Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOPOROSIS PADA LANSIA DI GRIYA WERDHA SURABAYA

Oleh:

GEVI ARININGTIYAS 20194663047

PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2020
OSTEOPOROSIS

1.1 KONSEP LANSIA


1.3.1 Definisi Lansia
Lansia/Lanjut usia adalah seseorang yang sudah berusia 60 tahun ke
atas menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Lanjut usia (lansia) adalah proses
akhir kehidupan seseorang yang ditandai dengan adanya kematangan fisik
dan psikis sekaligus menunjukan kemunduran seiring berjalannya waktu.
Lansia bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu proses ilmiah
terus menerus dan berkesinambungan yang dapat menyebabkan perubahan
anatomi, fisiologi dan biokimia pada jaringan atau organ manusia (Efendi &
Makhfudli, 2009). Lansia merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia, memasuki proses lansia berarti mengalami kemunduran
misalnya kemunduran fisik yang di tandai kulit kendur rambut mulai memutih,
gigi mulai ompong, pendengaran mulai kurang jelas, penglihatan kabur,
gerakan lambat dan figure tubuh mulai tidak proposional (Nasrullah, 2016).
1.3.2 Teori-Teori Penyebab Penuaan
Para ilmuan telah menyelidiki dan telah menemukan banyak teori untuk
mengungkap penyebab manusia menjadi tua. Ada beberapa teori tentang
penuaan yang akan kita lihat saat ini antara lain: Teori Biologi dan Teori
Psikologi (Murwani 2011).
1. Teori Biologi
1) Perubahan biologi yang berasal dari dalam ( instrinsik ) / teori
genetika.
a. Teori Jam Biologi (biological clock theory) adalah proses
menua yang dipengaruhi oleh faktor-faktor keturunan dari
dalam umur seseorang seolah-olah distel seperti jam.
b. Teori menua yang terprogram (program aging theory). Teori
ini menjelaskan bahwa sel tubuh manusia hanya dapat
membagi diri sebanyak 50 kali.
c. Teori mutasi (somatic mutatie theory). Teori ini menjelaskan
bahwa setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi,
menua terjadi akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi
dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan fungsi sel).
d. The error Theory,”Pemakaian dan rusak” kelebihan usaha
dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah ( terpakai ).
e. Teori Akumulasi. Teori ini menerangkan bahwa
pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh. Sebagai
contoh adanya pigmen lipofuchine dari sel otot jantung dan
susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang
mengakibatkan terganggunya fungsi sel itu sendiri.
f. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
g. Reaksi kekebalan sendiri ( auto immune theory ), di dalam
proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus, ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap
zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
h. Teori immunologi slow virus. Teori ini menjelaskan, bahwa
sistem imun menjadi kurang efektif dengan bertambahnya
usia dan masuknya virus kedalam tubuh yang dapat
menyebabkan kerusakan organ tubuh.
i. Teori rantai silang. Teori ini menjelaskan bahwa sel-sel yang
tua atau usang, reaksi kimianya dapat menyebabkan ikatan
yang kuat khususnya jaringan kolagen, ikatan ini
menyebabkan elastisitas berkurang dan menurunya fungsi.
2) Perubahan biologik yang berasal dari luar / ekstrinsik (teori non
genetika).
a. Teori radikal bebas. Teori ini menjelaskan meningkatnya
bahan-bahan radikal bebas sebagai akibat pencemaran akan
menimbulkan perubahan pada kromosom pigmen dan
jaringan kolagen.
b. Teori imunologi. Teori ini Menjelaskan perubahan jaringan
getah bening akan mengakibatkan ketidakseimbangan sel T
dan terjadi penurunan fungsi sel-sel kekebalan tubuh,
akibatnya usia lanjut mudah terkena infeksi.
c. Teori stress. Teori ini menjelaskan bahwa menua menjadi
akibat dari hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh.regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
2. Teori Psikologi
Menurut Murwani (2011), penyebab penuaan ditinjau dari aspek
psikologis adalah sebagai berikut:
1) Maslow Hierareky Human Needs Theory. Teori maslow
mengungkapkan hirarki kebutuhan manusia yang meliputi 5 hal
(kebutuhan fisiologis, keamanan dan kenyamanan, kasih sayang,
harga diri, dan aktualisasi diri).
2) Jung’s Theory Individualism. Teori ini mengungkapkan
perkembangan personality dari anak-anak, remaja, dewasa muda,
dewasa pertengahan hingga dewasa tua (lansia) yang dipengaruhi
baik dari internal maupun eksternal.
3) Aktivitas atau Kegiatan (Aktivity Theory). Teori ini mengatakan
bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut banyak dalam kegiatan sosial, dan berusaha untuk
mempertahankan hubungan antar sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
4) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory). Dasar kepribadian
dan tingkah laku yang tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seorang yang lanjut usia
dipengaruhi oleh type resonality yang dimilikinya.
5) Teori Pembebasan. Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia seseorang secara berangsur-angsur akan
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sosialnya.
1.3.3 Batasan Lansia
Batasan untuk kategori lansia berbeda-beda yaitu World Health
Organization (2015) menetapkan batasan lansia berdasarkan kelompok yaitu:
1. Usia pertengahan (Midle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
2. Lanjut usia (Elderly) ialah antara 60 dan 74 tahun.
3. Lanjut usia tua (Old) ialah antara 75 dan 90 tahun.
4. Usia sangat tua (Very Old) ialah usia diatas 90 tahun (Padilla, 2013).
Menurut Prof Dr. Koesmanto Setyonegoro, membagi periodisasi
biologis perkembangan manusia sebagai berikut (Padilla, 2013):
1. Usia dewasa muda (Elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun.
2. Usia dewasa penuh (Midelle years) atau mituritas usia 25-60/65
tahun.
3. Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun, terbagi atas:
1) Young Old (usia 70-75 tahun).
2) Old (usia 75-80 tahun).
Menurut (Departemen Kesehatan RI, 2006) mengelompokkan lansia
menjadi tiga, yaitu:
1. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menapakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).
2. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini ( usia 60-64 tahun).
3. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit
degenerated (usia 64-74 tahun).
Dalam undang- undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut yang tertulis Dalam pasal 1 ayat 2 Undang-undang No.
13 Tahun 1998 tersbut dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia
adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik.
1.3.4 Ciri-Ciri Lansia
Menurut (Hurlock, 2010) terdapat beberapa ciri-ciri lanjut usia, yaitu:
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki
motivasi rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka
kemunduran itu akan lama terjadi
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat
dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia
dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap
lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti: lansia lebih senang
mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat
orang lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalam
kemdunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar
tekanan dari lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang
buruk itu membuat penyesuaian diri lansia mejadi buruk.
1.3.5 Perubahan Fisik yang Terjadi Pada Lansia
Pada saat tahap perkembangan lanjut usia akan mengalami beberapa
perubahan fisik yang disebabkan oleh faktor penuaan. Perubahan fisik yang
dialam oleh lansia adalah sebagai berikut (Bandiyah, 2009 dalam Azizah,
2011):
1. Perubahan Fisik
1) Sistem Pernafasan
Perubahan fisik pada sistem pernafasan lansia yaitu mengecilnya
sadar panca indra.
2) Sistem Pendengaran
Perubahan fisik pada sitem pendengaran lansia yaitu gangguan
pada pendengaran (presbiakusis) atau bahkan hingga kehilangan
pendengaran pada telinga terutama terhadap bunyi atau nada suara
nada tinggi, suara yang tidak jelas. Lansia yang berusia di atas
umur 65 tahun akan mengalami kesulitan memahami kata – kata
sebanyak 50%. Lansia juga akan mengalami otoskleoris sebab
membrane timpani menjadi atrofi dan meningkatnya kratin
sehingga serumen pada telinga mengeras.
3) Sistem Penglihatan
Perubahan penglihatan pada lansia yaitu akan mengalami
sklerosispada sfingter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar,
lensa mata lebih suram atau keruh hingga menjadi katarak,
meningkatnya ambang, pengamatan sinar daya akomodasi, serta
hilangnya lapang pandang.
4) Sistem Kardiovaskuler
Perubahan sistem kardiovaskuler pada lansia yaitu elastisitas pada
dinding aorta menurun dan katup jantung menebal hingga menjadi
kaku. Hal ini menyebabkan kemampuan jantung dalam memompa
darah menurun. Perubahan lain yang dirasakan oleh lansia adalah
pusing mendadak yang dimana disebabkan karena pembuluh darah
mengalami kehilangan elastisitas dan kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi. Lansia juga akan
mengalami tekanan darah tinggi yang disebabkan karena terjadi
resistensi pada pembuluh darah perifer.
5) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada lansia sistem pengaturan temperature tubuh juga mengalami
perubaha yaitu dengan biasanya lansia akan mengalami hipotermia
atau temperature tubuh turun mengakibatkan metabolisme yang
menurun.
6) Sistem Respirasi
Perubahan fisik pada lansia pada sistem respirasi adalah oto-otot
pernafasan kehilangan kekuatan, menurunnya aktivitas dari silia,
paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas pernafasan maksimum
menurun, jumlah alveolus menurun dan ukurannya melebar, serta
kekuatan otot pernafasan menurun.
7) Sistem Gastrointestinal
Perubahan fisik pada sistem gastrointestinal lansia yaitu kehilangan
gizi, indra pengecap menurun, esofagus melebar, sensitifitas lapar
menurun, dan gerak peristaltic lemah.
8) Sistem Genitourinaria
Pada lansia perubahan fisik di sistem genitourinaria adalah lansia
mengalami vesika urinaria atau otot-otot pada kandung kemih
melemah, lansia juga mengalami retensi urin, nefron di ginjal
mengalami atrofi, dan aliran darah ke ginjal menurun.
9) Sistem Endokrin
Pada lansia sistem endokrin mengalami perubahan meliputi
produksi semua hormone mengalami penurunan, menurunnya
aktivitas tiroid dan menurunnya sekresi hormon kelamin.
10) Sistem Integumen
Pada lansia sistem integument mengalami perubahan seperti kult
mengerut akibat dari kehilangan lemak, kulit berisisk, penurunan
proteksi kulit, rambut hidung dan telinga menebal, pertumbuhan
kuku lambat serta menjadi rapuh dan mudah rapuh.
11) Sistem Muskuloskeletal
Pada lansia sistem musculoskeletal mengalami perubahan meliputi
tulang mudah rapuh, lansia mengalami kifosis, persendiaan
menjadi kaku dan membesar, dan serabut otot mengalami atrofi.
(Azizah, 2011) menyatakan bahwa jaringan penguhung seperti
kolagen dan elastin mengalami perubahan bentangan yang tidak
teratur serta terjadinya penurunan jumlah dan ukuran pada seabut
otot. Peubahan ini menyebabkan terjadinya penurunan pada
kekuatan otot dan penurunan fleksibilitas. Padila (2013)
menyatakan bahwa sel otot mengecil, serta penurunan massa otot
(lebih banyak pada ekstermitas bawah).
2. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial yang dialami oleh lansia antara lain (dalam
Azizah, 2011):
1) Pensiun
Pensiun sering dikatakan secara salah dengan kepasifan atau
pengasingan. Hilangnya kontak sosial dari area pekerjaan membuat
seseorang lansia pensiunan merasakan kekosongan, orang tersebut
secara tiba-tiba dapat merasakan begitu banyak waktu luang yang
ada di rumah disertai dengan sedikitnya hal-hal yang dapat dijalani.
2) Perubahan Aspek Kepribadian
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Dengan adanya
penurunan kedua fungsi tersebut, lansia mengalami perubahan
kepribadian.
3) Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indra pendengaran, penglihatan, gerak
fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau
bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi
bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan
sebaginya sehingga sering menimbulkan keterasingan.
4) Perubahan Minat
Lansia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat
terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan
semakin berkurang. Ketiga, minat terhadap uang semakin
meningkat, terakhir kebutuhan terhadap kegiatan rekreasi tak
berubah hanya cenderung menyempit.
3. Perubahan Psikologis
Manusia yang muda menjadi tua merupakan proses penuaan secara
alamiah yang tidak bisa dihindari. Akibat dari proses itu menimbulkan
beberapa perubahan, meliputi perubahan fisik, mental, spiritual,
psikososial adaptasi terhadap stress memulai menurun. Kurangnya
kemampuan dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di
masa lansiasering menyebabkan masalah pada aspek psikologis,
seperti: kecemasan (anxietas), depresi, harga diri rendah (Azizah,
2011).
1.3.6 Pendekatan Perawatan Lanjut Usia
Menurut (Nugroho, 2011) pendekatan perawatan pada lanjut usia
meliputi 4 (empat) aspek, yaitu:
1. Pendekatan Fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas
dua bagian:
1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk
kebutuhan sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
2) Klien lanjut uasia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang
keadaan fisikmnya mengalami kelumpuhan atau sakit.
2. Pendekatan Psikis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
supporter,motivator dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing
dan masalah yang dihadapi lansia, sebagai penampung rahasia yang
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
3. Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa orang
yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang
lain.
4. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin kepada
klien lanjut usia dalam hubungannya dengan Tuhan atau Agama yang
dianutnnya. Pada umumnya saat kematian akan datang,
agama/kepercayaan seseorang merupakan faktor yang penting sekali.
Pada waktu inilah kehadiran seorang imam sangat diperlukan untuk
melapangkan dada klien lanjut usia.
1.2 KONSEP PENYAKIT
1.2.1 Definisi Osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa
tulang. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal,
kecepatan resoprsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan
tulang, mengakibatkan penurnan massa tulang total. Tulang secara
progresif menjadi porsus, rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi
mudah fraktur dengan stress yang tidak akan menimbulkan pada tulang
normal (Sharif, 2012).
Sedangkan menurut Zairin Noor, 2014 mengatakan osteoporosis
adalah penyakit skeletal sistemik yang ditandai oleh rendahnya densitas
tulang dan perburukan mikroarsitektur jaringan tulang sehingga
meningkatkan fragilitas tulang dan konsekuensinya adalah peningkatan
resiko fraktur.
1.2.2 Klasifikasi Oesteoporosis
Osteoporosis dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu osteoporosis
primer dan sekunder:
1. Primer  dikatan osteoporosis primer bila penyebabnya tidak bisa
dihindari. Artinya, mau tidak mau seseorang akan menderita
osteoporosis.
2. Sekunder  dikatan osteoporosis sekunder bila terjadi akibat faktor-
faktor yang sebenarnya bisa dihindari atau diubah (Sharif, 2012).
1.2.3 Penyebab Oesteoporosis
1. Osteoporosis Primer
1) Keturunan, ada orang secara keturunan memiliki tulang-tulang
yang lebih rapuh disbanding orang lain. Faktor keturunan atau
genetic berperan dalam penentuan masa tulang. Jika ada salah
satu anggota keluarga menderita osteoporosis, kemungkinan
keturunnya untuk menderita osteoporosis mencapai lebih dari
50%.
2) Usia, secara progresif tulang akan meningkat kepadatannya
sampai maksimal sekitar usia 34 tahun. Setelah itu, kepadatan
tulang akan berkurang secara perlahan. Karena itu, kepadatan
tulang harus dijaga sejak masih muda agar pada saat tua tidak
menderita osteoporosis.
3) Jenis Kelamin, wanita lebih rentan terkena osteoporosis dari pada
pria, karena pengaruh hormone esterogen yang menurun sejak
usia 35 tahun. Selain itu pada usia sekitar 45 tahun, wanita juga
mengalami menopause, dimana hormone esterogen makin
banyak yang hilang. Padahal, hormone esterogen itulah yang
membantu penyerapan nutrisi termasuk kalsium yang dibutuhkan
tulang.
4) Ras, wanita Asia lebih mudah terkena osteoporosis disbanding
waknita Afrika, itu disebabkan secara umum konsumsi kalsium
wanita Asia sangat rendah, karena sekitar 90% mengalami
intoleransi lakstosa dan menghindari produk hewani, pembedaan
yang mudah dan paling tampak adalah wanita Asia yang
berwajah dan berkulit oriental, itulah yang akan lebih mudah
terkena osteoporosis. Sedang ras Negroid, mempunyai kepdatan
tulang lebih tinggi dari pada ras lainnya.
2. Osteoporosis Sekunder
1) Pola makan yang tidak teratur, misalnya kurang konsumsi
vitamin D yang sangat penting bagi pembentukan tulang dan
jarang terkena sinar matahari.
2) Aktifitas Fisik yang kurang atau kurang olahraga.
3) Konsumsi alkohol, sebab alkohol dapat mengahambat kalsium
akibat terjadi ganguan pada usus halus. Hal itu tentu sangat
mempengaruhi kekuatan tulang.
4) Kebiasaan merokok, sebab nikotin dalam rokok bisa mengurangi
jatah kalsium yang diserap tulang. Selain itu nikotin membuat
kadar dan aktivitas hormone esterogen dalam tubuh berkurang,
sehingga susunan sel tulang tidak kuat dalam mengahdapi proses
pelapukan.
5) Konsumsi kafein, seperti minum the atau soft drink. Sebab,
kafein dapat mengganggu penyerapan kalsium
6) Lingkungan tempat tinggal juga memperngaruhi seseorang
terkena osteoporosis atau tidal. Lingkungan yang lebih sedikit
mengonsumsi kalsium, akan memperbesar peluang terjadinya
osteoporosis.
7) Gangguan obat yang mengandung steroid, seperti pada penderita
asma dan batu ginjal juga beresiko tinggi menyebabkan
osteoporiss karena steroid dapat menghambat penyerapan
kalsium. Obat kartikosteroid yang sering digunakan sebagai anti
peradangan juga menyebabkan osteoporosis karena menghambat
pembentukan tulang (Sharif, 2012).
1.2.4 Faktor Resiko Osteoporosis
1. Usia
Semua bagian tubuh berubah seiring dengan bertambahnya
usia, begitu juga dengan rangka tubuh. Mulai dari lahir sampai kira-
kira usia 30 tahun, jaringan tulang yang dibuat lebih banyak
daripada yang hilang. Tetapi setelah usia 30 tahun situasi
berbalik, yaitu jaringan tulang yang hilang lebih banyak daripada
yang dibuat.
Tulang mempunyai 3 permukaan, atau bisa disebut juga
dengan envelope, dan setiap permukaan memiliki bentuk anatomi
yang berbeda. Permukaan tulang yang menghadap lubang sumsum
tulang disebut dengan endosteal envelope, permukaan luarnya
disebut periosteal envelope, dan diantara keduanya terdapat
intracortical envelope. Ketika masa kanakkanak, tulang baru
terbentuk pada periosteal envelope. Anak- anak tumbuh karena
jumlah yang terbentuk dalam periosteum melebihi apa yang
dipisahkan pada permukaan endosteal dari tulang kortikal. Pada
anak remaja, pertumbuhan menjadi semakin cepat karena
meningkatnya produksi hormon seks. Seiring dengan meningkatnya
usia, pertumbuhan tulang akan semakin berkurang.
Proporsi osteoporosis lebih rendah pada kelompok lansia dini
(usia 55-65 tahun) daripada lansia lanjut (usia 65-85 tahun).
Peningkatan usia memiliki hubungan dengan kejadian osteoporosis.
Jadi terdapat hubungan antara osteoporosis dengan peningkatan
usia. Begitu juga dengan fraktur osteoporotik akan meningkat
dengan bertambahnya usia. Insiden fraktur pergelangan tangan
meningkat secara bermakna setelah umur 50, fraktur vertebra
meningkat setelah umur 60, dan fraktur panggul sekitar umur 70
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
osteoporosis. Wanita secara signifikan memilki risiko yang lebih
tinggi untuk terjadinya osteoporosis. Pada osteoporosis primer,
perbandingan antara wanita dan pria adalah 5 : 1. Pria memiliki
prevalensi yang lebih tinggi untuk terjadinya osteoporosis sekunder,
yaitu sekitar 40-60%, karena akibat dari hipogonadisme, konsumsi
alkohol, atau pemakaian kortikosteroid yang berlebihan. Secara
keseluruhan perbandingan wanita dan pria adalah 4 : 1.
3. Ras
Pada umumnya ras Afrika-Amerika memiliki massa tulang
tertinggi, sedangkan ras kulit putih terutama Eropa Utara,
memiliki massa tulang terendah. Massa tulang pada ras campuran
Asia-Amerika berada di antara keduanya. Penelitian menunjukkan
bahwa, bahkan pada usia muda terdapat perbedaan antara anak
Afrika-Amerika dan anak kulit putih. Wanita Afrika-Amerika
umumnya memiliki massa otot yang lebih tinggi. Massa tulang
dan massa otot memiliki kaitan yang sangat erat, dimana
semakin berat otot, tekanan pada tulang semakin tinggi
sehingga tulang semakin besar. Penurunan massa tulang pada wanita
Afrika-Amerika yang semua cenderung lebih lambat daripada
wanita berkulit putih. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan
hormon di antara kedua ras tersebut.
Beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa wanita
yang berasal dari negara-negara Eropa Utara, Jepang, dan Cina
lebih mudah terkena osteoporosis daripada yang berasal dari
Afrika, Spanyol, atau Mediterania.
4. Riwayat Keluarga
Faktor genetika juga memiliki kontribusi terhadap massa tulang.
Penelitian terhadap pasangan kembar menunjukkan bahwa
puncak massa tulang di bagian pinggul dan tulang punggung
sangat bergantung pada genetika. Anak perempuan dari wanita
yang mengalami patah tulang osteoporosis rata-rata memiliki
massa tulang yang lebih rendah daripada anak seusia mereka
(kira-kira 3-7 % lebih rendah). Riwayat adanya osteoporosis
dalam keluarga sangat bermanfaat dalam menentukan risiko
seseorang mengalami patah tulang.
5. Indeks Massa Tubuh
Berat badan yang ringan, indeks massa tubuh yang rendah, dan
kekuatan tulang yang menurun memiliki risiko yang lebih tinggi
