DISUSUN OLEH:
NOVIANTI LAILIAH
NIM. 132113143017
terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan,
serta perubahan fisiologis yang terkait dengan usia (Rahman, 2016). Lansia merupakan
seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas
dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga
bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya. Lansia merupakan tahap terakhir daur
kehidupan pada manusia, dimana dibutuhkan adanya upaya peningkatan kesehatan, baik yang
bersifat promotif maupun preventif, agar dapat menjaga dan meningkatkan kualitas hidup lansia.
Usia pra lansia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-
90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun (Sevrita, 2019).
perubahan kumulatif dan merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar dirinya (Jannah and Maftukhah, 2018). Tahap usia lanjut adalah
tahap di mana terjadi penurunan fungsi tubuh. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada
makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit,
tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Kemampuan
regeneratif pada lansia terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit (Kholifah,
2016).
2. MEKANISME PENUAAN
Setiap manusia di bumi ini pasti akan mengalami proses penuaan. Menua didefinisikan
sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail (lemah dan
rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya
kerentanan terhadap berbagai macam penyakit dan kematian secara eksponensial (Setiadi, 2014).
Penuaan juga didefiniskan sebagai proses multidimensional, yaitu mekanisme perbaikan dan
perusakan dalam tubuh yang terjadi secara bergantian pada kecepatan dan saat yang berbeda-
beda. Penuaan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor genetik,
kebudayaan, ras, nutrisi dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan itu sendiri dapat berasal dari
luar dan dari dalam tubuh sendiri. Berbagai teori mengenai proses penuaan telah banyak
A. TEORI BIOLOGI
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory): menurut teori ini menua telah terprogram
secara genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi
2) Pemakaian dan rusak. Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory): Di dalam proses metabolisme tubuh,
suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory): Sistem immune menjadi
efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan
6) Teori radikal bebas: Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
7) Teori rantai silang: Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan
hilangnya fungsi.
8) Teori program: Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah
B. TEORI PSIKOSOSIAL
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory): Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang
dapat dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia: Mempertahankan
hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut
usia.
3) Kepribadian berlanjut (continuity theory): Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah
pada lansia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni:
Kehilangan peran, Hambatan kontak sosial, dan Berkurangnya kontak komitmen (Kholifah,
2016).
1) Faktor Internal
perubahan psikososial pada proses menua makin besar, penurunan ini akan menyebabkan
lebih mudah timbulnya penyakit dimana batas antara penurunan tersebut dengan penyakit
seringkali tidak begitu nyata. Penurunan anatomik dan fisiologik dapat meliputi sistem saraf
psikososial. Kondisi psikososial itu sendiri meliputi perubahan kepribadian yang menjadi
faktor predisposisi yaitu gangguan memori, cemas, gangguan tidur, perasaan kurang percaya
diri, merasa diri menjadi beban orang lain, merasa rendah diri, putus asa dan dukungan sosial
Respon perilaku seseorang mempunyai hubungan dengan kontrol sosial yang berkaitan
dengan kesehatan. Frekuensi kontak sosial dan tingginya integrasi dan keterikatan sosial
dapat mengurangi atau memperberat efek stress pada hipotalamus dan sistim saraf pusat.
Hubungan sosial ini dapat mengurangi kerusakan otak dan efek penuaan. Makin banyaknya
jumlah jaringan sosial pada usia lanjut mempunyai hubungan dengan fungsi kognitif atau
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh pada percepatan proses menua antara lain gaya hidup,
faktor lingkungan dan pekerjaan. Gaya hidup yang mempercepat proses penuaan adalah
jarang beraktifitas fisik, perokok, kurang tidur dan nutrisi yang tidak teratur. Hal tersebut
dapat diatasi dengan strategi pencegahan yang diterapkan secara individual pada usia lanjut
yaitu dengan menghentikan merokok. Serta faktor lingkungan, dimana lansia manjalani
kehidupannya merupakan faktor yang secara langsung dapat berpengaruh pada proses menua
karena penurunan kemampuan sel, faktor-faktor ini antara lain zat-zat radikal bebas seperti
asap kendaraan, asap rokok meningkatkan resiko penuaan dini, sinar ultraviolet
mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen sehingga kulit tampak lebih tua.
