Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA

LANSIA DENGAN GANGGUAN RHEUMATOID ARTHRITIS

Dosen Pembimbing :
Sukma A C.K, S.kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.J

Disusun Oleh :
Rizqi Sa'diyyah (1920036)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
A. Kosep Lansia dan Penyakit Rematik
1. Definisi lansia
Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan aktifitas jaringan untuk memperbaiki
atu mengganti diri dan mempertahankan strukrur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang dide rita (Darmojo,2010).

2. Batasan Umur Lansia


Batasan umur menurut organisasi WHO ada 4 tahap lansia meliputi : usia pertengahan
(Middle age )= kelompok usia 45-59 tahun, usia lanjut (Elderly)= antara 60-74 tahun, usia
lanjut tua (Old)= antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very Old)=diatas 90 tahun.

Di indonesia batasan mengenai lansia adalah 60 tahun ke atas, terdapat dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahtereraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat
2 .Menurut undang-undang tersebut diatas lanjut adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Kurhariyadi,2011).

3. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


a. Menurut Nugroho (2000) Perubahan Fisik pada lansia adalah :
1. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra
seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak
menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.

2. Sistem Persyarafan

Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak
menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman
dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah,
kurang sensitive terhadap sentuhan.

3. Sistem Penglihatan

Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada
lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.
4. Sistem Pendengaran

Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada
yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
5. Sistem Cardiovaskuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun 1% setiap


tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh
darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan
posisidari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal
± 95 mmHg.

6. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa factor yang
mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: Temperatur tubuh menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

7. Sistem Respirasi

Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih


berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun.
Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun
menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.

8. Sistem Gastrointestinal

Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran


esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan
menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.

9. Sistem urinaria

Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg,
frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir
mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual
intercrouse berefek pada seks sekunder.

10. Sistem Endokrin

Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan
sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
11. Sistem Kulit

Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan
kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah
dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.

12. System Muskuloskeletal

Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,
persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi
serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.

b. Perubahan psikososial

1. Penurunan Kondisi Fisik


Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi
fisik yang bersifat patologis berganda ( multiple pathology ), misalnya tenaga
berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin
rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya
dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka
perlu menyelaraskan kebutuhankebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun
sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang
bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya
dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.

2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan
dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan metabolisme,
misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya prostatektomi,
kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat
kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid,
tranquilizer.

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh
tradisi dan budaya.
c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
d. Pasangan hidup telah meninggal.

e. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa


lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

3. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua,
namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan,
status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung
dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.

Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa
senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap
pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi
masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih
menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan
hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri,
bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji
penuh.

Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi


masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk
menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif.
Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat
dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing.
Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis
dan macamnya.

4. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat.


Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang


memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat
beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan
kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan
pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara
karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan
pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali
menjadi terlantar.

B. Rheumatoid Arthritis
1. Definisi
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi
pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari
kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson
dalam Budi Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ
tubuh (Hidayat, 2006).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang
rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-
sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan
hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali berhubungan dengan trauma
maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit
sendi lainnya.

2. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
1) Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat.
Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang
rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.

2) Jenis kelamin wanita lebih sering


Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45
tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats
usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada
pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3) Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini
mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan tulang.

4) Genetik
Faktor herediter juga berperan timbulnya rematik miaslnya pada seorang ibu dari seorang
wanita dengan rematik pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering
rematik pada sendi tersebut. Anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering
dari pada ibuknya.
5) Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan
dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor
mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.

6) Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga


Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan
peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi
yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.

7) Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis
paha pada usia muda.

8) Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal
ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi
benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi
menjadi lebih mudah robek.
3. WOC

4. Manifestasi klinis
a. Nyeri pada anggota gerak.
b. Kelemahan otot.

c. Peradangan dan bengkak pada sendi.

d. Kekakuan sendi.

e. Kejang dan kontraksi pada otot.

f. Gangguan fungsi.

g. Sendi berbunyi (Krepitasi)

h. Sendi goyah.

i. Timbulnya perubahan bentuk (Deformitas).

j. Timbulnya benjolan nodul.

(Soumya,2011)

5. Komplikasi Rheumatoid Arthritis

Jika tidak ditangani dengan baik, rheumatoid arthritis dapat menyebabkan beberapa komplikasi,
di antaranya:

1. Cervical myelopathy
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi tulang leher dan mengganggu saraf
tulang belakang.
2. Carpal tunnel syndrome
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi pergelangan tangan, sehingga
menekan saraf di sekitarnya.
3. Sindrom Sjogren
Kondisi ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air mata dan ludah, sehingga
menimbulkan keluhan mata kering dan mulut kering.
4. Limfoma
Limfoma merupakan sejenis kanker darah yang tumbuh pada sistem getah bening.
5. Penyakit jantung
Kondisi ini dapat terjadi bila sistem kekebalan tubuh menimbulkan peradangan di pembuluh darah
jantung.

