Dosen Pembimbing:
Rini Ambarwati, S. Kep., Ns., M. S
Disusun oleh:
Sri rahayu Estiningtyas
NIM. P27820720042
A. Definisi
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara
alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk
hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
B. Klasifikasi
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut
usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun
c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
3. Perubahan Psikososial
1) Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang
menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu
mengancam, sering bingung, panik, dan depresif
2) Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosial
ekonomi
3) Pensiunan, kehilangan finansial, pendapatan berkurang, kehilangan
status, teman, atau relasi
4) Sadar akan datangnya kematian
5) Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit
6) Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi
7) Penyakit kronis
8) Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial
9) Gangguan panca indera
10) Gizi
11) Kehilangan teman dan keluarga
12) Berkurangnya kekuatan fisik
F. Perawatan Lansia
Perawatan pada lansia dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan:
1) Pendekatan Psikis
Perawat punya peran penting untuk mengadakan edukatif yang berperan
sebagai support system, interpreter, dan sebagai sahabat akrab
2) Pendekatan Sosial
Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, serta bercerita, memberi
kesempatan untuk berkumpul Bersama dengan klien lansia, rekreasi,
menonton TV, perawat harus mengadakan kontak sesama mereka,
menanamkan rasa persaudaraan.
3) Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan dan Agama yang dianut lansia, terutama apabila lansia
dalam keadaan sakit
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
A. Definisi
Menurut WHO, Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki
tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg) (Sunarwinadi, 2017; Andhini, 2017). Hipertensi sering
dijuluki sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam karena dapat menyerang
siapa saja secara tiba-tiba serta merupakan salah satu penyakit yang dapat
mengakibatkan kematian. Hipertensi juga beresiko menimbulkan berbagai macam
penyakit lainnya yaitu seperti gagal jantung, jantung koroner, penyakit ginjal dan
stroke, sehingga penanganannya harus segera dilakukan sebelum komplikasi dan
akibat buruk lainnya terjadi seperti dapat menurunkan umur harapan hidup
penderitanya (Sulastri, Elmatris, and Ramadhani, 2012; Andhini, 2017).
Hipertensi pada lansia dibedakan atas hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau
lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari
90 mmHg, serta hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (NOC, 2015;
Andhini, 2017).
B. Klasifikasi
Hipertensi sering dijuluki sebagai silent killer karena dapat menyerang siapa saja
secara tiba-tiba serta merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan
kematian. Hipertensi diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1) Klasifikasi menurut WHO-ISH
Klasifikasi hipertensi menurut WHO-ISH dibedakan menjadi 9 kategori
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (Hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Grade 2 (Hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Grade 3 (Hipertensi >180 >110
berat)
Hipertensi sistolik ≥140 <90
terisolasi
Sub-group: perbatasan 140-149 <90
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah naiknya tekanan darah yang diakibatkan oleh
suatu sebab. Hipertensi jenis ini terjadi pada 5% kasus yang terjadi di
masyarakat. Selain itu ada beberapa jenis hipertensi dengan ciri khas
khusus. Isolated Systolic Hypertension adalah hipertensi yang terjadi
ketika tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolik
dalam batas normal. Keadaan ini berhubungan dengan arteriosclerosis
(pengerasan dinding arteri). Pregnancy Induced Hypertension adalah
kondisi naiknya tekanan darah yang terjadi selama kehamilan, dimana
naiknya tekanan darah sistolik dan diastolik lebih dari 15 mmHg (Guibert
R dan Franco ED, 1999; Ibrahim, 2007).
C. Etiologi
Penyebab hipertensi pada lanjut usia dikarenakan terjadinya perubahan-perubahan
pada; elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun, sehingga kontraksi dan volumenya pun ikut menurun, kehilangan
elastisitas pembuluh darah karena kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigen, meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Brunner & Suddarth,
2000; Ibrahim, 2007).
D. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin.
F. Komplikasi
1) Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah
ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang
mengalami aterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit
kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung, limbung atau bertingkah laku
seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan
(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara
jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Benjamin, 2019).
