Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

S DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN ASAM URAT DI DUSUN SARON KOTA MUNGKID

Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Profesi Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh :
Nanda Wulandari

21.0604.0071

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2022
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lanjut Usia (Lansia)
Lanjut usia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
memperatahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual, karena faktor tertentu Lansia tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Seseorang dikatakan
Lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok
yang dikategorikan Lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process
atau proses penuaan (Nugroho, 2008) dalam (Hidayah, 2019).
2. Batasan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan Lansia menjadi empat,
yaitu usia pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah
60-74 tahun. lanjut usia tua (old) adalah 75-90, usia sangat tua (very old) adalah diatas
90 tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, seseorang disebut Lansia bila telah memasuki atau
mencapai usia 60 tahun lebih (Hidayah, 2019).
3. Tipe Lanjut Usia
Menurut Nugroho (2008) dalam (Hidayah, 2019) lanjut usia dapat pula dikelompokan
dalam beberapa tipe yang bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe ini antara lain:
1) Tipe Optimis:
lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka memandang
masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai
kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya.
2) Tipe Konstruktif:
lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, memiliki
toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel, dan tahu diri. Biasanya, sifat ini
terlihat sejak muda. Mereka dengan tenang menghadapi proses menua.
3) Tipe Ketergantungan:
lanjut usia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu pasif,
tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bila bertindak
yang tidak praktis. Ia senang pensiun, tidak suka bekerja, dan senang berlibur,
banyak makan, dan banyak minum.
4) Tipe Defensif:
lanjut usia biasanya sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan/jabatan yang
tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol,
memegang teguh kebiasaan, bersifat konpultif aktif, dan menyenangi masa
pensiun.
5) Tipe Militan dan serius:
lanjut usia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang, bisa menjadi
panutan.
6) Tipe Pemarah:
lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu menyalahkan
orang lain, menunjukan penyesuaian yang buruk. Lanjut usia sering
mengekspresikan kepahitan hidupnya.
7) Tipe Bermusuhan:
lanjut usia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan,
selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga. Biasanya, pekerjaan saat ia muda
tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu bukan hal yang baik, takut mati, iri
hati pada orang yang muda, senang mengadu masalah pekerjaan, dan aktif
menghindari masa yang buruk.
8) Tipe Putus asa,
membenci dan menyalahkan diri sendiri: lanjut usia ini bersifat kritis dan
menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan
sosial-ekonomi, tidak dapat menyesuaiakan diri. Lanjut usia tidak hanya
mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, memandang lanjut usia sebagai
tidak berguna karena masa yang tidak menarik. Biasanya perkawinan tidak
bahagia, merasa menjadi korban keadaan, membenci diri sendiri, dan ingin
cepat mati.
4. Proses Penuaan dan Perubahan yang Terjadi pada Lansia
Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu masa
anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu.
Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur dan
fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang ada pada tubuh manusia.
Proses ini menjadi kemunduran fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai
dengan kulit mengendur, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan
memburuk, gerakan lambat, dan kelaianan berbagai fungsi organ vital. Sedangkan
kemunduran psikis terjadi peningkatan sensitivitas emosional, penurunan gairah,
bertambahnya minat terhadap diri, berkurangnya minat terhadap penampilan,
meningkatkan minat terhadap material, dan minat kegiatan rekreasi tidak berubah
(hanya orientasi dan subyek saja yang berbeda) (Mubarak, 2009). Namun, hal di atas
tidak menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, Lansia harus senantiasa berada dalam
kondisi sehat, yang diartikan sebagai kondisi :
1) Bebas dari penyakit fisik, mental, dan sosial.
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3) Mendapatkan dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat.
Adapun dua proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan secara
sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan pada tingkat sel,
sedangkan penuaan sekunder merupakan proses penuaan akibat faktor lingkungan
fisik dan sosial, stres fisik/psikis, serta gaya hidup dan diet dapat mempercepat proses
penuaan (Mubarak, 2009) dalam (Hidayah, 2019).
5. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
a Menurut Nugroho (2000) Perubahan Fisik pada lansia adalah :
1) Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra
seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel
otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
2) Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak
menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf
penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh
terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan
3) Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun
4) Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau
nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada
usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan
otosklerosis.
5) Sistem Cardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas
pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170
mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
6) Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat
yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa factor
yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: Temperatur tubuh
menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7) Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas
tidak berganti.
8) Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran
esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan
menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi
menurun.
9) Sistem urinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200
mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput
lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan
frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
10) Sistem Endokrin Produksi
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan
sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
11) Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi
dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan
cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
12) System Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan
tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami
sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah
kram dan tremor.

b Perubahan Psikososial
1) Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya
kondisi fisik yang bersifat patologis berganda ( multiple pathology ), misalnya
tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok,
tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah
memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini
semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik
maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap
menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-
kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak
mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir
fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
2) Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan
dengan berbagai gangguan fisik seperti: Gangguan jantung, gangguan
metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya
prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau
nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti
antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada
lansia.
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat
oleh tradisi dan budaya.
c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya
d. Pasangan hidup telah meninggal.
e. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan
jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
3) Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan
ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan
hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena
pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan,
peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa
pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah
diuraikan pada point tiga di atas. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang
takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada
juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap
tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif
maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak
negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih
berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar
diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi
waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh. Persiapan
tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-
masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk
menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif.
Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia
dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-
masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang
sangat banyak jenis dan macamnya (Suhardi, 2018).
4) Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada
lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang,
penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan.
Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan
aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa
terasing atau diasingkan Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas
pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya
ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak,
cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu
memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi
mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup
membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan
pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri,
seringkali menjadi terlantar (Suhardi, 2018).
B. Konsep Dasar Asam Urat (Gout Arthritis)
1. Pengertian
Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering
ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam
ataupun di sekitar persendian. Monosodium Urat ini berasal dari metabolisme Purin.
Hal penting yang mempengaruhi penumpukan Kristal Urat adalah Hiperurisemia dan
supersaturasi jaringan tubuh terhadap Asam Urat. Apabila kadar Asam Urat di dalam
darah terus meningkat dan melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit
Gout Arthritis ini akan memiliki manifestasi berupa penumpukan Kristal
Monosodium Urat secara Mikroskopis maupun Makroskopis berupa Tofi (Zahara,
2013).
Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar Asam
Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah melebihi batas normal
yang menyebabkan penumpukan Asam Urat di dalam persendian dan organ lainnya
(Susanto, 2013). Jadi, dari definisi di atas maka Gout Arthritis merupakan penyakit
inflamasi sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar Asam Urat dalam darah, yang
ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam ataupun di sekitar
persendian berupa Tofi (Hidayah, 2019).

2. Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh faktor primer
dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui (Idiopatik). Namun,
diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan peningkatan
produksi Asam Urat atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya pengeluaran Asam
Urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi peningkatan produksi Asam Urat,
terganggunya proses pembuangan Asam Urat dan kombinasi kedua penyebab
tersebut. Umumnya yang terserang Gout Artritis adalah pria, sedangkan perempuan
persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause. Gout Artritis lebih umum
terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun (Susanto, 2013) dalam
(Hidayah, 2019).

3. Faktor Yang Mempengaruhi Gout Arthritis


Menurut Fitiana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi Gout Arthritis
adalah :
1) Usia Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai
dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan
Gout Arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi
pada saat Menopause. Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon
inilah yang dapat membantu proses pengeluaran Asam Urat melalui urin
sehingga Asam Urat didalam darah dapat terkontrol.
2) Jenis kelamin Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada
wanita, sebab wanita memiliki hormon ektrogen.
3) Konsumsi Purin yang berlebih Konsumsi Purin yang berlebih dapat
meningkatkan kadar Asam Urat di dalam darah, serta mengkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi Purin.
4) Konsumsi alkohol
5) Obat-obatan Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis
rendah (kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta
Antihipertensi.
4. Gambaran Klinis
1) Gout Arthritis Akut
Gout Arthritis banyak ditemukan pada laki-laki setelah usia 30 tahun,
sedangkan pada perempuan terjadi setelah Menopaus. Hal ini disebabkan
kadar Usam Urat laki-laki akan meningkat setelah pubertas, sedangkan pada
perempuan terdapat hormon estrogen yang berkurang setelah Menopaus
(Asikin, 2016). Gout Arthritis Akut biasanya bersifat Monoartikular dan
ditemukan pada sendi MTP ibu jari kaki, pergelangan kaki dan jari tangan.
Nyeri sendi hebat yang terjadi mendadak merupakan ciri khas yang ditemukan
pada Gout Arthritis Akut. Biasanya, sendi yang terkena tampak merah, licin,
dan bengkak. Klien juga menderita demam dan jumlah sel darah putih
meningkat. Serangan Akut dapat diakibatkan oleh tindakan pembedahan,
trauma lokal, obat, alkohol dan stres emosional serangan Gout Arthritis Akut
biasanya dapat sembuh sendiri. Sebagian besar gejala serangan Akut akan
berulang setelah 10-14 hari walaupun tanpa pengobatan (Asikin, 2016).
Perkembangan serangan Gout Arthritis Akut biasanya merupakan kelanjutan
dari suatu rangkaian kejadian. Pertama, biasanya terdapat Supersaturasi Urat
dalam plasma dan cairan tubuh. Hal ini diikuti dengan pengendapan Kristal
Asam Urat. Serangan Gout Artritis yang berulang juga dapat merupakan
kelanjutan trauma lokal atau ruptur Tofi (endapan natrium urat). Kristalisasi
dan endapan Asam Urat merangsang serangan Gout Arthritis. Kristal Asam
Urat ini merangsang respon fagositosis oleh leukosit dan saat leukosit
memakan Kristal Urat tersebut, makarespon mekanisme peradangan lain akan
terangsang. Respon peradangan dipengaruhi oleh letak dan besar endapan
Kristal Asam Urat. Reaksi peradangan yang terjadi merupakan proses yang
berkembang dan memperbesar akibat endapan tambahan Kristal dari serum.
Periode tenang antara serangan Gout Arthritis Akut dikenal dengan nama Gout
Interkritikal (Asikin, 2016) dalam (Hidayah, 2019).
2) Gout Arthritis Kronis
Serangan Gout Arthritis Akut yang berulang dapat menyebabkan Gout
Arthritis Kronis yang bersifat Poliartikular. Erosi sendi akibat Gout Arthitis
Kronis menyebabkan nyeri kronis, kaku dan Deformitas. Akibat adanya
Kristal Urat, maka terjadi peradangan Kronis. Sendi yang membengkak akibat
Gout Arthritis Kronis seringkali membesar dan membentuk Nodular. Serangan
Gout Arthritis Akut dapat terjadi secara simultan disertai dengan gejala Gout
Arthritis Kronis. Pada Gout Arthritis Kronis sering kali ditemukan Tofi. Tofi
merupakan kumpulan Kristal Urat pada jaringan lunak. Tofi dapat ditemukan
di bursa olecranon, tendon achilles, permukaan ekstensor dari lengan bawah,
bursa infrapatella dan helix telinga (Asikin, 2016) dalam (Hidayah, 2019).