Selain komplikasi akibat penyakitnya sendiri, pengobatan rheumatoid arthritis juga dapat
menimbulkan efek samping berupa osteoporosis, yang membuat tulang menjadi rapuh dan rentan
patah.

6. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menyokong diagnosa (ingat bahwa ini terutama merupakan diagnosa klinis)

a. Tes serologik
b. rematoid – 70% pasien bersifat seronegatif. Catatan: 100% dengan factor rematoid yang
positif jika terdapat nodul atasindroma Sjogren.
c. Antibodi antinukleus (AAN)- hasil yang positif terdapat pada kira-kira 20 kasus.
d. Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena, perubahan perubahan yang dapat di temukan
adalah:

- Pembengkakan jaringan lunak

- Penyempitan rongga sendi

- Erosi sendi

- Osteoporosis juksta artikule

e. Untuk menilai aktivitas penyakit:


1. Erosi progresif pada foto sinar X serial.
2. LED. Ingat bahwa diagnosis banding dari LED yang meningkat pada
artritisreumatoid meliputi :

- penyakit aktif

- amiloidosis

- infeksi
- sindroma Sjorgen ;
3. Anemia : berat ringannya anemia normakromik biasanya berkaitan dengan
aktifitas.
4. Titer factor rematoid : makin tinggi titernya makin mungkin terdapat kelainan
ekstra artikuler.
5. Faktor ini terkait dengan aktifitas artritis.

7. Penatalaksanaan Medis
Oleh karena penyebab pasti arthritis Reumatoid tidak diketahui maka tidak ada pengobatan
kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar dijelaskan
kepada penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan mengurangi
keluhan/ gejala memperlambat progresifvtas penyakit.

Tujuan utama dari program penatalaksanaan/ perawatan adalah sebagai berikut.

 Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan


 Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita
 Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi.
 Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.

Cara penatalaksanaan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas, yaitu :

a. Pendidikan

Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan


yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang
berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian,
patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis)
penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan, sumbersumber bantuan untuk
mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh
tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.

b. Istirahat

Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana
penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya
menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.

c. Latihan Fisik dan Termoterapi

Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali
sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan.
Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri.
Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah
mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang
berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh
adanya penyakit.

d. Obat-obatan

Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan
penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan
peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, status
perkawinan, dx. Penyakit. tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan
keberadaaan bersama bentukbentuk rematik lainnya.

a. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional
yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.

Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan
pada sendi.

b. Kardiovaskuler

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

c. Integritas ego

Gejala : Faktor-faktor stres akut / kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,


faktor-faktor hubungan.

Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan) Ancaman pada konsep


diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).
d. Makanan/ cairan

Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan


adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk mengunyah

Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.

e. Hygiene

Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.


Ketergantungan

f. Neurosensori

Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.Gejala : Pembengkakan sendi simetris

g. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi).

h. Keamanan

Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan
menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.

i. Interaksi sosial

Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.

II. Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2) Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal Nyeri,
ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
3) Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
4) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan interpretasi
informasi
III. Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL

1. Nyeri (akut ) Setelah dilakukan 1) Kaji 1) Membantu menentukan


berhubungan tindakan keperawatan keluhan nyeri, kebutuhan manajemen nyeri
dengan kepada klien selama kualitas, lokasi, dan keefektifan program
agen proses keperawatan intensitas (skala 0- 2) Matras lembut dan bantal
pencedera : diharapkan nyeri 10), dan waktu. kecil mencegah pemeliharaan
a. Distensi teratasi. 2) Catat kesejajaran tubuh yang tepat,
jaringan oleh faktor yang mengistirahatkan sendi yang
akumulasi Kriteria hasil : mempercepat dan sakit.
cairan 1) Menunjukkan tanda rasa sakit 3) Peninggian linen tempat
b. Proses nyeri nonverbal. tidur menurunkan tekanan
inflamasi hilang/terkontrol 3) Berikan sendi yang
c. Destruksi 2) Terlihat rileks, matras/kasur lembut terinflamasi/nyeri
sendi dapat tidur atau dan bantal kecil. 4) Penyakit berat/eksaserbasi,
beristirahat dan 4) Tinggikan tirah baring diperlukan untuk
berpartisipasi linen tempat tidur membatasi nyeri atau
dalam aktivitas sesuai kebutuhan.
5) Berikan
posisi nyaman
waktu tidur/duduk
di kursi.
6) Tingkatkan
istirahat di tempat
tidur sesuai indikasi.
7) Pantau
penggunaan bantal,
karung pasir, bebat,
dan brace.
8) Anjurkan
mandi air
sesuai kemampuan hangat/pancuran pada waktu cedera sendi
3) Mengikuti bangun. Sediakan waslap hangat 5) Mengistirahatkan sendi
program untuk mengompres sendi yang sakit yang sakit dan
farmakologis yang beberapa kali. mempertahankan posisi
diresepkan 9) Berikan massase yang netral. Catatan : penggunaan
4) Menggabungka lembut brace menurunkan nyeri, dan
n keterampilan 10) Gunakan teknik mengurangi kerusakan sendi.
relaksasi dan aktivitas manajemen stress, missal, 6) Panas meningkatkan
hiburan ke dalam relaksasi progresif dan relaksasi otot dan mobilitas,
program control/nyeri distraksi, sentuhan terapeutik, menurunkan rasa sakit dan
visualisasi, pedoman imajinasi, kekakuan di pagi hari.
dan pengendalian napas. Sensitivitas pada panas dapat
11) Libatkan dalam hilang dan luka dermal.
aktivitas hiburan yang sesuai Dapat sembuh
situasi individu 7) Meningkatkan relaksasi
12) Kolaborasikan dalam atau mengurangi ketegangan
pemberian obat sesuai petunjuk otot.
13) Kolaborasikan dalam 8) Meningkatkan relaksasi,
operasi (sinovektomi). memberikan rasa control,
dan meningkatkan kemampuan
koping.
9) Memfokuskan
kembali perhatian,
memberikan stimulasi,
meningkatkan rasa percaya
diri dan perasaan sehat.
10) Bekerja
antiinflamasi dan efek
analgesic ringan
mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.
11) Memberi
dukungan panas untuk sendi
yang sakit
12) Penangkatan
sinovium yang meradang
mengurangi nyeri dan
membatasi progresif
perubahan degenerative.

2. Gangguan Setelah dilakukan 1) Evaluasi pemantauan tingkat 1) Tingkat aktivitas atau latihan
mobilitas fisik tindakan keperawatan inflamasi/rasa sakit pada sendi tergantung dari
berhubungan dengan kepada klien selama 2) Pertahankan tirah perkembangan
: proses keperawatan baring.duduk. jadwal proses
a. Deformitas diharapkan gangguan aktivitas untuk inflamasi
skeletal mobilitas fisik teratasi. memberikan periode 2) Istirahat sistemik
b. Nyeri istirahat terus menerus dan dianjurkan selama
c. Ketidaknya Kriteeria Hasil : tidur malam hari eksaserbasi akut dan seluruh
m anan 1) Mempertahankan 3) Bantu rentang gerak fase penyakit untuk
d. Intoleransi fungsi posisi aktif/pasif, latihan resistif dan mencegah kelelahan,
terhadap dengan pembatasan isometric mempertahankan kekuatan.
aktivitas kontraktur 4) Ubah posisi dengan sering 3) Meningkatkan fungsi
e. Penurunan 2) Mempertahankan 5) Posisikan dengan bantal, sendi, kekuatan otot dan
kekuatan otot. atau meningkatkan kantung pasir, bebat, dan brac stamina
kekuatan dan fungsi 6) Gunakan bantal kecil/tipis 4) Menghilangkan tekanan
dari di bawah leher jaringan dan meningkatkan
dan/atau kompensasi 7) Dorong klien sirkulasi
bagian tubuh memeprtahankan postur tegak 5) Meningkatkan stabilitas
3) Mendemonstrasika dan duduk tinggi, berdiri, serta jaringan (mengurangi risiko
berjalan cedera), mempertahankan
8) Berikan lingkungan aman, posisi sendi yang diperlukan
misal menaikkan kursi, dan kesejajaran tubuh,
menggunakan pegangan tangga mengurangi kontraktur
pada bak/pancuran dan toilet, 6) Mencegah fleksi leher
n teknik/perilaku penggunaan alat bantu mobilitas 7) Memaksimalkan fungsi
yang memungkinkan atau kursi roda sendi, mempertahankan
melakukan aktivitas. 9) Kolaborasikan dengan ahli terapi mobilitas
fisik. 8) Menghindari cedera
akibat kecelakaan/jatuh
9) Memformulasikan
program latihan berdasarkan
kebutuhan individual dan
mengindentifikasi bantuan
mobilitas.

3. Gangguan Setelah dilakukan 1) Dorong pengungkapan 1) Berikan kesempatan


Gambaran tindakan keperawatan mengenai proses penyakit dan mengidentifikasi rasa
Diri kepada klien selama harapan masa depan takut/kesalahan konsep dan
berhubungan proses keperawatan 2) Diskusikan persepsi klien menghadapi secara langsung
dengan : diharapkan gangguan mengenai bagaimana keluarga 2) Isyarat verbal atau
a. Perceptual gambaran diri teratasi. menerima keterbatasan nonverbal keluarga
kognitif 3) Bantu klien berpengaruh pada bagaimana
b. Psikososial Kriteria Hasil : mengekspresikan perasaan klien memandang dirinya
c. Perubahan 1) Mengungkapkan kehilangan 3) Untuk mendapatkan
kemampuan peningkatan rasa 4) Perhatikan perilaku menarik dukungan proses berkabung
untuk diri, penggunaan
menyangkal/terlalu
melakukan tugas percaya diri dalam memperhatikan tubuh yang adaptif
umum d. kemampuan untuk 5) Bantu klien 4) Menunjukkan
Peningkatan menghadapi penyakit, mengidentifikasi perilaku emosional/metode
penggunaan perubahan gaya hidup, positif yang membantu koping 5) koping maladaptive
energy dan kemungkinan 6) Ikutkan klien dalam sehingga membutuhkan
e. Ketidakseimb keterbatasan merencanakan perawatan dan intervensi lebih
angan mobilitas. 2) Menerima membuat jadwal lanjut/dukungan
perubahan gaya 7) Aktivitas psikologis
tubuh dan 8) Berikan bantuan positif 6) Membantu
mengintegrasikan ke 9) Rujuk pada konselling mempertahankan control diri
dalam konsep psikiatri dan meningkatkan harga diri.
diri 10)Kolaborasi dalam pemberiaan 7) Meningkatkan perasaan
3) Menyusun obat sesuai kompetisi atau harga diri,
tujuan/rencana 11)indikasi (missal mendorong kemandirian, dan
realitas untuk masa 12)antiansietas) partisipasi terapi.
depan 8) Memungkinkan klien
4) Mengembangkan merasa senang terhadap
keterampilan dirinya menguatkan perilaku
positif serta meningkatkan
percaya diri
perawatan diri agar 9) Klien/keluarga
dapat berfungsi dalam membutuhkan dukungan
masyarakat. selama berhadapan dengan
proses jangka panjang
10) Dibutuhkan saat
munculnya depresi hebat
sampai klien dapat
menggunakan kemampuan
koping efektif.

4. Kurang Setelah dilakukan 1) Diskusikan tingkat fungsi 1) Melanjutkan aktivitas


Perawatan tindakan keperawatan umum (0-4) sebelum timbul dengan beradaptasi pada
Diri kepada klien selama penyakit keterbatasan saat ini
berhubungan proses keperawatan 2) Kaji respons emosional klien 2) Perubahan kemampuan
dengan : diharapkan kurang terhadap merawat kemampuan merawat diri dapat
a. Kerusakan perawatan diri teratasi. merawat diri yang menurun dan membangkitkan perasaan
muskuloskelet beri dukungan emosional. cemas dan frustasi, dimana
al Kriteria Hasil : 3) Pertahankan mobilitas, dapat mengganggu
b. Penurunan 1) Melaksanakan control terhadap nyeri dan kemampuan lebih lanjut
kekuatan aktivitas perawatan diri program latihan 3) Mendukung kemandirian
c. Daya pada tingkat yang 4) Kaji hambatan terhadap fisik atau emosional
tahan konsisten partisipasi dalam perawatan diri. 4) Meningkatkan
d. Nyeri Identifikasi modifikasi kemandirian
pada saat
bergerak
e. Pembatasan dengan kemampuan lingkungan. yang akan
aktivitas. individual 5) Beri dorongan agar meningkatkan
2) Mendemonstrasika berpartisipasi dalam merawat diri. harga diri
n perubahan teknik Aktivitas yang terjadwal 5) Partisipasi klien dalam
atau gaya hidup memungkinkan waktu untuk merawat diri meningkatkan
untuk memenuhi merawat diri. harga diri dan menurunkan
kebutuhan perawatan 6) Biarkan klien mengontrol perasaan ketergantungan.
diri lingkungan sebanyak mungkin, 6) Memberi kesempatan
3) Mengidentifikasi bantu klien hanya jika diminta. mengontrol dapat
sumber pribadi atau 7) Jelaskan berapa lama meningkatkan harga diri dan
komunitas yang kemampuan merawat diri yang menurunkan perasaan
dapat menurun ketergantungan.
memenuhi kebutuhan diharapkan untuk bertahan, jika 8) 7) Dapat mengurangi
perawatan diri. diketahui. ketakutan akan
9) Konsultasi dengan ahli terapi ketergantungan jangka
okupas panjang atau permanen.
8) Menentukan alat bantu
memenuhi kebutuhan
individu.

5. Kurang Setelah dilakukan 1) Tinjau proses penyakit, prognosis, 1) Memberikan pengetahuan


Pengetahuan tindakan keperawatan dan harapan masa dimana klien dapat membuat
(Kebutuhan kepada klien selama depan pilihan berdasarkan
Belajar), proses keperawatan 2) Diskusikan kebiasaan klien informasi.
mengenai kondisi, diharapkan kurang dalam penatalaksanaan proses 2) Tujuan kontrol penyakit
prognosis, pengetahuan teratasi. sakit melalui diet, obat, latihan adalah untuk menekan
dan dan istirahat. inflamasi atau jaringan lain
pengobatan Kriteria Hasil : 3) Bantu dalam merencanakan untuk mempertahankan fungsi
berhubungan 1) Menunjukkan jadwal aktivitas terintegrasi yang sendi dan mencegah
dengan : pemahaman tentang realitas, istirahat, perawatan deformitas
a. Kurangnya kondisi/prognosis pribadi, pemberian obat, terapi 3) Memberikan struktur dan
pemajanan/me dan perawatan fisik dan manajemen stress. mengurangi ansietas pada
ngingat 2) Mengembangkan 4) Tekankan pentingnya waktu menangani proses
kurangnya rencana untuk melanjutkan manajemen penyakit kronis kompleks.
interpretasi perawatan diri, farmakoterapi 4) Membatasi iritasi gaster.
informasi. termasuk modifikasi 5) Anjurkan mencerna obat 5) Pengurangan nyeri dapat
gaya hidup yang dengan makanan pada sebelum meningkatkan tidur dan kadar
konsisten dengan tidur darah serta mengurangi
mobilitas atau 6) Tinjau pentingnya diet yang kekakuan pada pagi hari.
pembatasan seimbang dengan makanan yang 6) Meningkatkan perasaan
banyak mengandung vitamin, sehat dan perbaikan atau
protein, dan zat besi regenerasi
aktivitas. 7) Dorong klien obesitas untuk jaringan.
menurunkan berat badan dan 7) Penurunan berat badan
berikan informasi penurunan mengurangi tekanan pada
berat badan sesuai kebutuhan sendi, terutama pinggul, lutut,
8) Berikan informasi mengenai pergelangan kaki, dan telapak
alat bantu, missal tongkat atau kaki.
palang keamanan. 8) Mengurangi paksaan untuk
9) Diskusikan teknik menggunakan sendi dan
menghemat energy, misal, duduk memungkinkan klien ikut
daripada berdiri untuk serta secara lebih nyaman
mempersiapkan makanan dan dalam aktivitas yang
mandi dibutuhkan.
10)Dorong mempertahankan 9) Mencegah kepenatan,
posisi tubuh yang benar pada memberikan kemudahan
saat istirahat dan waktu perawatan diri, dan
melakukan aktivitas, misal, kemandirian.
menjaga agar sendi tetap 10)Mekanika tubuh yang baik
meregang, tidak fleksi harus menjadi bagian dari
gaya hidup klien untuk

mengurangi dan tekanan sendi


nyeri.
IV. Implementasi
Merupakan pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam rencana keperawatan.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independent), saling ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan rujukan/ ketergantungan
( dependent). (Tartowo & Wartonah , 2015)

V. Evaluasi
Menurut (Tartowo & Wartonah , 2015) Adalah proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria
hasil pada tahap perencanaan. Untuk mempermudah mengevaluasi/memantau perkembangan pasien digunakan komponen SOAP adalah sebagai
berikut:
S : Data subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan
O : Data objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan
A : Analisa
Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan suatu masalah/ diagnosis baru yang terjadi
akibat perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif
P : Planning
Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya, tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan data tidak memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan.

DAFTAR PUSTAKA
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Brunner and Suddarth’s. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Penerbit : LWW, Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit : EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC, Jakarta
Djuanda, Adhi. 2005i Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penerbit : Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Penerbit : Media Aesculapius FK UI, Jakarta.
Tarwoto dan Wartonah.,2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan . Edisi :4 .Jakarta

Anda mungkin juga menyukai