Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny ‘’M’’ DENGAN

HIPERTENSI Di Desa Moramo

Dosen pengampuh : Narmawan S.Kep.,Ns.,M.Kep

Di Susun Oleh :

Nama : Ardiansyah

Nim : S.0020.P2.006

YAYASAN STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI


PROGRAM SDTUDI SI KEPERAWATAN
KENDARI 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Lansia
1. Definisi

Usia lanjut adalah kelompok oang yang sedang mengalami suatu

proses perrubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade.

Usia lanjut merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami

oleh setiap individuyang mencapai usia lanjut dan merupakan

kenyataan yang tidak dapat dihindari. Kehidupan itu akan diakhiri

dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Supraba,

2015).

2. Batasan-Batasan Lansia

Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda.

Menurut World Health Organitation ( WHO ) lansia meliputi :

a. Usia pertengahan ( middle age ) antara usia 45 sampai 59 tahun b.

Lanjut usia ( elderly ) antara usia 60 sampai 74 tahun

c. Lanjut usia tua ( old ) antara usia 75 sampai 90 tahun d.

Usia sangat tua ( very old ) diatas usia 90 tahun

Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2012)

pengelompokkan lansia menjadi :

a. Virilitas ( prasenium ) yaitu masa persiapan usia lanjut yang

menampakkan kematangan jiwa ( usia 55-59 )


A.
b. Usia lanjut dini ( senescen ) yaitu kelompok yang mulai

memasuki usia lanjut dini ( usia 60-64 )

c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit

degenerative ( usia>65 tahun

3. Perubahan-Perubahan Pada Lansia

Semakin berkembangnya umur manusia, terjadi proses penuaan

secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan

pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif,

perasaan, sosial dan seksual (Azizah dan Lilik, 2011 dalam

Kholifah, 2016).

a. Perubahan Fisik

1) Sistem Indra

Sistem penengaran prebiakusis (gangguan pada pendengaran)

disebabkan karena hilangnya kemampuan (daya) pendegaran pada

telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang

tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi

pada usia diatas 60 tahun.

2) Sistem Intergumen

Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering

dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan

bercerak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan

glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit

dikenal dengan liver spot.


3) Sistem Musculoskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: jaringan

penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.

Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan

jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak

teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada pesendian menjadi lunak dan

mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata

4) Sistem Kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah masa

jantung bertambah, venrikel kiri mengalami hipertropi sehingga

perenggangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena

perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan

llipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah menjadi

jaringan ikat.

5) Sistem Respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,

kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah

untuk mengkonvensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke

paru berkurang.Perubahan

4. Ciri-ciri Lansia

Menurut (Hurlock, 2010 dalam Wildan Setyanto, 2017)

terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :

a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran


Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor

fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak

pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang

penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada

lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang

rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka

kemunduran itu akan lama terjadi.

b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas

Lansia memiliki status kelompok minoritas karena

sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan

terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-

pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-

pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang

mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan

pendapat orang lain.

c. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia

mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan

peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan

sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.


d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia

membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri

yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk

perilaku yang buruk karena perlakuan yang buruk itu

membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.

5. Proses Menua

Proses penuaan adalah proses dimana umur seseorang

bertambah dan mengalami perubahan. Semakin bertambahnya

umur maka fungsi organ juga mengalami penurunan. Banyak

factor yang dapat mempengaruhi terjadinya penuaan yang

dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor genetik yang

melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap stress dan

pertahanan terhadap antioksidan. Selanjutnya faktor

lingkungan meliputi pemasukan kalori, berbagai macam

penyakit dan stres dari luar, misalnya radiasi atau bahan-bahan

kimiawi. Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi aktivitas

metabolisme sel yang menyebabkan stres oksidasi sehingga

terjadinya kerusakan sel dan terjadinya proses penuaan

(Sunaryo, et.al, 2016).

Menurut Maryam, dkk. (2008) (dalam Sunaryo, et.al,


2016)

terdapat beberapa teori penuaan (aging process) yaitu:

a. Teori Biologis
Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam

kehidupan seseorang dari lahir sampai meninggal

dunia,
perubahan yang terjadi pada tubuh dapat dipengaruhi oleh

faktor luar yang bersifat patologi. Proses menua

merupakan terjadinya perubahan struktur dan fungsi tubuh

selama fase kehidupan. Teori biologis lebih menekan pada

perubahan struktural sel atau organ tubuh termasuk

pengaruh agen patologis.

b. Teori Psikologi ( Psycologic Theories Aging )

Teori psikologi menjelaskan bagaimana seorang

merespon perkembangannya. Perkembangan seseorang

akan terus berjalan walaupun seseorang tersebut telah

menua. Teori psikologi terdiri dari teori hierarki

kebutuhan manusia maslow (maslow’s hierarchy of

human needs), yaitu tentang kebutuhan dasar

manusia dari tingkat yang paling rendah (kebutuhan

biologis/fisiologis/sex, rasa aman, kasih saying dan

harga diri) sampai tingkat paling tinggi (aktualisasi

diri). Teori individualisme jung (jung’s theory of

individualisme), yaitu sifat manusia terbagi menjadi dua,

yaitu ekstrover dan introver. Pada lansia akan cenderung

introver, lebih suka menyendiri. Teori delapan tingkat

perkembangan erikson (erikson’s eight stages of life), yaitu

tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai seseorang

adalah ego integrity vs disappear. Apabila seseorang


mampu mencapai tugas ini maka dia akan berkembang

menjadi orang yang bijaksana (menerima dirinya apa

adanya, merasa
hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung

jawab dan kehidupannya berhasil).