5. Manifestasi Klinis
Terdapat empat stadium perjalanan klinis Gout Arthritis yang tidak diobati (Nurarif,
2015) diantaranya:
1) Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada stadium ini Asam
Urat serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan Asam Urat
serum.
2) Stadium kedua Gout Arthritis Akut terjadi awitan mendadak pembengkakan
dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
Metatarsofalangeal.
3) Stadium ketiga setelah serangan Gout Arthritis Akut adalah tahap Interkritikal.
Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan Gout
Arthritis berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
4) Stadium keempat adalah tahap Gout Arthritis Kronis, dengan timbunan Asam
Urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.
Peradangan Kronis akibat Kristal-kristal Asam Urat mengakibatkan nyeri,
sakit, dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi.

6. Patofisiologis
Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung
Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat akan
mengasilkan akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam tubuh.
Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon Inflamasi
(Sudoyo, dkk, 2009). Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout
Arthritis. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam Urat
dalam darah. Mekanisme serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui beberapa
fase secara berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat
terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini
terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan
selaputnya. Kristal Urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai macam
protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon
terhadap pembentukan kristal. Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis
yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi Fagositosis
Kristal oleh leukosit (Nurarif, 2015). Kristal difagositosis olah leukosit membentuk
Fagolisosom dan akhirnya membran vakuala disekeliling oleh kristal dan membram
leukositik lisosom yang dapat menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput
protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara permukaan Kristal membram lisosom.
Peristiwa ini menyebabkan robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan
oksidase radikal kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan
(Nurarif, 2015).
Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka Asam
Urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan
berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh, penumpukan ini
disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil
melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan tetapi juga
menyebabkan inflamasi. Serangan Gout Arthritis Akut awalnya biasanya sangat sakit
dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan
pertama ini timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan tulang sendi terasa panas dan
merah. Tulang sendi Metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi,
kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejala
yang dirasakan disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi
cenderung berulang (Sudoyo, dkk, 2009). Periode Interkritikal adalah periode dimana
tidak ada gejala selama serangan Gout Arthritis. Kebanyakan penderita mengalami
serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan
berikutnya disebut dengan Poliartikular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi
kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan
Gout Arthritis Akut atau Gout Arthritis Kronik ditandai dengan Polyarthritis yang
berlangsung sakit dengan Tofi yang besar pada kartigo, membrane sinovial, tendon
dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari tangan, kaki, lutut, ulna, helices pada telinga,
tendon achiles dan organ internal seperti ginjal (Sudoyo, dkk, 2009) dalam (Hidayah,
2019).
7. Pathway

8. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadi
penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan dalam
terapi penyakit ini :
1) Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.
2) Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat pada
jaringan, terutama persendian.
3) Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
a Terapi Non Farmakologi
Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan Gout
Arthritis, seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat,
modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan.
b Terapi Farmakologi
Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penanganan serangan kronis.
1) Serangan Akut Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID,
misalnya Indometasin 200 mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari,
merupakan terapi lini pertama dalam menangani serangan Gout
Arthritis Akut, asalkan tidak ada kontra indikasi terhadap NSAID.
Aspirin harus dihindari karena eksresi Aspirin berkompetisi dengan
Asam Urat dan dapat memperparah serangan Gout Arthritis Akut.
Keputusan memilih NSAID atau Kolkisin tergantung pada keadaan
klien, misalnya adanya penyakit penyerta lain atau Komorbid, obat lain
juga diberikan klien pada saat yang sama dan fungsi ginjal. Obat yang
menurunkan kadar Asam Urat serum (Allopurinol dan obat Urikosurik
seperti Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada
serangan Akut (Nurarif, 2015).
2) Serangan Kronis
Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan faktor penting untuk
mencegah terjadinya serangan Gout Arthritis Akut, Gout Tophaceous
Kronis, keterlibatan ginjal dan pembentukan batu Asam Urat. Kapan
mulai diberikan obat penurun kadar Asam Urat masih kontroversi.
Penggunaan Allopurinol, Urikourik dan Feboxostat (sedang dalam
pengembangan) untuk terapi Gout Arthritis Kronis akan dijelaskan
berikut ini:
a) Allopurinol
b) Obat Urikosurik
9. Konsep Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gout Arthritis
a Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam
mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang
diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011). Fokus pengkajian pada Lansia dengan
Gout Arthritis:
1) Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan
terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari
nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan
nyeri yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat
kekakuan sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai
menggangu pergerakan dan pada Gout Arthritis Kronis didapakan benjolan
atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit
Gout Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan
sebelumnya dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.
6) Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien
dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan
individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan
berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik
akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan program pengobatan dan
perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri
dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diri
yang maladaptif.
7) Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi Purin.
8) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari
ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada
daerah sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat
dan mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya
dan posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri
pada kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu
di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien
melakukan beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat
apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal.
9) Pemeriksaan Diagnosis
a) Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.
b) Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).
c) Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.
d) Pemeriksaan Radiologi

b Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti
tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan
berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan, baik yang nyata
(aktual) maupun yang mungkin terjadi (potensial) (Iqbal dkk, 2011). Menurut
NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout Arthritis yang
telah disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054)
3) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
(D.0074).
5) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan
(peradangan kronik akibat adanya kristal urat) (D.0129).
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian (D. 0055)
c Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
klien. (Iqbal dkk, 2011)
PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. Identitas klien
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 73 Tahun
c. Alamat : Saron, Rt 02, Rambeanak, Mungkid
d. Pendidikan : SD
e. Jenis kelamin : Perempuan
f. Suku : Jawa
g. Agama : Islam
h. Status perkawinan : Menikah
i. Tanggal pengkajian : 20 Januari 2022

