Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANSIA
1. Pengertian Lansia
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah berusia 65 tahun
keatas, baik secara fisik maupun melakukan pekerjaan atau kegiatan yang
menghasilkan barang serta jasa (potensial) maupun yang tidak dapat
melakukan aktivitas dan pekerjaan sehari-hari sehingga tergantung pada
bantuan orang lain (tidak potensial) (Nugroho, 2008). Sedangkan menurut
World Health Organisation (WHO) lanjut usia (lansia) adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok
umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya (Depkes RI, 2013).

Dapat disimpulkan lansia adalah seseorang yang telah berusia 60


tahun keatas yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya
baik secara fisik dapat melakukan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
secara mandiri maupun tergantung pada bantuan orang lain.

2. Batasan Umur Lansia


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) antara 45-59 tahun, usia
lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, usia tua (old) antara 75-90 tahun dan
usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Padila, 2013). Batasan umur
lansia yang digunakan dalam penelitian ini menurut ketentuan WHO yaitu
lansia yang berusia 60 tahun ke atas.

3. Proses Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis (Padila,
2013).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada BAB 1 Pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa
umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan suatu proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan yang komulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
berakhir dengan kematian (Padila, 2013).

Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan


terjadi biasanya dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori
biologis dan psikologis. Penelitian yang terlihat dengan jalur biologi
memusatkan perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada
proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori
psikososial mencoba untuk menjelaskan bagaimana proses tersebut
dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan prilaku (Stanley and
Beare, 2006).

a. Teori Biologis
Teori biologis menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia
dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk
perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan
kemampuan organ tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan
melawan penyakit.
Teori biologis juga menjelaskan mengapa orang mengalami
penuaan dengan cara yang berbeda dari waktu ke waktu dan
faktor apa yang mempengaruhi umur panjang, perlawanan
terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler.
Suatu pemahaman tentang perspektif biologi dapat memberikan
pengetahuan pada perawat tentang faktor spesifik dihubungkan
dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk
meminimalkan atau menghindari resiko dan memaksimalkan
kesehatan.
1) Teori Genetika
Teori genetika terdiri dari teori asam
deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan,
mutasi somatik dan teori glukogen. Teori ini menyatakan
bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak
teratur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan
dari inti sel. Molekul DNA menjadi saling bersilangan
(crosslink) dengan unsur yang lain sehingga merubah
informasi genetik.

2) Teori Wear-And-Tear
Teori Wear-And-Tear (dipakai dan rusak)
mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat
nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong
malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh.
Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami
kerusakan berdasarkan suatu jadwal.

3) Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran
dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan.
Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap
organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka
lebih rentan untuk menderita kanker dan infeksi.

4) Teori Neuroendokrin
Penuaan terjadi karena adanya suatu perlambatan
dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu
dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini
lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis tiroid,
adrenal dan reproduksi. Salah satu area neurologi yang
mengalami gangguan secara universal akibat penuaan
adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima,
memproses dan beraksi terhadap perintah. Dikenal sebagai
perlambatan tingkah laku, respon ini kadang-kadang
diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian atau
kurangnya pengetahuan.

