OLEH :
ELFIANA ORFA
122020030248
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KUDUS
2021-2022
KONSEP TEORI
c. Teori Sosial
Teori ini menjelaskan mengenai beberapa teori sosial yang berkaitan
dengan proses penuaan, yaitu teori stratifikasi usia (age stratification
theory), teori aktivitas (activity theory), teori kesinambungan (continuity
theory), teori perkembangan (development theory), teori interaksi sosial
(social exchange theory) dan teori penarikan diri (disengagement theory).
d. Teori Spiritual
Pada teori ini menjelaskan mengenai komponen tumbuh kembang dan
spiritual kembang merujuk pada pengertian hubungan alam semesta,
persepsi dan individu tentang arti kehidupan.
komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf dan pembuluhdarah diserai lesi pada
hormon insulin dari sel beta prankeas, atau akibat gangguan insulin, atau keduanya
(Sutedjo, 2010).
2. Klasifikasi
Yaitu diabetes yang tergantung insulin. Pada diabetes tipe I ini sel sel
beta yang menghasilkan insulin dihancurkan oleh suatu proses autoimun. Akibatnya
terjadi pada usia < 30 tahun, bertubuh kurus saat terdiagnosis dan lebih mudah
mengalami ketoasidosis.
terjadi akibat penurunan sensitifitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat
penurunan jumlah produksi insulin. Diabetes tipe II lebih sering ditemukan pada
usia dewasa dan obesitas meskipun dapat terjadi pada semua umur, ketosis jarang
tertentu.
terjadi pada trimester II dan III. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme
endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta
mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak mampu
anak meninggal tanpa sebab yang jelas, riwayat pernah melahirkan bayi dengan
cacat bawaan, pernah melahirkan bayi lebih dari 4000 gram, pernah pre-eklamsia,
polihidramion. Faktor predisposisi GDM adalah umur ibu hamil lebih dari 30
tahun, riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga, pernah mengalami GDM pada
3. Etiologi
penyebab lain seperti infeksi, kehamilan dan obat-obatan. Tetapi meskipun demikian,
pada orang dengan faktor keturunan belum menjamin timbulnya diabetes melitus
apabila bisa menjaga gaya hidupnya (Subekti, 2009). Beberapa faktor lain yang
menyebabkan terjadinya diabetes melitus ialah kurang gerak atau malas, makanan
karena sel-sel beta pankreas telah hancur oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa
terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring, akibatnya glukosa tersebut muncul
urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-
asam amino serta substansi lain) namun pada penderita defisinesi insulin, proses ini
akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
tanda-tanda dan gejala seperti abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas bau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan kematian. Pemberian insulin
bersama dengan cairan dan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
Menurut Brunner & Suddarth (2002), menjelaskan bahwa pada diabetes tipe
II terdapat dua masalah utama yaitu yang berhubungan dengan insulin, yaitu :
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi sel resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan
reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi Diabetes
cairan (dehidrasi). Oleh karena tubuh banyak mengeluarkan air (dalam bentuk
urine), secara otomatis menimbulkan rasa haus untuk mengganti cairan yang
keluar. Selama kadar gula dalam darah belum terkontrol baik, akan timbul terus
terus menimbulkan keinginan untuk selalu kencing. Dua hal ini merupakan
serangkaian sebab akibat yang akan terus terjadi selagi tubuh belum dapat
kencing ini disebabkan kadar gula dalam darah (glukosa) yang berlebih, sehingga
bersama urine (air kencing). Gejala ini terutama muncul pada malam hari, yaitu
disebabkan oleh berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar gula
mencukupi kebutuhan tenaga. Padahal jika diperiksa, kandungan gula dalam darah
harus menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak
dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk
dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan
Keluhan lain yang tidak khas Diabetes Mellitus menurut Subekti (2009)
adalah :
b. Gangguan penglihatan
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara. Sering pula dikeluhkan
timbulnya bisul dan luka lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal yang
d. Gangguan ereksi
secara terus menerus dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya
e. Keputihan
6. Komplikasi
terjadi pada kondisi kadar gula darah tak terkendali dalam waktu yang lama, maka
penderita diabetes mellitus dengan kadar gula darah tinggi terus-menerus dan sudah
a. Komplikasi akut
3) Koma ketoasidosis.
b. Komplikasi kronis
3) Gangguan pada indera mata baik kornea, lensa, maupun retina sehingga
5) Gangguan ginjal.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi) yang
b. Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa dalam darah dengan
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas penderita. Pengobatan diabetes
penatalaksanaan diabetes :
a. Diet.
normal.
seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta masalah
mellitus adalah :
2) Protein: 10-15%.
3) Lemak: 20-25%.
4) Karbohidrat: 60-70%.