B. Riwayat Keperawatan
1. Status kesehatan saat ini
Keluhan Utama : Nyeri di lutut kaki
Klien mengatakan nyeri pada kaki dibagian lutut, apabila berjalan terasa sakit. Klien
mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang mengganggu aktivitasnya. Klien
mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak melakukan aktivitas. Nyeri terasa
seperti mencengkram, Klien mengatakan skala nyeri 5. Nyeri yang dirasakan hilang
timbul, Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri.
2. Status kesehatan umum selama setahun lalu :
Klien mengatakan memiliki penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi dan asam
urat. Klien mengatakan susah untuk tidur dimalam hari dan sering terbangun pada
malam hari jika ingin BAK sampai 3 kali. Klien mengatakan tidak pernah tidur
siang, karena tidak bisa tidur pada saat siang hari. Klien mengatakan kakinya
terkadang gemetar saat berjalan dan terasa nyeri dan mengganggu beraktivitas.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Ny. S mengatakan memiliki riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi) .
4. Obat – obatan yang digunakan
Ny.S mengatakan sering mengkonsumsi minuman herbal tradisional buatan sendiri
untuk mengurangi nyeri asam urat .
5. Alergi
Ny. S mengatakan tidak mempunyai alergi baik terhadap makanan maupun obat –
obatan maupun lingkungan.

C. Pemeriksaan Fisik
 Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 190/100 mmHg
Nadi : 85 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,50C
 Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, Kelopak mata ptosis. Gerakan kelopak mata normal.
Pergerakan kelopak mata normal, konjuctiva ananemis, kornea keruh/berkabut,
Kornea lebih berbentuk skeris. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa). Meningkatnya ambang
pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat
dalam cahaya gelap. Hilangnya daya akomodasi. Menurunnya lapang pandang &
berkurangnya luas pandang. Tidak menggunakan alat bantu, tidak terdapat tanda –
tanda peradangan.
 Sistem pendengaran
Daun telinga bentuk normal, tidak sakit saat digerakan, bentuk normal, tidak ada
serumen berlebih, posisi simetris, klien mengatakan tidak ada masalah dalam
pendengaran, terjadi presbikusis atau penurunan pendengaran, tidak ada alat bantu
yang digunakan.
 Sistem wicara
Tidak ada kesulitan / gangguan wicara pada pasien, komunikasi berlangsung dua
arah.
 Sistem pernapasan
Klien mengatakan tenggorokan seperti terdapat dahak tapi tidak bisa keluar, hal itu
membuat klien merasa tidak nyaman. Klien merasa tidak sesak, tidak ada otot –otot
bantu pernafasan, suara nafas vesikuler, klien batuk dan pada saat batuk ia
mengatakan kepalanya sakit.
 Sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
- Nadi : 85 x/menit
- Irama : Teratur
- Denyut : Lemah
- Distensi vena jugolaris : tidak ada
- Temperatur kulit : Hangat
- Warna kulit : Pucat
- CRT : < 2 detik
- Edema : tidak ada
b. Sirkulasi jantung
Tidak ada keluhan nyeri pada dadanya, ritme jantung teratur, bunyi lup dup pada
jantungnya dan tidak ada keluhan lainnya.
 Sistem saraf pusat
a. Tingkat kesadaran : Composmentis
b. Reaksi pupil terhadap cahaya : sedikit berkurang akibat proses penuaan
c. GCS : E4V5M6
d. Peningkatan TIK : saat dikaji tidak ada tanda – tanda peningkatan
TIK
 Sistem pencernaan
Keadaan mulut : Bau, lidah kotor
Gigi : Kebersihan, jumlah, gigi palsu
Bibir : Lembab, kering, pecah-pecah, sianosis
Gusi : Kemerahan, pucat, perdarahan
Keadaan saliva : Terjadi penurunan produksi saliva akibat proses penuaan
Nyeri daerah perut : Tidak ada
 Sistem imunologi
Pada lansia terjadi penurunan sensitivitas pada sistem imun. Hal tersebut terjadi
karena adanya penurunan kemampuan kelenjar-kelenjar imun seperti kelenjar timus,
kelenjar limfe dan kelenjar limpa. Pada kelenjar timus terjadi penurunan ukuran
organ seiring dengan bertambahnya usia seseorang, sehingga kemampuan dalam
mendiferensiasikan sel limfosit T menurun (Fatmah, 2010).
Hb : Tidak terkaji
Ht : Tidak terkaji
Leukosit : Tidak terkaji
Eritrosit : Tidak terkaji
Trobosit : . Tidak terkaji
Keluhan sakit : Nyeri pada kepalanya, dan sakitnya bertambah ketika batuk
Perdarahan : Tidak ada

 Sistem endokrin
Napas berbau keton : Tidak
Hypokalemi : Tidak
Hyperkalemi : Tidak
Polidipsi, poliphagi, poliuri : Tidak
Gangren : Tidak
Exoptalmus : Tidak
Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak
Tremor : Tidak