c. Teori Kultural

Teori kultural dikemukakan oleh Blakemore dan

Boneham (1992) yang menjelaskan bahwa tempat

kelahiran seseorang berpengaruh pada budaya yang

dianutnya. Budaya merupakan sikap, perasaan, nilai dan

kepercayaan yang terdapat pada suatu daerah dan dianut

oleh kaum orang tua. Budaya yang dimiliki sejak ia

lahir akan selalu dipertahankan sampai tua.

d. Teori Sosial

Teori social dikemukakan oleh Lemon (1972)

yang meliputi teori aktivitas (lansia yang aktif dan

memiliki banyak kegiatan sosial), teori pembebasan

(perubahan usia seseorang mengakibatkan seseorang

menarik diri dari kehidupan sosialnya) dan teori

kesinambungan (adanya kesinambungan pada siklus

kehidupan lansia, lansia tidak diperbolehkan meninggalkan

peran dalam proses penuaan).

e. Teori Genetika

Teori genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965)

bahwa proses penuaan memiliki komponen genetilk.

Dilihat dari pengamatan bahwa anggota keluarga yang


cenderung hidup pada umur yang sama dan mereka

mempunyai umur yang rata-rata


sama, tanpa mengikutsertakan meninggal akibat

kecelakaan atau penyakit

f. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh

Mutasi yang berulang-ulang mengakibatkan sistem

imun untuk mengenali dirinya berkurang sehinggal

terjadinya kelainan pada sel, perubahan ini disebut

peristiwa autoimun (Hayflick,

1965).

g. Teori Menua Akibat Metabolisme

Pada zaman dahulu disebut lansia adalah seseorang

yang botak, kebingungan, pendengaran yang menurun atau

disebut dengan “budeg” bungkuk, dan beser atau

inkontinensia urin (Martono, 2006).

h. Teori Kejiwaan Sosial

Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang menyatakan

bahwa lansia adalah orang yang aktif dan memiliki banyak kegitan

social. Continuity theory adalah perubahan yang terjadi pada lansia

dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya, dan

disengagement theory adalah akibat bertambahnya usia seseorang

mereka mulai menarik diri dari pergaulan.


otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan

gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan

perenggangan torak berkurang.

6) Sistem Pecernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan,

seperti penurunan produksi sebagai kemunduran

fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra

pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan

rasa lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan

menurunnya tmpat penyimpanan, dan berkurangnya

aliran darah.

7) Sistem Perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang

signifikan. Banyak fungsi yang mengalami

kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan

reabsorpsi oleh ginjal.

8) Sistem Saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan

anatonim dan atropi yang progresif pada serabut saraf

lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan

kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.


9) Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan

menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi

payudara.
laki-laki masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.
b. Perubahan
Kognitif

1) Memory ( daya ingat, ingatan )

2) IQ ( Intellegent Quotient )

3) Kemampuan Belajar ( Learning )

4) Kemampuan Pemahaman ( Comprehension )

5) Pemecahan Masalah ( Problem solving )

6) Pengambilan keputusan ( Decision Making )

7) Kebijaksanaan ( wisdom )

8) Kinerja ( Performance )

9) Motivasi

c. Perubahan
Mental

Faktor-Faktor yang mempengaruhi perubahan mental


:

1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturunan ( hereditas )

5) Lingkungan

6) Gangguan syaraf panca indera, timbul

kebutaan dan ketulian

7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan


B. Konsep Dasar Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus

lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan

diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014)

2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut

(Aspiani, 2014) :

a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial

Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik

karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu :

(Aspiani, 2014)

1) Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko

tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat

dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan darah

tinggi.

2) Jenis kelamin dan usia

Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi

untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah

meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki

lebih tinggi dari pada perempuan.


3) Diet

Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan

berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita

dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan,

ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih

banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang

tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang

dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah

bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding

pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.

4) Berat badan

Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam

keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan

dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.

5) Gaya hidup

Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat

dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan

merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari

dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok

berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering,

atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien

sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk


menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan

pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa

terjadi.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh

hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat

stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat

aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke

ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan

pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara

langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung

meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat

dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang terkena

diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014).

3. Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah

jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari

perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan

tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.

Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara

lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin

angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna

medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh

darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah (Padila, 2013).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan

hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan

jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi

masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis

hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal,

jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan

air (Syamsudin, 2011).

Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan

keadaan hipertensi (Padila, 2013).

4.Tanda dan Gejala Hipertensi

Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan

gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak

sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara

umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:

a. Sakit kepala

b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera

Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami

nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat

dari vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan

vasculer cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe

tengkuk pada klien hipertensi.