5) Serat: 25 gr/hari.
masing penderita menampilkan ciri-ciri yang berbeda dilihat dari berat badan,
b. Latihan
dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah dan mengurangi faktor resiko
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Latihan ini
sangat bermanfaat pada diabetes mellitus karena dapat menurunkan berat badan,
diabetes tipe II yang obesitas, latihan dan penatalaksanaan diit akan memperbaiki
metabolisme glukosa serta meningkatkan kesehatan dan kebugaran, serta
olahraga yang dipilih sebaiknya yang disenangi dan dapat meningkatkan kesehatan
dan kebugaran, serta melibatkan otot-otot besar (kaki, tangan, dan bahu).
c. Pemantauan
penderita diabetes mellitus ini dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar
setetes darah dari ujung tangan, aplikasi darah tersebut pada strip pereaksi khusus,
dan kemudian darah tersebut dibiarkan pada strip selama periode waktu tertentu (45-
60 detik). Bantalan pereaksi pada strip akan berubah warnanya dan kemudian dapat
dicocokan pada peta warna kemasan produk. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan bagi
mengalami ketosis berat atau hipoglikemia tanpa gejala peringatan, ambang glukosa
d. Terapi farmakologis
a) Sulfonylurea
b) Biguaind
dibawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini
dianjurkan untuk pasien gemuk sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat
c) Inhibitor glukosidase
dari tanaman obat yaitu pedas, manis, asam, pahit, dan asin. Penyajian jenis obat-
ambil sarinya, di olah menjadi obat ramuan ataupun dimasak sebagai pelengkap
diabetes mellitus yaitu: bawang putih, bawang merah, daun luntas, pare, buncis, buah
f. Pendidikan
komplikasi diabetes. Dalam hal ini perawat memiliki peran penting dalam
pengajaran yang diberikan oleh ahlinya, dan merujuk pasien untuk mendapat tindak
a. Perubahan fisiologis
Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji:
Sistem Temuan
Normal
Integumen Warna kulit Pigmentasi berbintik/bernoda diarea yang
terpajan
sinar matahari, pucat meskipun tidak anemia
Kelembaban Kering, kondisi bersisik
Suhu Ekstremitas lebih dingin, penurunan perspirasi
Tekstur Penurunan elastisitas, kerutan, kondisi
berlipat,
kendur
Distribusi Penurunan jumlah lemak pada
lemak ekstremitas,
peningkatan jumlah diabdomen
Rambut Penipisan rambut
Kuku Penurunan laju pertumbuhan
Kepala dan Kepala Tulang nasal, wajah menajam, & angular
leher
Mata Penurunan ketajaman penglihatan,
akomodasi,
adaptasi dalam gelap, sensivitas terhadpa cahaya
telinga Penurunan menbedakan nada, berkurangnya
reflek
ringan, pendengaran kurang
Mulut, Penurunan pengecapan, aropi papilla ujung
Faring lateral
lidah
Leher Kelenjar tiroid nodular
Thoraxs & Peningkatan diameter antero-posterior,
paru-paru peningkatan rigitas dada, peningkatan RR dengan
penurunan
ekspansi paru, peningkatan resistensi jalan nafas
Sist jantung & Peningkatan sistolik, perubahan DJJ saat
vascular istirahat,
nadi perifer mudah dipalpasi, ekstremitas bawah
dingin
Payudara Berkurangnnya jaringan payudara,
kondisi
menggantung dan mengendur
Sistem Penurunan sekresi keljar saliva, peristatik,
pencernaan enzim
digestif, konstppasi
Sistem Wanita Penurunan estrogen, ukuran uterus, atropi vagina
reproduksi
Pria Penurunan testosteron, jumlah sperma, testis
Sist Penurunan filtrasi renal, nokturia, penurunan
perkemihan kapasitas kandung kemih, inkontenensia
Wanita Inkontenensia urgensi & stress, penurunan tonus
otot
perineal
Pria Sering berkemih & retensi urine.
Sist Penurunan masa & kekuatan otot, demineralisasi
muskoloskele tal tulang, pemendekan fosa karena penyempitan
rongga intravertebral, penurunan mobilitas sendi,
rentang
gerak
Sist Penurunan laju reflek, penurunan
neurologi kemampuan
berespon terhadap stimulus ganda, insomia.
b. Pengkajian status fungsional
Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari
– hari secara mandiri.Indeks Katz adalah alat yang secara luas digunakan
untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit
kronis. Format ini menggambarkan tingkat fungsional klien dan mengukur
efek tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki fungsi. Indeks ini
merentang kekuatan pelaksanaan dalam 6 fungsi: mandi, berpakaian,
toileting, berpindah, kontinen dan makan.
Tingkat Kemandirian Lansia:
A : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar mandi,
berpakaian dan mandi
B : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali satu
dari fungsi tambahan
C : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi dan satu fungsi tambahan
D : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil
G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
c. Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul akibat
kesalahan konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi
perubahan struktur dan fisiologi yang terjadi pada otak selama penuaan
tidak mempengaruhi kemampuan adaptif & fungsi secara nyata (ebersole
&hess, 1994).
permukaan
teraba dingin,
denyut nadi
cepat, lapar,
kecemasan dan
nyeri kepala.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha llmu.
Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Nurmalasari, A. (2010). Bentuk dukungan keluarga terhadap sikap lansia dalam menjaga
kesehatan mentalnya [skripsi]. Jawa Timur: Universitas Jembr. Tidak
dipublikasikan.
Potter dan Perry. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.
Stanley, M dan Patricia, G.B. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Setiawan, B. M. (2013). Kesepian pada lansia di panti werdha sultan fatah demak
[skripsi]. Jawa Tengah: Universitas Negeri Semarang. Tidak publikasikan.
Tamsuri, Anas. (2010). Gangguan Mata & Penglihatan : Keperawatan Medical Bedah.
Jakarta : EGC.