b. Teori Psikososial
Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan
sikap dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai
lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis.
Perubahan sosiologis atau non-fisik dikombinasikan dengan
perubahan psikologis.
1) Teori kepribadian
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah
pada lanjut usia. Teori ini menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi
oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini
mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lanjut usia. Dengan demikian, pengalaman hidup
seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak
pada saat ia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari
gaya hidup, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah,
walaupun ia telah lanjut usia.
2) Teori tugas perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktifitas dan tantangan
yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap
spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan sukses.
Tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dan integritas.
Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia
telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut
beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau
putus asa.
3) Teori disangagament
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau
hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu
dengan individu lainnya. Dengan bertambah lanjutnya usia,
apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga lanjut usia sering mengalami kehilangan ganda
(triple loss) yaitu kehilangan peran, hambatan kontak sosial
dan berkurangnya komitmen.
4) Teori aktifitas
Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam
kegiatan sosial. Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila
dapat melakukan aktifitas dan mempertahankan aktifitas
tersebut selama mungkin. Selain itu, pentingnya aktifitas
mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah
kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa
kehidupan manusia.
5) Teori kontinuitas
Teori ini juga dikenal dengan teori perkembangan,
dimana teori ini menekankan pada kemampuan koping
individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk
memprediksi bagaimana seseorang akan dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ciri
kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah walaupun
usia lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian secara khas
menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut bertambah tua
(Stanley and Beare, 2006).
4. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
Menurut Nugroho (2008) perubahan yang terjadi pada lansia adalah
sebagai berikut:
a. Perubahan-perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ
tubuh diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovakuler, sistem pengaturan temperatur tubuh, sistem respirasi,
muskuloskletal, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin dan
integumen.
b. Perubahan-perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu
pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa, kesehatan
umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas) dan lingkungan.
Sedangkan perubahan mental yang terjadi pada lansia adalah:
1) Kenangan (memori)
Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa
hari yang lalu dan mencakup beberapa perubahan, kenangan jangka
pendek atau seketika (0-10 menit) dan kenangan buruk (bisa ke arah
demensia).
2) Intelegentia Quotion (IQ)
IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal. Penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor
berkurang. Terjadi perubahan pada daya membayangkan karena
tekanan faktor waktu.
c. Perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan
identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila
mengalami pension (purnatugas), seseorang akan mengalami
kehilangan, antara lain:
1. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang),
2. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan atau posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan semua fasilitas),
3. Kehilangan teman, kenalan atau relasi,
4. Kehilangan pekerjaan.
d. Perkembangan spiritual
1. Agama atau kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupannya,
2. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
B. Asam Urat
1. Pengertian asam urat
Gout merupakan penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat
mengontrol asamurat sehingga terjadi penumpukan asam uratyang
menyebabkan rasa nyeri pada tulangdan sendi, sering dialami oleh
sebagian besarlansia (Komariah, 2015). Gout merupakanpenyakit yang
ditandai dengan nyeri yangterjadi berulang-ulang yang disebabkanadanya
endapan kristal monosodium uratyang terkumpul didalam sendi sebagai
akibatdari tingginya kadar asam urat didalam darah.Kadar asam urat
normal pada pria berkisar3,5-7 mg/dl dan pada perempuan 2,6-6 mg/dl
(Sandjaya,2014).
Asam urat adalah asam yang terbentuk kristal-kristal yang
merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan
nukleoprotein), yang salah satu komponen asam nukleat yang terdapat
pada inti sel-sel tubuh. Secara ilmiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan
dijumpai pada semua makan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman
(sayur, buah, kacang-kacangan) ataupun hewan (daging, jerohan, ikan
sarden dan lain sebagainya) (indriawan, 2012).
Purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok
stuktur kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama purin,
yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang didapatkan
dari asupan makanan. Zat purin dari luar tubuh (makanan) sebesar 15%.
Ketika asupan purinmasuk kedalam tubuh melebihi 15%, kan terjadi
penumpukan zat purin. Akibatnya, asam urat akan ikut menumpuk. Hal
ini menimbulkan resiko penyakit asam urat (Noviyanti, 2015).
2. Etiologi
Setiap orang memiliki asam urat dalam tubuh karena pada setiap
metabolisme normal dihasilkan asam urat. Asam urat yang terdapat
didalam tubuh kita tentu saja kadarnya tidak boleh berlebihan. Asam urat
dapat berlebih disebabkan adanya pemicu, yaitu makan dan senyawa lain
yang banyak mengandung purin. Asam urat juga merupakan salah satu
penyebab jantung koroner. Kristal asam urat akan merusak endotel
(lapisan bagian dalam pembuluh darah) koroner, siapapun yang kadar
asam uratnya tinggi harus berupaya untuk menurunkanya agar kerusakan
tidak merembet ke organ-organ tubuh yang lain.
Dalam kaitan ini juga terdapat fungsi ginjal yang bekerja mengatur
kestabilan kadar asam urat dalam tubuh dimana sebagian sisa asam urat
dibuang melalui air seni. Apabila asam urat berlebih dan ginjal tidak
mampu mengatur kestabilannya maka asam urat ini akan menumpuk pada
jaringan dan sendi, dan pada saat kadar asam urat tinggi maka akan timbul
rasa nyeri yang hebat terutama pada daerah persendian.
Penyakit asam urat diakibatkan oleh adanya gangguan
metabolisme pada purin. Gangguan yang terjadi pada metabolisme purin
menyebabkan penimbunan sodium orat di dalam dan diantaranya
persendian. Penyakit asam urat ditandai dengan tingginya kadar asam urat
dalam darah (hiperurisemia). Untuk memastikan bahwa nyeri yang
dialami sebagai serangan asam urat, perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan mengukur kadar asam urat dalam darah. Kadar asam
urat normal pada pria berkisar 3,5-7 mg/dl sedangkan pada perempuan
2,6-6 mg/dl (Rudi dkk, 2013).
3. Klafikasi
Penyakit asam urat digolongkan menjadi penyakit goutprimer dan
penyakit gout sekunder :
a. Penyakit gout primer
Sebanyak 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
b. Penyakit gout sekunder
Penyakit ini disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi
asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar
purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang
menyusun asam nukleat (asam inti sel) dan termasuk dalam kelompok
asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat
juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia),
obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker, vitamin B12). Penyebab
lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar
trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol
dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan
metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang
meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi. Jangka
waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada yang hanya
satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1-2
tahun (Syarif, 2012).
4. Gejala asam urat
a. Nyeri otot, persendiaan lutut, pinggang, punggung, pinggul, pundak,
dan bahu. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
b. Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan
nyeri luar biasa pada malam maupun pagi hari.
c. Badan pegal-pegal dan sering merasa kecapaian
d. Rasa kesemutan dan linu yang sangat parah
e. Sering buang air kecil terutama malam hari atau pagi hari saat bangun
tidur
f. Jika gejala asam urat ini juga menyerang pada daerah ginjal maka
akan memicu terjadinya kencing batu sehingga penderita kesulitan
untuk buang air kecil (Rudi dkk,2013)
5. Proses terjadinya asam urat
Bila kadar asam urat dalam darah meningkat maka pengkristalan
pada persendian dan pembuluh darah kapiler, lalu kristal-kristal tersebut
akan saling bergesekan dan melakukan pengerakan pada setiap sel
persendian. Bila terjadi pengendapan kristal pada pembuluh darah saat
aktifitas, bagian kristal yang berbentuk tajam, akan menusuk dinding
pembuluh darah sehingga akan menimbulkan rasa nyeri, sakit, atau ngilu
pada bagian tubuh yang diserang.Penumpukan kristal akan mengendap
sehingga terjadi batu karang (tofus) yaang beresiko menjadi radang bila
terpicu oleh benturan, udara dingin serta stress. Selain itu juga
mengakibatkan hilangnya fungsi lubricant/pelumas pada cairan getah
bening yang akhirnya persendian menjadi kaku.
6. Klafikasi asam urat
a. Fase asimtomatik
Fase asimtomatik merupakan fase awal. Bila dirasakan kadar asam
urat meningkat namun tidak menimbulkan gejala yang signifikan,
hanya merasa encok pada pinggang yang menyebabkan sakit pada
bagian punggung.
b. Fase akut
Asam urat akan naik secara tiba-tiba dan dirasakan pada malam
hari atau menjelang pagi hari. Penderita asam urat akan merasa rasa
nyeri yang begitu hebat pada persendian yang terserang tampak
meradang, merah, terasa panas, dan lunak
c. Fase interkritikal
Tahapan dimana penderita asam urat mengalami serangan berulang
yang tidak menentu.
d. Fase kronis
Tahapan ini dimana kristal asam urat menumpuk di berbagai