terhadap berkurangnya massa tulang pada semua bagian tubuh
wanita. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa efek berat
badan terhadap massa tulang lebih besar pada bagian tubuh yang
menopang berat badan, misalnya pada tulang femur atau
tibia.Estrogen tidak hanya dihasilkan oleh ovarium, namun juga
bisa dihasilkan oleh kelenar adrenal dan dari jaringan lemak.
Jaringan lemak atau adiposa dapat mengubah hormon androgen
menjadi estrogen. Semakin banyak jaringan lemak yang dimiliki
oleh wanita, semakin banyak hormon estrogen yang dapat
diproduksi. Penurunan massa tulang pada wanita yang kelebihan
berat badan dan memiliki kadar lemak yang tinggi, pada
umumnya akan lebih kecil. Adanya penumpukan jaringan lunak
dapat melindungi rangka tubuh dari trauma dan patah tulang.
6. Aktifitas Fisik
Latihan beban akan memberikan penekanan pada rangka tulang dan
menyebabkan tulang berkontraksi sehingga merangsang
pembentukan tulang. Kurang aktifitas karena istirahat di tempat
tidur yang berkepanjangan dapat mengurangi massa tulang. Hidup
dengan aktifitas fisik yang cukup dapat menghasilkan massa tulang
yang lebih besar. Itulah sebabnya seorang atlet memiliki massa
tulang yang lebih besar dibandingkan yang non-atlet. Proporsi
osteoporosis seseorang yang memiliki tingkat aktivitas fisik dan
beban pekerjaan harian tinggi saat berusia 25 sampai 55 tahun
cenderung sedikit lebih rendah daripada yang memiliki aktifitas
fisik tingkat sedang dan rendah.
7. Pil KB
Terdapat beberapa bukti bahwa wanita yang menggunakan pil KB
untuk waktu yang lama memiliki tulang yang lebih kuat daripada
yang tidak mengkonsumsinya. Kontrasepsi oral mengandung
kombinasi estrogen dan progesteron, dan keduanya dapat
meningkatkan massa tulang. Hormon tersebut dapat melindungi
wanita dari berkurangnya massa tulang dan bahkan merangsang
pembentukan tulang.
8. Densitas Tulang
Densitas masa tulang juga berhubungan dengan risiko terjadinya
fraktur. Setiap penurunan 1 SD, berhubungan dengan risiko
peningkatan fraktur sebesar 1,5 - 3,0 kali. Faktor usia juga menjadi
pertimbangan dalam menentukan besarnya risiko menurut densitas
tulang.
9. Penggunan kortikosteroid
Kortikosteroid banyak digunakan untuk mengatasi berbagai
penyakit, terutama penyakit autoimun, namun kortikosteroid
yang digunakan dalam jangka panjang dapat menyebabkan
terjadinya osteoporosis sekunder dan fraktur osteoporotik.
Kortikosteroid dapat menginduksi terjadinya osteoporosis bila
dikonsumsi lebih dari 7,5 mg per hari selama lebih dari 3 bulan.
Kortikosteroid akan menyebabkan gangguan absorbsi kalsium di
usus, dan peningkatan ekskresi kalsium pada ginjal, sehingga
akan terjadi hipokalsemia. Selain berdampak pada absorbsi
kalsium dan ekskresi kalsium, kortikosteroid juga akan
menyebabkan penekanan terhadap hormon gonadotropin,
sehingga produksi estrogen akan menurun dan akhirnya akan
terjadi peningkatan kerja osteoklas. Kortikosteroid juga akan
menghambat kerja osteoblas, sehingga penurunan formasi tulang
akan terjadi. Dengan terjadinya peningkatan kerja osteoklas dan
penurunan kerja dari osteoblas, maka akan terjadi osteoporosis yang
progresif.
10. Menopause
Wanita yang memasuki masa menopause akan terjadi fungsi
ovarium yang menurun sehingga produksi hormon estrogen dan
progesteron juga menurun. Ketika tingkat estrogen menurun,
siklus remodeling tulang berubah dan pengurangan jaringan tulang
akan dimulai.Salah satu fungsi estrogen adalah mempertahankan
tingkat remodeling tulang yang normal. Tingkat resorpsi tulang akan
menjadi lebih tinggi daripada formasi tulang, yang
mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Sangat berpengaruh
terhadap kondisi ini adalah tulang trabek ular karena tingkat
turnover yang tinggi dan tulang ini sangat rentan terhadap
defisiensi estrogen. Tulang trabekular akan menjadi tipis dan
akhirnya berlubang atau terlepas dari jaringan sekitarnya. Ketika
cukup banyak tulang yang terlepas, tulang trabekular akan melemah.
11. Merokok
Tembakau dapat meracuni tulang dan juga menurunkan kadar
estrogen, sehingga kadar estrogen pada orang yang merokok
akan cenderung lebih rendah daripada yang tidak merokok.
Wanita pasca menopause yang merokok dan mendapatkan tambahan
estrogen masih akan kehilangan massa tulang. Berat badan perokok
juga lebih ringan dan dapat mengalami menopause dini ( kira-kira 5
tahun lebih awal ), daripada nonperokok. Dapat diartikan bahwa
wanita yang merokok memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya
osteoporosis dibandingkan wanita yang tidak merokok.
12. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan selama bertahun-tahun
mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kebiasaan meminum
alkohol lebih dari 750 mL per minggu mempunyai peranan p
enting dalam penurunan densitas tulang. Alkohol dapat secara
langsung meracuni jaringan tulang atau mengurangi massa tulang
karena adanya nutrisi yang buruk. Hal ini disebabkan karena
pada orang yang selalu menonsumsi alkohol biasanya tidak
mengkonsumsi makanan yang sehat dan mendapatkan hampir
seluruh kalori dari alkohol. Disamping akibat dari defisiensi
nutrisi, kekurangan vitamin D juga disebabkan oleh terganggunya
metabolisme di dalam hepar, karena pada konsumsi alkohol berlebih
akan menyebabkan gangguan fungsi hepar.
13. Riwayat Fraktur
Beberapa penelitian sebelumnya telah menyebutkan bahwa,
riwayat fraktur merupakan salah satu faktor risiko osteoporosis
(Sharif, 2012).
1.2.5 Patofisiologi Oesteoporosis
Osteoporosis merupakan silent disease. Penderita osteoporosis
umunya tidak mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut
mengalami fraktur. Osteoporosis mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi
paling sering menimbulkan gejala pada daerah-daerah yang menyanggah
berat badan atau pada daerah yang mendapat tekanan (tulang vertebra
dan kolumna femoris). Korpus vertebra menunjukkan adanya perubahan
bentk, pemendekan dan fraktur kompresi. Hal ini mengakibatkan berat
bada pasien menurun dan terdapat lengkung vertebra abbormal (kiposis).
Osteoporosis pada kolumna femoris sering merupakan predis posisi
terjadinya fraktur patologik (yaitu fraktur akibat trauma ringan), yang
sering terjadi pada pasien lanjut usia. Massa tulang yang terkena
mengalami penurunan dan menunjukkan penipisan korteks serta
trabekula. Pada kasus ringan, diagnosis sulit ditegakkan karena adanya
variasi ketebalan trabecular pda individu “norml” yang berbeda.
Osteoporosis terjadi karena adanya faktor genetic dan faktor lingkungan
(Sharif, 2012).
1.2.6 Gejala Oesteoporosis
Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai
puluhan tahun tanpa keluhan. Jika, kepadatan tulang sangat berkurang
sehingga tulang menjadi kolaps atu hancur, akan timbul nyeri dan
perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya
akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut (Sharif, 2012):
1. Tinggi badan berkurang.
2. Patah tulang  penipisan pada tulang, baik tulang vertebra ataupun
tulang yang lainnya, dapat membuat tulang menjadi rapuh, ringan
dan akan mudah patah. Hilangnya kekuatan dan kepadatan tulang
akan menyebabkab tulang bisa hancur sehingga akan terasa sakit dan
tinggi punggung pun berkurang. Patah tulang ini sering terjadi pada
pergelangan, tulang belakang, dan pinggul.
3. Makin pendek  tinggi manusia akan mencapai puncaknya pada
sekitar usia 18 tahun, artinya anda akan tetap pada tinggi itu dan
tidak akan bertambah tinggi lagi. Penyebab penuruna tinggi badan
(height loss) ini adalah fraktur tulang belakang (vertebra) yang
umunnya tanpa keluhan, tetapi tubuh semakin pendek dan bungkuk.
Bila terdapat penurnan tinggi badan sebanyak dua senti atau tiga
tahun terakhir, itu menandakan adanya fraktur tulang belakang yang
baru.
4. Tubuh Membungkuk  tubuh yang membungkuk (kiposis) atau
dorsal kyphosis atau dowager’s hump, biasanya terjadi akibat
kerusakan beberapa ruas tulang belakang dari daerah dada (thoracal)
dan pinggang (lumbal). Osteoporosis pada tulang belakang ini
menimbulkan fraktur kompresi atau kolapas tulang dan
menyebabkan badan membungkuk ke depan. Kiposis yang berat bisa
mengakibatkan gangguan pergerakan otot pernafasa. Anda bisa
merasakan sesak nafas, kadang bahkan timbul komplikasi pada paru-
paru.
1.2.7 Pemeriksaan Penunjang pada Oesteoporosis
1. Radiologi  gejala radiologis yang khas adalah densitas atau massa
tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebra biasanya
merupakan lokasi yang paling berat.
2. CT-Scan  dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang
mempunyai nilai penting dalam mengdiagnostik dan terapi follow
up.
3. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kadar Ca, P, Fosfatasealkali tidak menunjukan kelainan yang
nyata.
2) Kadar HPT (pada pasca menopause kadar HPT meningkat) dan
Ct (terapi estrogen merangsang pembentukan Ct).
3) Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.
4) Ekskresi fosfat dan hidroksiplin terganggu sehingga meningkat
kadarnya.
4. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang harus diukur adalah tinggi badan
dan berat badan, demikian juga dengan gaya jalan penderita,
deformitas tulang, leg-lenght inequality , dan nyeri spinal.
Hipokalsemia yang terjadi dapat ditandai oleh adanya iritasi
muskuloskeletal, yaitu berupa tetani. Adduksi jempol tangan
juga dapat dijumpai, fleksi sendi metacarpophalangeal, dan ekstensi
sendi interphalang.
Penderita dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis
dorsal atau gibbus (Dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan.
Selain itu juga didapatkan protuberansia abdomen, spasme otot
paravertebral, dan kulit yang tipis (tanda McConkey).
5. Biopsi Tulang
Cara ini dapat menunjukkan adanya osteoporosis serta proses
dinamik tulang, akan tetapi karena bersifat invasif sehingga
tidak dapat dipakai sebagai prosedur rutin, baik untuk uji saring
(penentuan risiko) atau untuk pemantauan pengobatan. Biopsi tulang
dapat digunakan untuk menilai kelainan metabolik tulang. Biopsi
biasanya dilakukan di transiliakal (Sharif, 2012).
1.2.8 Penatalaksanaan Oesteoporosis
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang
sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan
umur pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal.
Terdiri dari 3 gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau makanan
lain yang tinggi kalsium (miss: keju swiss, brokoli kukus, salmon kaleng
dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang
mencukupi perlu direspkan preparat kalsium (kalsium karbonat).
Pada mopause, terapi pergantian hormone (HRT: Hormone
Replacemnet Therapy) dengan esterogen dan progesterone dapat
diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah
terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Terapi esterogen sering
dihubungkan dengan sedkit pengingkatan insidensi kanker payudara dan
endometrial. Maka selama HRT pasien harus diperiksa patudaranya
setiap bulan dan diperiksa panggulnya termasuk masukan papanicolou
dan biopsy endometrial (bila ada indikasi), sekali atau dua kali setahun.
Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis
termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etidronat. Kalsitonin
secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi
subkutan atau intra muscular (Sharif, 2012)
1.2.9 Pencegahan Oesteoporosis
Pencegahan osteoporosis degan cara mengubah gaya hidup seperti yang
telah kita ketahui, dokter akan menasehati bagaimana anda harus
memodifikasi gaya hidup untuk menimalkan penurunan kepadatan
tulang (Sharif, 2012:
1. Tahapan Pola Makan Yang Menunjang Tulang (Bone-Friendly Diet)
 seperti yang telah diketahui semua orang, sangat penting untuk
mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang.
1) 55-60% harus berasal dari karbohidrat (ditemukan dalam
makanan seperti nasi, sereal, roti, buah, sayur, dan pasta).
2) 15-20% harus berasal dari protein (ditemukan dalam makanan
seperti dagingm produk susu, dan polong-polongan),
3) 20-30% harus berasal dari lemak (ditemukan dalam makanan
seperti ikan berminyal, daging berlemak, kacang-kacangan dan
keju).
2. Kalsium  orang dewas normal seharusnya mengonsumsi paling
sedkit 700mg kalsium perhari. Akan tetapu bila anda mangalami
osteoporosis ditingkatkan menjadi 1.200mg. rekomendasi harian ini
mungkin sulit untuk didapatkan murni dari mengonsumsi banyak
makanan yang kaya kalsium akan sangat bermafaat. Contoh
makanan yang mengandung kalsium dna bagus untuk tulang adalah
susu, kedelai yogurt buah, cokelat susu, roti putih, minyak sarden,
jeruk, bayam rebus, dan keju cheddar.
3. Vitamin D  orang dewasa membutuhkan sehat umumnya sekitar
10mg vitamin D perhari, sedangkan untuk orang dengan osteoporosis
direkomendasikan 20mg sebagai asupan harian, sebagian vitamin D
dibuat di kulit. Namun demikian, kurang lebih 10% vitamin D
didapat dari makanan. Bila sulit mendapatkan sangat sedikit paparan
sinar matahari, maka tidak mungkin bahwa asupan vitamin D dalam
makanan akan cukup untuk mengkompensasi hal ini, dan akan lebih
membtuhkan suplemen. Beberapa makanan seperti susu, sereal dan
margarin, ikan, telur, hati, keju “diperkaya” dengan vitamin D.
4. Berolahraga Secara Teratur  olahraga sangat penting untuk orang
lanjut usia untuk mempertahankan tinfkat aktifitas yang baik agar
tulang mereka dapat mempertahankan kekuatannya. Dua jenis
olahraga dapat sangat membantu pada masa yang akan datang.
Olahraga berat yang melatih ketahanan tubuh seperti aerobic,
jogging, dan lompat tali (skipping) dapat membantu memperbaiki
kepadatan tulang, dan mencegah pengeroposan tulang, begitu pula
olahraga dengan beban seperti mengangkat beban di gym.
5. Jangan Merokok  merokok dapat meningkatkan resiko terkena
penyakit jnatung, stroke, kanker paru, dan berbagai kondisi serius
lainnya. Merokok dapat menurunkan kadar esterogen pada wanita
dan kadar testosterone pada pria. Seperti yang telah kita ketahui,
kadar hormone esterogen dan testosterone yang rendah dapat
menyebabkan osteoporosis. Merokok juga memiliki efek langsung
merusak sel-sel osteoblast yang membetuk tulang.
6. Kurangi Asupan Alkohol  meskipun konsumsi alkohol yang tidak
berlebihan tampaknya baik untuk kekuatan tulang, namun konsumsi
yang berlebihan akan menurunkan kepadatan tyulang yang
kemungkinan disebabkan oleh efek pada hromon estrogen dan
testosterone. Alkohol juga dapat mempengaruhi penyerapan kalsium
dari makanan. Pertimbangkan pula efek bahwa terlalu banyak
mengonsumsi alkohol dapat mempengaruhi keseimbangan pada saat
berdiri dalam konsisi mabuk bukan merupakan ide yang baik saat
tulang anda mudah patah
1.2.9 WOC (Web Of Caution)

