. Dada
Simetris kiri dan kanan, tidak ada jejas, tidak ada odema, frekuensi
pernafasan 18x/menit, tidak ada terdengar suara nafas tambahan.
8. Abdomen
Simetris kiri dan kanan, tidak ada luka bebakas operasi,tidak ada
tampak pembengkakan pada abdomen.
9. Kulit
Warna Kulit sawo matang,kulit lembah, bersih, keriput,tidak ada luka
lecet pada kulit.
10. Ektermitas atas
Kekuatan otot ektermitas 5, tidaka ada nyeri sendi saat di gerakan dan
fungsi otot baik
11. Ektermitas bawah fungsi otot baik, namun sering sakit saat berjalan
dan Ib. R berjalan menggunakan tongkat

4. Hasil Pengkajian Khusus


a. Masalah kesehatan kronis
No Keluhan kesehatan atau gejala Selalu Sering Jarang Tidak
yang dirasakan klien dalam (3) (2) (1) Pernah
waktu 3 bulan terakhir berkaitan (0)
dengan fungsi – fungsi
A Fungsi Penglihatan √
1. Penglihatan kabur
2. Mata berair √
3. Nyeri pada mata √
B Fungsi Pendengaran
4. Pendengaran berkurang √
5. Telinga berdenging √
C Fungsi Paru
6. Batuk lama disertai keringat √
malam
7. Sesak napas √
8. Berdahak / sputum √
D Fungsi jantung
9. Jantung berdebar – debar √
10. Cepat lelah √
11. Nyeri dada √
E Fungsi pencernaan
12. Mual / muntah √
13. Nyeri ulu hati √
14. Makan dan minum √
banyak ( berlebihan )
15. Perubahan kebiasaan √
buang air besar ( mencret
atau sembelit )
F Fungsi pergerakan
16. Nyeri kaki saat berjalan √
17. Nyeri pingang atau tulang √
belakang
18. Nyeri persendian / √
bengkak
G Fungsi persarafan
19. Lumpuh / kelemahan √
pada kaki atau tangan
20. Kehilangan rasa √
21. Gemetar / tremor √
22. Nyeri / pegal pada daerah √
tekuk
H Fungsi saluran perkemihan
23. Buang air kecil banyak √
24. Sering buang air kecil √
pada malam hari
25. Tidak mampu mengontrol √
pengeluaran air kemih
( ngompol )
Jumlah 21

Skor :
<25 : Tidak ada masalah kesehatan kronis
26 –
: Masalah kesehatan kronis sedang
50
>51 : Masalah kesehatan kronis berat

b. Fungsi kognitif
No Item Pertanyaan Benar Salah
1 Jam berapa sekarang ? √
2 Tahun berapa sekarang ? √
3 Kapan Bapak / Ibu lahir ? √
4 Berapa umur Bapak / Ibu sekarang ? √
5 Dimana alamat Bapak / ibu sekarang ? √
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal √
bersama Bapak / Ibu ?
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama √
Bapak / ibu ?
8 Tahun berapa hari Kemerdekaan Indonesia ? √
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang ? √
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 √
Jumlah 0
Analisis Hasil
Skore Benar : 8 – 10 : tidak ada gangguan
Skore Benar : 0 – 7 : ada gangguan

