DAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. S DENGAN GOUT
ARTHRITIS
DI UPTD GRIYA WERDHA SURABAYA
DISUSUN OLEH :
SHERLINDA ANJAR APRILIA
NIM. P27820719033
2) Perubahan Kognitif
a. Memori (Daya Ingat)
Daya ingat adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan dan
menghadirkan kembali peristiwa yang pernah terjadi pada hidupnya.
Pada lansia yang seringkali terjadi yaitu penurunan fungsi kognitif.
Ingatan jangka panjang kurang mengalami perubahan sedangkan
ingatan jangka pendek memburuk.
b. Kemampuan Pemahaman
Kemampuan pemahaman lansia menurun disebabkan oleh
konsentrasi dan sistem pendengaran lansia menurun. Sebaiknya saat
berkomunikasi dengan lansia dilakukan kontak mata agar lansia
dapat membaca bibir lawan bicaranya.
c. Pemecacahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah mengalami penurunan disebabkan
penurunan daya ingat dan fungsi penginderaan.
d. Kinerja
Penurunan kinerja pada lansia bisa terlihat secara kualitatif maupun
kuantitatif. Perubahan yang terjadi sangatlah wajar, hal ini terjadi
dikarenakan perubahan organ-organ biologis dan perubahan yang
bersifat patologis.
e. Motivasi
Motivasi yang terjadi pada lansia kurang mendapat dukungan
kekuatan fisik maupun psikologis sehingga banyak hal yang
diinginkan berhenti di tengah jalan.
3) Perubahan Spiritual
Spiritualitas pada lansia bersifat universal, intrinsik dan merupakan
proses individual yang berkembang sepanjang rentang kehidupan.
Harapan memungkinkan individu dengan keimanan spiritual atau
religius untuk bersiap menghadapi krisis kehilangan dalam hidup
sampai kematian.
4) Perubahan Psikososial
a. Pensiun
Lansia merasa kehilangan kontak sosial dari area kerjanya dan
mereka merasakan kekosongan saat menjalani aktivitasnya.
b. Perubahan Aspek Kepribadian
Perubahan aspek kepribadian menyebabkan perubahan fungsi
kognitif yang menurun dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi
persepsi, proses belajar, pemahaman yang menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi lambat. Sedangkan fungsi psikomotor
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti tindakan,
koordinasi, gerakan tubuh yang menyebabkan lansia terlihat kurang
cekatan.
c. Perubahan dalam Peran Sosial di Masyarakat
Perubahan yang terjadi pada lansia yakni fungsi indera yang
menurun yang dapat mengakibatkan munculnya gangguan
fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Hal ini dapat
mengakibatkan menarik diri dari sosialnya.
d. Perubahan Minat
Perubahan minat yang terjadi pada lansia bisa terlihat dari penurunan
minat untuk memperbaiki penampilan dan minat untuk ingin
mendapat hiburan juga ikut berkurang. Namun minat untuk
pemenuhan kebutuhan meningkat pada lansia. Perubahan minat ini
dapat mempengaruhi pola hidupnya.
4. Tipe-tipe Lansia
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman menyesuaikan diri dengan
perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan
baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan
kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap
datang terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan
apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, mental, sosial, dan ekonominya.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu),
serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri) (Maryam, 2008).
5. Kebutuhan Lansia
Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu
kebutuhan makan, perlindungan perawatan , kesehatan dan kebutuhan
sosial. Kebutuhan sosial mencakup beberapa aspek yaitu hubungan dengan
orang lain, hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya dan
hubungan denganorganisasi sosial. Berikut penjelasan kebutuhan lansia:
a. Kebutuhan Utama
1. Kebutuhan biologis/fisiologis : seperti makanan yang bergizi,
kebutuhan pakaian, perumahan/tempat berteduh dan kebutuhan
seksual
2. Kebutuhan ekonomi : berupa penghasilan yang memadai atau
suatukreatifitas yang bisa menghasilkan
3. Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan dan pengobatan
4. Kebutuhan psikologis : berupa kasih sayang, adanya tanggapan
dari orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri,
serta statusyang jelas
5. Kebutuhan social : berupa peranan dalam hubungan dengan orang
lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya, dan
hubungn dengan organisasi sosial.