Kortikosteroid dalam waktu lama, Gaya hidup Usia lanjut Hormone


tdk adekuatnya asupan vit. D

Aktifitas fisik Pada wanita


Defisiensi vitamin D Konsumsi alkohol Kurang olahraga Konsumsi kopi menurun
Konsumsi alkohol
Pasca menopause
Absorpsi kalsium terganggu Menghambat osteoblas Osteoblas menurun Kafein
Ketidakseimbangan
kecepatan regenerasi Kadar esterogen menurun
Merangsang aktifitas osteoblas & Pembentukan tulang Masa tulang Menghambat dan pembentukan
membatasi sel sel osteoklas terganggu menurun penyerapan tulang
kalsium Timbunan kalsium
Reabsorpsi menurun tulang menurun

Osteoklas & Osteoblas


Dentitas menurun
Osteoporosis DEFIST PENGETAHUAN tidak terangsang

Tulang mudah rapuh Densitas tulang menurun Reabsorpsi


GANGGUAN Merangsang menurun
MOBILITAS Tulang hancur mediator inflamasi NYERI AKUT
RESIKO CEDERA FISIK
1.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Identitas  Osteoporosis biasanya terjadi di atas usia 45 tahun, tinggi
badan menurun dan rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian
bawah), leher dan pinggang.
2) Alasan Masuk Rumah Sakit  Penderita dengan osteoporosis
mengalami penurunan tinggi badan, badan lemas dan kurang vitamin
D dan C serta kalsium.
3) Keluhan Utama  Penderita osteoporosis mengeluhkan nyeri atau
sakit tulang punggung (bagian bawah), leher dan pinggang atau rasa
kebas di sekitar mulut dan ujung jari pada hipokalsemia.
4) Riwayat Penyakit Sekarang  Keluhan yang dirasakan pasien seperti
nyeri pada punggung.
5) Riwayat Penyakit Dahulu  Adanya penyakit endokrin: diabetes
mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid, sindrom cushing, akromegali,
hipogonadisme atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya dengan
penurunan mikroarsitektur tulang. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat
mauoun obat-obatan yang biasanya digunakan oleh penderita.
6) Riwayat Penyakit Keluarga  Dari genogram keluarga biasanya
terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita osteoporosis
atau beberapa penyakit tulang metabolik yang bersifat herediter.
7) Riwayat Psikososial  Penyakit ini sering terjadi pada wanita.
Biasanya sering timbul kecemasan, takut melakukan aktivitas, dan
perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah
psikologis.
8) Pemeriksaan Fisik
a. Kulit
 Inspeksi: biasanya tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna
kehitaman/kecoklatan), dan edema.
 Palpasi: biasanya turgor kulit menurun, tekstur : kasar , suhu : akral
dingin atau hangat.
b. Rambut
 Inspeksi: biasanya disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau
tidak, bercabang
 Palpasi: mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus
c. Kuku
 Inspeksi: biasanya kuku normal tidak terjadi sianosis, merah:
peningkatan visibilitas Hb, bentuk: clubbing karena hypoxia pada
kanker paru, beau’s lines pada penyakit defisiensi fe/anemia fe
 Palpasi: biasanya tidak adanya nyeri tekan.
d. Kepala
 Inspeksi: biasanya wajah simetris
 Palpasi: biasanya tidak adanya luka, tonjolan patologik, dan tidak
adanya nyeri tekan
e. Mata
Inspeksi: biasanya kelopak mata tidak ada radang, simetris kanan
dan kiri, reflek kedip baik, konjungtiva dan sclera:
merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin/gangguan pada
hepar, pupil: isokor kanan dan kiri (normal).
f. Hidung
 Inspeksi: biasanya hidung simetris, tidak ada inflamasi
 Palpasi: tidak ada nyeri tekan, massa
g. Telinga
 Inspeksi: daun telinga simetris, warna, ukuran, bentuk, kebresihan,
tidak adanya lesi.
 Palpasi: tidak ada nyeri tekan
h. Mulut
 Inspeksi: biasanya bibir tidak ada kelainan kongenital (bibir
sumbing), warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakkan, lesi.
 Palpasi: biasanya tidak ada pembengkakkan dan nyeri.
i. Leher
 Inspeksi: biasanya tidak adanya pembengkakkan kelenjar
tirod/gondok, dan tidak adanya massa.
 Palpasi: biasanya tidak ada nyeri tekan, biasanya JVP dalam
normal.
j. Dada
 Inspeksi: ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang
belakang., retraksi interkosta
 Palpasi: Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
 Perkusi: Suara resonan pada seluruh lapang paru
 Auskultasi: Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara
ronki.
k. Jantung
 Inspeksi: biasanya denyut apek jantung pada area midsternu lebih
kurang 2 cm disamping bawah xifoideus.
 Palpasi: spasium interkostalis ke-2 kanan area aorta dan spasium
interkosta ke-2 kiri letak pulmonal kiri. spasium interkostalis ke-5
kiri area trikuspidalis/ventikuler amati adanya pulsasi interkosta
ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri
dimana akan ditemukkan daerah apical jantung
 Perkusi: suara redup
 Auskultasi: Bunyi S1 suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya
katub mitral (bikuspidalis) dan tikuspidalis pada waktu sistolik.
 Bunyi S2: suara “DUB” yaitu bunyi menutupnya katub semilunaris
(aorta dan pulmonalis) pada saat diastolic.
l. Abdomen
 Inspeksi: bentuk perut simetris, tidak adanya retraksi, penonjolan,
tidak adanya asites.
 Palpasi: tidak adanya massa dan respon nyeri tekan
 Perkusi: timpani
 Auskultasi: biasanya bising usus normal 5- 30 x/menit
m. Genetalia
 Inspeksi: biasanya tidak ada lesi, pembengkakan
 Palpasi: tidak ada nyeri tekan
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko Cedera
2) Nyeri Akut
3) Gangguan Mobilitas Fisik
4) Defisit Pengetahuan
3. Intervensi
1) Resiko cedera d/d kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam diharapkan
tingkat cedera menurun, dengan kriteria hasil (SLKI: Tingkat Cedera):
a. Kejadian cedera menurun.
b. Luka/lecet menurun.
c. Fraktur menurun.
(SIKI: Pnecegahan Cedera):
a. Observasi
Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera.
Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada
ekstermitas bawah.
b. Terapeutik
Sediakan pencahayaan yang memadai.
Sediakan alas kaki antislip.
Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik yang diperlukan.
c. Edukasi
Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluaga.
Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri.
2) Nyeri Akut b/d agen pencedra fisik d/d tampak meringis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam diharapkan
tingkat cedera menurun, dengan kriteria hasil (SLKI: Tingkat nyeri):
a. Keluhan nyeri menurun.
b. Meringis menurun.
c. Gelisah menurun.
(SIKI: Manajemen Nyeri):
a. Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas dan skala nyeri.
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
b. Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
c. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
Jelaskan strategi meredakan nyeri.
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik.
3) Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang d/d
kekuatan otot menurun.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam diharapkan
tingkat cedera menurun, dengan kriteria hasil (SLKI: Mobilitas Fisik):
a. Pergerakan ekstermitas meningkat.
b. Kekuatan otot meningkat.
c. Rentang gerak (ROM) meningkat.
d. Nyeri menurun.
(SIKI: Dukungan Mobilisasi):
a. Observasi
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan.
Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi.
b. Terapeutik
Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu.
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan.
c. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.
Anjurkan melakukan mobilisasi dini.
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis: dudukdi
tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur
ke kursi).
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu


Hurlock, E. B. (2012). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Nasrullah, Dede. 2016. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta Timur: Buku
Kesehatan.

Nugroho, Wahjudi. (2012). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC.

Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Nuha Medika: Yogyakarta.


Sharif La. 2012. Asuhan Kperawatan Gerontik.Yogyakarta: Nuha Medika.

World Health Organization. 2015. World Report on Ageing and Health.


Luxembourg: WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

OSTEOPOROSIS DAN MANFAAT SENAM OSTEOPOROSIS PADA

LANSIA DI GRIYA WERDHA SURABAYA

Oleh:

GEVI ARININGTIYAS 20194663047

PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENYULUHAN KESEHATAN OSTEOPOROSIS
Topik : Osteoporosis
SubTopik : Senam Osteoporosis
Hari/Tanggal :
Waktu : 30 Menit
Tempat : Panti Werdha Surabaya
Sasaran : Pasien lansia
Materi : Terlampir

A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, pasien mampu memahami osteoporosis dan
manfaat Senam Osteoporosis
B. Tujuan Khusus
Setelah diadakan penyuluhan selama 30 menit, pasien dapat menjelaskan
tentang:
1. Pengertian osteoporosis
2. Menjelaskan penyebab osteoporosis
3. Menjelaskan pencegahan osteoporosis
4. Menjelaskan penatalaksanaan bagi penderita osteoporosis
5. Manfaat senam osteoporosis
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
D. Media
1. Leaflet
2. Slide show
3. Poster
E. Pengorganisasian :
1. Moderator : Ana Yusliana
2. Penyaji : Gevi Ariningtiyas
3. Fasilitator : Rabiatul Awaliyah
4. Observer : rabiatul Awaliyah
Setting Tempat

Keterangan:

: Media : Peserta :Moderator

: Pemateri : Fasilitator
F. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Kegiatan Waktu
1. Pendauluan 1. Memberikan Salam 5 menit
2. Menjelaskan tujuan
3. Kontrak waktu
2. Penyajian 1. Menjelaskan Pengertian osteoporosis 15 menit
2. Menjelaskan penyebab osteoporosis.
3. Menjelaskan Pencegahan osteoporosis.
4. Menjelaskan Penatalaksanaan
osteoporosis.
5. Menjelaksan manfaat senam
osteoporosis.
6. Memberikan kesempatan kepada pasien
untuk bertanya
7. Menjelaskan kembali hal yang belum
dimengerti oleh pasien
8. Menanyakan kembali materi yang telah
diberikan
3. Penutup 1. Salam penutup 10 menit
2. Mempraktekkan secara bersama senam
osteoporosis.