5. Klasifikasi Hipertensi

Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah

sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80

mmHg. Seseorang yan g dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih

dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.


6. Komplikasi

Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam

jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ

yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : (Aspiani,

2014)

a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak

dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan

tekanan darah tinggi.

b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak

dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12

trombus yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah.

Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium

tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan

infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu

hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukan bekuan.

c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita

hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan

mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya

jantung tidak mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang

dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.

d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak

sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat
yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi

penumpukan dalam tubuh.

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat

penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang

tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam

cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :

(Aspiani, 2014)

b. Pengaturan diet

1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada

klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi

stimulasi sistem renin- angiostensin sehingga sangata berpotensi sebagai

anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau

setara dengan 3-6 gram garam per hari.

2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya

belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan

vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat pada dinding

vaskular.

3) Diet kaya buah sayur.

4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

c. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat

badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban

kerja jantung dan voume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa
obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel

kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yangs angat efektif untuk

menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat

dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu

menjadi perhatian khusus karenan umumnya obat penurunan penurunan

berat badan yang terjual bebas mengandung simpasimpatomimetik,

sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, memperburuk angina atau

gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.

d. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung.. olahraga

isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan

mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit

sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan

tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi

terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

e. Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok

dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka

oanjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke

berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

f. Penatalaksanaan Farmakologis

1) Terapi oksigen

2) Pemantauan hemodinamik

3) Pemantauan jantung

4) Obat-obatan :
(a) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic

bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung

dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai

diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan TPR.

Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor ACE berfungsi

untuk menurunkan angiostenin II dengan menghambat enzim yang

diperlukan untuk mengubah angiostenin I menjadi angiostenin II. Kondisi

ini menurunkan darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara

tidak langsung dengan menurunakan sekresi aldosterne
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny M DENGAN PENYAKIT


HIPERTENSI DIDESA MORAMO

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

Hari &Tanggal pengkajian : 27 januari 2022


A. IDENTITAS UMUM
Identitas Klien
Nama : Ny. M
Umur : 62 thn,
□ Middle □
Elderly □ Old □ Very Old.

Jenis kelamin : □ Laki-laki


√ Perempuan

Status : Menikah □ Tidak menikah □ Janda


□ Duda

Agama : Islam □ Protestan □ Katolik□ Hindu □ Budha


□ Lainnya,sebutkan
Suku : □ Tolaki □ Muna □ Lain-lain,sebutkan Jawa

No RM : -
Pendidikan : □ Tidak tamat SD □ Tamat SD □ SMP
 SMU □ PT □ Buta huruf
Alamat : Desa Moramo Kec. Moramo Kab. Konawe
Selatan. Dusun I
Pekerjaan/Riwayat : Ibu rumah tangga
pekerjaan
Diagnosa Medis/masalah : Hipertensi
KDM
Identitas Penanggungjawab ( Jika ada )
Nama : Tn S
Umur : 67 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Moramo Kec, Wiwirano Kab, Konawe Selatan Dusun I
Hub dengan klien : Suami
B. KELUHAN UTAMA
Nyeri kepala tegang bagian leher
C. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Klien mengeluh nyeri pada bagian kepala
Klien mengeluh tegangpada leher
D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Klien tidak pernah memiliki riwayat penyakit terdahulu
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Tidak memiliki penyakit keturunan
F. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Keluarga Ny M sangat perduli dengan kehidupan Ny M.Tetangga nya juga sangat
perduli dengan ny m
G. RIWAYAT REKREASI
Ny M tidak pernah pergi ke tempat rekreasi
H. SUMBER/SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN
Sumber Pendapatan :□ Tidak ada ,Ny M hanya di berikan uang oleh
suami
Sumber support sosial : Suami
A. DESKRIPSI HARI KHUSUS
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
B. TINJAUAN PER SISTEM (Jelaskan sistem-sistem di bawah ini yang terdapat
pada klien) HEAD TO TOE
1 Keadaan Umum :
A Tekanan darah : 160/100
B Nadi : 80x/ menit
C RR : 20x/menit
D Suhu : 36 derajat Celcius
2 Kulit dan kuku
Inspeksi
A Warna kulit : Warnah kulit Ny M bersih
Warna kuku Warna kuku Ny M baik
B Lesi : Tidak ada luka
C Pikmentasi berlebih : □ Ya, di
 Tidak
D Jaringan parut : □ Ya, di
 Tidak
E Distribusi rambut : Kurang merata
F Kebersihan kuku : Kebersihan Kuku cukup bersih
G Kelainan pada kuku : Tidak ada kelainan pada kuku
H Bulla (lepuh) : □ Ya
 Tidak
I Ulkus : □ Ya, di………………………
 Tidak
Palpasi
A Tekstur : Tekstur kulit cukup baik
B Turgor : Turgor kulit baik
C Pitting edema : Baik
D Capilarry refill time : Baik
E Suhu perifer Baik
3 Kepala
Inspeksi
A Bentuk kepala :  Mesochepal □Makrochepal
□ Mikrochepal
B Kebersihan : □ Kotor
 Bersih
C Warna rambut : Beruban
D Kulit kepala : Bersih
E Distribusi rambut : Kurang baik
F Kerontokan rambut : □ Ya
 Tidak
G Benjolan di kepala : □ Ya
 Tidak
H Temuan/keluhan lain : Tidak ada keluhan lain yang di dapatkan
Palpasi
A Nyeri kepala :  Ya □ Tidak
P : Tekanan darah tinggi
Q : Hilang timbul
R : Kepala
S : Ringan ( 3 )
T : Hilang timbul
B Temuan/keluhan lain Tidaka ada keluhan lain
4 Mata
Inspeksi
A Ptosis : □ Ya □ Tidak
B Iris : □ Kecoklatan □ Kebiruan
□ Lainnya Berwarna hitam
C Konjungtiva : □Pucat
 Merah muda
D Sklera :  Putih □Ikterik
□ Lainnya
E Kornea : □ Jernih
 Keruh
F Pupil :  Isokor □ Miosis □ Pin □ Midriasis
G Peradangan : □ Ya
 Tidak
H Katarak : □ Ya: partial/total
 Tidak
I Ketajaman penglihatan : Kurang baik
J Gerak bola mata : Baik
K Medan penglihatan : Baik
L Alat bantu penglihatan : □ Ya
 Tidak
M Buta warna : Baik
N Temuan / keluhan lainnya : Tidak ada
Palpasi
A Kelopak mata □ Nyeri
 Tidak nyeri
B Temuan / keluhan lainnya : Tidak ada
5 Telinga
Inspeksi
A Bentuk telinga : Simetris kiri dan kanan
B Lesi : □ Ada, luas lesi….., lokasi……
 Tidak
C Peradangan : □Ada
 Tidak
D Kebersihan telinga luar : Bersih
E Kebersihan lubang telinga : Bersih
F Membran timpani : Baik
G Test Arloji : Baik
H Tes bisikan bilangan : Baik
I Temuan / keluhan lainnya : Tidak ada
Palpasi
A Daun telinga : Baik
B Prosessus mastoideus : Normal
6 Hidung dan sinus
Inspeksi
A Bentuk : Simetris
B Warna kulit : Baik
C Lubang : Simetris
D Temuan / keluhan lainnya : Tidak ada
E Peradangan : □ Ada
 Tidak
F Penciuman : □ Terganggu
 Tidak
Palpasi
A Mobilitas septum hidung : □ Ada
 Tidak
B Sinusitis : Normal
C Temuan / keluhan lainnya : Tidak ada
7 Mulut dan tenggorokan
Inspeksi
A Warna bibir : Merah muda
B Mukosa : Baik
C Bibir pecah-pecah : Tidak
D Kebersihan gigi : Baik
E Gigi berlubang : □Ada
 Tidak ada

