Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Lansia
1. Defenisi
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan
yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade ( Notoatmojo,2011). Menurut WHO,
1998 dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak bisa dipisah-
pisahkan, konsep kebutuhan tersebut dihubungkan seecara biologis sosial dan ekonomi.
Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode dalam tentang hidup seseorang, yaitu suatu
periodedi mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan,
atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat

2. Batasan-batasan Lanjut Usia


Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya berkisar antara
60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia menurut adalah sebagai
berikut:
a) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah empat tahapan yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Di indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas terdapat dalam UU no 13
tahun 1998 tentang kesejahteraanlanjut usia. Menurut UU tersebut diatas lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Padila,2013).
3. Masalah-masalah Pada Lanjut Usia
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah fisik
baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan semakin lanjut usia
seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang
dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengkibatkan pula
timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat
meningkatkan ketergantunga yang memerlukan bantuan orang lain. Lanjut usia tidak saja di
tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental.
Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat
mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan
dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley, 2017).

Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih mempunyai
kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin timbul adalah bagaiman
memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan
kesempatan kerja. Masalah – masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar
penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan
inkontinensia. Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan
psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor psikologis, masalah
fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan
komplikasi sekunder (Watson, 2013).

Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur ekstremitas, nyeri pada
pergerakan artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovaskular yang
menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi ketidakseimbangan.
Selain itu penyakit seperti parkinson dengan gejala tomor dan ketidakmampuan untuk
berjalan merupakan penyebab imobilisasi. Masalah yang nyata dari ketidakstabilan adalah
jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali
lebih sering dibanding pria (Watson, 2013).

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat
kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak terbaring dan terduduk di lantai atau
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka yang akibat jatuh
dapat menyebabkan imobilisasi (Darmojo, 2010).

Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan terjadinya


kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan dengan penyakit – penyakit yang
merusak jaringan otak, sehingga kebanyakan masalah turunnya daya ingat lanjut usia
bukanlah sebagai akibat langsung proses penuaan tetapi karena penyakit. Sebagian besar
lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan mental. Konfusi
(kebingungan) adalah masalah utama yang memfunyai konsekuensi untuk semua aktivitas
sehari – hari. Lanjut usia yang mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak
mampumengontrol diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif sehingga lanjut usia
memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi ketidakmampuan dan keamanan lingkungan
tempat tinggal lanjut usia secara umum. Bantuan yang di berikan adalah melalui petugas
panti dan dukungan keluarga. Insiden inkontinensia biasanya meningkat pada lanjut usia yang
kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini berhubungan dengan faktor akibat penuaan
dan faktor nutrisi seperti yang telah di jelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi (Darmojo,
2010).

Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki. Wanita yang
melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi penyebab inkontinensia.
Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan
prosedur bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2013).

4. Teori-teori Proses Menua


Teori – teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori psikologis. Teori
biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, sintesis imun, teori pelepasan, teori aktivitas,
dan teori berkelanjutan.

a) Teori Biologis

Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk membelah pada
waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya dapat membelah dalam jumlah
yang tertentu dan kebanyakan diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel pada
lanjut usia dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi, jumlah
sel yang akan membelah akan terlihat sedikit, pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi
untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan berkurangnya umur.

Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi ketika protein
tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. Pada
lanjut usia, beberapa protein di buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda
dari pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada
kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal, seiring dengan bertambahnya
usia.

Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem imun mengalami


kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan infeksi,
penyakit autoimun, dan kanker. Terdapat juga perubahan yang progresif dalam
kemampuan tubuh untuk berespon secara adaptif (Homeostasis), seiring dengan
pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas untuk beradaptasi terhadap stres biologis
dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit akut dan kronik.

Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lanjut usia
merupakan suatu proses yang secara berangsur – angsur sengaja di lakukan mereka
dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama – sama melepaska diri atau menarik diri
dari masyarakat.

Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori ini
berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka
secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai
kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah berumur, mereka
meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan mengkompensasikan dengan melakukan
banyak aktivitas yang baru untuk mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan
individu daru usia pertengahan kelanjut usia.

Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana dengan bertambahnya


usia, masyarakat berupaya secara terus menerus mempertahankan kebiasaan, pernyataan,
dan pilihan yang tepat sesuai dengan dnegan kepribadiannya (Watson, 2013).

5. Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia


Menua (menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang
diderita (constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus
(berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua mahkluk hidup.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Bagi sebagian orang
besar, proses manua adalah suatu proses perubahan klinikal yang didasarkan pada
pengalaman dan observasi yang di defenisikan (Nugroho, 2012) yaitu;

a) Penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal atau pada
makromolekular,
b) Penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada jaringan kolagen dan jaringan
elastis atau kekurangan amiloid,
c) Penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel normal atau akumulasi
substansi
d) Penuaan pada organism
Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal ini di
pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri lansia tersebut
secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit seperti terhadap nyeri,
temperature, dan penyakit berkemih.

6. Penyakit umum pada lanjut usia

Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua (Watson,2013)
yakni:

1. Gangguan sirkulasi darah misalnya hipertensi


2. Gangguan metabolisme hormonal misalnya diabetes melitus,klimakterium,hipertiroid
dan hipotiroid
3. Gangguan pada persendian misalnya osteoartritis,gout ataupun penyakit kolagen
lainnya
4. Berbagai macam neoplasma

Penyakit yang sering di jumpai pada lansia menurut NOPWC di inggris:

1. Gangguan pendengaran
2. Bronkhitis kronis
3. Gangguan tungkai
4. Gangguan pada sendi
5. Dimensia
6. DM,osteomalasia,hipotiroidisme

B. Konsep Medis Gout Artritis


1. Pengertian Gout Arthritis
Menurut Moreau, David (2015) Gout adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan
penumpukan asam urat yang nyeri pada sendi. Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis,
bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas
pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki,
lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dantendon. Gout
biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah
dan dapat mempengaruhi beberapa sendi.

2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan Kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan
ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Faktor resiko

Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah :

a. Suku bangsa /ras


Suku bangsa di Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan
yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola
makan dan konsumsi alcohol (Wibowo, 2015).
b. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan
produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan
dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh
ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum (Carter, 2015).
c. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi. Konsumsi
ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat (carter, 2015).

3. Manifestasi Klinis
Arthritis gout muncul sebagai serangan radang sendi yang timbul berulang-ulang.
Gejala khas dari serangan arthritis gout menurut Sarif La Ode (2012) adalah:
a. Nyeri sendi
b. Menyerang satu sendi saja
c. Kemerahan dan bengkak pada sendi, panas
d. Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pina telinga
e. Kesemutan dan linu
f. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
g. Gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak

4. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian

Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui anamnesis


riwayat kesehatan dahulu, sekarang, riwayat penyakit keuarga, pola makan,
aktivitas, pemeriksaan fisik melalui tekhnik inspeksi, auskultasi dan palpasi
(Stanley,Mickey.2017)

1) Anamnesis : Identitas ( Meliputi nama,tempat tanggal lahir, jenis kelamin,


alamat, agama, status perkawinan.

2) Riwayat penyakit sekarang : Pengumulan data dilakukan sejak munculnya


keluhan dan secara umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala
tersebut berkembang. Penting ditanyakan  berapa lama pemakaian obat
analgesic, allopurinol.

3) Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan


penyebab yang mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal
kronis, leukemia, hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan
adalah pernakah klien dirawat dengan maslah yang sama. Kaji adanya
pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretic.

4) Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu


yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout
dipengaruhi oleh faktor genetic.

5) Aktivitas dulu dan sekarang : Seseorang yang tak pernah berolahraga atau
diikutsertakan dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai
suatu program latihan di usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau
menyakitkan.

6) Pola nutrisi
7) Menggambarkan masukan nutrisi, nafsu makan, pola makan, kesulitan
menelan dan mual muntah.
8) Pola eliminasi
9) Menjelaskan pola fungsi ekskresi,defekasi, ada tidaknya masalah defekasi.
10) Personal Hygine
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan.
11) Neurosensori
Kebas / kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan,
pembengkakan pada sendi.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan fungsi tulang
2) Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
3) Resiko injury b.d ketidakmampuan dalam bergerak
4) Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah
(Sarif, 2012)

c. Intervensi Keperawatan
Menurut Sarif, 2012, intervensi dari beberapa diagnosa yaitu:
1) gangguan rasa nyaman nyeri
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
masalah nyeri klien teratasi
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam klien dapat
mengikuti cara mengatasi nyeri / menajemen nyri dengan benar,
Kriteria hasil :
a) Nyeri hilang atau terkontrol
b) Ekspresi wajah klien rilek
c) Skala nyeri 3