G. Evaluasi
1. Evaluasi Proses
Pasien mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari penyaji tentang
Osteoporosis.
2. Evaluasi Hasil
Pasien mampu menjelaskan kembali pengertian Osteoporosis, penyebab
Osteoporosis, pencegahan Osteoporosis, penatalaksanaan Osteoporosis, dan
manfaat senam Osteoporosis.
Lampiran
OSTEOPOROSIS
A. Definisi Osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resoprsi
tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan
penurnan massa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porsus, rapuh
dan mudah patah. Tulang menjadi mudah fraktur dengan stress yang tidak
akan menimbulkan pada tulang normal (Sharif, 2012).
B. Penyebab Osteoporosis
1. Osteoporosis Primer
1) Keturunan, ada orang secara keturunan memiliki tulang-tulang yang
lebih rapuh disbanding orang lain. Faktor keturunan atau genetic
berperan dalam penentuan masa tulang. Jika ada salah satu anggota
keluarga menderita osteoporosis, kemungkinan keturunnya untuk
menderita osteoporosis mencapai lebih dari 50%.
2) Usia, secara progresif tulang akan meningkat kepadatannya sampai
maksimal sekitar usia 34 tahun. Setelah itu, kepadatan tulang akan
berkurang secara perlahan. Karena itu, kepadatan tulang harus dijaga
sejak masih muda agar pada saat tua tidak menderita osteoporosis.
3) Jenis Kelamin, wanita lebih rentan terkena osteoporosis dari pada pria,
karena pengaruh hormone esterogen yang menurun sejak usia 35
tahun. Selain itu pada usia sekitar 45 tahun, wanita juga mengalami
menopause, dimana hormone esterogen makin banyak yang hilang.
Padahal, hormone esterogen itulah yang membantu penyerapan nutrisi
termasuk kalsium yang dibutuhkan tulang.
4) Ras, wanita Asia lebih mudah terkena osteoporosis disbanding waknita
Afrika, itu disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita Asia
sangat rendah, karena sekitar 90% mengalami intoleransi lakstosa dan
menghindari produk hewani, pembedaan yang mudah dan paling
tampak adalah wanita Asia yang berwajah dan berkulit oriental, itulah
yang akan lebih mudah terkena osteoporosis. Sedang ras Negroid,
mempunyai kepdatan tulang lebih tinggi dari pada ras lainnya.
2. Osteoporosis Sekunder
1) Pola makan yang tidak teratur, misalnya kurang konsumsi vitamin D
yang sangat penting bagi pembentukan tulang dan jarang terkena sinar
matahari.
2) Aktifitas Fisik yang kurang atau kurang olahraga.
3) Konsumsi alkohol, sebab alkohol dapat mengahambat kalsium akibat
terjadi ganguan pada usus halus. Hal itu tentu sangat mempengaruhi
kekuatan tulang.
4) Kebiasaan merokok, sebab nikotin dalam rokok bisa mengurangi jatah
kalsium yang diserap tulang. Selain itu nikotin membuat kadar dan
aktivitas hormone esterogen dalam tubuh berkurang, sehingga susunan
sel tulang tidak kuat dalam mengahdapi proses pelapukan.
5) Konsumsi kafein, seperti minum the atau soft drink. Sebab, kafein
dapat mengganggu penyerapan kalsium
6) Lingkungan tempat tinggal juga memperngaruhi seseorang terkena
osteoporosis atau tidal. Lingkungan yang lebih sedikit mengonsumsi
kalsium, akan memperbesar peluang terjadinya osteoporosis.
7) Gangguan obat yang mengandung steroid, seperti pada penderita asma
dan batu ginjal juga beresiko tinggi menyebabkan osteoporiss karena
steroid dapat menghambat penyerapan kalsium. Obat kartikosteroid
yang sering digunakan sebagai anti peradangan juga menyebabkan
osteoporosis karena menghambat pembentukan tulang (Sharif, 2012).
C. Pencegahan Osteoporosis
Pencegahan osteoporosis degan cara mengubah gaya hidup seperti yang telah
kita ketahui, dokter akan menasehati bagaimana anda harus memodifikasi
gaya hidup untuk menimalkan penurunan kepadatan tulang (Sharif, 2012:
1. Tahapan Pola Makan Yang Menunjang Tulang (Bone-Friendly Diet) 
seperti yang telah diketahui semua orang, sangat penting untuk
mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang.
1) 55-60% harus berasal dari karbohidrat (ditemukan dalam makanan
seperti nasi, sereal, roti, buah, sayur, dan pasta).
2) 15-20% harus berasal dari protein (ditemukan dalam makanan seperti
dagingm produk susu, dan polong-polongan),
3) 20-30% harus berasal dari lemak (ditemukan dalam makanan seperti
ikan berminyal, daging berlemak, kacang-kacangan dan keju).
2. Kalsium  orang dewas normal seharusnya mengonsumsi paling sedkit
700mg kalsium perhari. Akan tetapu bila anda mangalami osteoporosis
ditingkatkan menjadi 1.200mg. rekomendasi harian ini mungkin sulit
untuk didapatkan murni dari mengonsumsi banyak makanan yang kaya
kalsium akan sangat bermafaat. Contoh makanan yang mengandung
kalsium dna bagus untuk tulang adalah susu, kedelai yogurt buah, cokelat
susu, roti putih, minyak sarden, jeruk, bayam rebus, dan keju cheddar.
3. Vitamin D  orang dewasa membutuhkan sehat umumnya sekitar 10mg
vitamin D perhari, sedangkan untuk orang dengan osteoporosis
direkomendasikan 20mg sebagai asupan harian, sebagian vitamin D dibuat
di kulit. Namun demikian, kurang lebih 10% vitamin D didapat dari
makanan. Bila sulit mendapatkan sangat sedikit paparan sinar matahari,
maka tidak mungkin bahwa asupan vitamin D dalam makanan akan cukup
untuk mengkompensasi hal ini, dan akan lebih membtuhkan suplemen.
Beberapa makanan seperti susu, sereal dan margarin, ikan, telur, hati, keju
“diperkaya” dengan vitamin D.
4. Berolahraga Secara Teratur  olahraga sangat penting untuk orang lanjut
usia untuk mempertahankan tinfkat aktifitas yang baik agar tulang mereka
dapat mempertahankan kekuatannya. Dua jenis olahraga dapat sangat
membantu pada masa yang akan datang. Olahraga berat yang melatih
ketahanan tubuh seperti aerobic, jogging, dan lompat tali (skipping) dapat
membantu memperbaiki kepadatan tulang, dan mencegah pengeroposan
tulang, begitu pula olahraga dengan beban seperti mengangkat beban di
gym.
5. Jangan Merokok  merokok dapat meningkatkan resiko terkena penyakit
jnatung, stroke, kanker paru, dan berbagai kondisi serius lainnya. Merokok
dapat menurunkan kadar esterogen pada wanita dan kadar testosterone
pada pria. Seperti yang telah kita ketahui, kadar hormone esterogen dan
testosterone yang rendah dapat menyebabkan osteoporosis. Merokok juga
memiliki efek langsung merusak sel-sel osteoblast yang membetuk tulang.
6. Kurangi Asupan Alkohol  meskipun konsumsi alkohol yang tidak
berlebihan tampaknya baik untuk kekuatan tulang, namun konsumsi yang
berlebihan akan menurunkan kepadatan tyulang yang kemungkinan
disebabkan oleh efek pada hromon estrogen dan testosterone. Alkohol juga
dapat mempengaruhi penyerapan kalsium dari makanan. Pertimbangkan
pula efek bahwa terlalu banyak mengonsumsi alkohol dapat
mempengaruhi keseimbangan pada saat berdiri dalam konsisi mabuk
bukan merupakan ide yang baik saat tulang anda mudah patah
D. Penatalaksanaan Osteoporosis
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang
sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur
pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3
gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi
kalsium (miss: keju swiss, brokoli kukus, salmon kaleng dengan tulangnya)
setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu
direspkan preparat kalsium (kalsium karbonat).
Pada mopause, terapi pergantian hormone (HRT: Hormone Replacemnet
Therapy) dengan esterogen dan progesterone dapat diresepkan untuk
memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang
diakibatkannya. Terapi esterogen sering dihubungkan dengan sedkit
pengingkatan insidensi kanker payudara dan endometrial. Maka selama HRT
pasien harus diperiksa patudaranya setiap bulan dan diperiksa panggulnya
termasuk masukan papanicolou dan biopsy endometrial (bila ada indikasi),
sekali atau dua kali setahun.
Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis
termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara
primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau
intra muscular (Sharif, 2012)
E. Manfaat Senam Osteoporosis
Osteoporosis dapat dicegah dan diobati dengan berbafai cara. Salah
satunya adalah dengan latihan fisik/senam osteoporosis. Latihan fisik yang
baik, benar, terukur dan teratur dapat mengurangi risiko patah tulang serta
memelihara dan meningkatkan kebugaran jantung, paru, kekuatan otot,
kelenturan, dan lain-lain.
Senam osteoporosis adalah senam yang dilakukan untuk mengurangi
penyakit osteoporosis, yaitu kepadatan tulang mulai berkurang sehingga
mengurangi resiko penyakit tulang atau tulang yang keropos.
Osteoporosis itu sendiri adalah keadaan dimana kepdatan tulang mulai
berkurang dan disertai dengan kerusakan mikroasrsitektur tulang, sehingga
tulang akan menjadi rapuh dan mudah patah.
Prinsip dasar senam osteoporosis adalah memberikan stimulasi tekanan dan
tarikan. Stimulasi tekanan bertujuan untuk memberikan beban pada berat
tubuh, gaya gravitasi, serta beban tambahan dari luar pada tiap tulang yang
menambah kepadatan tulang (Weight Bearing Exercise). Stimulasi tarikan
dapat diperoleh dari kontraksi otot dan gerakan aktif sendi melawan gravitasi
sehingga kepadatan tulang akan tinggi. Perlu juga dilakukan resistensi yaitu
kontraksi otot melawan beban yang menghasilkan serabut otot yang tinggi
sehingga kepadatan tulang yang tinggi juga.
Senam osteoporosis merupakan gabungan dari beberapa latihan dengan
berbagai manfaat seperti aerobic low impact yang berguna untuk
meningkatkan kebugaran jantung dan paru, weight bearing exercise untuk
meningkatkan kepadatan tulang, resistensi untuk meningkatkan kekuatan otot
dan kepadatan tulang, serta koordinasi dan keseimbangan yang bermanfaat
untuk mengurangi risiko jatuh dan patah tulang. Senam osteoporosis terdiri
dari:
1. Pemanasan dan peregangan.
2. Latihan inti: aerobic, latihan beban, latihan keseimbangan.
3. Pendinginan dan peregangan.
Yang harus diperhatikan sebelum melakukan senam osteoporosis adalah:
1. Pemeriksaan riwayat penyakit, riwayat cedera.
2. Tingkat aktivitas fisik.
3. Tes kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi atau riwayat penyakit
jnatung disarankan untuk mengikuti beberapa gerakan serta tidak
menggunakan alat.
4. Keseimbangan dan kekuatan otot.
Apa Itu Senam Osteoporosis??