c. Status fungsional
No Aktifitas Mandiri Tergantung
(Nilai 1) ( Nilai 0 )
1 Mandiri di kama rmandi ( mengosok, √
membersihkan dan mengeringkan badan )
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan √
mengenakanya
3 Memakan makanan yang telah disiapkan √
4 Memilihara kebersihan diri untuk penampilan diri √
( menyisir rambut, mencuci rambut, mengosok
gigi, mencukur kumis )
5 buang air besar di WC ( membersihkan dan √
mengiringkan daerah bokong )
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses ( tinja ) √
7 buang air kecil di kamarmandi ( membersihan dan √
mengeringkan daerah kemaluan )
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih √
9 berjalan di lingkungan tempat tinggal atau keluar √
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan √
kepercayaan yang dianut
11 Melakukan pekerjaan rumah seperti merapikan √
tempat tidur, mencuci pakaian, memasak dan
membersihkan ruangan
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau √
kebutuhan keluarga
13 Mengelola keuangan ( menyimpan dan √
mengunakan uang sendiri
14 Mengunakan sarana tranportasi umum untuk √
berpergian
15 Menyiapakan obat dan meminum obat sesuai √
dengan aturan ( takaran obat dan waktu minum
obat tepat )
16 Merencanakan dan mengambil keputusan untuk √
kepentingan keluarga dalam hal pengunaan uang,
aktifitas social yang dilakukan dan kebutuhan
akan pelayanan kesehatan
17 Melakukan aktifitas di waktu luang ( kegiatan √
keagamaan, social, rekreasi, olahraga, dan
menyalurkan hobbi )
JUMLAH POIN MANDIRI 17
Analisis Hasil :
Point : 13 – 17 : Mandiri
Point : 0 – 12 : Ketergantungan

d. Status psikologis (skala depresi)


NO Apakah Bapak / Ibu dalam satu minggu terakhir Ya Tidak
1 Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani ? Ya
2 Banyak meninggalkan kesenangan / minat dan aktivitas anda? tidak
3 Merasa bahwa kehidupan anda hampa ? tidak
4 Sering merasa bosan ? tidak
5 Penuh pengharapan akan masa depan ? Ya
6 Mempunyai semangat yang baik setiap waktu ? Ya
7 Diganggu oleh pikiran – pikiran yang tidak dapat diungkapan? Ya
8 Merasa bahagia disebahagian besar waktu ? Ya
9 Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda ? TidAk
10 Sering kali merasa tidak berdaya ? Tidak
11 Sering merasa gelisah dan gugup ? Tidak
12 Memilih tinggal dirumah dari pada pergi melakukan sesuatu Ya
yang bermanfaat ?
13 Sering kali merasakuatir akan masa depan ? Tidak
14 Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat Tidak
dibandingkan orang lain ?
15 Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang ? Ya
16 Sering kali merasa merana ? tidak
17 Merasa kurang bahagia ? Ya tidak
18 Sangat khawatir terhadap masalalu ? tidak
19 Merasakan hidup ini sangat mengairahkan ? Ya
20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru ? tidak
21 Merasa dalam keadaan penuh semangat ? Ya
22 Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan ? tidak
23 Berpikir bahwa banyak orang lain yang lebih baik dari pada tidak
anda ?
24 Sering kali merasa kesal dengan hal yang sepele ? tidak
25 Sering kali merasa ingin menangis ? tidak
26 Merasa sulit untuk berkosentrasi ? Ya
27 Menikmati tidur ? Ya
28 Memilih menghindar dari perkumpulan sosial ? tidak
29 Mudah mengambil keputusan ? Ya
30 Mempunyai pikiran yang jernih ? Ya
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU 14
Analisisi Hasil :
Terganggu Nilai 1
Normal Nilai 0

Nilai : 6 – 15 : Depresi ringan sampai sedang


Nilai : 16 – 30 : Depresi berat
Nilai : 0 – 5 : Nomal

e. Dukungan keluarga
Ib. R mengatakan tidak ada dukungan dari keluarga karena semenjak
di panti sosial tresna werdha kasih sayang ibu ,Ib. R tidak pernah di
jenguk anak-anaknya karena anak-anak nya sibuk bekerja dan anak-
anaknya jarang untuk menelfon Ib. R.