4) Gagal Jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah yang menyebabkan pembesaran otot jantung kiri
sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri
disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah (Benjamin, 2019).
5) Kerusakan pada Mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
darah dan saraf pada mata (Benjamin, 2019).
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium; Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia. BUN/ kreatinin: memberikan informasi
tentang perfusi/fungsi ginjal. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus
hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. Urinalisa:
darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
2) CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3) EKG: dapat menunjukan pola regangan, di mana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4) IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan
ginjal.
5) Foto thorax: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung (Sobel, et al, 1999; Ibrahim, 2007).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi menurut (Benjamin, 2019) meliputi:
1) Penatalaksanaan non farmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita
hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara
memodifikasi faktor resiko menurut (Benjamin, 2019) yaitu:
2) Penatalaksanaan farmakologi
a. Golongan diuretic. Diuretic thiazide biasanya membantu ginjal membuang
garam dan air yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh
sehingga dapat menurunkan tekanan darah
b. Penghambat adrenergic. Merupakan sekelompok obat yang terdiri
dari alfa blocker, bera blocker, dan alfa-beta blocker labetalol, yang
menghambat system saraf simpatis. System saraf simpatis adalah
system saraf yang dengan segera akan memberikan respons terhadap
stress, dengan menurunkan tekanan darah
c. ACE_Inhibitor. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-I)
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan
arteri
d. Angiostensin II Blocker. Obat golongan ini dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip
dengan ACE-Inhibitor
e. Antagonis Kalsiuj. Menyebabkan melebarnya pembuluh daran
dengan mekanisme yang berbeda
f. Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
Kedaruratan hipertensi memerlukan obat yang menurunkan tekanan
darah tinggi dengan cepat dan segera. Beberapa obat yang bisa
menurunkan tekanan darah dengan cepat dan Sebagian besar
diberikan secara intravena adalah diazoxide, nitroprusside,
nitroglycerin, lebatolol
I. Pathway
(terlampir)
Pathway
LANSIA
hipertensi Penurunan
Mobilisasi
fungsi otak
Kerusakan Penurunan
Kehilangan daya
vascular daya ingat dan
otot
pembuluh darah proses berpikir
Perubahan sistem
Gangguan
muskuloskeletal Perubahan
Memori
struktur
Resiko Jatuh
Penyumbatan
pembuluh
darah
vasokontriksi
Gangguan
sirkulasi
otak retina
Resistensi
Spasme
pembulu darah
Arteriol
otak
Miopia
Nyeri Ganggu
kepala an pola
tidur
Gangguan
persepsi
Nyeri
sensori
Akut
penglihatan
A. Pengkajian
1) Identitas
Nama, umur (lebih sering terjadi pada pasien umur 45 tahun ke
atas), jenis kelamin (lebih sering terjadi pada laki laki dibandingkan
perempuan), tanggal masuk rumah sakit, agama, pendidikan,
kultur,alamat, tanggal pengkajian, tanggal masuk rumah sakit , nomor
register medik, diagnose medic, masalah medik
2) Status kesehatan
Keluhan utama pasien sering merasakan nyeri pada daerah kepala
dan tengkuk,pada kasus hipertensi berat pasien dapat merasakan nyeri
pada tungkai dan dispnea
3) Fungsi Fisiologis Lansia (Hidayah, 2021)
a) Keadaan umum : Klien sering mengeluh pusing atau nyeri di
bagian kepala belakang
b) Integumen :Pada lansia dengan Hipertensi biasanya terdapat
terlihat kulit klien keriput dan kering. Pada lansia dengan
hipertensi akan mengalami Tekstur kulit kendor dan tidak nyeri
tekan Secara khusus terjadi perubahan pada kulit lansia. Kulit
pada lansia dengan hipertensi mengalami perubahan yang sama
dengan lansia pada umumnya. Pada lansia kulit mengalami
atropi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut , kulit akan
mengalami cairan sehingga menjadi tipis dan berbecak. Kering
kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver
spot
c) Hematopetic : Pada lansia dengan hipertensi, tampak konjungtiva
anemis pada penderita yang kurang tidur karena merasakan
pusing dan nyeri pada kepala
d) Kepala :Terjadi perubahan pada rambut berwarna putih, rambut
bersih, dan tidak bau, tidak ada lesi. Tidak ada nyeri tekan pada
kepala
e) Mata :Secara khusus Pada lansia dengan hipertensi tidak terjadi
perubahan khusus yang disebabkan karena kondisi hipertensi.
Perubahan pada mata lansia dengan hipertensi terjadi sama
dengan lansia pada umunya yaitu : Kekendoran jaringan
kelompak mata, kulit pada palpebral mengalami atropi dan
kehilangan elastisitasnya sehingga menimbulakan kerutan dan
lipatan kulit yang berlebihan. Pada lansia sering di jumpai
keluhan “nerocos” yang disebabkan kegagalan fungsi pompa
pada system kanalis yang menimbulkan keluhan mata kering
yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau
seperti ada pasir. Mata terasa lelah dan kabur. lensa mata
menyebabkan penurunan kemampuan membedakan warna antara
biru dan ungu. Kekeruhan lensa yang disertai gangguan visus
disebut katarak. Perubahan pada iris mengalami proses
degenerasi, menjadi kurang cemerlang dan mengalami
depigmentasi, tampak ada bercak berwarna muda sampai putih
dan strukturnya menjadi tebal. Perubahan pada pupil:
Kemampuan akomodasi menurun.
f) Telinga :Secara khusus pada lansia dengan hipertensi tidak terjadi
perubahan pada telinga yang disebabkan karena hipertensi. Pada
telinga lansia terjadi penurunan pendengaran / prebiaskusis oleh
karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga
dalam , terutama terhadap bunyi suara atau nada- nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas sulit di mengerti.
g) Hidung :hidung simetris antara kanan dan kiri, keaadan hidung
bersih. Pada lansia Hipertensi tidak ada nyeri tekan(Wartonah,
2014)
h) Mulut :Dengan bertambah usia, mukosa mulut menjadi lebih
pucat, tipis dan kering, proses penyembuhan menjadi lebih
lambat, mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap
tekanan dan gesekan.
i) Leher : Tidak ada nyeri tekan(Wartonah, 2014)
j) Pernafasan :Pernafasan normal tidak ada retraksi otot bantu nafas,
tidak sesak nafas, tidak batuk. Semua lapang paru terdengar
Vesikular, tidak ada penumpukan sekret, cairan atau darah. Tidak
ada suara nafastambahan seperti ronchi dan whezzing di semua
lapang paru (Wartonah, 2014)
k) Kardiovaskuler :Pada lansia dengan Hipertensi dada terlihat
simetris, gerakan dinding dada normal. Tidak ada nyeri tekan.
l) Gastrointestinal : Pada lansia dengan Hipertensi dada terlihat
simetris, gerakan dinding dada normal, tidak ada nyeri tekan
m) Perkemihan :Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, seperti
laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal
n) Reproduksi : Pada klien dengan Hipertensi bersih tidak ada lesi
(Wartonah, 2014). Secara khusus pada lansia yang mengalami
hipertensi yang terjadi pada lansia perempuan menciutnya
ovarium dan uterus sehingga terkadang perempuan lansia
mengalami perdarahan pasca senggama dan nyeri pada daerah
pelvis. Sedangkan pada lansia laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur sehingga mengakibatkan penurunan hasrat
seksual. Pada laki-laki juga sering mengalami hipertrofi prostat
o) Muskuluskeletal :Pada lansia yang mengalami hipertensi akan
mengalami suplai darah ke otak sehingga mengakibatkan massa
otot dan kekuatanya menurun. Tulang kehilangan cairan dan
rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang persendihan
membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis
atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot muda
kram dan tremor (Wartonah, 2014)
p) Persyarafan :Pada lansia akan terjadi penurunan jumlah sel pada
otak yang mengaibatkan penurunan reflex dan penurunan
kognitif. Respon menjadi lambat dan hubungan antara
persyarafan menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra
sehingga mengakibatkan berkurangnya respon pengelihatan dan
pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa lebih
sensitive terhadap suhu, tahanan tubuh terhadap dingin rendah,
kurang sensitive terhadap sentuhan
4) Pemeriksaan penunjang(Hidayah, 2021)
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
h. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
D. Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun. Berdasarkan Standart Intervensi Keperawatan
Indonesia yang telah dibuat, maka pelaksanaan dari diagnosa masing-masing
sebagai berikut(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) :
1. Memberikan teknik nonfarmakologis
2. Menjelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
3. Menyediakan media dan materi pendidikan kesehatan
4. Membuat komitmen untuk menjalani program pengobatan
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan dari tindakan
keperawatan.Evaluasi dibuat untuk mencapai kriteria hasil yang diharapkan
sesuai dengan Standart Luaran Keperawatan Indonesia(Tim Pokja SLKI DPP
PPNI, 2019):
1. Keluhan nyeri menurun
2. Keluhan lelah menurun
3. Meningkatnya perilaku sesuai dengan pengetahuan
4. Perilaku mengikuti program membaik
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 1. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Aspiani, R. Y. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 2. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Elizabeth J. Corwin. (2019). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Hutapea, Ronald. 2016. Sehat dan Ceria Diusia Senja. PT Rhineka Cipta: Jakarta
Potter P.A dan Perry A.G. 2018. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Craven, R.F & Hirnle, C.J. 2017. Fundamental of nursing: Human health ang function.
(4th ed.), Philadelphia: Lippincott.
Kholifah, Siti Nur, SKM, M.Kep, Sp.Kom.Desember (2016). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, konsep lanjut usia dan proses penuaan. Jakarta
ive prevention & management for the elderly: interprofessional geriatric care. Jakarta:
Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia; 2019:183.
1. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : Ny R
Umur : 70 tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Jl. Dupak Timur, Surabaya
Tanggal datang : 22 Februari 2023
Lama tinggal : 3 bulan
2 DATA :
. KELUARGA
Nama : Ny. Y
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pondok Benowo Indah
No. Telp : 0822xxxxxxxx
3 STATUS KESEHATAN SEKARANG:
.
Keluhan utama: Klien mengatakan pusing
Obat-obatan: -
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan :
Perubahan BB :
Perubahan nafsu :
makan
Masalah tidur :
Kemampuan ADL :
KETERANGAN : Klien mengatakan ketika pusing tiba ia menjadi lemas
dan mudah Lelah, sehingga memerlukan alat bantu
jalan ketika ingin beraktivitas
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka :
Pruritus :
Perubahan pigmen :
Memar :
Pola penyembuhan lesi :
KETERANGAN : Tidak ada lesi dikulit, kulit nampak keriput elastisitas
kulit berkurang
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal :
Pembengkakan kel. :
Limfe
Anemia :
KETERANGAN : Tidak ada keluhan
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala :
Pusing :
Gatal pada kulit :
kepala
KETERANGAN : Klien mengatakan saat ini dan satu minggu ini pusing di bagian
tengkuk kepala, dengan rasa seperti ditusuk-tusuk, yang timbul
secara tiba-tiba, dengan skala 3 (1-10)
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan :
penglihatan
Pakai kacamata :
Kekeringan mata :
Nyeri :
Gatal :
Photobobia :
Diplopia :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : Klien mengatakan penglihatannya berkurang
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran :
Discharge :
Tinitus :
Vertigo :
Alat bantu dengar :
Riwayat infeksi :
Kebiasaan membersihkan :
telinga
Dampak pada ADL : Klien mengatakan membersihkan telinga kalau
sudah dirasa kotor. Klien membersihkan telinga
menggunakan cotton bud
KETERANGAN : Klien mengalami penurunan pendengaran ditandai
saat berkomunikasi terkadang harus diulang hingga
2x
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea :
Discharge :
Epistaksis :
Obstruksi :
Snoring :
Alergi :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : Tidak ada keluhan
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan :
Kesulitan menelan :
Lesi :
Perdarahan gusi :
Caries :
Perubahan rasa :
Gigi palsu :
Riwayat Infeksi :
Pola sikat gigi : Klien mengatakan melakukan sikat gigi rutin setiap mandi
KETERANGAN : Tidak ada keluhan
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan :
Nyeri tekan :
Massa :
KETERANGAN : Tidak ada keluhan
10 Pernafasan
.
Ya Tidak
Batuk :
Nafas pendek :
Hemoptisis :
Wheezing :
Asma :
KETERANGAN : Tidak ada keluhan
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain :
Palpitasi :
Dipsnoe :
Paroximal nocturnal :
Orthopnea :
Murmur :
Edema :
KETERANGAN : Tidak ada keluhan
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia :
Nausea / vomiting :
Hemateemesis :
Perubahan nafsu :
makan
Massa :
Jaundice :
Perubahan pola BAB :
Melena :
Hemorrhoid :
Pola BAB : Klien mengatakan BAB rutin. Klien mengatakan pagi ini
sudah BAB pukul 05.00
KETERANGAN : Tidak ada keluhan
13 Perkemihan
.
Ya Tidak
Dysuria :
Frekuensi :
Hesitancy :
Urgency :
Hematuria :
Poliuria :
Oliguria :
Nocturia :
Inkontinensia :
Nyeri berkemih :
Pola BAK : Klien mengatakan BAK nya normal, bisa melakukan sendiri,
dan tidak menggunakan pampers
KETERANGAN : Klien mengatakan tidak ada keluhan ketika BAK
14 Reproduksi (laki-laki)
.
Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Perubahan gairah sex :
Impotensi :
Reproduksi
(perempuan)
Lesi :
Discharge :
Postcoital bleeding :
Nyeri pelvis :
Prolap :
Riwayat menstruasi : Klien sudah menapouse
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : Tidak ada keluhan
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi :
Bengkak :
Kaku sendi :
Deformitas :
Spasme :
Kram :
Kelemahan otot :
Masalah gaya berjalan :
Nyeri punggung :
Pemeriksaan kekuatan : 5 5
otot 3 3
Keterangan:
0: tidak ada kontraksi
1: sedikit kontraksi/sentakan ringan
2: aktif tetapi tidak dapat melawan gravitasi
3: aktif, dapat melawan gravitaso tetapi tidak tahan lama
4: Gerakan menentang gravitasi tetapi tidak mampu
menahan tahanan berat (pemeriksa)
5: Gerakan menentang gravitasi dan mampu menahan
tahanan berat (pemeriksa)
Pola latihan : Klien bisa berjalan dengan berpegangan pada tembok
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache :
Seizures :
Syncope :
Tic/tremor :
Paralysis :
Paresis :
Masalah memori :
KETERANGAN : Klien mengatakan sering mengalami pusing. Klien
mengalami gangguan memori d.d saat ditanya alamat
rumahnya klien menjawab di dupak, namun ketika
dikonfirmasi ulang, klien mengatakan rumahnya ada di
bungurasih. Klien juga lupa nama anak ke-3 nya (dengan
jumlah 4 orang anak)
Dampak pada ADL: Klien mengatakan sudah tidak pernah sholat setelah
mukenanya hilang di panti
Spiritual
Aktivitas ibadah: Klien tidak pernah beribadah karena mukenanya
hilang
6. LINGKUNGAN:
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau 5-10 15 10
sebaliknya
5 Mandi 0 5 5
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
JUMLAH 73
2. Aspek Kognitif
Total nilai 30 18
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan: Ny S mengalami gangguan kognitif sedang
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun
waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan
bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss
& Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
Total score 4
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
R: di tengkuk kepala
S: 3 (1-10) Resistensi pembuluh
2. Klien mengatakan
Nyeri kepala
pusing sejak 1 minggu
ini
Nyeri akut
3. Klien mengatakan lemas
dan lelah
4. Klien mengatakan haus
5. Klien mengatakan
memiliki penyakit
Hipertensi sejak tahun
1971
Data Obyektif:
1. Tekanan darah klien
drop dengan hasil
100/50 mmHg
2. Klien lelah
mengatakan rumahnya
di bungurasih Gangguan Memori
2. Klien mengatakan
jumlah anaknya 4 orang
dan lupa nama salah
satu dari ke empat
anaknya
Data Obyektif:
1. Klien nampak bingun
dengan menggaruk
kepala ketika ditanya
ulang dimana rumahnya
dan siapa nama ke
empat anaknya
2. Skor MMSE: 18
(gangguan kognitif
sedang)
Data Subyektif: Mobilisasi Resiko Jatuh
1. Klien mengatakan jika (D.0143)
berjalan perlu alat bantu Perubahan system
atau dengan muskuloskeletal
berpegangan pada
tembok Kekuatan otot menurun
Data Obyektif:
1. Klien memiliki tongkat Berjalan dengan
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh pusing (D.0077)
2. Gangguan memori b.d proses penuaan d.d klien tidak mampu meningat informasi
factual (D. 0062)
3. Resiko jatuh dibuktikan dengan kekuatan otot menurun (D. 0143)
Prioritas Masalah
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh pusing (D.0077)
2. Gangguan memori b.d proses penuaan d.d klien tidak mampu meningat informasi
factual (D. 0062)
3. Resiko jatuh dibuktikan dengan kekuatan otot menurun (D. 0143)
INTERVENSI KEPERAWATAN
PERENCANAAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN & KRITERIA RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN
HASIL
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1.08238) 1. Mengetahui secara awal
pencedera fisik d.d keperawatan selama 3x30 menit Observasi dan menentukan
mengeluh pusing (D.0077) diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi tindakan selanjutnya
menurun lokasi,karakteristik ,
Kriteria Hasil: durasi, frekuensi,
1. Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas 2. Memonitor keadaan
Gangguan memori b.d Setelah dilakukan tindakan Latihan Memori (I. 06188) 1. Mengetahui masalah
proses penuaan d.d klien keperawatan selama 3x30 menit Observasi memori yang
tidak mampu meningat diharapkan memori meningkat 1. Identifikasi masalah dialami
informasi factual (D. 0062) Kriteria Hasil: memori yang dialami 2. Mengetahui kondisi
1. Verbalisasi kemampuan 2. Identifikasi kesalahan disorientasi
mengingat informasi factual terhadap orientasi
meningkat
2. Verbalisasi kemampuan Terapeutik 3. Membantu
SLKI L. 14138
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO
TANGGAL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD
DX
1. 18 Mei 2023 1. Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik ,durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
Respons: klien mengatakan masih
11.30 pusing hingga hari ini
P: pusing nyeri
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: di tengkuk kepala
S: 5 (1-10)
T: tiba-tiba
11.45
2. Memonitor tanda-tanda vital
Respons:
TD: 170/100 mmHg
Nadi: 117x/mnt
RR: 27 x/mnt
Suhu: 36.7 derajat
11.55 Akral: HKM
3. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri
Respons:
Klien dapat menerapkan teknik yang
telah dipelajari bersama
4. Memfasilitasi istirahat dan tidur
Respons:
Klien tidur siang pukul 13.30 WIB
13.25 T: tiba-tiba
2. Memonitor tanda-tanda vital
Respons:
TD: 150/105 mmHg
Nadi: 122x/mnt
RR: 20 x/mnt
13.35 Suhu: 36.6 derajat
3. Berikan teknik nonfarmakologis
teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri
Respons: klien dapat mengulangi
teknik napas dalam yang sudah
14.00
diajarkan
4. Memfasilitasi istirahat tidur
Respons: klien mengatakan tidak
dapat tidur siang karena kepikiran
cucunya
2 19 Mei 2023 1. Menstimulasi memori dengan
13.15 mengulang pikiran yang terakhir kali
diucapkan
Respons: penulis mengajak
berbicara klien mengenai hal apa
yang ia sukai, klien menjawab
bahwa dulu ia suka membantu
memasak anaknya untuk berjualan.
Ketika klien ditanya ulang mengenai
hal tersebut, klien menjawab dulu
hanya suka diam di rumah saja.
Klien belum mampu mengulang
13.20 Kembali pikiran yang terakhir kali
diucapkan dengan benar
2. Memfasilitasi mengingat kembali
masa lalu
Respons: penulis mengajak
berbicara klien mengenai
pengalaman kerja dahulu klien.
Klien dapat menjelaskan bahwa
dahulu ia bekerja di Toko Sarina
selama 2 tahun, kemudian menikah
dan sudah tidak bekerja lagi
3 19 Mei 2023 1. Mengidentifikasi faktor risiko jatuh
12.30 Respons: skor faktor risiko jatuh
klien yang dinilai menggunakan
MFS menunjukkan hasil 65 dengan
interpretasi risiko tinggi jatuh
1 21 Mei 2023 1. Mengidentifikasi lokasi,karakteristik
10.30 ,durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Respons: klien masih mengeluh
pusing
P: pusing nyeri
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: tengkuk kepala
S: 3 (1-10)
T: tiba-tiba
10.45
2. Memonitor tanda-tanda vital
Respons:
TD: 153/100 mmHg
Nadi: 119 x/mnt
RR: 19 x/mnt
11.00 Suhu: 37.0 derajat
3. Memberikan teknik non
farmakologis napas dalam untuk
meredakan nyeri
Respons: klien dapat mempraktikkan
teknik yang telah dipelajari bersama
11.15
4. Melakukan senam hipertensi
bersama
Respons: klien setuju dan
mengatakan badannya terasa lebih
11.40 segar dan pusingnya sudah hilang
5. Memberikan teknik nonfarmakologi
terapi SEFT untuk meredakan
pusing
Respons: klien menolak, dan
mengatakan besok saja
2 21 Mei 2023 1. Menstimulasi memori dengan
11.30 mengulang pikiran yang terakhir kali
diucapkan
Respons: penulis mengajak klien
mengobrol mengenai kesehariannya
di rumah, bagaimana keseharian
klien selama di panti, dan tentang
kegiatan ibadah klien selama di
panti. Namun ketika penulis
meminta klien menyebutkan kembali
hal apa yang telah diobrolkan
bersama, klien menjawab lupa
11.50 karena sudah sedikit pikun
2. Memfasilitasi mengingat kembali
masa lalu
Respons: penulis mengajak
mengobrol klien mengenai anak-
anak dan cucunya, klien sudah bisa
mengingat nama salah satu dari
keempat anaknya yang sempat ia
lupakan. Klien mengatakan anaknya
ada 4 yaitu Yeni, Ira, Wati, Yonas
3 21 Mei 2023 1. Mengidentifikasi faktor resiko jatuh
13.00 Respons: skor risiko jatuh klien
yang dinilai menggunakan MFS
menunjukkan hasil 55 dengan
interpretasi risiko tinggi jatuh. Klien
sudah dapat berjalan sendiri tanpa
alat bantu maupun tanpa
berpegangan pada tembok
1 22 Mei 2023 1. Mengidentifikasi lokasi,karakteristik
13.10 ,durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Respons: klien masih mengeluh
pusing
P: pusing nyeri
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: tengkuk kepala
S: 2 (1-10)
T: tiba-tiba
13.15
2. Memonitor tanda-tanda vital
Respons:
TD: 174/100 mmHg
Nadi: 110 x/mnt
RR: 19 x/mnt
13.30 Suhu: 37.2 derajat
3. Memberikan teknik nonfarmakologi
terapi SEFT untuk meredakan
pusing
13.50
Respons: klien berkenan dan dapat
mengikuti kegiatan dengan baik
4. Memonitor keluhan dan tanda-tanda
vital setelah terapi SEFT
Respons: klien mengatakan setelah
mengikuti terapi merasa lebih relaks
dan pusing berkurang
P: pusing
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: tengkuk kepala
S: 1 (1-10)
T: tiba-tiba
TD setelah terapi 160/80 mmHg
2 22 Mei 2023 1. Menstimulasi memori dengan
14.00 mengulang pikiran yang terakhir kali
diucapkan
Respons: penulis mengajak
mengobrol klien mengenai apa yang
hari ini klien pikirkan. Klien
mengatakan masih kepikiran dengan
anak dan cucunya
14.50
2. Memfasilitasi mengingat kembali
masa lalu
Respons: penulis bertanya kembali
siapa nama anak-anak dari klien,
klien sudah dapat menjawab dengan
benar dan dapat mengingat nama
keempat anaknya
3 22 Mei 2023 1. Mengidentifikasi faktor resiko jatuh
15.00 Respons: skor risiko jatuh klien
yang dinilai menggunakan MFS
menunjukkan hasil 55 dengan
interpretasi risiko tinggi jatuh. Klien
sudah dapat berjalan sendiri tanpa
alat bantu maupun tanpa
berpegangan pada tembok
15.10 2. Memberikan terapi GELASE
(Gerakan Balance Exercise) sebagai
latihan gerak untuk lansia dengan
risiko jatuh
Respons: klien dapat mengikuti dan
memperhatikan kegiatan dengan
baik. Klien sedikit ada kesulitan saat
melakukan kegiatan terapi, kegiatan
yang dilakukan oleh klien mendapat
bantuan dari mahasiswa
1 23 Mei 2023 1. Mengidentifikasi lokasi,karakteristik
12.50 ,durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Respons: klien masih mengeluh
pusing
P: pusing nyeri
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: tengkuk kepala
S: 2 (1-10)
T: tiba-tiba
13.10
2. Memonitor tanda-tanda vital
Respons:
TD: 145/95 mmHg
Nadi: 98 x/mnt
RR: 19 x/mnt
Suhu: 37.0 derajat
13.25 3. Memberikan terapi non
farmakologis rendam kaki dengan
jahe merah
Respons: klien bersedia dan dapat
13.45 mengikuti kegiatan dengan baik
4. Memonitor keluhan dan tanda-tanda
vital setelah terapi rendam kaki
dengan jahe merah
Respons: klien mengatakan sudah
tidak pusing
P: -
Q: -
R: -
S: 0
T: -
TD setelah terapi 132/90 mmHg
3 23 Mei 2023 1. Mengidentifikasi faktor resiko jatuh
14.00 Respons: skor risiko jatuh klien yang
dinilai menggunakan MFS
menunjukkan hasil 55 dengan
interpretasi risiko tinggi jatuh. Klien
sudah dapat berjalan sendiri tanpa
alat bantu maupun tanpa
berpegangan pada tembok
EVALUASI KEPERAWATAN
TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI KEPERAWATAN & PARAF
KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
18 Mei Nyeri akut b.d agen S: Klien mengeluh masi pusing
2023 pencedera fisik d.d hingga hari ini
07.10 mengeluh pusing P: pusing nyeri
(D.0077) Q: seperti ditusuk-tusuk
R: di tengkuk kepala
S: 5 (1-10)
T: tiba-tiba
O:
- Hasil observasi TTV
TD: 170/100 mmHg
Nadi: 117x/mnt
RR: 27 x/mnt
Suhu: 36.7 derajat
Akral: HKM
- Klien dapat
mempraktikkan teknik
napas dalam yang
dipelajari bersama
- Klien tidur siang pukul
13.30
O:
- Hasil monitor TTV
TD: 174/100 mmHg
Nadi: 110 x/mnt
RR: 19 x/mnt
Suhu: 37.2 derajat
- Klien bersedia mengikuti
terapi SEFT dan mengikuti
kegiatan secara runtut
- Hasil monitor TTV setelah
mengikuti terapi SEFT
TD setelah terapi 160/80
mmHg
A: Masalah keperawatan belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi
lokasi,karakteristik ,durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Monitor tanda-tanda vital
- Berikan teknik
nonfarmakologis teknik
relaksasi nafas dalam
untuk mengurangi rasa
nyeri
Dokumentasi Kegiatan