Senam osteoporosis adalah senam yang


dilakukan untuk mengurangi penyakit
osteoporosis, yaitu kepadatan tulang mulai
berkurang sehingga mengurangi resiko penyakit
tulang atau tulang yang keropos.
Dari tahun ke tahun, frekuensi
Osteoporosis semakin meningkat. Gerakan Senam Osteoporosis
1. Shoulder Lifts
Seiring dengan perubahan gaya hidup Gerakan Senam Osteoporosis yang pertama adalah
Osteoporosis adalah penyakit tulang Shoulder lifts. Shoulder lifts adalah gerakan mengangkat
yang mempunyai sifat-sifat khas berupa (jarang berolahraga) dan pola makan
bahu yang ditambahkan dengan beban dari barbell.
(kurang kalsium). Osteoporosis Gerakan ini akan melatih otot bahu dan otot dada.
massa tulang yang rendah, disertai
terutama menyerang wanita, karena 1) Pegang dua barbel sesuai dengan berat beban yang
mikro arsitektur tulang dan dianjurkan di kedua tangan
wanita setelah menopause (berhenti 2) Letakan tangan di samping, namun jangan
penurunan kualitas jaringan tulang
mens), kekurangan estrogen (hormon mengunci siku Anda
yang akhirnya menimbulkan kerapuhan 3) Angkat tangan Anda lurus ke depan sampai
utama pada wanita) yang membantu ketinggian yang tidak lebih tinggi dari bahu
tulang.
mengatur pengangkutan kalsium ke 4) Lakukan secara perlahan, lalu turunkan
5) Ulangi gerakan shoulder lifts dalam 12 repetisi
dalam tulang pada wanita. 2. Squat
Squat adalah gerakan dasar yang berfungsi untuk
Untuk mengatasinya Senam melatih otot kaki, pinggul, dan bokong. Latihan squat
secara teratur juga dapat melatih kekuatan kaki depan
Osteoporosis dapat membantu dalam Anda.
meningkatkan kepadatan tulang, 1) Buka kaki selebar bahu, jangan mengunci lurus
lutut Anda
resistensi untuk meningkatkan 2) Gunakan pegangan atau dapat sambil memegang
kekuatan oto dan kepadatan tulang, perabot yang kokoh agar Anda tetap menjaga
keseimbangan Anda
serta koordinasi dan keseimbangan 3) Tekuk lutut Anda seperti gerakan saat Anda ingin
yang bermanfaat untuk mengurangi duduk, setengah jongkok sampai paha sejajar
dengan tanah
risiko jatuh dan patah tulang. 4) Pastikan punggung tetap lurus dan beban ada pada
otot kaki
5) Kencangkan bokong saat dalam posisi squat
6) Kembali ke posisi awal 1) Pegang barbel di kedua tangan dengan posisi
7) Ulangi hingga 12 repetisi tangan lurus ke bawah
2) Angkat barbel ke atas, ke arah dada
3. Foot Stomps
Manfaat gerakan foot stomps adalah untuk mengurangi
3)
4)
Kembalikan posisi tangan ke posisi awal
Ulangi gerakan dalam 3 set dan 12 repetisi Senam
risiko gejala osteoporosis pada bagian pinggul. Selain
itu, latihan foot stomps juga lebih mudah dan dapat
Anda lakukan kapan saja.
1) Berdiri dengan kaki dibuka selebar bahu
7. Hmastring Curl
Hamstring curls adalah latihan yang efektif untuk
melatih kekuatan otot kaki terutama kaki bagian atas.
Osteoporosis
2) Pastikan permukaan lantai rata dan aman Anda dapat melakukan hamstring curls dengan alat
3) Hentakan kaki Anda, seperti Anda sedang fitness khusus atau melakukannya sendiri dengan
menginjak sebuah benda gerakan yang lebih sederhana
4) Lakukan bergantian dengan kaki kanan, lalu kaki 1) Berdiri dengan kaki dibuka selebar bahu
kiri 2) Anda dapat memegang benda agar tetap seimbang
4. Ball Sit 3) Angkat satu kaki Anda ke belakang dan gunakan
Tujuan gerakan ball sit adalah untuk melatih otot kaki Anda
keseimbangan dan kekuatan otot perut Anda. Anda 4) Kembalikan ke posisi semula dan bergantian
membutuhkan bola khusus gym dan mungkin bantuan dengan kaki lainnya
seseorang untuk menjaga keseimbangan Anda.
1) Duduk di bola gym 8. Standing On One Leg
2) Posisi punggung lurus dan kaki rata di lantai Standing on one leg atau berdiri dengan satu kaki adalah
3) Duduk dan pertahankan keseimbangan Anda gerakan untuk melatih keseimbangan dan kekuatan
selama mungkin tulang Anda. Anda dapat meminta bantuan atau
memegang benda kuat lainnya untuk membantu
5. Hip Leg Lifts keseimbagan Anda.
Latihan hip leg lifts dapat melatih kekuatan otot pinggul 1) Angkat satu kaki Anda
dan otot kaki. Berikut ini adalah cara melakukan hip leg 2) Lakukan bergantian dengan kaki satunya lagi
lifts dalam senam osteoporosis, yaitu: 3) Lakukan selama yang Anda bisa
1) Berdiri dengan kedua kaki dibuka selebar bahu 4) Bila Anda tidak dapat berdiri dengan satu kaki,
2) Anda dapat memegang benda di samping Anda Anda dapat memegang sesuatu untuk membantu
untuk menjaga keseimbangan Anda Anda.
3) Angkat kaki kanan Anda ke samping, jangan PROGRAM STUDI PROFESI NERS
terlalu tinggi, tidak lebih dari 6 inci dari tanah
4) Turunkan kembali kaki Anda ke posisi semula FAKULTAS ILMU KESEHATAN
5) Ulangi gerakan dalam 12 repetisi dan ganti ke kaki
satunya lagi UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
6. Bicep Curl SURABAYA
Bicep Curl adalah latihan untuk melatih otot bicep atau
otot lengan dengan bantuan beban dari barbel. Berat
beban barbel harus disesuaikan dengan kemampuan 2020
Anda, antara 1-5 kilogram.

Anda mungkin juga menyukai