f. Lingkungan Tempat Tinggal


1. Kebersihan dan kerapian ruangan
Kamar Ib. R kurang rapi karena bayak kain yang di gantung-
gantung di kamar, di bawah tempat tidur banyak debu, kain kotor
bercampur dengan kain bersih, piring kotor di letakan di bawah
tempat tidur.
2. Penerangan
Penerangan di dalam kamar baik.
3. Sirkulasi udara
Sirkulasi udara di kamar baik dan mempunyai 2 jendela dan 2
pentilasi
4. Keadaan kamar mandi dan wc
Keadaan kamar mandy bersih karena di bersihkan setiap pagi oleh
yang piket.
5. Pembuangan air kotor
Untuk pembuangan air kotor ada saluran khusus untuk saluran
kotor
6. Sumber air minum
Sumber air minum yaitu air masak di dapur umum
7. Pembuangansampah
Pembuangan sampah ke bak sampah depan panti yang telah di
sediakan
8. Sumber pencemaran tidak ada sumber pencemaran di dekat
wisma.
9. Penataan halaman ( kalau ada )
Dihalaman wisma ti tanam bunga
10. Privasi
Ib. R mengatakan tidak ada yang di sembunyikan.
11. Risiko injuri
Ib. R mengatakan berjalan menggunakan tongkat dan ibu juga
mengatakan mata kabur yang bisa menyebabkan resiko jatuh pada
Ib. R

B. Analisa Data
No Data Masalah
1. Ds :
a. Klien mengatakan sering
pusing
b. Klien mengatakan
penglihatan mata kabur.
c. Klien mengatakan sering sakit
kepala
d. Klien mengatakan tengguk
terasa berat
e. Klien mengatkan badan terasa Gangguan Rasa Nyaman
berat
f. Klien mengatakan sering sakit
saat berjalan

Do :
a. Pasien nampak gelisah
b. Nyeri hilang timbul dan nyeri
dirasakan saat bangun tidur
c. Pasien nampak menggunakan
tongkat
d. TD : 160/90 mmhg
2 Ds :
a. Klien mengatakan sulit tidur
b. Klien mengatakan anaknya
jarang berkunjung
c. Klien mengatakan banyak
pemikiran Ketidakefektifan Koping
d. Klien mengatakan nafsu
makan menurun
e. Klien mengatakan kurang
memiliki minat
f. Klien mengatakan sering
menangis
g. Klien mengatakan tidak puas
akan hidup

Do :
a. Ekspresi Tampak datar
b. Klien tampak sedih
c. Klien jarang mengikuti
aktivitas seni
d. Porsi makan ½ piring
3. Ds:
a. Klien mengatakan tidak
mandi selama 2 minggu
terakhir
b. Klien mengatkan badan terasa Defisit perawatan diri
berat

Do:
a. Mandi harus diingatkan
b. Tercium bau nafas tidak sedap
c. Kebutuhan BAK dibantu oleh
perawat
d. Gigi nampak tidak bersih