 Sistem urogenitalia
Perubahan pola kemih : Tidak terkaji, klien menggunakan pampers
Keadaan genitalia : bersih
 Sistem integumen
Keadaan rambut : Rambut sudah banyak uban
Kuku : Bersih, tidak panjang
Turgor kulit : kurang elastis akibat proses penuaan
Warna kulit : kuning pucat
Keadaan kulit : Tidak ada Lesi, ulkus, gatal-gatal, dsb.
 Sistem muskuloskietal
 Pada saat dikaji klien tampak berbaring ditempat tidur, aktifitas dibantu, tonus otot
menurun, aktifitas duduk dan pindah posisi dibantu oleh keluarga. Tidak ada fraktur,
dan kelainan bentuk tulang.
D. Aspek Psiko-sosial-spiritual
- Psikologis
Saat ini Klien dekat dengan keluarganya, orang terdekatnya adalah suami, terbukti
bahwa klien ditemani oleh suami. Masalah – masalah yang dialami bisa diselesaikan
secara kekeluargaan. Klien merasa saat ini sudah semakin tua dia berharap bahwa
keluarga nya saling rukun satu sama lainnya.
Tahap I :
1) Apakah klien mengalami sukar tidur? Ya. Klien mengatakan mengalami gangguan
susah tidur pada malam hari, dan pada siang hari pun klien tidak bisa tidur.
2) Apakah klien merasa gelisah? Klien tidak merasa gelisah.
3) Apakah klien sering murung dan menangis? : Tidak
4) Apakah klien sering was-was atau khawatir? Tidak
Tahap II :
1) Klien mengatakan nyeri pada kepalanya terutama pada bagian tengkuk setelah
minum kopi. Klien mengatakan sering pusing, masuk angin dan merasa sakit pada
bagian tengkuknya.
2) Klien tidak mengalami banyak masalah.
3) Klien tidak memiliki masalah dengan keluarga.
4) Klien tidak menggunakan obat tidur.
- Sosial
Kesibukan klien dalam mengisi waktu luang biasanya adalah beberes rumah dan
kegiatan lainnya, menurut keluarga, pasien adalah termasuk orang yang aktif bekerja,
tidak bisa diam, apapun dikerjakannnya. Kegiatan yang sering diikuti adalah pengajian
ibu – ibu.
- Spiritual
Keluarga mengatakan klien termasuk orang yang tekun beribadah, tidak pernah tinggal
sholat dan kegiatan ibadah lainnya, Menurut klien ketika dia mempunyai masalah dia
yakin pasti bisa menyelesaikannya, tak lupa ia juga berdoa dalam kesehariannya.
Begitupun ketika ia merasa tidak bisa menyelesaikan masalahnya maka klien hanya bisa
pasrah dan terus berdoa.

D. Pola Kebiasaan Sehari hari (saat ini)


- Pola Nutrisi
Klien makan 3 kali sehari. Saat ini nafsu makan klien berkurang, jenis makanan
yang dikonsumsi adalah bubur. Kebiasaan sebelum makan klien adalah mencuci
tangan, berdoa, minum air putih kemudian baru makan. Tidak ada kesulitan
mengunyah, dan juga tidak ada keluhan nyeri saat menelan.
- Pola Eliminasi
Klien buang air kecil sehari > 3 kali, saat ini klien menggunakan pampers, tidak ada
keluhan saat buang air kecil. Klien buang air besar 2 kali sehari. Klien mengatakan
biasanya BAB sehari 2 kali
- Pola Personal Higyene
Klien mandi sehari 2 kali dengan menggunakan sabun dan shampo dan menggosok
gigi.
- Pola Istirahat dan tidur
Klien mengatakan mengalami gangguan susah tidur pada malam hari, dan pada
siang hari pun klien tidak bisa tidur. Klien sering terbangun karena lingkungan yang
bising dan nyeri yang dirasakannya.
- Pola Aktifitas dan Latihan
Klien termasuk orang yang aktif dalam kesehariannya, dan ia beranggapan
bahwanya dengan kegiatan yang dilakukannya, ia sudah melakukan olahraga, saat
ini klien merasa lemah dan lelah untuk melakukan kegiatan dan hanya terbaring di
tempat tidur.

E. Pengkajian Fungsional Lansia


Instrumen Pengkajian Tentang Kemandirian
1. KATZ INDEKS
Termasuk dalam kategori manakah klien anda :
A : Mandiri dalam makan, kontinen, toileting, berpakaian, berpindah dan mandi
B : Mandiri dalam semua hal, kecuali salah satu dari fungsi di atas
C : Mandiri, kecuali mandi dan satu fungsi yang lain
D : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain
E : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, toileting dan satu fungsi yang lain
F : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, toileting, berpindah dan satu fungsi
yang lain
G : Ketergantungan untuk semua fungsi
Klien Ny.S termasuk dalam kategori A.
2. Barthel Indeks (Nilai 100 : Klien Mandiri)
Dengan
No Kriteria Mandiri Nilai
Bantuan
1 Makan 5 10 5
Berpindah dari kursi roda ke tt dan
2 5 – 10 15 5
sebaliknya
3 Personal toilet 0 5 0
4 Keluar masuk toilet 5 10 5
5 Mandi 5 15 5
6 Jalan di permukaan datar 0 5 0
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Mengenakan pakaian 5 10 5
9 Kontrol Bowels 5 10 5
10 Kontrol Bladder 5 10 5

Penilaian :
0 – 20 = Ketergantungan
21 – 61 = Ketergantungan berat / sangat tergantung
62 – 90 = Ketergantungan berat
91 – 99 = Ketergantungan ringan
100 = Mandiri

Nilai : 100
Intepretasi : klien berada pada kondisi mandiri sehingga aktifitasnya tanpa perlu
bantuan orang lain atau dalam kondisi ketergantungan berat.

F. Pengkajian Status Mental Gerontik


1) Short Portable Status Questioner (SPSMQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan sepuluh pertanyaan.

No Pertanyaan Benar Salah


1 Tanggal berapa hari ini? √
2 Hari apa sekarang ini? √
3 Apa nama tempat ini? √
4 Berapa nomor telepon anda? √
4A Dimana alamat anda? √
5 Berapa umur anda? √
6 Kapan anda lahir? √
7 Siapa presiden Indonesia sekarang? √
8 Siapa presiden sebelumnya? √
9 Siapa nama ibu anda? √
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari √
setiap angka baru, semua secara menurun
Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu salah 2 sehingga disimpulkan Ny. S
memiliki fungsi intelektual utuh.