Di Indonesia batasan kelompok lanjut usia adalah usia 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1
Pasal 1 Ayat 2. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut:
kesehatan)
5. KLASIFIKASI LANSIA
3) Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan
4) Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan
5) Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
6. SINDROMA GERIATRI
Geriatri berasal dari kata gerontos (usia lanjut) dan iatrics (penyakit), sehingga geriatri adalah
penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari satu penyakit),
kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala yang tidak khas/
menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan beraktivitas). Sehingga tidak semua
pasien lansia adala pasien geriatri tetapi pasien geriatri pastilah lansia. Penyakit-penyakit yang
umum ditemukan pada pasien geriatri umumnya adalah penyakit degeneratif kronik (Chow et al.,
2019):
1) Immobility (imobilisasi): adalah keadaan tidak bergerak/ tirah baring (bed rest) selama 3 hari
atau lebih. Kondisi ini sering dijumpai pada lansia akibat penyakit yang dideritanya seperti
infeksi yang berat, kanker, selain akibat penyakit yang diderita, imobilisasi juga sering
ditemukan pada lansia yang “dikekang” untuk melakukan segalanya sendiri oleh keluarga
yang merawatnya, sehingga ia hanya tidur dan duduk, atau juga ditemukan pada lansia yang
“manja”. Banyak gangguan yang dapat ditimbulkan akibat imobilisasi seperti ulkus
dekubitus (koreng pada punggung karena luka tekan dan sulit disembuhkan) dan ulkus-ulkus
di permukaan tubuh lainnya, trombosis vena (bekuan darah pada pembuluh darah balik) yang
dapat menyumbat aliran darah (emboli) pada paru-paru yang berujung pada kematian
mendadak.
2) Instability (instabilitas) dan jatuh: dapat terjadi akibat penyakit muskuloskeletal (otot dan
rangka) seperti osteoartritis, rematik, gout, dsb., juga dapat disebabkan oleh penyakit pada
sistem syaraf seperti Parkinson, sequellae (penyakit yang mengikuti) stroke. Akibat dari
instabilitas dan jatuh ini dapat berupa cedera kepala dan perdarahan intrakranial (di dalam
3) Incontinence (inkontinensia) urine dan alvi: inkontinensia adalah kondisi dimana seseorang
tidak dapat mengeluarkan “limbah” (urin dan feses) secara terkendali atau sering disebut
ngompol. Inkontinensia dapat terjadi karena melemahnya otot-otot dan katup, gangguan
persyarafan, kontraksi abnormal pada kandung kemih, pengosongan kandung kemih yang
tidak sempurna seperti yang terjadi pada hipertrofi (pembesaran) prostat, sedangkan pada
inkontinensia alvi dapat terjadi akibat konstipasi, penyakit pada usus besar, gangguan syaraf
4) Irritable bowel (usus besar yang sensitif -mudah terangsang-): kondisi ini menyebabkan diare
atau konstipasi/ impaksi (sembelit). Penyebabnya tidak jelas, tetapi pada beberapa kasus
ditemukan gangguan pada otot polos usus besar, penyeab lain yang mungkin adalah
gangguan syaraf sensorik usus, gangguan sistem syaraf pusat, gangguan psikologis, stres,
penurunan sistem kekebalan tubuh pada usia lanjut seperti atrofi thymus (kelenjar yang
memproduksi sel-sel limfosit T) meskipun tidak begitu bermakna (tampak bermakna pada
limfosit T CD8) karena limfosit T tetap terbentuk di jaringan limfoid lainnya. Begitu juga
dengan barrier infeksi pertama pada tubuh seperti kulit dan mukosa yang menipis, refleks
batuk dan bersin -yang berfungsi mengeluarkan zat asing yang masuk ke saluran nafas- yang
melemah. Hal yang sama terjadi pada respon imun terhadap antigen, penurunan jumlah
antibodi. Segala mekanisme tersebut berakibat terhadap rentannya seseorang terhadap agen-
agen penyebab infeksi, sehingga penyakit infeksi menempati porsi besar pada pasien lansia.
6) Infection (infeksi): salah satu manifestasi akibat penurunan sistem kekebalan tubuh dan
karena kemampuan faali (fisiologis) yang berkurang. Sebagai contoh, agen penyebab infeksi
saluran pernafasan dapat dikeluarkan bersama dahak melalui refleks batuk, tetapi karena
menurunnya kemampuan tubuh, agen tersebut tetap berada di paru-paru. Selain itu, pada
pasien usia lanjut, gejala-gejala infeksi yang tampak tidak seperti pada orang dewasa-muda.