tempat dijaringan lunak tubuh sehingga penderita akan merasa
kesakitan dan dan bahkan terjadinya komplikasi pada ginjal, jantung,
dan organ lainnya (Vitahealth, 2014)
7. Tanda dan gejala penyakit asam urat
Penyakit asam urat harus dibedakan dari kadar asam urat yang
tinggi di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah jika
berlangsung lama akan menimbulkan penyakit sebab asam urat itu akan
menumpuk di tempat-tempat tertentu seperti di sendi, di sekitar sendi, di
ginjal, di jantung, dan lain-lain. Seseorang terserang penyakit ini jika
didapatkan minimal 6 dari 12 kriteria dibawah ini :
a. Menyerang sendi pangkal jempol dari kaki
b. Menyerang sendi pangkal-pangkal jari kaki
c. Hanya menyerang satu sendi
d. Menyerang sendi secara asimetris
e. Sendi yang terserang berwarna merah
f. Nyeri sendi paling hebat pada malam hari
g. Serangan akut kambuh-kambuhan
h. Kadar asam urat dalam darah melebihi batas normal
i. Tidak didapatkan kuman didalam sendi
j. Didapatkan tofus disekitar sendi
k. Didapatkan kristal natrium urat di dalam tofus
l. Pada pemeriksaan rontgenada gambaran lesi khas karena natrium urat
(Nyoman, 2013)
8. Solusi mengatasi asam urat
a. Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali normal.
Kadar asam urat normalnya 2.4 mg/dl hingga 6 mg/dl untuk wanita
dan 3.0 mg/dl hingga 7 mg/dl untuk pria.
b. Kontrol makanan yang dikonsumsi, terutama yang menggandung
purin seperti jerohan, kacang-kacangan, udang, cumi dan ikan asin
c. Banyak minum air putih. Dengan banyak minum air putih, kita dapat
membantu membuang purin yang ada dalam tubuh.
d. Mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat, jenis karbohidrat yang
dianjurkan untuk dikonsumsi penderita asam urat adalah karbohidrat
komplek seperti nasi, singkong, roti, dan ubi.
e. Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol (Syarif, 2012).
9. Pengobatan asam urat
Secara umum penyakir asam urat dapat diatasi dengan obat kimia
yang memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Allupurinol
Allupurinol sering kali menjadi pilihan untuk mengatasi
penimbunan asam urat pada sendi karena allupurinol
menghentikan produksi asam urat dengan menghambat kerja
enzim santin oksidasi yang mensintesis senyawa purin sebagai
bahan dasar pembentukan asam urat. Allupurinol mempercepat
pembuangan dalam ginjal.
b. Probenecid
Diberikan sebagai pilihan bila ginjal tidak mampu
membuang asam urat dengan baik.
c. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) yang berfungsi untuk
mengatasi nyeri sendi akibat proses peradangan.
d. Obat gosok
Untuk mengurangi rasa sakit pada bagian yang terkena
radang, biasanya yang dipakai adalah balsem dan obat gosok yang
mengandung metil salisilat (Vitahealth, 2014).
10. Diet bagi penderita asam urat
Penyakit asam urat memang sangat erat kaitannya dengan pola
makan seseorang. Pola makan yang tidak seimbang dengan jumlah
protein yang sangat tinggi merupakan penyebab penyakit ini. Meskipun
demikian, bukan berarti penderita asam urat tidak boleh mengkonsumsi
makanan yang mengandung protein. Asalkan jumlahnya di batasi. Selain
itu, pengaturan diet yang tepat bagi penderita asam urat mampu
mengontrol kadar asam urat dalam darah. Berikut ini beberapa prinsip diet
yang dipatuhi oleh penderita asam urat :
a. Membatasi asupan purin atau rendah purin
Pada diet normal, asupan purin biasanya mencapai 600-1000 mg
per hari. Namun penderita asam urat harus membatasi menjadi 120-
150 mg per hari. Purin merupakan salah satu bagian dari protein.
Membatasi asupan purin berarti juga mengurangi konsumsi makanan
yang berprotein tinggi. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita
asam urat sekitar 50-70 gram bahan mentah per hari atau
0,8-1gram/kg berat badan per hari.
b. Asupan energi sesuai dengan kebutuhan
Jumlah asupan energi harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan pada tinggi badan dan berat badan
c. Mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat
Jenis karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi penderita
asam urat adalah karbohidrat komplek seperti nasi, singkong, roti, dan
ubi. Karbohidrat komplek ini sebaiknya dikonsumsi tidak kurang dari
100 gram per hari, yaitu 65-75 % dari kebutuhan energi total.
d. Mengurangi konsumsi lemak
Makanan yang mengandung lemak tinggi seperti jeroan, seafood,
makanan yang digoreng, makanan bersantan, margarin, mentega,
alpukat dan durian sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya
hanya 10-15% dari kebutuhan energi total.
e. Mengkonsumsi banyak cairan
Penderita rematik dan asam urat disarankan untuk mengkonsumsi
cairan minimum 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Cairan ini bisa
diperoleh dari air putih, teh, kopi, cairan dari buah-buahan yang
mengandung banyak air seperti : apel, pir, jeruk, semangka, melon,
blewah, dan belimbing
f. Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol
Alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini
bisa menghambat pengeluaran asam urat dalam tubuh. Karena itu
orang yang mengkonsumsi minuman beralkohol memiliki kadar asam
urat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak
mengkonsumsinya.
g. Mengkonsumsi cukup vitamin dan mineral
Konsumsi vitamin dan mineral yang cukup, sesuai dengan
kebutuhan tubuh akan dapat mempertahankan kondisi kesehatan yang
baik (Syarif, 2012)..