b. Kebutuhan Sekunder
1. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
2. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
3. Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti
informasi dan pengetahuan
4. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status,
perlindungan hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan
5. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami
akan makna keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-
hal yang tidak diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian
LAPORAN PENDAHULUAN
SINDROM GERIATRI
4. Manifestasi Klinis
Semakin bertambah usia seseorang semakin banyak terjadi perubahan pada
berbagai sistem dalam tubuh. Perubahan yang terjadi cenderung mengarah
pada penurunan berbagai fungsi tersebut. Pada sistem saraf pusat terjadi
pengurangan massa otak, aliran darah otak, densitas koneksi dendritik,
reseptor glukokortikoid hipokampal, dan terganggunya autoregulasi
perfusi. Timbul proliferasi astrosit dan berubahnya neurotransmiter,
termasuk dopamin dan serotonin. Terjadi peningkatan aktivitas monoamin
oksidase dan melambatnya proses sentral dan waktu reaksi.
Pada sistem kardiovaskuler, pengisian ventrikel kiri dan sel pacu jantung
(pacemaker) di nodus SA berkurang; terjadi hipertrofi atrium kiri;
kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri bertambah lama; respons inotropik,
kronotropik, terhadap stimulasi beta-adrenergik berkurang; menurunnya
curah jantung maksimal; peningkatan atrial natriuretic peptide (ANP)
serum dan resistensi vaskular perifer. (Pada fungsi paru-paru terjadi
penurunan forced expiration volume 1 second (FEVI) dan forced volume
capacity (FVC); berkurangnya efektivitas batuk dan fungsi silia dan
meningkatnya volume residual. Adanya ‘ventilation-perfusion
mismatching’ yang menyebabkan PaO2 menurun seiring bertambahnya
usia : 100 – (0,32 x umur).
Pada sistem saraf perifer lanjut usia mengalami hilangnya neuron motor
spinal, berkurangnya sensasi getar, terutama di kaki, berkurangnya
sensitivitas termal (hangatdingin), berkurangnya amplitudo aksi potensial
yang termielinasi dan meningkatnya heterogenitas selaput akson myelin.
Massa otot berkurang secara bermakna (sarkopenia) karena berkurangnya
serat otot. Efek penuaan paling kecil pada otot diafragma; berkurangnya
sintesis rantai berat miosin, inervasi, meningkatnya jumlah miofibril per
unit otot dan berkurangnya laju basal metabolic (berkurang 4%/dekade
setelah usia 50). Pada sistem imun terjadi penurunan imunitas yang
dimediasi sel, rendahnya produksi antibodi, meningkatnya autoantibodi,
berkurangnya hipersensitivitas tipe lambat, berkurangnya produksi sel B
oleh sumsum tulang; dan meningkatnya IL-6 dalam sirkulasi.
5. Patofisiologi
Patatofisologi yang terjadi pada setiap orang bisa berbeda, tetapi antara
lain mencangkup (Stanley, Mickey.2006)
- Penurunan fungsi otonom yang berhubungan dengan usia danmungkin
disertai hilangnya elastisatas dinding pembuluh darah
- Gangguan dari aktivitas baro-refleks akibat tirah baring yang
terlalulama. Keadaan ini sering terdapat pada penderita lansia
yangtekanan darahnya dipertahankan dengan vasokontriksi yang
hampermaksimal (misaknya setelah terkena infark miocard). Tak
terdapatlagi cadangan otot jantung , sehingga pada saat bangun
tiudrtekanan tidak bisa dipertahankan lagi.
- Hipovalemia dan atau hiponatremia sebagai akibat berbagai
keadaan,antara lain pemberian diuretika
- Berbagai obat yang bersifat hipotensif, antara lain tiasid dandiuretika,
fenotiasin, antidepresan trisiklik, butirofenon, lefodopa,dan
bromokriptin
- Akibat berbagai penyakit yang menggangu saraf otonom.
6. Pemeriksaan Penunjang
Geriatri komprehensif mencakup: kesehatan fisik, mental, status
fungsional, kegiatan sosial, dan lingkungan.Tujuan asesmen ialah
mengetahui kesehatan penderita secara holistic supaya dapat
memberdayakan kemandirianpenderita selama mungkin dan mencegah
disabilitas-handicap diwaktu mendatang Asesmen ini bersifat tidak
sekedar multi-disiplin tetapi interdisiplin dengan koordinasi serasi antar
disiplin dan lintas pelayanan kesehatan (Darrmojo, B. 2009).
Anamnesis dilengkapi dengan berbagai gangguan yang terdapat : menelan,
masalah gigi, gigi palsu, gangguan komunikasi/bicara, nyeri/gerak yang
terbatas pada anggota badan dan lain-lain.
a) Penilaian sistem : Penilaian system dilaksanakan secara urut, mulai
dari system syaraf.
b) Pusat, saluran nafas atas dan bawah, kardiovaskular, gastrointestinal
(seperti inkontinensia alvi, konstipasi), urogenital (seperti
inkontinensia urin). Dapat dikatakan bahwa penampilan penyakit dan
keluhan penderita tidaktentu berwujud sebagai penampilan organ yang
terganggu.
c) Anamnesis tentang kebiasaan yang merugikan kesehatan (merokok,
minum alkohol).
d) Anamnesis Lingkungan perlu meliputi keadaan rumah tempat tinggal.
e) Review obat-obat yang telah dan sedang digunakan perlu sekali
ditanyakan, bila perlu, penderita atau keluarganya.
f) Ada tidaknya perubahan perilaku.
Anamnesis Nutrisi:( Siti, Maryam Rdkk. 2008)
a. Pada gizi perlu diperhatikan :
1) Keseimbangan (baik jumlah kalori maupun makronutrien)
2) Cukup mikronutrien (vitamin dan mineral)
3) Perlu macam makanan yang beranekaragam.
4) Kalori berlebihan atau dikurangi disesuaikan dengan
kegiatanAHSnya, dengan tujuan mencapai berat badan ideal.
5) Keadaan gigi geli, mastikasi dan fungsi gastro-intestinal.
6) Apakah ada penurunan atau kenaikan berat badan.
b. Pengkajian Nutrisi (Kuswardhani, RAT. 2011)
Pengkajian nutrisi dilakukan dengan memeriksa indeks massatubuh.
Rumus Indeks Masa Tubuh (IMT) : Berat Badan (kg)[TinggiBadan
(m)2]2 IMT : 18-23 (normal).
7. Penatalaksanaan
Kondisi multipatologi mengakibatkan seorang usia lanjut mendapatkan
berbagai jenis obat dalam jumlah banyak. Terapi non-farmakologi dapat
menjadi pilihan untuk mengatasi masalah pada pasien usia lanjut, namun
obat tetap menjadi pilihan utama sehingga polifarmasi sangat sulit
dihindari. Prinsip penggunaan obat yang benar dan tepat pada usia lanjut
harus menjadi kajian multi/interdisiplin yang mengedepankan pendekatan
secara holistik (Siti, Maryam Rdkk. 2008).
a. Pengelolaan inkontinensia urin
Pengelolaan inkontinensia urin pada penderita usia lanjut, secara garis
besar dapat dikerjakan sebagai berikut (Suryanto, 2008).
1) Program rehabilitasi, antara lain:
a) Melatih perilaku berkemih.
b) Modifikasi tempat berkemih (komodo, urinal).
c) Melatih respons kandung kemih.
d) Latihan otot-otot dasar panggul.
2) Katerisasi, baik secara berkala (intermitten) atau menetap
(indweling).
3) Obat-obatan, antara lain untuk relaksasi kandung kemih, estrogen.
4) Pembedahan, misalnya: untuk mengangkat penyebab sumbatan atau
keadaan patologik lain, pembuatan sfingter artefisiil dan lain-lain.
5) Lain-lain, misalnya penyesuaian lingkungan yang mendukung untuk
kemudahan berkemih, penggunaan pakaian dalam dan bahan-bahan
penyerap khusus untuk mengurangi dampak inkontinensia.
b. Jatuh
Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau mengeliminasi
faktor risiko, penyebab jatuh dan menangani komplikasinya.
Penatalaksanaan ini harus terpadu dan membutuhkan kerja tim yang
terdiri dari dokter (geriatrik, neurologik, bedah ortopedi, rehabilitasi
medik, psikiatrik dan lain-lain), sosiomedik dan ahli lain yang terkait
serta keluarga penderita. Penatalaksanaan bersifat individual, artinya
berbeda untuk setiap kasus karena perbedaan faktor faktor yang
mengakibatkan jatuh. Lebih banyak pasien jatuh karena kondisi kronik,
multifaktoral sehingga diperlukan terapi gabungan antara obat,
rehabilitasi dan perbaikan lingkungan. Pada kasus lain intervensi
diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan, misalnya
pembatasan bepergian, penggunaan alat bantu gerak dan sebagainya.
Faktor Pelindung Terhadap Cedera Retak.
1) Terapiestrogen
2) Berat badan setelah usia
3) Berjalan untuk latihan
4) Asupan kalsium yang cukup
Pengobatan untuk gangguan berjalan
1) Manajemen gangguan berjalan termasuk peningkatan kemampuan
fungsional dan pengobatan penyakit tertentu,namun banyak kondisi
yang menyebabkan kelainan gaya berjalan hanya sebagian dapat
diobati.
2) Peningkatan substansial terjadi dalam pengobatan gangguan
sekunder untuk vitamin B12 dan folat, penyakit tiroid, radang sendi
lutut, penyakit Parkinson dan polineuropati inflamasi.
3) Peningkatan Sedang, tetapi dengan cacat sisa, dapat terjadi setelah
perawatan bedah untuk myelopathy serviks, stenosis lumbar, dan
hidrosefalus tekanan normal.
c. Sleep Disturbance
1) Perawatan Non-farmakologis
a) Hilangkan faktor yang dicurigai: mengobati penyakit yang
mendasari, menghentikan atau mengubah obat, menghentikan
alkohol, kafein atau penggunaan nikotin.
b) Perubahan Kebiasaan: mengembangkan rutinitas persiapan
tidur, gunakan kamar tidur untuk tidur saja, mengembangkan
cerita tidur untuk mempromosikan keadaan pikiran, mengurangi
tidur siang hari, dan mengembangkan latihan rutin sehari-hari.
2) Pengobatan farmakologis
a) Hanya direkomendasikan untuk penggunaan jangka pendek
pada pasien yang lebih tua.
b) Benzodiazepin dengan aksi pendek atau menengah seperti
Temazepam (7,5-15 mg), dengan jangka waktu maksimum dua
minggu untuk menghindari ketergantungan.
c) Antihistamin dapat diterima untuk digunakan sesekali, namun
cepat kehilangan khasiat.
d) Anti-depresan, misalnya, Trazadone, adalah pilihan yang
baik untuk insomnia kronis.
d. Pencegahan Komplikasi Imobilisasi
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan meliputi penatalaksanaan
farmakologik dan non farmakologik. Upaya non farmakologis yang
dapat dilakukan adalah dengan beberapa terapi fisik dan latihan jasmani
secara teratur. Pada pasien yang mengalami tirah baring total,
perubahan posisi secara teratur dan latihan di tempat tidur. Selain itu,
mobilisasi dini berupa turun dari tempat tidur, berpindah dari tempat
tidur ke kursi dan latihan fungsional dapat dilakukan secara bertahap.
8. Komplikasi
Imobilisasi dapat mengakibatkan komplikasi pada sistem
pernafasanmisalnya penurunan ventilasi, atelektasis dan pneumonia.
Komplikasiendokrin dan ginjal, peningkatan diuresis, natriuresis dan
pergeserancairan ekstraseluler, intoleransi glukosa, hiperkalsemia dan
kehilangankalsium, batu ginjal serta keseimbangan nitrogen negatif
Komplikasigastrointestinal yang dapat timbul adalah anoreksia, konstipasi
danluka tekan (ulkus dekubitus). Pada sistem saraf pusat, dapat
terjadideprivasi sensorik, gangguan keseimbangan dan koordinasi
(Rizka,2015).
LAPORAN PENDAHULUAN
GOUT ARTHRITIS
Diet tinggi purin Peningkatan pemecahan sel Peningkatan pemecahan sel Konsumsi alkohol
Katabolisme purin Asam urat dalam sel keluar Tidak diekresi melalui urine Peningkata asam laktat seagai produk
samping metabolisme
Penyakit ginjal
(glumerulonefritis dan gagal
ginjal)
Asam urat dalam serum Kemampuan ekresi asam
meningkat (Hiperurisemia) urat terganggu/menurun
Peningkatan kerusakan
jaringan
Sumber : (Hidayah, 2019)
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, dan pekerjaan.
Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai
dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita
serangan Gout Arthritis umumnya terjadi pasca Menopause. Untuk jenis
kelamin sendiri laki-laki memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dari
pada wanita, sebab wanita memiliki hormon esterogen dimana hormon
tersebut yang dapat membantu proses pengeluaran asam urat melalui
urine sehingga asam urat di dalam darah dapat terkontrol.
2. Status Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah
nyeri yang dirasakan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot dan tulang,
termasuk di dalamnya sendi dan otot sendi. Sifat dari nyeri umumnya
seperti pegal/ ditusuk-tusuk/ panas/ ditarik-tarik. Gangguan nyeri
yang terus berlangsung menyebabkan aktivitas sehari-hari terhambat.
Biasanya terjadi kekakuan dipagi hari, rasa nyeri, dan pembengkakan
pada persendian.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita gout arthritis, biasanya menderita
hipertensi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah keluarga dari generasi terdahulu mempunyai keluhan yang
sama dengan klien karena penyakit gout arthritis berhubungan dengan
genetik.
5. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan penyakit
klien dalam keluarga dan masyarakat. Respon yang didapat meliputi
adanya kecemasan individu dengan rentang variasi tingkat kecemasan
yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, dan
ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis penyakit serta
peningkatan asam urat terhadap sirkulasi. Adanya perubahan peran dalam
keluarga akibat adanya nyeri dan gangguan mobilitas fisik memberikan
respon terhadap konsep diri yang mal adaptif
6. Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutrisi klien apakah klien sering mengonsumsi makanan
yang mengandung tinggi purin.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, dari
ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe).
8. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah.
b. Tes cairan sinovial , fisis, inflamasi, infeksi.
c. X-rays, MRI, Bone Scan untuk melihat perubahan pada struktur
tulang dan kartilago.
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien Gout Arthritis
menurut SDKI adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077)
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sendi (D.0054)
4. Gangguan rasa aman nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
(D.0074)
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian (D.0055)
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kuarang terpapar informasi
(D.0111)
C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan 3x24 jam, (1.08238)
dengan agen diharapkan masalah Observasi :
cedera biologis keperawatan klien teratasi 1. Identifikasi skala,
(D.0077) dengan kriteria hasil durasi,
Tingkat Nyeri menurun karakteristik, dan
(L.08066) daerah nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi durasi
2. Tekanan darah membaik nyeri non verbal
3. Nyeri menurun, skala nyeri 3. Identifikasi faktor
ringan (1) yang memperberat
4. Meringis menurun dan memperingan
nyeri
Terapeutik:
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
(Kompres hangat,
teknik nafas dalam)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitas istirahat
dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
pemicu dan periode
nyeri
2. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik bila perlu
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan (Kozier, 2011). Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011).
E. Evaluasi Keperawatan
Komponen kelima dari proses keperawatan ialah evaluasi. Evaluasi didasarkan
pada bagaimana efektifnya tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat.
Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang
perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan (Maglaya, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Astuty, W., 2019. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gout Arthritis. [Online]
Available at: http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/307/1/Untitled.pdf
[Accessed 7 Maret 2022].
Darmojo, B., 2015. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: s.n.
Hidayah, N., 2019. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gout Arthritis.
[Online]
Available at: http://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id/314/1/KARYA%20TULIS%20ILMIAH%20%282%20files%2
0merged%29.pdf
[Accessed 7 Maret 2022].
NIM : P27820719033
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S
Umur : 66 tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Bhaskara, Surabaya
Tanggal datang : 19 Oktober 2021 Lama tinggal di panti : 4 bulan
2. DATA KELUARGA
Nama : Evi Agustin
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Bhaskara, Surabaya
Ya Tidak
Kelelahan :
Perubahan BB :
Perubahan nafsu makan :
Masalah tidur :
Kemampuan ADL :
KETERANGAN : Klien mengatakan nafsu makannya
saat di panti menurun karena sering
tidak diberi sayur yaitu makanan
kesukaan klien. Dan pola tidurnya tidak
tentu atau sering terbangun saat malam
hari. Klien mengatakan bangun malam
untuk menunaikan sholat tahajud.