Pada pasien lansia, demam sering tidak mencolok, bahkan dalam keadaan sepsis beberapa
pneumonia, gejala yang tampak bukan demam, batuk, sesak nafas, dan leukositosis (jumlah
sel darah putih meningikat) melainkan nafsu makan turun, lemah, dan penurunan kesadaran,
gejala inilah yang umumnya tampak pada penyakit infeksi pada lansia, ditambah dengan
inkontinensia dan jatuh (akibat penurunan kesadaran). Sehingga terkadang pasien dengan
infeksi yang datang ke instalasi gawat darurat karena penurunan kesadaran atau jatuh disalah-
7) Iatrogenics (iatrogenesis): karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu multipatologik,
seringkali menyebabkan pasien tersebut perlu mengkonsumsi obat yang tidak sedikit
jumlahnya. Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-
obat tersebut yang dapat mengancam jiwa. Pemberian obat pada lansia haruslah sangat hati-
hati dan rasional karena obat akan dimetabolisme di hati sedangkan pada lansia terjadi
penurunan fungsi faal hati sehingga terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat obat. Selain
penurunan faal hati juga terjadi penurunan faal ginjal (jumlah glomerulus berkurang), dimana
sebagaian besar obat dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia sisa metabolisme obat
8) Intellectual impairment (Intelektual menurun) dan demensia: banyak hal yang terkait dengan
terjadinya penurunan fungsi intelektual dan kognitif pada usia lanjut. Mulai dari menurunnya
jumlah sel-sel syaraf (neuron) hingga penyakit yang berpengaruh pada metabolisme seperti
diabetes melitus dan gangguan hati dimana semua metabolisme terjadi disini. Otak adalah
organ yang sangat tergantung pada glukosa sebagai sumber energi sehingga pada diabetes
melitus -terjadi gangguan metabolisme glukosa- pasokan energi untuk otak terganggu. Selain
diabetes, hipertensi juga mempengaruhi fungsi otak karena sirkulasi darah ke otak terganggu,
gangguan respirasi seperti Chronic Obstructive Pulmonary Disease/ Penyakit Paru Obstruktif
Menahun (COPD/PPOM) juga dapat menurunkan jumlah oksigen ke otak. Penyebab lain
9) Isolation (terisolasi) dan depresi: penyebab utama depresi pada usia lanjut adalah kehilangan
seseorang yan disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang peliharaan. Selain itu
kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan dirinya terisolasi dan
menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan
pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan
10) Impairment of vision and hearing (gangguan peglihatan dan pendengaran): gangguan
penglihatan disebabkan oleh mengendornya otot dan kuit kelopak mata, perubahan sistem
lakrimal (air mata), proses penuaan pada kornea (organ yang menerima rangsang cahaya),
penurunan produksi aqueous humor, perubahan refraksi, perubahan struktur dalam bola mata,
katarak, dan glaukoma. Sedangkan gangguan fungsi pendengaran dapat terjadi karena,
Penurunan fungsi kedua panca indera ini mengakibatkan sulitnya komunikasi bagi lansia,
11) Inanition (malnutrisi): diakibatkan oleh pengaruh perubahan faal organ-organ pencernaan
seperti air liur, atrofi kuncup kecap, penurunan syaraf-syaraf penciuman dan pusat haus,
gangguan menelan karena otot yang melemah, Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD),
sekresi HCl yang meningkat, penurunan aktivitas enzim, dsb. Banyak penyakit yang dapat
timbul akibat kurangnya asupan gizi atau lebihnya asupan gizi, selain itu lansia juga perlu
menjaga pola makan sehat dengan mengurangi makanan-makanan yang dapat memperburuk
keadaan lansia tersebut. Banyaklah mengkonsumsi sayur, buah dan air, serta mineral-mineral
seperti besi, yodium dan kurangi konsumsi minyak, lemak dan kolesterol.
12) Insomnia: dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang
lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan insomnia
penyebabnya.
13) Impotency (Impotensi): ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut
terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh
darah. Ereksi terjadi karena terisinya penis dengan darah sehingga membesar, pada gangguan
vaskuler seperti sumbatan plak aterosklerosis (juga terjadi pada perokok) dapat menyumbat
aliran darah sehingga penis tidak dapat ereksi. Penyebab lainnya adalah depresi.
14) Impecunity (kemiskinan): usia lansia dimana seseorang menjadi kurang produktif (bukan
tidak produktif) akibat penurunan kemampuan fisik untuk beraktivitas. Usia pensiun dimana
sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari tunjangan hari tuanya. Pada dasarnya
seorang lansia masih dapat bekerja, hanya saja intensitas dan beban kerjanya yang harus
dikurangi sesuai dengan kemampuannya, terbukti bahwa seseorang yang tetap menggunakan
otaknya hingga usia lanjut dengan bekerja, membaca, dsb., tidak mudah menjadi “pikun” .
Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat, berarti interaksi
Chow, R. B. et al. (2019) ‘Effectiveness of the “Timed Up and Go”(TUG) and the Chair test as
screening tools for geriatric fall risk assessment in the ED’, The American journal of
Dan Kepadatan Lalat Dengan Kejadian Diare Pada Pemukiman Sekitar Peternakan Ayam
Kholifah, S. N. (2016) ‘Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan’, in Suparmi and Sosiawan, A.
Rahman, S. (2016) ‘Faktor-faktor yang mendasari stres pada lansia’, Jurnal Penelitian
Pendidikan, 16(1).
Setiadi, A. (2014) ‘Hubungan Keyakinan Diri dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Lansia
Sevrita, I. E. (2019) ‘Gambaran Faktor Penyebab Risiko Jatuh Pada Lansia Di Balai Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur Kasongan Bantul’. Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.