DI DESA GAYAMAN
Dosen pembimbing : Dr. Faisal Ibnu S.Kep.Ns., M.Kes
DISUSUN OLEH:
CINIKA ARIANTA SARI
2020030086
2) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah
perubahan fisik, kesehatn umum, tingkat pendidikan, keturunan
(hereditas), lingkungan tingkat kecerdasan (intellegence quotient-
IQ), dan kenangan (memory), kenangan dibagi menjadi dua, yairtu
kenangan jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu) mencakup beberapa perubahan dan kenangan jangka pendek
atau sekitar (0-10 menit) biasanya dapat berupa kenangan buruk.
3) Perubahan psikososial
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat
meninggal terutama jikalansia mengalami penurunan kesehatan,
seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau
gangguan sensorik terutama pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan
hewan kesayangandapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah
rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan
fisik dan kesehatan.
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan
kosong, lalu diikuti dengankeinginan untuk menangis yang berlanjut
menjadi suatu episode depresi. Depresijuga dapat disebabkan karena
stres lingkungan dan menurunnya kemampuanadaptasi.
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan
cemas umum,gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguangangguantersebut merupakan kelanjutan dari
dewasa muda dan berhubungandengan sekunder akibat penyakit
medis, depresi, efek samping obat, atau gejalapenghentian mendadak
dari suatu obat.
e. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan
waham (curiga), lansiasering merasa tetangganya mencuri barang-
barangnya atau berniatmembunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia
yang terisolasi/diisolasi ataumenarik diri dari kegiatan sosial.
f. Sindroma diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan
perilaku sangatmengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau
karena lansia bermain-maindengan feses dan urin nya, sering
menumpuk barang dengan tidak teratur.Walaupun telah dibersihkan,
keadaan tersebut dapat terulang kembali.
1.2.1 Pengertian
Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir,atau tidak
nyaman seakan-akan akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai
ancaman Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan
penilaian intelektual terhadap ssuatu yang berbahaya, sedangkan
ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut (Keliat,
2012). Ansietas merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa
ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan
was-was (khawatir) seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi
dan pada umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung
beberapa waktu (Stuart dan Laraia,1998) dalam buku
(Pieter,dkk,2011.)
Sedangkan menurut (Riyadi&Purwanto, 2010) Ansietas
adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat
dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologis, sedangkan pada
gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan
gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan
mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidak
mampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.
Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak
menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai
perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman, 2010).
1.2.2 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam
kehidupan yang yang dapat menimbulkan kecemasan
(Suliswati,2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat
berupa :
a. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya
kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik
krisis perkembangan atau situasional
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak
terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau
antara keinginan dan kenyataan yang menimbulkan kecemasan
pada individu
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak
mampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan
menimbulkan kecemasan
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena
merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat
mempengaruhi konsep diri individu
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga
menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon
terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping
individu banyak dipelajari dalam keluarga
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap
konflik dan mengatasi kecemasan
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena
benzodizepin dapat menekan neurotransmiter gama amino
butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak
yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2. Faktor Pricipitasi
Menurut (Eko Prabowo, 2014) stressor presipitasi adalah
ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan tibulnya
kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi
2 yaitu :
a. Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan yang
mengancam integritas fisik yang meliputi :
1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis
sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis
normal (misalnya hamil).
2) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus
dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan
nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan
internal
1) Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan
interpersonal dirumah dan tempat kerja, penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
2) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,
sosial budaya.
1.2.3 Rentang Respon Kecemasan
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
Keterangan :
1. Antisipasi
Suatu keadaan yang digambarkan lapangan persepsi menyatu
dengan lingkungan
2. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Lapang persepsi melebar dan orang akan bersikap
hati-hati dan waspada. Orang yang mengalami ansietas ringan akan
terdorong untuk menghasilkan kreativitas. Respons-respons fisiologis
orang yang mengalami ansietas ringan adalah sesekali mengalami napas
pendek, naiknya tekanan darah dan nadi, muka berkerut, bibir bergetar,
dan mengalami gejala pada lambung. Respons kognitif orang yang
mengalami ansietas ringan adalah lapang persepsi yang melebar, dapat
menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan
dapat menjelaskan masalah secara efektif. Adapun respons perilaku dan
emosi dari orang yang mengalami ansietas adalah tidak dapat duduk
tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.
3. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan
menurun dan memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan
menyampingkan hal-hal lain. Respons fisiologis dari orang yang
mengalami ansietas sedang adalah sering napas pendek, nadi dan tekanan
darah naik mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi dan gelisah. Respon
kognitif orang yang mengalami ansietas sedang adalah lapang persepsi
yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima, berfokus pada apa yang
menjadi perhatian. Adapun respons perilaku dan emosi adalah gerakan
yang tersentak-sentak, meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak
aman
4. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit,
individu cenderung memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan hal-hal
lain. Individu sulit berpikir realistis dan membutuhkan banyak
pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain. Respons-respons
fisiologis ansietas berat adalah napas pendek, nadi dan tekanan darah
darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur, dan
mengalami ketegangan. Respon kognitif pada orang yang mengalami
ansietas berat adalah lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
untuk menyelesaikan masalah. Adapun respons perilaku dan emosinya
terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi yang cepat, dan blocking.
5. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat
sempit dan sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa
mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apapun walaupun dia sudah
diberikan pengarahan. Respons-respons fisiologis panik adalah napas
pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi dan koordinasi motorik
yang sangat rendah. Sementara respons-respons kognitif penderita panik
adalah lapang persepsi yang sangat pendek sekali dan tidak mampu
berpikir logis. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat agitasi,
mengamuk dan marah-marah, ketakutan dan berteriak-teriak, blocking,
kehilangan kontrol diri dan memiliki persepsi yang kacau (Herry Zan
Pieter, 2011)
1.2.6 Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap
pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang
bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada
uraian berikut :
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan
individu, antara lain :
a. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang :
b. Faktor predisposisi
1) Teori psikoanalisa : ansietas merupakan konflik elemen
kepribadian id dan super ego (dorongan insting dan hati nurani).
Ansietas mengingatkan ego akan adanya bahaya yang perlu di
atasi.
2) Teori interpersonal : ansietas terjadi karena ketakutan penolakan
dalam hubungan interpersonal dihubungan dengan trauma masa
pertumbuhan (kehilangan,perpisahan) yang menyebabkan ketidak
berdayaan.individu mudah mengalami ansietas.
3) Teori perilaku : ansietas timbul sebagai akibat frustasi tang
disebabkan oleh sesuatu yang mengganggu pencapaian tujuan.
Merupakan dorongan yang dipelajari untuk menghindari rasa
sakit/nyeri. Ansietas meningkat jika ada konflik (konflik-ansietas-
helplessness)
4) .Kondisi keluarga : ansietas dapat timbul secara nyata dalam
keluarga.Ada overlaps gangguan ansietas dan depresi
c. Pemeriksaan fisik
d. Psikososial
1) Genogram (gambaran klien dengan keluarga).
Dilihat dari pola komunikasi dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Pada klien ansietas,klien cenderung gelisah, bicara
cepat, tremor, tidak bisa berkonsentrasi, pelupa, bingung.
b) Identitas diri
Klien dengan ansietas klien terlihat bingung dan
berbicara cepat.
c) Fungsi peran
Pada klien ansietas tidak mampu melakukan perannya
secara maksimal hal ini ditandai dengan gelisah yang
berlebihan.
d) Ideal diri
Pada klien ansietas klien cenderung tidak bisa
berkonsentrasi, pelupa.
e) Harga diri
Pada klien ansietas merasa dirinya kurang percaya diri.
3) Hubungan sosial
Orang yang mengalami ansietas cenderung menarik diri
dari lingkungan sekitarnya dank lien merasa malu.
4) Spiritual
Pada klien yang mengalami ansietas cenderung tidak
melaksanakan fungsi spiritualnya.
e. Status mental
1) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai
ujung kaki apakah ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian
tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan
klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologi klien.
2) Pembicaraan
Klien dengan ansietas cenderung berbicara cepat,
pelupa, gelisah.
3) Aktivitas motorik
Pada klien dengan ansietas cenderung tremor,gugup
4) Tingkat kesadaran
Klien dengan ansietas tingkat kesadarannya
composmentis.
5) Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi pada klien ansietas menurun karena
pemikiran dirinya sendiri merasa tidak mampu.
f. Kebutuhan perencanaan pulang
1) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
g. Mekanisme koping
B. Diagnosa keperawatan
a. Ansietas
Salemba Medika.
Salemba Medika.
Martono, H. (2006). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) : Olah Raga Dan
salemba.
Salemba Medika.
offset.