GERONTIK
DISUSUN OLEH :
Rizqi Sa’diyyah (1920036)
1
2021 - 2022
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa untuk
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami untuk dapat menyelesaikan
tugas resume “MATERI KEPERAWATAN GERONTIK”.
Adapun maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik Semoga dalam penyusunan resume ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam resume ini dan
kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata ataupun kalimat yang tidak
pantas di resume ini. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari berbagai
pihak untuk bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja untuk kedepannya.
Penulis
3
KONSEP KEPERAWATAN GERONTIK
4
9) Memberikan semangat, dukungan dan harapan pada lansia
10) Menerapkan hasil penelitian, dan mengembangkan layanan
keperawatan melalui kegiatan penelitian
11) Melakukan upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
12) Melakukan koordinasi dan manajemen keperawatan
13) Melakukan pengkajian, merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh
14) Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
15) Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli
dibidangnya
5
TEMPAT PELAYANAN BAGI LANSIA
Secara umum, ada empat jenis pelayanan yang diberikan Posyandu lansia:
1. Pelayanan Kesehatan
6
1) Mencatat pola makan
2) Cara mandi
3) Rutinitas buang air
4) Kemampuan untuk berjalan dan berpakaian
5) Kemampuan untuk turun atau naik tempat tidur
6) Kemandirian lansia tersebut
4. Kegiatan olahraga
7
5. Kegiatan non kesehatan
1) Kegiatan kerohanian
2) Arisan
3) Kegiatan ekonomi produktif seperti berjualan
4) Berkebun
5) Forum diskusi penyaluran hobi dan lain-lain
8
lansia dapat merasakan kesejahteraan lahir dan batin. Keberadaan lansia
dalam keluarga dengan pengetahuan, pengalaman, dan kearifan yang telah
diperolehnya dalam kehidupan, diharapkan dapat memberikan konstribusi
bagi keluarga dan bangsa. Pelayanan dalam keluarga diharapkan men-
jadi pilihan utama dalam upaya penanganan permasalahan lansia di masa
datang. Lansia tetat tinggal di lingkungan keluarga bersama anak, cucu,
dan atau sanak keluarga lainnya.
9
pengasraman (Dir. Pelayanan Sosial Lanjut Usia, 2011: 5). Pelayanan
yang dilakukan keluarga kepada lansia, sebagai upaya mewujudkan lansia
yang sejahtera dilakukan sebagai berikut:
10
kegiatan sosial di lingkungannya, memberikan kesempatan untuk
mengunjungi kerabat dekat (anak, saudara, atau teman-teman).
1) Penghasilan Keluarga
Foster Care Service adalah model pelayanan sosial lansia melalui keluarga
pengganti. Hal ini disebabkan keluarga lansia tidak dapat memberi
pelayanan yang dibutuhkan terhadap lansia sehingga menjadi terlantar.
Artinya, model ini adalah merupakan pelayanan sosial yang diberikan
11
kepada lansia, di luar keluarga sendiri dan di luar lembaga. Menghadapi
lansia terlantar, yang tidak dapat dilayani oleh keluarganya sendiri
memerlukan kiat-kiat tersendiri. Terutama bagaimana kita mengetahui
kebutuhan dan mengatasi masalah yang dihadapi lansia dan keluarganya.
Dalam model Foster care service ini, yaitu pelayanan kepada lansia
terlantar –termasuk pelayanan kesehatan dan perawatan- pada dasarnya
12
bertujuan untuk kesejahteraan. Pada dasarnya pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada mereka, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, adalah
bagaimana membantu memberi semangat hidup dalam rangka
mempertahankan hidup mereka di usia senja nya.
Dalam hal ini, jelas tanggung jawab seorang perawat (yang khusus
menangani lansia) sangatlah besar dalam memotivasi lansia terlantar
untuk menjalani hari-hari tuanya, disamping ikut membantu melayani
kebutuhannya. Sifat sabar dan telaten dalam memberikan pelayanan
kepada lansia terlantar, adalah kunci keberhasilan yang tidak bisa
dianggap sepele.
Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA 61) yang dahulu bernama Home Care
Lembaga Non Panti.
13
dengan kondisi dan usia para Lansia agar kesehatan
mereka tetap terjaga sehingga tidak mudah sakit.
e. Pembinaan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan
secara rutin yang diharapkan dapat meningkatkan dan
memantau kondisi kesehatan para Lanjut Usia.
Sasaran Kegiatan
Tujuan Umum
14
Tercapainya kualitas hidup & kesejahteraan para lansia yang layak dalam
tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan nilai-nilai
luhur budaya bangsa sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan
tenteram lahir batin.
Tujuan Khusus
15
di sekelilingnya, dikarenakan adanya penurunan fisik, perubahan
psikologi, dll.
1. Ketergantungan personal
2. Ketergantungan domestik
3. Ketergantungan sosial/fmansial
1. Upaya promotif
16
c. Bimbingan rohani pada lansia, kegiatannya antara lain
:Sarasehan, pembinaan
17
3. Upaya kuratif
Upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau petugas panti
terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut ini:
1. Fase orientasi
18
Tujuan
g. Data kesehatan lansia : Data ttg penyakit yang diderita, gejala yang
dirasakan, observasi kondisi fisik dan mental lansia
2. Fase identifikasi
3. Fase intervensi
4. Fase resolusi
KONSEP LANSIA
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa
ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin
menurun.
19
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama
lain.
Periode selama usia lanjut ketika kemunduran fisik dan mental terjadi
secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap
penurunan ini dapat dilakukan , dikenal sebagai ‘’senescence’’yaitu masa
proses menjadi tua.
20
Istilah ‘keuzuran’’(sinelity) digunakan untuk mengacu pada periode waktu
selama usia lanjut apabila kemunduran fisik telah terjadi disorganisasi
mental. Seseorang yang menjadi eksentrik, kurang perhatian,dan terasing
secara sosial, maka penyesuaian dirinya pun buruk biasanya disebut
‘’uzur’’. Sikap tidak senang terhadap diri sndiri , orang lain, pekerjaan,
dan kehidupan pada umumnya dapat menuju keadaan uzur , karena terjadi
perubahan pada lapisan otak. Akibatnya, orang menurun secara fisik dan
mental akan segera mati.
Status kelompok orang minoritas ini terjadi sebagai akibat dari sikap sosial
yang tidak menyenangkan terhadap orang usia lanjutdan diperkuat oleh
klise yang tidak menyenangkan tentang mereka.
Kelompok orang usia lanjut disebut sebagai warga Negara kelas dua, yang
hidup dengan status bertahan dan mempunyai efek penting terhadap
pribadi dan penyesuaian sosial penting. Jika kalau orang orang usia lanjut
dikorbankan dalam beberapa hal mereka sesungghnya merupakan korban.
Karena keadaan yang sakit sakitan, kesepian, dan terror yang
mengancamnya membuat mereka mudah menjadi mangsa para tukang
obat, khusus nya mereka yang terserang penyakit. Sifat seperti ini
merupakan sifat tamak, sehingga menimbulkan reaksi yang tidak simpatik
terhadap sifat tamak mereka. Ini semua merupakan penipuan besar yang
diatur secara licik.
21
Karena sikap sosial yang tidak menyenagkan bagi kaum usia lanjut, pujian
yang mereka hasilkan dihubungkan dengan peran usia tua bukan dengan
keberhasilan mereka. Perasaan tidak berguna dan tidak diperlukan lagi
bagi orang yang berusia lanjut menbumbuhkan rasa rendah diri dan
kemarahan, yaitu perasaan yang tidak menunjang proses penyesuaian
sosial seseorang. Busse dan Pfeifer mengatakan ‘’adalah hal yang sulit
untuk mempertahankan identitas positif seseorang jika tiang tiang yang
diperlukan untuk identitas peran seseorang telah hilang.
Orang usia lanjut secara tidak proporsional menjadi subjek bagi masalah
emosional dan mental yang berat. Insiden psikopatologi timbul seiring
dengan bertambahnya usia. Gangguan fungsional keadaan depresi dan
paranoid terus bertambah sama sepeti penyakit otak setelah berusia 60
tahun. Kasus bunuh diri juga meningkat seiring dengan usia , dan jumlah
kasus bunuh diri paling sering dilakukan oleh pria kulit putih.
Menurut Butler dan Lewis (1983) serta Aiken (1989) terdapat berbagai
karakteristik lansia yang bersifat positif. Beberapa di antaranya adalah:
22
Perkembangan fisik pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan
fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan
perubahan biologis yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya
kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan
terhadap kondisi psikologis.
23
b. Perubahan Sistem persyarafan.
1. Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2. Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3. Mengecilnya syaraf panca indera.
4. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya syaraf pencium &
6. Perkembangan Sensori.
Ciri – ciri perubahan pada indra masa lansia salahsatunya sekresi saliva
berkurang mengakibatkan pengeringan rongga mulut. Papil-papil pada
permukaan lidah mengalami atrofi sehingga terjadi penurunan sensitivitas
terhadap rasa terutama rasa manis dan asin. Keadaan ini akan
24
mempengaruhi nafsu makan, dan dengan demikian asupan gizi juga akan
terpengaruh. Keadaan ini mulai pada usia 70 tahun. Perubahan indera
penciuman, penglihatan dan pendengaran juga mengalami penurunan
fungsi seiring dengan bertambahnya usia.
Tidak lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh
jantung dengan seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa
yang sehat. Bagaimanapun, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung
tidak muncul, jumlah darah yang dipompa sama tanpa
mempertimbangakan usia pada masa dewasa. Kenyataannya para ahli
penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat menjadi lebih kuat
selama kita menua dengan kapasitas meningkat bukan menurun.
25
urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia
sehingga meningkatnya retensi urin.
26
• Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis
dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %),
hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah
terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
Yang kedua klimaterik pada pria terjadi yang dapat mempengaruhi fungsi
seksual. Walaupun potensi seksual telah berkurang,tetapi tidak berarti
keinginan seksualnya berkurang.
2. Perkembangan kognitif
27
Kemerosoton fungsi kognitif pada masa tua,pada umumnya memang
merupakan sesuatu yang tidak dapat di elakkan karena disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti penyakit kekacauan otak (Alzheimer) atau karena
kecemasan dan depresi. Akan tetapi hal ini bukan berarti bahwa
keterampilan kognitif tidak bisa bisa di pertahankan dan di tingkatkan.
Kunci untuk memilihara keterampilan kognitif terletak pada tingkat
pemberian beberapa rangsangan intelektual . oleh karena itu,orang tua
sebenarnya sangat membutuhkan suatu lingkungan perangsang dalam
rangka mengasah dan memilihara keterampilan keterampilan kognitif
mereka serta mengantisipasi terjadinya kepikunan.
3. Perkembangan emosi
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi
dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia
kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi
(Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak
ikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung
sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan
perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia
kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut
usia dengan penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya
usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakuatan akan
mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu
masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam
menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada
masa-masa selanjutnya.
28
dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan
mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat
memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah
baru.
Pada orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani masa
pensiun dikatakan memiliki penyesuaian diri paling baik merupakan lanjut
usia yang sehat, memiliki pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan
baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk diantaranya teman – teman
dan keluarga, dan biasanya merasa puas dengan kehidupannya sebelum
pensiun (Palmore, dkk, 1985). Orang – orang dewasa lanjut dengan
penghasilan tidak layak dan kesehatan yang buruk, dan harus
menyesuaikan diri dengan stres lainnya yang terjadi seiring dengan
pensiun, seperti kematian pasangannya, memiliki lebih banyak kesulitan
untuk menyesuaikan diri dengan fase pensiun (Stull & Hatch, 1984).
29
“perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut bersumber dari
penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kemunduran mental
terkait dengan penurunan fisik sehingga mempengaruhi kemampuan
memori, inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap diri sendiri.
30
lebih kuat dibandingkan kelompok rasial dan kelas social tertentu
dibandingkan klompok lain lain.
A. Bahaya fisik
Seluruh bahaya yang bersifat umum terhadap kesehatan fisik pada usia
muda tidak hanya menyerang orang berusia lanjut tetapi proporsi
pengaruhnya terhadap individual lebih besar.
Tanda tanda bahaya fisik yang umum pada usia lanjut antara lain sebagai
berikut :
31
1. Penyakit dan hambatan fisik
b. Kurang gizi
Penyakit kurang gizi pada usia lanjut lebih banyak disebabkan oleh factor
pengaruh psikologi disbanding sebab ekonomi. Pengarug psikologi yang
terbesar adalah hilangnya selera karena rasa takut dan depresi mental,
tidak ingin makan sendirian, dan tidak ingin makan karena merasa curiga
senbelumnya. Bahkan pada waktu makanan yang dikonsumsi kurang
bermutu dan kurang jumlahnya, banyak orang berusia lanjut yang tidak
memperoleh gizi cukup dari makanannya, karena tidak diserap tubuh yang
disebabkan oleh gangguan system kelenjar endokrin yang tidak berfungsi
seperti dahulu.
e. Kecelakaan
32
pusing , kondisi yang lemah, dan gangguan penglihatan merupakan
penyebab kecelakaan yang paling umum bagi wanita yang berusia lanjut.
Adapun pria berusia lanjut sering memperoleh kecelakaan yang
disebabkan karena mengandarai kendaraan atau ditabrak mobil pada saat
berjalan.
b. Bahaya psikologis
33
TREND & ISSUE DALAM KEPERAWATAN GERONTIK
34
1. 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya
sendiri.
2. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.
3. 53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga.
4. Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.
B. Permasalahan Pada Lansia
1. Permasalahan Umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis
kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota
keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan
dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industry.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional
pelayanan lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan Khusus
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya
masalah baik fisik,mental maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial usila.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.
C. Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia
1. Penurunan fisik
2. Perubahan mental
3. Perubahan-perubahan Psikososial
Karakteristik Penyakit pada Lansia:
35
1. Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.
2. Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
3. Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
4. Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6. Sering terjadi penyakit iatrogenik.
Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota
(Padang,Bandung,Denpasar dan Makassar) sbb:
1) Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%),daya
ingat (69,39%),seksual (58,04%),kelenturan(53,23%),gigi dan
mulut (51,12%).
2) Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi
(69,39%),sakit kepala (51,15%),daya ingat menurun
(38,51%),selera makan menurun (30,08%),mual/perut perih
(26,66%),sulit tidur (24,88%),dan sesak nafas (21,28%).
3) Penyakit kronis : rematik (33,14%),darah tinggi (20,66%),gastritis
(11,34%),dan jantung (6,45%).
KEPERAWATAN GERONTIK TEMPO DULU
Literature lama :
Serat werdatama (mangku negoro IV) :
1. Wong sepuh
Orang tua yang sepi dari hawa nafsu, mampu membedakan baik dan
buruk sejati dan palsu
2. Tua sepuh
Orang tua yang kosong tidak tahu rasa, bicara muluk2, tingkah lakunya
dibuat buat, berlebihan dan memalukan
Serat kalatida (Ronggo warsito)
1. Orang yang berbudi sentosa Orang tua yang meskipun diridhoi tuhan
dengan rezeki, tapi tetap berusaha disertai ingat dan waspada
2. Orang yang lemah Orang tua yang putus asa, sebaiknya menjauhkan
diri dari keduniawian, supaya mendapat kasih sayang dari tuhan
36
KEPERAWATAN GERONTIK KEADAAN SEKARANG
Era pembangunan
a. Tipe arif bijaksana : kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri : mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, teman, memenuhi undangan.
c. Tipe pasrah : menerima dan menunggu nasib baik mengikuti kegiatan
beribadat, ringan kaki, pekerjaan apapun dilakukan.
d. Tipe tidak puas : konflik lahir / bathin menghadapi proses ketuaan,
banyak merasa kehilangan (kecantikan, daya tarik, kekuasaan, teman
yang disayangi, status etc) pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
sulit dilayani, pengkritik dan menuntut
e. Tipe bingung : kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, menyesal, pasif, acuh dan tak acuh.
Berdasarkan kemampuan
a. Mandiri sepenuhnya
37
e. Lansia yang di rawatdi rumah sakit
38
untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lansia berarti
menciptakan sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan pegangan
bagi perawat bahwa lansia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan
hubungan sosial, baik antar lania maupun lansia dengan perawat.
Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lansia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi. Lansia perlu
dimotivasi untuk membaca surat kabar dan majalah.
39
satu kesatuan yang utuh. Dalam memenuhi kebutuhan manusia selalu di
hadapkan berbagai persoalan yang kompleks. Dalam menghadapi
persoalan tersebut Roy mengemukakan teori adaptasi. Penggunaan
koping atau mekanisme pertahanan diri, berespon melakukan peran dan
fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri keadaan
lingkungan sekitarnya dalam suatu rentang kontinu sehat – sakit.
Sumber- sumber yang mendukung perkembangan teori ini : Didasari
dari teori adaptasi Helson, yang mengatakan bahwa respon adaptive
adalah fungsi yang muncul ketika ada stimulus dan level adaptasi..
Stimulus adalah setiap factor yang mengakibatkan sebuah respon.
Stimulus dapat muncul dari lingkungan internal maupun eksternal.
Setelah mengembangkan teorinya, Roy mempresentasikan teori tersebut
pada praktek keperawatan, riset dan pendidikan keperawatan. Selain itu
pengembangan model konseptual C.Roy di kontribusi oleh Lebih dari
1500 mahasiswa di fakultas di mana C.Roy bekerja. Pemerintah
Amerika saat itupun sangat mendukung perkembangan teori ini,
diantaranya dengan menyediakkan 100. 000 perawat di USA disiapkan
untuk praktek menggunakan teori ini.
40
yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan perubahan
yang adaptif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
Model konseptual keperawatan mencerminkan upaya menolong orang
tersebut mempertahankan keseimbangan melalui pengembangan
mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stressor ini. Model
konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area fenomena
ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu manusia sebagai
pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang
bukan hanya merupakan sumber awal masalah tetapi juga perupakan
sumber pendukung bagi individu.
Kesehatan merupakan konsep ketiga dimana konsep ini menjelaskan
tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat terputus ketika seseorang
meninggal. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen
penting dalam perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau
meningkatnya keseimbangan kehidupan seseorang (klien).
Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia
sebagaimahluk biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga,
masyarakat, dankelompok lain termasuk lingkungan fisiknya. Tetapi
cara pandang dan fokus penekanan pada skema konseptual dari setiap
ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti penekanan pada sistem
adaptif manusia, subsistem perilaku atau aspek komplementer.
41
yang dikaruniai umur panjang, hanya cepat dan lambatnya proses
tersebut tergantung pada masing-masing individu (Mujahidullah, 2012).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berkelanjutan)
secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai tua. Pada usia
lansia ini biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot,
susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh akan “mati” sedikit
demi sedikit
42
mengatur danmenyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkanya. Sebagi
suatu system , didalamnya terdapat komponensub system yang
membentuka system tersebut, diantaranya komponen sub system yang
membentuksystem perilaku menurut Johnson adalah1. Ingestif, yaitu
sumber dalam memelihara integritas serta mencapai kesenagan dalam
pencapaianpengakuan dari lingkungan.2. Achievement, merupakan
tingkat pencapaian prestasi melalui kterampilan yang kreatif.3. Agresif,
merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan dan
berbagai ancamanyang ada di lingkungan.4. Eliminasi, merupakan
bentuk pengelauran segala sesuatu dari sampah atau barang yang
tidakberguna secara biologis5. Seksual, digunakan dalam pemenuhan
kebutuhan saling mencintai dan dicintai.6. Gabungan/tambahan,
merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan tambahan dalam
mempertahankanlingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam
kehidupan social, keamanan, dan kelangsunganhidup.
43
ETIK DAN HUKUM KEPERAWATAN GERONTIK
44
antaranya adalah :
Undang-undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi
Orang Jompo (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1965 nomor
32 dan tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 2747).
Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok
Mengenai Tenaga Kerja.
Undang-undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial.
Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.
Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional.
Undang-undang Nomor 2 tahun 1982 tentang Usaha Perasuransian.
Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.
Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang PErkembangan
Kependudukan dan Pembangunan keluarga Sejahtera.]
Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
Undang-undang Nomor 23 tentang Kesehatan.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 ahun 1994 tentang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan.
Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
(Tambahan lembaran Negara nomor 3796), sebagai pengganti undang-
Undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi Orang
jompo.
45
Upaya pemberdayaan.
Uaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia potensial dan tidak
potensial.
Pelayanan terhadap Lanjut Usia.
Perlindungan sosial.
Bantuan sosial.
Koordinasi.
Ketentuan pidana dan sanksi administrasi.
Ketentuan peralihan.
E.PERMASALAHAN
Permasalahan yang masih terdapat pada Lanjut Usia, bila ditinjau dari
aspek hokum dan etika, dapat disebabkan ole factor, seperti berikut :
Produk Hukum
keterbatasan prasarana
46
Lanjut Usia tak dapat diberi pelayanan sedini mungkin, sehingga persoalanya
menjadi berat pada saat diberikan pelayanan.
47
4. Persetujuan tertulis (informed consent)
5. Kualitas kehidupan dan isu etika (quality of life and related ethical issues)
6. Pelecehan dan ditentarkan (abuse and neglect)
Beban orang yang merawat Lanjut usia tersebut sudah terlalu berat.
Gejala fisik berupa memar, patah tulang yang tidak jelas sebabnya, higiena
jelek, malnutrisi dan adanya bukti melakukan pengobatan yang tidak
48
benar.
Kelainan perilaku berupa rasa ketakutan yang berlebihan menjadi penurut
atau tergantung, menyalahkan diri, menolak bila akan disentuh orang yang
melecehkan, memperlihatkan tanda bahwa miliknya akan diambil orang
lain dan adanya kekurangan biaya transpor, biaya berobat atau biaya
memperbaikik rumahnya.
Adanya gejala psikis seperti stres, cara mengatasi suatu persoalan secara
tidak benar serta cara mengungkapkan rasa salah atau penyesalan yang
tidak sesuai, baik dari Lanjut Usia itu sendiri maupun orang yang
melecehkan.
49
Orang yang merawat lanjut Usia menyadari keterbatasannya tidak ragu-
ragu mencari pertolongan atau melimpahkan tanggung jawaabnya kepada
fasilitas yang lebih mampu, manakala mereka tidak sanggup lagi
merawatnya.
Masyarakat mengemban sistem pengamatan terhadap tindak pelecehan
kepada Lanjut Usia (neighbourhood watch).
Melaksanakan program pelatihan tentang perawatan Lanjut Usia jompo di
rumah, pengenalan tanda-tanda terjadinya tidak pelecehan, pemberian
bantuan kepada Lanjut Usia, cara melakukan intervensi dan melakukan
rujuakn kepada fasilitas yang lebih mampu.
Tindak intervensi bila telah terjadi tindak pelecehan terhadap Lanjut Usia
adalah sebagai berikut :
Lanjut usia pada umumnya lebih takut terhadap tindak kejahatan bila
dibandingakan dengan ketakutan terhadap penyalit dan pendapatan yang
berkurang. Kerugian yang diderita oleh mereka tidak melebihi penderitaan yang
dialami oleh kaum muda. Hanya akibat yang ditimbulkan pada Lanjut Usia lebih
parah, berupa rasa ketakutan, kesepian, merasa terisolasi dan tidak berdaya.
Faktor yang mempengaruhi tindak kejahatan berupa factor fisik, keuangan dan
kedaan lingkungan di sekitar Lanjut Usia tersebut.
1. Penodongan.
50
2. Pencurian dan perampokan.
3. Penjambretan.
4. Perkosaan.
5. Penipuan dalam pengobatan penyakit.
6. Penipuan oleh orang tak dapat dipercaya, pemborong, sales, dll.
Jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa pelayanan medik, sosial atau
hukum.
1. Pelayanan medik
2. pelayanan perorangan.
3. Pelayanan gawat darurat.
4. Pelayanan berupadukungan guna me-
5. ningkatkan ADL (activities of daily life).
6. Pelayanan Sosial: dukungan sosial.
7. Bantuan perumahan.
8. Bantuan keuangan/sembako.
9. Pelayanan hokum: bantuan pengacara (power of attorney).
10. Joint tenancy.
11. Intervivos trust.
12. Penunjukan (conservatorship).
13. Perlindungan (informal guardianship).
51
Perlindungan hukum
Perlindungan hukum uang dapat diberikan kepada Lanjut Usia dapat berupa:
A.Joint Tenancy.
Joint tenancy merupakan suatu produk hokum yang memungkinkan Lanjut Usia
lain atau seorang pengacara untuk mengurus urusan seorang Lanjut Usia.
B.Intervivos trust.
Pada keadaan ini seorang lanjut usia menunjuk orang lain sebagai pewaris.
C.Conservatorship.
Informal guardianship.
Pengaturan jenis ini berdasakan suatu hokum, akan tetapi meruakan suatu
kesepakatan bahwa pelindung bagi lanjut usia tersebut adalah tetangganya, panti
atau suatu perusahaan.
52
Persetujuan tertulis merupakan suatu persetujuan yang diberikan sebelum
prosedur atau pengobatan diberikan kepada seorang lanjut usia atau penghuni
panti. Syarat yang diperlukan bila seorang lanjut usia memberikan persetujuan
ialah ia masih kompeten dan telah mendapatkan informasi tentang manfaat dan
risiko dari suatu prosedur atau pengobatan tertentu yan g diberikan kepadanya.
Bila seoang lanjut usia inkompeten, persetujuan diberikan oleh pelindung atau
seorang walui.
1.Kualitas kehidupan dan isu etika (quality of life and related ethical issue).
Isu euthanasia merupakan isu yang hangat dipertentangan di luar negeri, tetapi
belum merupakan hal yang penting di Indonesia, mengingat hal ini bertentangan
53
denagn hokum dan perundang-undangan serta kode etik kedokteran di Indonesia.
Di luar negeri keputusan yang diambil berupa :
DAFTAR PUSTAKA
Argyo Demartoto. (2007). Pelayanan Sosial Non Panti Bagi lansia, Suatu Kajian
Sosiologis, Surakarta : Universitas Sebelas Maret (UNS).
Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia. (2011). Pe- layanan Sosial Lanjut Usia,
Jakarta : Dirjen Reha- bilitasi Sosial.
https://www.sehatq.com/artikel/peran-posyandu-lansia-dalam-menjaga-kualitas-
hiduppara-senior
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68320/Chapter%20I.pdf?
sequen ce=5&isAllowed=y http://pusaka61.weebly.com/sejarah.html
54
F.J. Monk dkk, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta : Gadjah Mada Universty
Press, 2004
http://yuliakusumadewi.wordpress.com/2012/03/12/makalah-perkembangan-
lansia/
Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf (kemkes.go.id)
POLTEKKESSBY-Course-4871-MODULKEPGERONTIK.pdf
(poltekkesdepkes-sby.ac.id)
File:///C:/Users/Win/Downloads/Teori%20Dan%20Model%20Adaptasi%20Sister
%20Calista%20Roy%20Pendekatan%20Keperawatan%20(1).pdf
http://galih-priambodo.blogspot.com/2013/02/teori-keperawatan-martha-
elizabeth-roger_7058.html
http://eprints.umm.ac.id/45879/3/BAB%20II.pdf
https://www.google.com/search?
safe=strict&sxsrf=ALeKk00IFASWQ7lno_2LpICUVMo8jaIhFg
%3A1615295610405&ei=enRHYPKcGM3Ez7sP56au8Ag&q=model+keperawat
an+gerontik+budaya+leininger&oq=model+keperawatan+gerontik+budaya+leinin
ger&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBQgAEM0CMgUIABDNAjoHCCMQsAMQJ
zoHCAAQRxCwAzoECCMQJzoCCAA6BggAEBYQHjoICCEQFhAdEB46BQg
hEKABOggIIRCgARCLA1CGVlj39QFgm_0BaAJwAngAgAHkAogBnCOSAQ
gyLjE3LjUuMpgBAKABAaoBB2d3cy13aXrIAQm4AQLAAQE&sclient=gws-
wiz&ved=0ahUKEwjywcKIpaPvAhVN4nMBHWeTC44Q4dUDCAw&uact=5
https://www.google.com/search?
safe=strict&sxsrf=ALeKk03MF1K6A6pV6hQE0_-FfGbRMOa4Cg
55
%3A1615298471348&ei=p39HYPjeFJX8rQGsrKSQBw&q=model+keperawatan
+gerontik++konseptual+prilaku+jhonson&oq=model+keperawatan+gerontik+
+konseptual+prilaku+jhonson&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBQgAEM0COgcIA
BBHELADOgcIIxCwAhAnOgQIIRAKUNwuWPZGYPpPaAFwAXgAgAHBA
YgBrwmSAQMyLjiYAQCgAQGqAQdnd3Mtd2l6yAEIwAEB&sclient=gws-
wiz&ved=0ahUKEwi4ztzcr6PvAhUVfisKHSwWCXIQ4dUDCAw&uact=5
https://www.google.com/search?
safe=strict&sxsrf=ALeKk00GhA2VAZntT8WfAUvLuHYq7iuN_w
%3A1615298482809&ei=sn9HYLX2MIWA9QP7xZfwBw&q=model+keperawat
an+konseptual+self+care&oq=model+keperawatan+konseptual+self+care&gs_lcp
=Cgdnd3Mtd2l6EAMyCAghEBYQHRAeOgcIABBHELADOgcIIxCwAhAnOgo
IIRAKEKABEIsDOgQIIxAnOgYIABAWEB46BAgAEA06CAgAEA0QBRAeO
gIIADoICAAQFhAKEB46CAghEKABEIsDUMarBVjEhgdgqo0HaAFwAXgBg
AHhAogBnEuSAQkzLjIyLjIyLjKYAQCgAQGqAQdnd3Mtd2l6yAEIuAECwAE
B&sclient=gws-
wiz&ved=0ahUKEwi1l5jir6PvAhUFQH0KHfviBX4Q4dUDCAw&uact=5
56
57