d. Rencana tindakan :
1) Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, intensitas dan kualitas nyeri (0-10 ).
2) Beri matras atau kasur keras, bantal kecil.tinggikan linen tempat
tidur sesuai kebutuhan.
3) Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur/ duduk
di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai kebutuhan.
4) Dorong untuk sering ubah posisi
5) Bantu passien bergerak di tempat tidur.
6) Sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang
mennyentak.
7) Anjurkan pasien mandi air hangat atau air pancur saat bangun pagi.
8) Berikan masase yang lembut.
9) Kolaborasi obat sebellum aktivitas atau latihan yang di rencanakan.

2) Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan


 Tujuan jangka panjang:
Setelah dilakukan kunjungan selama 4 kali dalam seminggu klien
mampu berjalan dengan baik
- Tujuan jangka pendek:
Setelah 3 kali kunjungan klien mampu melakukan latihan pergerakan
ROM dengan criteria
a) mampu menyebutkan manfaat latihan ROM
b) dapat mempraktekan latihan ROM

Rencana tindakan :
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga dalam hal perawatan bagi
penderita gangguan mobilitas
2. nilai keyakinan klien terhadap setiap usaha perawatan
3. monitor cara latihan yang telah dilakukan oleh klien
4. monitor tanda-tanda vital
5. monitor kekuatan otot dan ROM pada klien
6. diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien
7. demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan pada klien dan
keluarga.
8. Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk
menggukan alat bantu
9. Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ).

3) Resiko injury
- Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
cidera klien tidak terjadi.
- Tujuan jangka pendek :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien dapat
meminimalkan resiko cidera.
Criteria hasil:
1. tidak ada laporan jatuh darikeluarga atau klien
2. tidak terdapat tanda-tanda jatuh pada klien

Rencana :
1. kaji pengetahuan klien dan keluarga terhadap perubahan fisik pada
lanjut usia dan akibatnya
2. monitor tanda-tanda jatuh pada klien
3. diskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai perubahan
pada lanjut usia proses menua, batasan lanjut usia, perubahan pada
system tubuh, akibat perubahan.
4. Gali pengetahuan klien dan keluarga mengenai upaya pencegahan
agar klien tidak jatuh
5. Monitor sumber-sumber dalam keluarga yang ada dan dan dapat
digunakan peralatan biaya tenaga
6. Kaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah, kondisi
penderita
7. Diskusikan cara-cara pencegahan jatuh pada klien modifikasi
lingkungan
8. Beri motivasi klien dan keluarga untuk mempraktekkan cara
pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang dilakukan.

4) Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah


- Setalah di lakukan tindakan asuha keperawatan selama 3 x 24 jam
Pasien dan keluarga dapat memahami penggunaan obat dan perawatan 
dirumah.
Intervensi :
a) Kaji kemampuan pasien dalam mengungkapkan instruksi yang
diberikan oleh dokter atau perawat. 
b) Berikan Jadwal obat yang harus di gunakan meliputi nama obat,
dosis, tujuan dan efek samping
c) Bantu pasien dalam merencanakan program latihan dan istirahat
yang teratur.
d) Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmako terapeutik. 
e) Berikan informasi mengenai alat-alat bantu yang mungkin
dibutuhkan.
f) Jelaskan pada pasien tentang asal mula penyakit
g) Kolaborasi dengan sumber- sumber komunitas arthritis.
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedi. 2010. Buku Ajar Geatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Diantari, E, Candra, A. 2013. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap Kadar Asam
Urat Pada Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mugkur Semarang. Jornal
Of Nutrition College. Volume 2.
Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Notoatmojo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi.4. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, H. 2012. Keperawatan Gerontik Dan Geatrik. Jakarta: EGC.
Ode, Sarif. 2012. Asuhan Kperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Carter, Michael A. 2015. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. Dalam:Hartanto, dkk
(Editor). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi ke-6 Jilid 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta, Indonesia.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2017. Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Watson. 2013. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Wibowo, S 2015. Memperlambat Penuaan, Mencegah "Padam" dan Peremajaan Pria.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Documentation: Diponegoro University Press,
Semarang.
Yuli, Reny. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai