Di susun oleh :
TAHUN 2020
1. Pengertian Lansia
Lansia menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2016).
WHO juga memberi batasan yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45 - 59
tahun, usia lanjut (elderly) antara 60 - 74 tahun, dan usia lanjut tua (old) antara 75 – 90
tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sementara Kementerian Kesehatan
RI (2016), lansia atau lanjut usia adalah kelompok yang memasuki usia 60 tahun keatas.
Lansia atau lanjut usia adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang
lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Sarwono, 2015).
Lansia yaitu bagian proses tumbuh kembang dimana manusia tidak secara tiba-
tiba menjadi tua, tetapi berkembang mulai dari bayi, anak, remaja, dan menjadi tua
(Pujianti, 2016). Lansia adalah tahap dari siklus hidup manusia paling akhir, yaitu bagian
dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap orang.
Pada tahap tua ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun
psikis, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya (Soejono, 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa usia
lanjut atau lansia adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang yang tidak
dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu.
2. Batasan-batasan Lansia
WHO memberi batasan yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45 sampai
dengan 59 tahun, usia lanjut (elderly) dari 60 sampai dengan 74 tahun, dan usia lanjut tua
(old) dari 75 sampai dengan 90 tahun, serta usia sangat tua (very old) lebih dari 90 tahun
(Nugroho, 2016). Menurut Departemen Kesehatan RI (dalam Darmojo, 2014), batasan
lansia terbagi dalam beberapa kelompok yaitu:
a. Pralansia (Prasenilis) yaitu masa persiapan usia lanjut yang mulai memasuki antara 45
– 59 tahun.
b. Lansia (Lanjut Usia) yaitu kelompok yang memasuki usia 60 tahun keatas.
c. Lansia resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok
usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau
cacat.
3. Proses menua
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Azizah, 2011).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus/berkelanjutan secara alamiah
dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalnya, dengan terjadinya
kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh “mati”
sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak
akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia/masih muda, tetapi telah
menunjukkan kekurangan yang mencolok (deskripansi).
Ada pula orang telah tergolong lanjut usia, penampilanmasih sehat, segar bugar,
dan badan tegap. Waluapun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering dialami lanjut usia (Nugroho, 2008). Adapun beberapa teori yang menjelaskan
proses menua, yaitu : teori biologis, teori psikologis, teori sosial, dan teori spiritual
(Maryam dkk, 2008).
a. Teori Biologis
1) Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertenty da kebanyakan sel-
sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari
tubuh dan dibiarkan di laaboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel-sel yang akan
membelah, jumlah sel yang akan membelah terlihat sedikit. (Spence & Masson dalam
Watson, 1992, dalam Azizah, 2011).
2) Teori “Genetik Clock”
Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk species-species
tertentu. Tiap species mempunyai di dalam nuclei (inti selnya) suatu jam gentik yang
telah diputar menurut suatu replikasi tertentu jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak berputar (Azizah, 2011).
3) Sintesis Protein (kolagen dan elastin)
Jaringan seperti kulit atau kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen
protein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan
elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari
protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit
yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya
usia (Tortora & Anagnostakos, 1990, dalam Azizah, 2011).
4) Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumla penurunan kemampuansel di dalam tubuh untuk
mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dnegan kadar yang tinggi,
tanpa mekanisme pertahan diri tertentu. Ketidak mampuan mempertahankan diri dari
toksik tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta
terjadi terjadi kesalahan genetik (Tortora & Anagnostakos, 1990, dalam Azizah, 2011)
5) Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun
demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem yang terdiri dari siste
limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam
proses penuaan (Azizah, 2011).
6) Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe)
Mekanisme pengontrolan genetik dalam tingkat sub seluler dan molekul yang bisa
disebut juga hipotesis “Eror Catastrophe” menurut hipotesis tersebut menua disebabkan
oleh kesalahankesalahan yang beruntun. Sepanjang kehidupan setelah berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNA RNA) maupun
dalam prosestranslasi (RNA protein/ enzim) kesalahan tersebut akan menyebabkan
terbentuknya enzim yang salah. Kesalahan tersebut dapat berkembang secara
eksponensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme yang salah, sehingga
akan akan mengurangi fungsional sel. Apabila jika terjadi pula kesalahan dalam proses
translasi (pembuatan protein), maka terjadi kesalahan yang makin banyak, sehingga
terjadilah katastrop (Constantinides, 1994 dikutip oleh Darmojo & Martono, 2000, dalam
Azizah, 2011).
7) Teori Menua Akibat Metabolisme
Pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan
dan memperpanjang umur (MC Key et all, 1935 yang dikutip Darmojo dan Martono,
2004, dalam Azizah, 2011).
8) Kerusakan Akibat Radikal Bebas
Radikal bebas (RB) dapat terbentuk dialam bebas, dan di dalam tubuh di fagosit
(pecah), dan sebagai produk sampingan di dalam rantai pernafasan di dalam mitokondria.
Untuk organisasi aerobik radikal bebas terutama terbentuk pada waktu nespirasi (aerob)
di dalam mitokondria. Karea 90% oksigen yang ambil tubuh termasuk di dalam
mitokondria (Azizah, 2011).
b. Teori Psikologi
Pada usia lanjut usia,proses penuaan tejadi secara alamiah seiring dengan
penambahan usia. Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif (Maryam, dkk, 2008).
c. Teori Sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement theory),
teori aktivitas (activity theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori
perkembangan (development theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification theory)
(Maryam, dkk, 2008).
1) Teori Interaksi Sosial
Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu
atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lansia untuk terus
menjalani interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahan kan status sosial atas
dasar kemampuannya untuk melakukan tukar-menukar (Simmons, 1945, dalam
Maryam, dkk, 2008).
2) Teori Penarikan Diri
Kemiskinan yang diderita diserita lansia dan menurunya derajat kesehatan
mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan
disekitarnya (Gumming dan Henry, 1961, dalam, Maryam, dkk, 2008).
3) Teori Aktivitas
Penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan
kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih
penting dibandingkan kuantitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat
menurun, akan tetapi di lain sisi dapat dikembangkan, misalnya peran baru lansia
sebagai relawan, kakek atau nenek, ketua RT, seorang duda atau janda, serta karena
ditinggal wafat pasangan hidupnya (Palmore, 1965 dan Lemon et al, 1972, dalam,
Maryam, dkk,2008).
4) Teori Kesinambungan
Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada
suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat
terlihat bahwa gaya hidup, perilaku ,dan harapan seseorang ternyata tidak berubah
meskipun ia telah menjadi lansia (Maryam, dkk, 2008).
5) Teori Perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia
pada saat muda hingga dewasa. Sigmund Freud meneliti tentang psiloanalisis serta
perubahan psikososial anak dan balita. Membagi kehidupan menjadi delapan fase,
yaitu : lansia yang menerima apa adanya, lansia yang takut mati, lansia yang
merasakan hidup penuh arti, lansia yang menyesali diri, lansia yang bertangung jawab
dengan merasakan kesetiaan, lansia yabf kehidupannya berhasil, lansia yang merasa
terlambat untuk memperbaiki diri, lansia yang perlu menemukan integritas diri
melawan keputusasaan (Erickson, 1930, dalam Maryam, dkk, 2008).
4. Karakteristik lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017); Darmojo & Martono (2006) yaitu:
1) Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Ratnawati, 2017).
2) Jenis kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin perempuan.
Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan
(Ratnawati, 2017).
3) Status pernikahan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia ditilik dari
status perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %).
Adapun perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04
% dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin ada
82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan
dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan yang
berstatus cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin
lagi (Ratnawati, 2017).
4) Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat berkualitas adalah
proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental sehingga dapat tetap
sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar pekerjaan/usaha
(46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah tabungan, saudara atau jaminan sosial
(Ratnawati, 2017).
5) Pendidikan terakhir
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan bahwa pekerjaan
lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit yang bekerja sebagai
tenaga professional. Dengan kemajuan pendidikan diharapkan akan menjadi lebih
baik (Darmojo & Martono, 2006).
6) Kondisi kesehatan
Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016)
merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan
penduduk. Semakin rendah angka kesakitan menunjukkan derajat kesehatan
penduduk yang semakin baik. Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar
25,05%, artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya
mengalami sakit. Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular (PTM) antar lain
hipertensi, artritis, strok, diabetes mellitus (Ratnawati, 2017).
b. Perubahan sosial
1) Peran : post power syndrome, single woman, dan single parent.
2) Keluarga : kesendirian, kehampaan.
3) Teman : ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan akan
meninggal. Berada di rumah terus-menerus akan cepat pikun (tidak berkembang).
4) Ekonomi : kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi lansia
dan income security.
5) Rekreasi : untuk ketenangan batin.
6) Keamanan : jatuh, terpleset.
7) Agama : melaksanakan ibadah.
8) Panti jompo : merasa dibuang/diasingkan.
Masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia meliputi kecemasan, depresi,
insomnia, paranoid, dan demensia (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, & Batubara, 2008)
Tanda gejala dan penyebab :
1) Kecemasan
a) Perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian yang akan terjadi
d) Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut/khawatir terhadap penyakit yang
berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak dideritanya
2) Depresi
a) Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun sangat pagi yang bukan
merupakan kebiasaanya sehari-hari. Sering kelelahan, lemas, dan kurang dapat menikmati
kehidupan sehari-hari.
e) Pada pembicaraan sering disertai topic yang berhubngan dengan rasa pesimis atau
perasaan putus asa
f) Berkurang atau hilangnya nafsu makan sehingga berat badan menurun secara cepat.
3) Insomnia
a) Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih semangat
sepanjang malam
e) Sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum pada malam hari
4) Paranoid
c) Paranoid dapat merupakan manifestasi dari masalah lain, seperti depresi dan rasa
marah yang ditahan
5) Demensia
c) Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialam, dalam keadaan yang makin berat,
nama orang atau keluarga dapat dilupakan
e) Tidak mengenal demensia waktu, misalnya bangun dan berpakaian pada malam hari
g) Sifat dan perilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat marah
1. Tugas Perkembangan
a. Perkembangan yang normal: integritas diri
1) Mempunyai harga diri tinggi
2) Merasa disayang oleh keluarga
3) Menilai kehidupannya berarti
4) Memandang sesuatu hal secara keseluruhan (tuntuta dan makna hidup)
5) Menerima nilai dan keunikan orang lain
6) Menerima datangnya kematian
b. Penyimpangan perkembagan: putus asa
1) Memandang rendah/menghina/mencela orang lain
2) Merasa kehidupannya selama ini tidak berarti
3) Merasakan kehilangan
4) Masih ingin berbuat banyak, tetapi takut tidak mempunyai waktu lagi
Rencana Tindakan Keperawatan
Adam, J.M.F. 2009. Dislipidemia. Dalam: Sudoyono, W.A., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, M., & Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI: 1926 - 1932.
Aspiani, N. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Jilid 2. Jakarta: CV. TRANS INFO
MEDIA.
Ayu Henny, Komang. (2012). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga (2nd ed). Jakarta :
Sagung Seto
Ballo, I. R., Kaunang, T. M., Munayang, H., & Elim, C. (2012). Jurnal Biomedik. 59-67.
Effendi, F., & Makhfudli. (2009). KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakrta: Salemba Medika.
Farida El Baz et al. (2009). Impact of Obesity and Body Fat Distribution on Pulmonary Function
of Egyptian Children. Egyptian Journal of Bronchology: 3(1)49-58.
Fauci,A. S., et al., 2009. Obesity. Dalam : Harisson’s Manual Of Medicine 17th Edition . USA :
The McGraw-Hill Companies: 939.
Hayati, Sari., Marini, Liza. 2010. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Pada Lansia.
Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Idaini, S., Suhardi, & Kristanto, A. Y. (2009). Analisis Gejala Gangguan Mental Emosional
Penduduk Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, 59.
Jones, E., D., N.D., R.N., 2003. Reminiscence Therapy for Older Women with Depression,
Effect of Nursing Intervention Classifi cation in Assisted Living Long Term Care.Journal of
Gerontologi Nursing 29, page 26– 36.
Miftahuddin, M. (2016). Kajian Penelitian Psikologi. An- Nafs .
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pracheth, Mayur SS dan Chowti JV. (2012). Depression Scale: a Tool to Assess Depression in
Elderly. International Journal of Medicine Science and Public Health. Vol. 2 No. 1 September
2012 31-35
R. Siti Maryam, S., Ns. Mia Fatma Ekasari, S., Rosidawati, S., Ahmad Jubaedi, S., & S.Pd, I. B.
(2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakrta: Salemba Medika.
Rosen, S. Shapouri, S. 2008. Obesity in the midst of unyielding food insecurity in developing
countries. Amberwaves USDA ERS. Dalam Istiqamah, et al. Hubungan Pola Hidup Sedentarian
Dengan Kejadian Obesitas Sentral Pada Pegawai Pemerintahan Di Kantor Bupati Kabupaten
Jeneponto. Hal. 1-3.
Santi, N. 2009. Hubungan Antara Senam Dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha. Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada.
Setiadi. (2008). Konsep Dan Proses Keperawatan Keuarga. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC. h. 708-710.
Soegondo, S., 2009. Sibdroma Metabolik. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, M., Setiasti, S., editors. Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. 5th ed. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pp 1865.
Subrata, 2003. Dari Acara Jumpa Seusia-Senyuman Lansia Itu Pancarkan Kebahagiaan,
(Online), (http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/
Sugianti, E., et al. 2009. Faktor Risiko terhadap Obesitas Sentral pada Orang Dewasa Di DKI
Jakarta. Indonesian Journal of Clinical Nutrition.
Suprajitno. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : EGC
Syarniah. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok Reminiscence terhadap Depresi pada Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan (Tesis; Universitas
Indonesia, Depok).
Taber, M. P., & Dra. Noorkasiani, A. M. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Wulansari, Sapti (2013). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kepercayaan diri Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Wilayah Merangin Jambi. Jurnal Kesehatan, ISSN 1999-7821,
Vol. 3, No. 2.