A. Konsep Lansia
1. Defenisi
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan
yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade ( Notoatmojo,2011). Menurut WHO,
1998 dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak bisa dipisah-
pisahkan, konsep kebutuhan tersebut dihubungkan seecara biologis sosial dan ekonomi.
Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode dalam tentang hidup seseorang, yaitu suatu
periodedi mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan,
atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat
Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih mempunyai
kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin timbul adalah bagaiman
memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan
kesempatan kerja. Masalah – masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar
penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan
inkontinensia. Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan
psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor psikologis, masalah
fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan
komplikasi sekunder (Watson, 2013).
Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur ekstremitas, nyeri pada
pergerakan artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovaskular yang
menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi ketidakseimbangan.
Selain itu penyakit seperti parkinson dengan gejala tomor dan ketidakmampuan untuk
berjalan merupakan penyebab imobilisasi. Masalah yang nyata dari ketidakstabilan adalah
jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali
lebih sering dibanding pria (Watson, 2013).
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat
kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak terbaring dan terduduk di lantai atau
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka yang akibat jatuh
dapat menyebabkan imobilisasi (Darmojo, 2010).
Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki. Wanita yang
melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi penyebab inkontinensia.
Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan
prosedur bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2013).
a) Teori Biologis
Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk membelah pada
waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya dapat membelah dalam jumlah
yang tertentu dan kebanyakan diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel pada
lanjut usia dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi, jumlah
sel yang akan membelah akan terlihat sedikit, pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi
untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan berkurangnya umur.
Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi ketika protein
tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. Pada
lanjut usia, beberapa protein di buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda
dari pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada
kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal, seiring dengan bertambahnya
usia.
Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lanjut usia
merupakan suatu proses yang secara berangsur – angsur sengaja di lakukan mereka
dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama – sama melepaska diri atau menarik diri
dari masyarakat.
Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori ini
berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka
secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai
kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah berumur, mereka
meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan mengkompensasikan dengan melakukan
banyak aktivitas yang baru untuk mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan
individu daru usia pertengahan kelanjut usia.
a) Penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal atau pada
makromolekular,
b) Penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada jaringan kolagen dan jaringan
elastis atau kekurangan amiloid,
c) Penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel normal atau akumulasi
substansi
d) Penuaan pada organism
Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal ini di
pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri lansia tersebut
secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit seperti terhadap nyeri,
temperature, dan penyakit berkemih.
Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua (Watson,2013)
yakni:
1. Gangguan pendengaran
2. Bronkhitis kronis
3. Gangguan tungkai
4. Gangguan pada sendi
5. Dimensia
6. DM,osteomalasia,hipotiroidisme
2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan Kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan
ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Faktor resiko
3. Manifestasi Klinis
Arthritis gout muncul sebagai serangan radang sendi yang timbul berulang-ulang.
Gejala khas dari serangan arthritis gout menurut Sarif La Ode (2012) adalah:
a. Nyeri sendi
b. Menyerang satu sendi saja
c. Kemerahan dan bengkak pada sendi, panas
d. Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pina telinga
e. Kesemutan dan linu
f. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
g. Gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak
4. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
5) Aktivitas dulu dan sekarang : Seseorang yang tak pernah berolahraga atau
diikutsertakan dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai
suatu program latihan di usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau
menyakitkan.
6) Pola nutrisi
7) Menggambarkan masukan nutrisi, nafsu makan, pola makan, kesulitan
menelan dan mual muntah.
8) Pola eliminasi
9) Menjelaskan pola fungsi ekskresi,defekasi, ada tidaknya masalah defekasi.
10) Personal Hygine
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan.
11) Neurosensori
Kebas / kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan,
pembengkakan pada sendi.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan fungsi tulang
2) Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
3) Resiko injury b.d ketidakmampuan dalam bergerak
4) Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah
(Sarif, 2012)
c. Intervensi Keperawatan
Menurut Sarif, 2012, intervensi dari beberapa diagnosa yaitu:
1) gangguan rasa nyaman nyeri
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
masalah nyeri klien teratasi
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam klien dapat
mengikuti cara mengatasi nyeri / menajemen nyri dengan benar,
Kriteria hasil :
a) Nyeri hilang atau terkontrol
b) Ekspresi wajah klien rilek
c) Skala nyeri 3
d. Rencana tindakan :
1) Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, intensitas dan kualitas nyeri (0-10 ).
2) Beri matras atau kasur keras, bantal kecil.tinggikan linen tempat
tidur sesuai kebutuhan.
3) Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur/ duduk
di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai kebutuhan.
4) Dorong untuk sering ubah posisi
5) Bantu passien bergerak di tempat tidur.
6) Sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang
mennyentak.
7) Anjurkan pasien mandi air hangat atau air pancur saat bangun pagi.
8) Berikan masase yang lembut.
9) Kolaborasi obat sebellum aktivitas atau latihan yang di rencanakan.
Rencana tindakan :
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga dalam hal perawatan bagi
penderita gangguan mobilitas
2. nilai keyakinan klien terhadap setiap usaha perawatan
3. monitor cara latihan yang telah dilakukan oleh klien
4. monitor tanda-tanda vital
5. monitor kekuatan otot dan ROM pada klien
6. diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien
7. demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan pada klien dan
keluarga.
8. Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk
menggukan alat bantu
9. Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ).
3) Resiko injury
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
cidera klien tidak terjadi.
- Tujuan jangka pendek :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien dapat
meminimalkan resiko cidera.
Criteria hasil:
1. tidak ada laporan jatuh darikeluarga atau klien
2. tidak terdapat tanda-tanda jatuh pada klien
Rencana :
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga terhadap perubahan fisik pada
lanjut usia dan akibatnya
2. monitor tanda-tanda jatuh pada klien
3. diskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai perubahan
pada lanjut usia proses menua, batasan lanjut usia, perubahan pada
system tubuh, akibat perubahan.
4. Gali pengetahuan klien dan keluarga mengenai upaya pencegahan
agar klien tidak jatuh
5. Monitor sumber-sumber dalam keluarga yang ada dan dan dapat
digunakan peralatan biaya tenaga
6. Kaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah, kondisi
penderita
7. Diskusikan cara-cara pencegahan jatuh pada klien modifikasi
lingkungan
8. Beri motivasi klien dan keluarga untuk mempraktekkan cara
pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang dilakukan.
Darmojo, Boedi. 2010. Buku Ajar Geatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Diantari, E, Candra, A. 2013. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap Kadar Asam
Urat Pada Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mugkur Semarang. Jornal
Of Nutrition College. Volume 2.
Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Notoatmojo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi.4. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, H. 2012. Keperawatan Gerontik Dan Geatrik. Jakarta: EGC.
Ode, Sarif. 2012. Asuhan Kperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Carter, Michael A. 2015. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. Dalam:Hartanto, dkk
(Editor). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi ke-6 Jilid 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta, Indonesia.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2017. Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Watson. 2013. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Wibowo, S 2015. Memperlambat Penuaan, Mencegah "Padam" dan Peremajaan Pria.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Documentation: Diponegoro University Press,
Semarang.
Yuli, Reny. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV. Trans Info Media.