2) Mini – Mental State Exam (MMSE)


No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun : 2022
b. Musim : kemarau dan hujan
c. Tanggal: -
d. Hari : Kamis
e. Bulan : Januari
Orientasi 5 4 Diamana kita sekarang?
a. Negara :Indonesia
b. Provinsi: Jawa Tengah
c. Kota : Magelang
d. Di : Dusun Saron
e. Ruang : -
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama tiga obyek (oleh pemeriksa)
1 detik dan mengatakan asing-masing obyek
: Meja, Kursi, Masjid
*Klien mampu menyebutkan kembali
obyek yang di perintahkan
3 Perhatian 5 3 Minta klien untuk memulai dari angka 100
dan kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali /
kalkulasi tingkat:
(93, 86, 79, 72, 65)
*Klien dapat menghitung pertanyaan
semuanya.
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada no 2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1
point masing-masing obyek.
*Klien mampu mengulang obyek yang
disebutkan
5 Bahasa 9 8 Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan nama pada klien
a. Misal jam tangan
b. Misal pensil
Minta klien untuk mengulangi kata berikut:
“tidak ada, jika, dan, atau, tetapi”. Bila
benar nilai satu poin
a. Pertanyaan benar 2 buah: tak ada,
tetapi
Minta klien untuk menuruti perintah berikut
terdiri dari 3 langkah.
“ ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan
taruh dilantai”
a. Ambil kertas ditangan anda
b. Lipat dua
c. Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)
a. “tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar
b. Tulis satu kalimat
c. Menyalin gambar
*Klien bisa menyebutkan benda yang
ditunjuk pemeriksa. Selain itu, klien bisa
mengambil kertas, melipat jadi dua, dan
menaruh di bawah sesuai perintah. klien
dapat menulis satu kalimat.
Total Nilai 25

Pedoman score kognitif global

Nilai 24 – 30 = Normal

Nilai 18 – 23 = Probable gangguan kognitif

Nilai 0 – 17 : Definited gangguan kognitif

Score total : 25
Interpretasi hasil : Menunjukkan tidak didapatkan kelainan kognitif

G. Pengkajian Fungsi Sosial/APGAR Keluarga


Tidak
No Pernyataan Selalu Jarang
Pernah
1 Saya puas bisa kembali pada keluarga √
(teman) saya untuk membantu saya saat
saya sedang susah (adaptasi)
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman) √
saya mengungkapkan masalah atau
membicarakan sesuatu dengan saya
(hubungan)
3 Saya puas bahwa keluarga (teman) saya √
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas (pertumbuhan)
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman) √
saya saat saya mengekspresikan emosi
seperti marah, sedih, gembira (afek)
5 Sayapuas dengan cara keluarga (teman) √
saya menyediakan waktu bersama-sama
(pemecahan)

Analisa Hasil Score


8 – 10 = Fungsi social normal
5–7 = Fungsi social cukup
0–4 = fungsi social kurang
Score total :7
Interpretasi hasil : Fungsi social cukup

H. Status Psikologis (Skala Depresi Geriatrik Yesavage, 1983)


PERTANYAAN JAWABAN SKOR
YA/ TIDAK
Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda? Ya 0
Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan atau minat Ya 1
atau kesenangan anda?
Apakah anda merasa bahwa hidup ini kosong belaka? Tidak 0
Apakah anda merasa sering bosan? Tidak 0
Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya 0
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Tidak 0
anda?
Apakah anda merasa bahagia di sebagian besar hidup anda? Ya 0
Apakah anda merasa sering tidak berdaya? Tidak 0
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi Ya 1
keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan Tidak 0
daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini Ya 0
menyenangkan?
Apakah anda merasa berharga? Ya 1
Apakah anda merasa penuh semangat? Ya 0
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak 0
Apakah anda pikir orang lain lebih baik keadaanya daripada Tidak 0
anda?
Jumlah 3

ANALISIS HASIL

NILAI 6-15 : DEPRESI RINGAN S/D SEDANG

NILAI 16-30 : DEPRESI BERAT

NILAI 0-5 : NORMAL

Hasil yang didapatkan = 3


Kesimpulan : Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu 3 sehingga
disimpulkan Ny.S normal ( tidak mengalami depresi)

I. Pengkajian Keseimbangan
1) Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan :
- Bangun dari tempat tidur : Ya
- Duduk di kursi : Ya
- Menahan dorongan pada sternum : Tidak
- Mata tertutup : Ya
- Perputaran leher : Ya
- Gerakan menggapai sesuatu : Ya
- Membungkuk : Ya
2) Komponen gaya berjalan atau pergerakan :
- Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan
- Ketinggian langkah kaki : Tidak
- Kontinuitas langkah kaki : Tidak
- Kesimetrisan langkah : Ya
- Penyimpangan jalur pada sistem berjalan : Tidak
- Berbalik : Ya
Skor klien : resiko jatuh sedang

J. Analisa Data

No. Tanggal DATA ETIOLOGI MASALAH


dan jam
1 20 Januari DS : Agen pencedera Nyeri akut
2022 1. Ny.S fisiologis (Gout (D.0077).
(13.00 mengatakan Arthritis/Asam
WIB) sering Urat)
mengalami
nyeri di
persendian lutut
kurang lebih 1
tahun terakhir
2. Ny.S
mengatakan:
P: Nyeri karena
asam urat dan
ketika berjalan
Q: Nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R: Lutut kanan
dan kiri
S: Skala nyeri 5
( Nyeri sedang)
T: Hilang
timbul
3. Klien
mengatakan
jarang
memeriksakan
kondisinya ke
pelayanan
kesehatan
4. Ny.S
mengatakan
akibat dari nyeri
lutut yang
dialaminya
menjadi sulit
untuk berdiri
apabila dari
posisi duduk