C. Kayu manis
1. Defenisi kayu manis
Kayu manis tumbuh pada tanah yang subur, gembur dengan
drainase yang baik serta kaya bahan organik. Sebagian besar tanaman
tumbuh di daerah yang memiliki suhu berkisar 10-23 ̊C, pada ketinggian
100-1200 m dpl. Pada dataran rendah (300-400 m dpl) tanaman dapat
tumbuh baik, tetapi produksi kulit rendah dengan ketebalan kulit kurang 2
mm serta warna kulit kuning kecoklatan. Semakin tinggi tempat
tumbuhnya maka terjadi perubahan warna kulit coklat sampai kecoklatan.
Kayu manis (Cinnamomum Burmani) merupakan rempah-rempah
dalam bentuk kulit kayu yang biasa dimanfaatkan masyarakat sebagai
penambah rasa dalam masakan. Dalam kesehatan kayu manis merupakan
salah satu obat pereda sakit pada penyakit rematik yang sering dialami
oleh lansia. Kayu manis mempunyai kandungan kimia yang sangat
berperan sebagai antirematik dan antiiflamasi. Selain itu kayu manis yang
mengandung anti rematik, stomakik, sariawan, sakit pinggang, batuk,
hipertensi dan analgetik, serta nyeri lambung.
2. Kandungan pada kayu manis
Tanaman kayu manis terdapat kandungan terdiri dari: abu (2,4%),
protein (3,5%), lemak (4%), serat (33,0%), karbohidrat (52,0%), dan
menghasilkan energi 285 Kcal/100g. Sedangkan komposisi mineralnya
terdiri atas zat besi (7,0 mg/g), zinc (2,6 mg/g), kalsium (83,8 mg/g),
chromium (0,4 mg/g), mangan (20,1 mg/g), magnesium (85,5 mg/g),
natrium (0,0 mg/g), kalium (134,7 mg/g), dan fosfor (42,2 mg/g).
3. Manfaat kayu manis
Tanaman kayu manis telah lama digunakan secara turun temurun
oleh bangsa China dan India sebagai obat tradisional untuk mengobati
berbagai macam penyakit. Manfaat farmakologis kayu manis diantaranya
adalah: antioksidan, analgesik, antipiretik, antialergenik, antikanker,
antimikroba, antiulserogenik, antikonvulsan, anti inflamasi, sedatif,
imunomodulator, hipoglikemik, hipokolesterolemik, dan sebagai obat
pada penyakit kardiovaskular.
D. Askep Teoritis
1) Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, jenis jenis kelamin ( lebih sering pada pria daripada
wanita ), usia ( terutama pada usia 30- 40), alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi
kesehatan, golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit,
dan diagnosis medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi
ibu jari kaki (sendi lain).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
P (Provokatif) : kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas) : kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan
R (Region) : kaji bagian persendian yang terasa nyeri
(biasanya pada pangkal ibu jari)
S (Saverity) : Apakah mengganggu aktivitas motorik ?
T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ?
(Biasanya terjadi pada malam hari).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien apakah pernah menderita penyakit ginjal atau
penyakit lainnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang
menderita penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini..