F Gusi berdarah : Tidak


G Kebersihan lidah : Baik
H Pembesaran tonsil : Tidak ada
I Temuan yang lain : □ Stomatitis □ Radang gusi
□ kesulitan mengunyah
□ Kesulitan menelan
□ Faringitis □ Lainnya,sebutkan
8 Leher
Inspeksi kesimetrisan leher :
Palpasi
A Kaku kuduk : □ Ya
 Tidak
B Kelenjar limfe : Tidak
C Pembesaran kelenjar tyroid : □ Ya
 Tidak
D Temuan / keluahan lainnya : Tidak ada
9 Payudara (pada laki laki dan perempuan )
A Bentuk : Normal
B Kesimetrisan : Simetris
C Benjolan : □ Ada
 Tidak ada
D Temuan / keluhan lainnya : Tidak ada
1 Dada dan tulang belakang
0
Inspeksi
A Bentuk dada :  Simetris □ Tidak simetris

B Kelainan bentuk dada : □ Pigeon chest □Funnel chest


□ Barrel chest
C Kelainan tulang belakang : □ Skoliosis □Kifosis □ Lordosis
D Temuan / keluhan lainnya : Tidak ada
1 Pernafasan (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
1
Inspeksi
A Pengembangan dada :  Simetris □ Tidak simetris

B Pernafasan : □ Cepat
 Tidak

C Retraksi interkosta : □ Ya
 Tidak
D Nafas cuping hidung : □ Ya
 Tidak

Palpasi
A Taktil fremitus : Normal
B Pengembangan dada : Normal
Perkusi : □ Sonor □ Hipersonor □ Redup
□ Lainnya
Auskultasi : □ Vesikuler □ Bronchovesikuler
□ Bronkial □ Trakheal □ Lainnya................
A Suara tambahan : □ Wheezing □ Ronchi □ Krekles
□ Lainnya..............
B Temuan / keluhan lainnya : Tidak ada
1 Kardiovaskuler
2
Inspeksi Titik impuls maksimal : -
Palpasi -
A Iktus kordis : -
B Nadi perifer (sebut) : -
Perkusi Batas jantung : -
Auskultasi -
A Bunyi jantung : -
B Temuan / keluhan lainnya : -
1 Gastrointestinal
3
Inspeksi bentuk abdomen : □ Distend
 Flat
□ Lainnya, sebutkan
Auskultasi peristaltik usus : -
Perkusi abdomen -
Palpasi : □ Nyeri tekan
 Tidak nyeri tekan
□ Adanya massa, dikuadran
Temuan / keluhan lain : Tidak ada
Perkemihan
A Warna urin : Kuning
B Jumlah urin : -
C Nyeri saat BAK : □ Ya
 Tidak