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
2. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan dukungan sosial yang tidak
adekuat yang diciptakan oleh karakteristik hubungan
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
D. INTERVENSI
No. Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan (6480) Manajemen
nyaman tindakan asuhan Lingkungan :
berhubungan keperawatan selama 2 1. Ciptakan lingkungan
dengan gejala × 24 jam diharapkan yang aman baik klien
penyakit dapat menunjukkan 2. Identifikasi
(2010) Status kebutuhan
Ds : Kenyamanan : Fisik keselamatan pasien
g. Klien kembali normal dengan 3. Hindarkan benda-
mengatakan : benda berbahaya
sering pusing a. (201007) Intake 4. Dampini pasien
h. Klien makanan kembali selama tidak ada
mengatakan normal kegiatan bangsal
penglihatan b. (201017) Nyeri otot 5. Sediakat tempat tidur
mata kabur. tidak mengganggu dengan ketinggian
i. Klien aktivitas sehari-hari rendah
mengatakan c. (201018) Seklit 6. Sediakan perangkat
sering sakit kepala tidak sering adaptif seperti
kepala muncul pegangan tangan
j. Klien 7. Letakkan benda yang
mengatakan sering digunakan
tengguk terasa dalam jangkauan
berat pasien
k. Klien
mengatkan (6040)Terapi Relaksasi :
badan terasa 1. Ciptakan lingkungan
berat yang tenang
l. Klien 2. Mengambil posisi
mengatakan nyaman
sering sakit 3. Gunakan suara
saat berjalan lembut untuk setiap
kata
Do : 4. Tunjukkan dan
e. Pasien nampak praktikkan teknik
gelisah relakasi pada klien
f. Nyeri hilang 5. Dorong klien untuk
timbul dan nyeri mengulangi keiatan
dirasakan saat tersebut
bangun tidur 6. Evaluasi dan
g. Pasien nampak dokumentasikan
menggunakan respon terhadap
tongkat terapi relaksasi
h. TD : 160/90
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan (5880) Teknik
koping berhubungan tindakan asuhan menenangkan :
dengan dukungan keperawatan selama 2 1. Pertahankan sikap
sosial yang tidak × 24 jam diharapkan yang tenang dan hati-
adekuat yang klien dapat hati
diciptakan oleh menunjukkan (1212) 2. Pertahankan kontak
karakteristik Tingkat stress kembali mata
hubungan normal : 3. Berada disisi klien
a. (121201) 4. Duduk dan bicara
Ds : Peningkatan dengan klien
h. Klien tekanan darah 5. Tawarkan cairan
mengatakan kembali ke normal hangat atau susu
sulit tidur b. (121206) Sakit hangat
i. Klien kepala berkurang 6. Tawarkan usapan
mengatakan c. (121213) pada pungnggung
anaknya jarang Kegelusahan jika diperlukan
berkunjung berkurang 7. Tawarkan mandi air
j. Klien d. (121214) gangguan hangat
mengatakan tidur tidak 8. Intruksikan klien
banyak terganggu untuk menggunakan
pemikiran e. (121232) metode relaksasi
k. Klien Penurunan
mengatakan produktivitas
nafsu makan menjadi meningkat
menurun
l. Klien
mengatakan
kurang
memiliki minat
m. Klien
mengatakan
sering
menangis
n. Klien
mengatakan
tidak puas akan
hidup
Do :
e. Ekspresi
Tampak datar
f. Klien tampak
sedih
g. Klien jarang
mengikuti
aktivitas seni
h. Porsi makan ½
piring
3. Defisit perawatan Setelah dilakukan (1800) Bantuan
diri tindakan asuhan Perawatan diri :
Berhubungan keperawatan selama 2 a. Pertimbankan usia
dengan gangguan × 24 jam diharapkan pasien ketika
fungsi kognitif klien dapat meningkatkan
menunjukkan (0305) aktivitas perawatan
Ds: Perawatan diri : diri
c. Klien Kebersihan dengan b. Monitor kebutuhan
mengatakan kriteria : pasien terkait alat-
tidak mandi a. (030506) alat kebersihan diri
selama 2 Mempertahankan c. berikan peralatak
minggu terakhir kebersihan mulut kebersihan pribadi
d. Klien agar bersih d. Berikan bantuan
mengatakan b. (030517) sampai pasien
badan terasa Mempertahankan mampu melakukan
berat kebersihan tubuh perawatan diri
Do: agar tetap bersih mandiri
e. Mandi harus e. Bantu pasien
diingatkan menerima kebutuhan
f. Tercium bau terkait denan kondisi
nafas tidak ketergantungannya
sedap f. Dorong pasien untuk
g. Kebutuhan BAK melakukan aktivitas
dibantu oleh normal sehari-hari
perawat g. Doron kemampuan
h. Gigi nampak madi klien-bantu jika
tidak bersih klien tidak mampu

DAFTAR PUSTAKA

Hartono.2001.Upaya-upaya Hidup sampai Tua Depot.Informasi Obat, Jakarta.

Hurlock, 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Erlangga, Jakarta.

Kiat-kiat Hidup Sehat., http://www.geocities.com/aguscht/tipdua.html


Monks, dkk, 2002., PsikologiPerkembangan: Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
Nugroho, 2000, Keperawatan Gerontik. EGC, Jakarta.

Nugroho., 1995. Perawatan Lanjut Usia, EGC, Jakarta.

Watson.2003.Perawatan pada Lansia. EGC, Jakarta

Bustan (2000). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. RINEKA


CIPTA

Anda mungkin juga menyukai