f. Pengkajian Psikososial dan Spiritual


Psikologi : apakah klien mengalami peningkatan stress
Sosial : Cenderung menarik diri dari lingkungan
Spiritual : Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien menjalankan
ibadah menurut agamanya
g. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
-     Kebutuhan nutrisi
1.  Makan   : kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan
kaya protein)
2.  Minum  : kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)
-     Kebutuhan eliminasi
1.  BAK    : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
2.  BAB    : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
-     Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan
h. Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum dan
pemeriksaan setempat.
i. Pemeriksaan penunjang
2) Diagnosa
1. Nyeri akut b/d radang sendi dengan penumpukan kristal urat di
jaringan synovial
2. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, kelamahan otot
pada rentang gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat
erosi tulang rawan dan pembentukan panus.
3. Gangguan  integritas kulit b/d tophy
4. Perubahan pola tidur b/d nyeri.
5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakit gout

3) Intervensi
No Diagnosa Noc Nic
1 Nyeri akut b/d  Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri
radang sendi  pain control, secara komprehensif
dengan  comfort level termasuk lokasi,
penumpukan Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,
kristal urat di  Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan
jaringan sinovial nyeri (tahu penyebab faktor presipitasi
nyeri, mampu 2. Observasi reaksi
menggunakan tehnik nonverbal dari
nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
mengurangi nyeri, 3. Bantu pasien dan keluarga
mencari bantuan) untuk mencari dan
 Melaporkan bahwa menemukan dukungan
nyeri berkurang 4. Kontrol lingkungan yang
dengan menggunakan dapat mempengaruhi nyeri
manajemen nyeri seperti suhu ruangan,
 Mampu mengenali pencahayaan dan
nyeri (skala, kebisingan
intensitas, frekuensi 5. Kurangi faktor presipitasi
dan tanda nyeri) nyeri

 Menyatakan rasa 6. Kaji tipe dan sumber nyeri

nyaman setelah nyeri untuk menentukan

berkurang intervensi

 Tanda vital dalam 7. Ajarkan tentang teknik

rentang normal non farmakologi: napas

 Tidak mengalami dala, relaksasi, distraksi,

gangguan tidur kompres hangat/ dingin


8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri: ……...
9. Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
11. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
2 Hambatan  jonit movement : Exercise therapy : ambulation
mobilitas fisik active 1. monitoring vital sign
b/d penurunan  mobility level sebelum dan sesudah
rentang gerak,  self care : ADLs latihan dan lihat respon
kelamahan otot  transfer performance pasien saat latihan
pada rentang 2. konsultasikan dengan
Kriteria Hasil
gerakan, dan terapi fisik tentang
kekakuan pada rencana ambulansi sesuai
 klien meningkat
sendi kaki dengan kebutuhan
dalam aktivitas fisik
sekunder akibat 3. bantu klien untuk
 mengerti tujuan dari
erosi tulang menggunakan tongkat saat
peningkatan mobilitas
rawan dan berjalan dan cegah
 memverbalisasikan
pembentukan terhadap cedera
perasaan dalam
panus. 4. ajarkan pasien atau tenaga
meningkatkan
kesehatan lain tentang
kekuatan dan
tehnik ambulansi
kemampuan dalam
5. kaji kemampuan pasien
berpindah
dalam pemenuhan
 memperagakan
kebutuhan ADLs secara
penggunaan alat bantu
mandiri sesuai
untuk mobilisasi
kemampuan
(walker)
6. dampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs
klien
7. berikan alat bantu jika
klien membutuhkan
8. ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan jika
diperlukan