DO :
1. Klien kooperatif
2. Hasil TTV:
TD : 190/100
mmHg
N : 85x/menit
S : 36,20C
R: 20x/menit
3. Klien tampak
meringis apabila
menekuk lutut
kirinya.
4. Terlihat adanya
kemerahan dan
bengkak di
sekitar lutut
kanan dan kiri

2 20 DS: Ketidakmampuan Kesiapan


Januari 1. Ny.S peningkatan
keluarga dalam
2022 mengatakan pengetahuan pada
(13.20 tidak mengenal keluarga Ny. S
WIB) mengetahui
masalah
kadar asam urat
dalam darahnya kesehatan
2. Keluarga Ny. S
keluarga.
tidak tahu kalau
dengan minum
air putih dapat
menurunkan
kadar asam
urat.
DO:
1. Klien dan
keluarga tampak
banyak bertanya
tentang penyakit
yang diderita
oleh Ny.S

3. 20 Januari DS: Ketidakmampuan Hambatan


2022 1. Ny.S dan keluarga dalam mobilitas fisik
(13.25 keluarga tidak mengenal masalah pada Ny.S
WIB) tahu bagaimana kesehatan
cara merawat keluarga.
pasien yang
menderita asam
urat.
2. Keluarga hanya
mengatakan
melarang Ny.S
mengkonsumsi
makanan seperti
jeroan.
3. Ny.S sering
mengkonsumsi
makanan yang
mengandung zat
purin seperti
daun ubi
DO:
1. Lutut kanan
Ny.S terlihat
bengkak, dapat
berjalan tetapi
agak lemah
2. Ny.S mengeluh
kalau sendi
sendinya terasa
nyeri, kebas dan
sering
kesemutan
sudah hampir
kurang lebih 1
tahun

K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut pada Ny S berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (Asam Urat)
(D.0077)
2. Defisiensi pengetahuan pada keluarga Ny. S berhubungan Ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah kesehatan keluarga (D.0111)

L. Intervensi Keperawatan

No. Hari/ Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


tanggal keperawatan (SLKI)
(SIKI)
1. 22 Nyeri akut Setelah dilakukan tindak Manajemen Nyeri a Untuk
januari berhubungan Keperawatan 3x8 jam (I.08238): mengetah
2022 dengan diharapkan a Monitor tanda- ui tanda-
(10.00 Agen tingkat nyeri menurun tanda vital tanda vital
WIB) pencedera dengan kriteria hasil: klien klie
fisiologis Tingkat nyeri (L.08066) b Identifikasi b Untuk
(Asam Urat) a Keluhan nyeri lokal, mengetah
(D.0077) menururun (3-4) karakteristik, ui
b Tampak meringis durasi, karakterist
kesakitan frekuensi, ik nyeri,
(3-5) kualitas, lokasi,
c Sikap protektif intensitas frekuensi
menurun (3-4) nyeri, skala dan
d Gelisah (3-4) nyeri intensitas
c Berikan teknik nyeri yang
Keterangan: nonfarmakolo dirasakan
3: Sedang gis untuk c Untuk
4: Cukup Menurun mengurangi menguran
5: Menurun nyeri yaitu gi rasa
relaksasi nafas nyeri,
dalam Klien
d Anjurkan dapat
memonitor melakuka
nyeri secara n relaksasi
mandiri nafas
e Kolaborasi dalam
dengan secara
pemberian mandiri
analgetik d Untuk
mengeduk
asi klien
terkait
memonito
r nyri
ysng
dirasakan
e Kolaboras
i untuk
menguran
gi rasa
nyeri

2. 25 Kesiapan Setelah dilakukan Edukasi a Klien


Januari peningkatan tindakan keperawatan kesehatan mampu
2022 pengetahuan selama 3x8 jam (I.12383): dan siap
(12.30 pada diharapkan masalah menerima
WIB) keluarga keperawatan difisiensi a Identifikasi informasi
berhubungan pengetahuan dapat kesiapan dan terkait
Ketidakmam teratasi dengan kriteria kemampuan sakit nya
puan hasil dalam b Memperm
keluarga Tingkat pengetahuan menerima udaah
dalam ( L.12111): informasi klien
mengenal a Perilaku sesuai b Sediakan dalam
masalah anjuran materi dan memaham
kesehatan meningkat media i
keluarga b Verbalisasi minat pendidikan penyampa
(D.0111) dalam belajar kesehatan ian materi
meningkat c Agar klien
(tema: asam
c Kemampuan memaham
urat)
menjelaskan i materi
pengetahuan c Berikan yang
tentang suatu kesempatan disampaik
topik meningkat untuk bertanya an apabila
d Perilaku sesuai d Edukasi untuk kurrang
dengam periksa ke jelas
pengetahuan pelayanan d Agar sakit
meningkat kesehatan asam urat
e Kolaborasi dapat
dengan terkontrol
keluarga untuk apabila
sering
mengontrol
melakuka
asam urat pada
n
klien pemeriksa
an
e \keluarga
dapat
membantu
klien
dalam
mengatasi
sakit yang
diderita
nya