D Hematuria : □ Ya □ Tidak
E Rasa terbakar saat BAK : □ Ya
 Tidak

F Perasaan tidak lampias : □ Ya □ Tidak


(anyang-anyangan)
G Mengompol : □ Ya
 Tidak
H Tidak bisa BAK : □ Ya
 Tidak
I Temuan keluhan lainnya : Tidak ada
1 Muskuloskeletal
4
Inspeksi
A Lesi kulit : □ Ya
 Tidak
B Tremor : □ Ya
 Tidak
Palpasi
A Tonus otot ekstremitas atas : Kurang baik
B Tonus otot ekstremitas : Kurang baik
bawah
C Kekuatan ekstremitas atas : Kurang baik
D Kekuatan ekstremitas : Kurang baik
bawah
E Rentang gerak : □ Maksimal
 Terbatas

F Edema kaki : □ Ya
 Tidak □ Pitting edema
G Refleks Bisep : Kanan ………………Kiri……………….
H Refleks Trisep : Kanan ………………Kiri……………….
J Refleks patella : Kanan ………………Kiri……………….
J Refleks Achilles : Kanan ………………Kiri……………….
K Deformitas sendi : □ Ya
 Tidak
L Nyeri ekstremitas : □ Ya
 Tidak
P ……………….
Q ……………….
R ……………….
S ……………….
T ……………….
M Temuan / keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
1 SSP (N I – XII)
5
A Olfaktori : -
B Optikus : -
C Okulomotorius : -
D Throklear : -
E Trigeminus : -
F Abdusen : -
G Facialis : -
H Auditori : -
I Glosofaringeal : -.
J Vagus : -
K Aksesorius : -
L Hipoglosus : -
1 Sistem Endokrin
6
A Pembesaran tiroid : □ Ya
 Tidak
B Riwayat penyakit metabolic : □ Ya, yaitu
 Tidak
C Temuan / keluhan lainnya : Tidak ada
1 Genetalia dan anal
7
A Kebersihan : □ Ya □ Tidak
B Haemoroid : □ Ya □ Tidak
C Hernia : □ Ya □ Tidak
D Kesan (bau) : □ Ya □ Tidak
E Temuan / keluhan lainnya : Tidak ada

C. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL, EKONOMI DAN SPIRITUAL


1 Psikososial
Hubungan dengan orang lain : □ Tidak dikenal
 Mampu berinteraksi
□ Sebatas kenal
 Mampu kerjasama
Kebiasaan lansia berinteraksi : □ Selalu □ Jarang
dengan teman  Sering □ Tidak pernah

Stabilitas emosi : □ Labil □ Iritabel


 Stabil □ Datar

Harapan klien : Semoga hubunganya dengan tetangga selalu


terjalin dengan baik
Frekuensi kunjungan keluarga : □ 1 kali/bulan □ 2 kali /bulan
(jika lansia tinggal sendiri)  > 3 kali/bulan □ Tidak pernah

Pertengkaran dengan teman : Tidak ada


Curiga dengan teman : Tidak
Temuan / keluhan lainnya : Tidak ada
2 Sosial Ekonomi
Pekerjaan : Tidak bekerja
Penghasilan : Dari suami
Asuransi kesehatan/jaminan : Ada ( Jamkesmas )
pelayanan kesehatan
Jumlah keluarga : Ny. M memiliki 2 orang anak yang sudah
menikah, dan sdh tinggal bersama
suaminya. Ny.M sekarang tinggal bersama
suaminya
Sumber bantuan : Suami
3 Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1 : □ Ya □ Tidak
Mengalami kesulitan tidur? : □ Ya
 Tidak
Merasa gelisah? : □ Ya
 Tidak
Sering murung dan menangis : □ Ya
sendiri?  Tidak

Sering khawatir? : □ Ya
 Tidak

Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika ada jawaban ya


Pertanyaan tahap 2
Keluhan lebih dari 3 bulan atau :  Ya □ Tidak
lebih dari 1 kali dalam 1 bulan?
Ada atau banyak pikiran? :  Ya □ Tidak
Ada gangguan atau masalah : □ Ya
dengan keluarga lain?  Tidak
Menggunakan obat : □ Ya
tidur/penenang atas anjuran  Tidak
dokter?
Cenderung mengurung diri? : □ Ya
 Tidak
Interpretasi hasil : □ Ada masalah emosional
 Tidak ada

C. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN


Interpretasi hasil pemeriksaan : (berisi hasil pemeriksaan dari poin 1-3)
Dari hasil pemeriksaan di dapatkan untuk fungsional klien mandiri tanpa
ketergantungan mandiri
1. Indeks KATZ
Termasuk /kategori manakah klien? (lingkari di nomor yang sesuai)
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1. Mandi √
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti
punggung atau ekstremitas yang tidak mampu)
atau mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh,
bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta
tidak mandi sendiri
2. Berpakaian √
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancingi/mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya
sebagian
3. Ke Kamar Kecil √
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil
dan menggunakan pispot
4. Berpindah √
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat
tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau
lebih perpindahan
5. Kontinen √
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan pembalut ( pampers)

No Aktivitas Mandiri Tergantung


6. Makan √
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya
sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya, tidak makan sama sekali,
dan makan parenteral ( NGT )
Kesimpulan : Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa Ny. M masih bisa
melakukan aktifitasnya secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.