3 Gangguan   tissue integrity : skin pressure management


integritas kulit and mucous
1. anjurkan pasien untuk
b/d tophy membranes
menggunakan pakaian
 wound healing :
yang longgar
primer dan sekunder
2. hindari kerutan pada
Kriteria Hasil tempat tidur
3. jaga kebersihan kulit agar
 integritas kulit yang
tetap bersih dan kering
baik bisa
4. mobilisasi pasien (ubah
dipertahankan
posisi pasien ) setiap 2
(sensasi, elastisitas,
jam sekali
temperatur, hidrasi
5. monitor kulit akan adanya
dan pigmentasi)
kemerahan
 tidak ada luka / lesi
6. oleskan lotion atau
pada kulit
minyak / baby oil pada
 perfusi jaringan yang
daerah yang tertekan
baik
7. monitor aktivitas dan
 menunjukkan
mobilisasi pasien
pemahaman dalam
8. monitor status nutrisi
proses perbaikan kulit
pasien
dan mencegah
9. memandikan pasien
terjadinya sedera
dengan sabun dan air
berulang
hangat
 mampu melindungi
10. kaji lingkungan dan
kulit dan
peralatan yang
mempertahankan
menyebabkan tekanan
kelembaban kulit dan
11. observasi luka : lokasi,
perawatan alami dimensi, kedalaman luka,
 menunjukkan karakteristik, warna
terjadinya proses cairan, granulasi, jaringan
penyembuhan luka nekrotik, tanda - tanda
infeksi lokal, formasi
traktus.
12. ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
13. kolaborasi ahli gizi
pemberian diae TKTP,
vitamin
14. cegah kontaminasi feses
dan urin
15. lakukan tehnik perawatan
luka dengan steril
16. berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
luka.

4 Perubahan pola  Anxiety Control Sleep Enhancement


tidur b/d nyeri.  Comfort Level 1. Determinasi efek-efek

 Pain Level medikasi terhadap pola

 Rest : Extent and tidur

Pattern 2. Jelaskan pentingnya tidur

 Sleep : Extent ang yang adekuat

Pattern 3. Fasilitasi untuk

Kriteria Hasil: mempertahankan aktivitas


sebelum tidur (membaca)
 Jumlah jam tidur
4. Ciptakan lingkungan yang
dalam batas normal
nyaman
 Pola tidur,kualitas
5. Kolaburasi pemberian
dalam batas normal
 Perasaan fresh obat tidur
sesudah
tidur/istirahat
 Mampu
mengidentifikasi
hal-hal yang
meningkatkan tidur
5 Kurang  Knowledge : 1. kaji tingkat pengetahuan
pengetahuan b/d deases processs pasien dan keluarga
kurang  Knowledge : 2. jelaskan patofisiologi dari
informasi Health behavior penyakit dan bagaimana
tentang penyakit hal ini berhubungan
Kriteria Hasil
gout dengan anatomi dan
fisiologi dengan cara yang
 pasien dan
tepat.
keluarga
3. gambarkan tanda dan
menyatakan
gejala yang biasa muncul
pemahaman
pada penyakit, dengan
tentang penyakit,
cara yang tepat.
kondisi, prognosis
4. gambarkan proses
dan program
penyakit dengan cara yang
pengobatan
tepat
 pasien dan
5. identifikasi kemungkinan
keluarga mampu
penyebab, dengan cara
melaksanakan
yang tepat
prosedur yang
6. sediakan informasi pada
dijelaskan secara
pasien tentang kondisi,
benar
dengan cara yang tepat.
 pasien dan
7. sediakan bagi keluarga
keluarga mampu
informasi tentang
menjelaskan
kemajuan pasien dengan
kembali apa yang
cara tepat
dijelaskan
perawat / tim 8. diskusikan pilihan terapi
kesehatan lainnya. atau penanganan
9. dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan.

4) Evaluasi
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi
adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari
klien setelah tindakan diberikan.
O (Objective) :adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat
setelah tindakan dilakukan.
A (Analisis) : adalah membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian
diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi
sebahagian, atau tidak teratasi.
P (Planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa.

Anda mungkin juga menyukai