M. Implementasi Keperawatan
No. Hari/ Diagnosa Implementasi Respon Paraf
Tgl Keperawatan
1. 23 Nyeri akut a Memonitor a DS:
tanda-tanda vital
januari berhubungan - Klien
klien
2022 dengan Agen mengatakan
(10.20 pencedera bersedia
WIB) fisiologis dilakukan
(Asam Urat) pengecekan tanda
(D.0077) vital
DO:
TD: 180/90
mmHg
N: 87 x/menit
RR: 20 x/menit
Suhu: 36, 5

b Mengidentifikasi
(10.23 b DS:
lokal,
WIB) karakteristik, - Ny.S
durasi,
mengatakan:
frekuensi,
kualitas, P: Nyeri karena
intensitas nyeri, asam urat dan
skala nyeri ketika berjalan
Q: Nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R: Lutut kanan
dan kiri
S: Skala nyeri 3 (
Nyeri ringan)
T: Hilang timbul
DO:
-Klien tampak
meringis
kesakitan
Tampak klien
susah dalam
berjalan

c Memberikan c DS:
(10.34
teknik
- Klien mngatakan
WIB) nonfarmakologis
untuk bersedia
mengurangi
melakukan teknik
nyeri yaitu
relaksasi nafas relaksasi nafas
dalam
dalam untuk
menguramgi
nyeri ketika nyeri
muncul
DO:
- Tampak klien
kooperatif
mengikuuti
anjuran
- Tampak klien
lebih rileks
- Tampak klien
kooperatif
-
d Menganjurkan d DS:
(10.37 memonitor nyeri - Klien
secara mandiri
WIB) mengatakan akan
menerapkan
relaksasi nafas
dalam ketika
nyeri muncul
DO:
Tampak klien
paham

(10.40 e Mengkolaborasi e DS:


dengan
WIB) - Keluarga klien
pemberian
analgetik bersedia
membantu klien
dalam
mengontrol nyeri
nya
DO:
- tampak
keluarga klien
memebrikan
support untuk
kesembuhan
klien

2. 24 Kesiapan a Mengidentifikasi a DS:


Januari peningkatan kesiapan dan - Klien
kemampuan dalam
2022 pengetahuan menerima informasi mengatakan
(11.00 pada keluarga bersedia dan siap
WIB) berhubungan menerima
Ketidakmampu informasi terkait
an keluarga asam urat
dalam DO:
mengenal - Tampak klien
masalah antusias dengan
kesehatan informasi yang
keluarga akan diberikan
(D.0111)
b Menyediakan materi b DS:
(11.05 dan media - Klien
pendidikan
WIB) kesehatan (tema: mengatakan
asam urat) paham dengan
materi yang
disampaikan
DO:
- Klien tampak
memahami dan
mengaerti
edukasi yang
disampaikan
- Tampak klien
kooperatif
- Hasil cek asam
urat: 5,9 mg/dL
(11.13
c Memberikan
WIB) kesempatan untuk c DS:
bertanya - Klien
mengatakan
bertanya tentang
materi yang telah
disampaikan
DO:
- Tampak klien
melakukan sesi
tanya jawab
(11.16
WIB) d Mengedukasi untuk d DS:
periksa ke pelayanan - Klien
kesehatan
mengatakan akan
memeriksakan
kondisis nya di
temapt pelayanan
kesehatan
DO:
- Klien tmapak
paham dan
mengerti arahan
yang
disampaikan

(11.23 e DS:
e Mengkolaborasi
WIB) dengan keluarga - Keluarga klien
untuk mengontrol menagatakan
asam urat pada klien
akan senantiasa
memabantu klien
untuk
kesembuhanya
DO:
- Tampak keluarga
klien ikut serta
dalam proses
edukasi terkait
asam urat
- Tampak keluarga
klien
memberikan
support kepada
klien

N. Evaluasi Keperawatan
No Tanggal dan Diagnosa Evaluasi Paraf
Jam Keperawatan (Subjective, Objective,
(SDKI) Assessment/Analysis, Plan)

1. 23 Januari Nyeri akut S:


2022 (10.40 berhubungan - P: Nyeri karena asam
WIB) dengan Agen urat dan ketika berjalan
pencedera - Q: Nyeri seperti
fisiologis (Asam ditusuk-tusuk
Urat) (D.0077) - R: Lutut kanan dan kiri
- S: Skala nyeri 3 ( Nyeri
ringan)
- T: Hilang timbul
O:
- Klien tampak rileks
- Hasil TTV
TD: 180/90 mmHg
N: 87 x/menit
RR: 20 x/menit
Suhu: 36, 5
- Klien tampak kooperatif
- Klien paham dan
memahami
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

2. 24 Januari Kesiapan S:
2022 peningkatan
(11.30 WIB) pengetahuan pada - Klien mengatakan bersedia
keluarga dan siap menerima
berhubungan
Ketidakmampuan informasi terkait asam urat
keluarga dalam - Klien mengatakan paham
mengenal masalah
dengan materi yang
kesehatan
keluarga (D.0111) disampaikan
- Keluarga klien
menagatakan akan
senantiasa membantu klien
untuk kesembuhanya
O:
- Hasil cek asam urat: 5,9
mg/dL
- Tampak klien antusias
dengan informasi yang
akan diberikan
- Klien tampak memahami
dan mengaerti edukasi
yang disampaikan
- Tampak klien kooperatif
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, N. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gout Arthritis Di Panti
Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda.

Suhardi. (2018). Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Bp.M Dengan Rheumatik Di


Puskesmas Kambang Kec. Lengayang Kab. Pesisir Selatan 2018.

As’adi, Muhammad. (2010). Waspadai Asam Urat. Yogyakarta: Diva Press.

Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Ernawati, dkk. (2017). Gambaran Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur pada Lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. http://repository.unja.ac.id/2381. Diakses pada
tanggal 21 Mei 2019.

Fitriana, Rahmatul. (2015). Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.

Iqbal, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta:
Buletin Jendela.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Resehatan Dasar (Riskesdas)
2013.http://www.depkes.go.id/download/general/Hasil%20Riskesdas%2020 13.pdf.
Diunduh pada tanggal 18 November 2018

Zahroh, Chilyatiz, Faizah, Kartika. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurun
Nyeri pada Penderita Penyakit Arthritis Gout.
http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk/article/download/328/pdf. Diunduh pada tanggal 29
Mei 2019

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-3 (Revisi).
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-2. Jakarta: DPP
PPNI.

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction

Anda mungkin juga menyukai