Keterangan :
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien
Analisis Hasil :
Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ),
 berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian

Nilai B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut

Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
 Tambahan

Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan


 satu fungsi tambahan

Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke


 kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.

Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke


 kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan

Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut


Modifikasi dari Barthel Indeks


Termasuk yang manakah klien?
No Kriteria Bantuan Mandiri Keterangan
1. Makan 5 10 Frekuensi 2 kali
Jumlah sedikit
Jenisnasi dengan
lauk seperti ikan
dan sayur
2. Minum 5 10 Frekuensi baik
Jumlah kurang
lebih 2 liter/ hari
Jenis air putih
3. Berpindah dari kursi roda ke 10 15 Mandiri
tempat tidur/sebaliknya
4. Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi
menyisir rambut, gosok gigi) kurang lebih 2
kali dalam
sehari
5. Keluar masuk toilet (mencuci 5 10 Mandiri
pakaian, menyeka tubuh dan
menyiram)
6. Mandi 5 15 Mandiri kurang
lebih 2 kali
No Kriteria Bantuan Mandiri Keterangan
dalam sehari
7. Jalan di permukaan datar 0 5 Frekuensi
kurang lebih 5
kali sehari
8. Naik turun tangga 5 10 Mandiri
9. Mengenakan pakaian 5 10 Mandiri
10 Kontrol Bowel (BAB) 5 10 Frekuensi 2-3
. kali sehari
Konsistensi
padat
11 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 Frekuensi 4-5
. kali dalam
sehari
Warna kuning
12 Olahraga/latihan 5 10 Frekuensi1 kali
. dalam sehari
Jenis senam
lansia
13 Rekreasi/pemanfaatan waktu 5 10 Frekuensi tidak
. luang pernah pergi
rekreasi
Kesimpulan : Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa Ny. M masih bisa
melakukan aktifitasnya secara mandiri dengan nilai 130
Keterangan :
130 : Mandiri
65-125 : Ketergantungan sebagian
60 : Ketergantungan total
7. SKOR NORTON
Aspek yang Dikaji Score
Kondisi fisik umum :
a. Baik 4
b. Lumayan
c. Buruk
d. Sangat Buruk
Kesadaran
a. Komposmentis 4
b. Apatis
c. Sopor
d. Koma
Akivitas
a. Ambulan 4
Aspek yang Dikaji Score
b. Ambulan dengan bantuan
c. Hanya bisa duduk
d. Tiduran
Mobilitas
a. Bergerak bebas
b. Sedikit terbatas 3
c. Sangat terbatas
d. Tidak bisa bergerak
Inkontinensia
a. Tidak ada 4
b. Kadang-kadang
c. Sering inkontinensia urin
d. Inkontinensia urin dan alvi
Score 20
Kategori skor :
16-20 : Kecil sekali/tak terjadi
12-15 :Kemungkinan kecil terjadi
<12 : Kemungkinan besar terjadi
Kesimpulan : Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa skor Norton yang
didapatkan yaitu 20 dengan kategori kecil sekali/tak terjadi
D. PENGKAJIAN STATUS MENTAL KLIEN

Interpretasi hasil pemeriksaan : (berisi hasil pemeriksaan dari poin 1-3)


Dari hasil pengkajian nyeri akut klien tergolong ringan
1. Identifikasi tingkat intelektual dengan SPMSQ (Short Portable Mental Status
Quesioner),Pfeiffer E,1975 :
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total.
No. Pertanyaan Benar Salah
1. Tanggal berapa hari ini? √
2. Hari apa sekarang? √
3. Apa nama tempat ini? √
4. Dimana alamat anda? √
5. Berapa umur anda? √
6. Kapan anda lahir (minimal tahun lahir)? √
7. Siapa presiden Indonesia sekarang? √
8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya? √
9. Siapa nama ibu anda? √
10. Berapa 20-3? tetap pengurangan 3 dari setiap √
angka baru, semua secara menurun berurutan.
Jumlah 8 2
Interpretasi Hasil :
Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 :Kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 :Kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 :Kerusakan intelektual berat
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE
(Mini Mental Status Exam);Fostein MF,1975 :
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar
 Tahun
□ Musim
□ Tanggal
 Hari
 Bulan

Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang


 Negara Indonesia
 Provinsi Sulawesi tenggara
 Kecamatan moramo
 Desa moramo
 Dusun 1

2 Registrasi 3 2 Sebutkan 3 obyek (oleh pemeriksa)


1 detik untuk mengatakan masing-
masing obyek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga obyek tadi
(untuk disebutkan)
 Obyek 1Baju
 Obyek 2 celana
□ Obyek 3 topi
3 Perhatian dan 5 1 Minta klien untuk memulai dari
kalkulasi angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali
 93
□ 86
□ 79
□ 72
□ 65
4 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
ketiga obyek pada no 2 tadi, bila
benar 1 point untuk masing-masing
obyek
 Obyek 1 baju
 Obyek 2 celana
□ Obyek 3 topi
5 Bahasa 9 2 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien
(misal jam tangan atau pensil)
 Mengetahui nama
Minta pada klien untuk mengulang
kata berikut “tak ada jika, dan,
atau, tetapi”. Bila benar, nilai 1
poin.
 Tak ada jika
 Dan
□ Atau
□ Tetapi
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri dari 3
langkah : “Ambil kertas di tangan
anda. Lipat dua dan taruh di lantai”

 Ambil kertas
□ Lipat dua
□ Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut Tutup mata anda
□ Aktifitas sesuai perintahTutup
mata anda
Total nilai 16
Kesimpulan : Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi tingkat
intelektual Tn. S mendapat skor 16 dengan kategori ringan

>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik


18-22 :Kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17 :Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
3. Skala depresi
Sesuaikan jawaban klien dengan jawaban yang sesuai pada instrument.
Jawaban yang
No Pertanyaan
sesuai
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda  YA
Jawaban yang
No Pertanyaan
sesuai
Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan
2 X YA
minat/kesenangan anda?

3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? TIDAK

4 Apakah anda merasa sering bosan? X YA


Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap 
5 TIDAK
saat?
Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk akan
6 x YA
terjadi pada anda?
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar
7  YA
hidup anda?
8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya? TIDAK X
Apakah anda lebih sering di rumah dari pada pergi 
9 TIDAK
keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah

10 dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan TIDAK
orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang 
11 TIDAK
menyenangkan?
Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan
12 TIDAK X
anda saat ini?
Apakah anda merasa penuh semangat? 
13 TIDAK

Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada 


14 TIDAK
harapan?
Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik
15 X YA
keadaannya dari pada anda?
Total score 9 8
Setiap jawaban yang sesuai mempunyai skor 1
Keterangan :
Score 5 -9 : Kemungkinan depresi
Score 10 atau lebih : Depresi
Kesimpulan : Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa skala depresi pada Tn.
S mendapat skor 9 untuk jawaban TIDAK dan 8 untuk jawaban YA yang
berarti hasil scor yang dominan ialah 9 dengan kategori kemungkinan depresi

E. PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN


Kebiasaan merokok : □ > 3 batang sehari
□ < 3 batang sehari
 Tidak merokok
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1 Kebutuhan nutrisi
Frekuensi makan : □ 1x sehari
 2x sehari □ 3x sehari
□ Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan :  1 porsi habis □ ½ porsi □ <1/2 porsi
□ Lain-lain, sebutkan.............

Snack :  Ada □ Tidak


Bila ada:
 Dihabiskan □ Tidak dihabiskan
□ Kadang dihabiskn
2 Pemenuhan cairan
Frekuensi minum : □ < 3 gelas sehari
 > 3 gelas
Alasan jawaban < 3 gelas sehari :
□ Takut kencing malam hari
□ Tidak haus
□ Persediaan air minum terbatas
□ Kebiasaan minum sedikit
□ Lainnya...........................................
Jenis minuman :  Air putih □ Teh □ Kopi
□ Susu □ Lainnya.....

3 Pola kebiasaan tidur Normal


Jumlah waktu tidur : □ < 4 jam
 4-6 jam □ > 6 jam
Gangguan tidur : □ Sering terbangun
 Sulit mengawali
□ Tidak ada gangguan
Penggunaan waktu luang : □ Santai □ Diam saja □ Keterampilan
□ Kegiatan keagamaan □ Lainnya.
Nonton Tv
4 Pola eliminasi BAB
Frekuensi BAB : □ 1 kali sehari
 2 kali sehari
□ Lainnya.......................
Konsistensi : □ Encer
 Keras □ Lembek
Gangguan BAB : □ Inkontinensia alvi □Konstipasi
□ Diare □ Lainnya tidak ada gangguan
5 Pola eliminasi BAK
Frekuensi :  1-3 kali sehari □ 4-6 kali sehari
□> 6 kali sehari
Warna urin :  Kuning jernih □ Putih jernih
□ Kuning keruh □ Lainnya..........
Gangguan BAK : □ Inkontinensia urin □ Retensi urin
□ Lainnya tidak ada
6 Pola aktifitas
Kegiatan produktif yg dilakukan :  Membantu memasak
 Berkebun
 Pekerjaan rumah tangga
□ Ketrampilan tangan
□ Lainnya. Membersihkan rumah
7 Pola pemenuhan personal hygiene
Mandi : □ 1x sehari
 2x sehari □ 3x sehari
□ lainnya...................
Memakai sabun :  Ya □ Tidak
Sikat gigi : □ 1x sehari
 2x sehari
□ Tidak pernah, alasannya............
Menggunakan pasta gigi :  Ya □ Tidak
Berganti pakaian bersih □ 1x sehari
 1x sehari
□ Tidak ganti, alasan...........

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Rontgen : -
CT SCAN : -
USG : -
EKG -
Pemeriksaan Hasil Laboratorium : -
Pemeriksaan yang lain :-

G. PROGRAM TERAPI
No Nama obat Dosis
1 Amblodipine 5 g : 1x dalam sehari
2 - : -
3 - : -
4 - : -

H. FORMAT ANALISA DATA


Analisis Data Domain/
Etiologi Masalah
Kelas
DS : Kode : D.0077 Pola hidup tidak Nyeri akut
 Klien mengatakan sehat
nyeri pada leher
bagian belakang
 Klien mengatakan
nyeri kepala

DO :
 Td : 160/100

Catatan :
Data subjektif didapat dari wawancara dengan petugas kesehatan maupun lansia
Data objektif didapat dari observasi, hasil hasil angket, pemeriksaan fisik.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologi

DS :
 Klien mengatakan nyeri pada leher bagian belakang
 Klien mengatakan nyeri kepala

DO :
 Td : 160/100
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosis
NOC NIC
Data Keperawatan Tujuan
Kode Diagnosis Kode Hasil Skala Kode Intervensi Aktivitas
DS : Domain Nyeri Akut Tidak 2102 Setelah di 1. Cukup 1400 Manajemen nyeri  Mengobservasi
 Klien : 12 ada lakukan berat nilai  Observasi adanya
menga Kelas : tindakan indikatorn adanya petunjuk
takan 1 keperawat petunjuk
ya 2 di nonverbal
Kode : an 1 kali
nyeri tingkatkan nonverbal mengenai
00132 dalam
pada sehari, di menjadi 3 mengenai ketidak
leher harapkan sedang ketidak nyamanan
bagian kriteria 2. Cukup nyamanan akibat nyeri
belaka hasil : berat nilai akibat nyeri  Memerikan
ng Tingkat indikatorn  Berikan informasi
 Klien nyeri
ya 2 informasi mengenai nyeri,
menga  Nyeri
ditingkat mengenai seperti
takan yang
menjadi 3 nyeri, seperti penyebab
nyeri di
sedang penyebab nyeri,berapa
kepala lapork
3. Cukup nyeri,berapa lama nyeri akan
an
berat nilai lama nyeri di rasakan dan
DO:  Tekan
indikatorn akan di antisipasi dari
 160/10 an
ya 3 rasakan dan ketidaknyamana
0 darah
sedang di antisipasi dari n akibat
 Menge ketidaknyama
tingkatkan prosedut
luarka nan akibat
menjadi 4  Mengajarkan
n prosedut
ringan prinsip-prinsip
kering
 Ajarkan manajemen
at
prinsip-prinsip
manajemen nyeri
nyeri  Mengkolaborasi
 Kolaborasikan kan dengan
dengan pasien pasien dan
dan orang orang terdekat,
terdekat, dan dan tim
tim kesehatan kesehatan
lainya untuk lainya untuk
memilih dan memilih dan
mengimpleme mengimplement
ntasikan asikan tindakan
tindakan untuk
untuk menurunkan
menurunkan nyeri
nyeri menggunakan
menggunakan pengobatan
pengobatan nonvarmakologi
nonvarmakolo
gi
K. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tanggal / Implementasi Respon Tanda
keperawatan Jam Tangan
1 Kode : 21 januari  Mengobservasi adanya petunjuk nonverbal mengenai S:
00123 2022/ ketidak nyamanan akibat nyeri  Klien mengatakan
Diagnosis : 09:30 Hasil : mampu mengobservasi mengenai ketidak nyeri pada leher
Nyeri akut bagian belakang
nyamanan akibat nyeri yang terjadi
 Memerikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab  Klien mengatakan
nyeri,berapa lama nyeri akan di rasakan dan antisipasi nyeri kepala
dari ketidaknyamanan akibat prosedut
O:
Hasil : klien mampu mengetahui mengenai nyeri dan  160/100
penyebab nyeri dan berapa lama nyeri akan di rasakan
 Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
Hasil : klien mampu mengetahui prinsip-prinsip nyeri

L. FORMAT EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN


Tgl Diagnosa Evaluasi (SOAP) Ttd
keperawatan
jam Nama
Kode : S:
00123
 Klien mengatakan nyeri pada leher bagian belakang
Diagnosis :
Nyeri akut  Klien mengatakan nyeri kepala

O:
 160/100
A:
 Masalah belum teratasi

P:
 Intervensi di lanjutkan

Hari kedua

S:
 Klien mengatakan nyeri pada leher bagian belakang
 Klien mengatakan nyeri kepala

O:
 160/100

A:
 Masalah teratasi

P:
 Intervensi di pertahankan
DAFTAR PUSTAKA

Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes RI Dinkes Prov.Sultra. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi
Tenggara Tahun 2016. Kendari: Dinkes Sultra

Puskesmas Moramo. 2021. Profil Kesehatan Puskesmas Moramo. Konawe Selatan: Puskesmas Moramo

Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC


Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi
Penderita Hipertensi secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dion,Y & Betan,Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Medika
Nuraini, B. 2015. Risk Fators of Hypertension. Faculty of Medicine. University of Lampung.
Yonata, A., Satria, A. 2016. Hipertensi sebagaiFaktor Pencetus Terjadinya Stroke. Majority
Mubarrak, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas 2; Konsep Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transtruktual. Jakarta : EGC
Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori &Praktik. Jakarta : EGC
Muttaqin. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction

Anda mungkin juga menyukai