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka :
Pruritus :
Perubahan pigmen :
Memar :
Pola penyembuhan lesi :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada integumen
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan :
Abnormal :
Pembengkakan kel. limfe :
Anemia :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada pola
hematopoenic
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala :
Pusing :
Gatal pada kulit kepala :
KETERANGAN : Klien mengatakan kulit kepala nya
gatal karena ketombe
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan pengelihatan :
Pakai kacamata :
Kekeringan mata :
Nyeri :
Gatal :
Photobobia :
Diplopia :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : Klien mengatakan mempunyai kedua
matanya katarak, namun mata kanannya
sudah dilakukan operasi sekitar 2 bulan
yang lalu sedangkan yang mata kiri
belum
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran :
Discharge :
Tinitus :
Vertigo :
Alat bantu dengar :
Riwayat infeksi :
Kebiasaan membersihkan
telinga
Dampak pada ADL :
KETERANGAN : Klien mengatakan membersihkan
telinganya seminggu sekali
menggunakan cutton bud
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea :
Discharge :
Epistaksis :
Obstruksi :
Snoring :
Alergi :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada hidung
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan :
Kesulitan menelan :
Lesi :
Perdarahan gusi :
Caries :
Perubahan rasa :
Gigi palsu :
Riwayat infeksi :
Pola sikat gigi :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada mulut dan
tenggorokan
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan :
Nyeri tekan :
Massa :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada leher
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk :
Nafas pendek :
Hemoptisis :
Wheezing :
Asma :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada pernafasan
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain :
Palpitasi :
Dipsnoe :
Paroximal nocturnal :
Orthopnea :
Murmur :
Edema :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada
kardiovaskuler
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia :
Nausea / vomiting :
Hemateemesis :
Perubahan nafsu makan :
Massa
Jaundice :
Perubahan pola BAB :
Melena :
Hemorrhoid :
Pola BAB : Klien mengatakan BAB seminggu
sekali karena tidak makan sayur
KETERANGAN : Klien mengatakan nafsu makannya
saat di panti menurun
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria :
Frekuensi :
Hesitancy :
Urgency :
Hematuria :
Poliuria :
Oliguria :
Nocturia :
Inkontinensia :
Nyeri berkemih :
Pola BAK : 6-8 kali dalam sehari
KETERANGAN : Klien mengatakan sering buang air
kecil
14. Reproduksi
(perempuan)
Ya Tidak
Lesi :
Discharge :
Postcoital bleeding :
Nyeri pelvis :
Prolap :
Riwayat menstruasi : Klien mengatakan terakhir menstruasi
pada umur 50 tahun
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada pola
reproduksi
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri sendi :
Bengkak :
Kaku sendi :
Deformitas :
Spasme :
Kram :
Kelemahan otot :
Masalah gaya berjalan :
Nyeri punggung :
Pola latihan :
Dampak ADL : Saat mengangkat barang berat sendi
terasa nyeri
KETERANGAN : Klien mengatakan nyeri sendi saat
malam hari atau saat klien merasa
kedinginan
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache :
Seizures :
Syncope :
Tic/tremor :
Paralysis :
Paresis :
Masalah memori :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada persyarafan
6. LINGKUNGAN
• Kamar : Bersih, rapi, tertata
• Kamar mandi : Bersih
• Dalam rumah wisma : Bersih
• Luar rumah : Bersih, rindang
2. Aspek kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)
No. Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1. Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2022
Hari : Senin
Musim : Hujan
Bulan : Maret
Tanggal : Lupa
2. Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara : Indonesia
Panti : Jompo
Propinsi : Jawa Timur
Wisma : Griya Werda
Kabupaten/kota : Surabaya
3. Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab
1) Kursi
2) Meja
3) Kertas
4. Perhatian 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100
dan kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat
kalkulasi Jawaban :
1) 93
2) 86
3) 79
4) 72
5) 65
5. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada point ke-3 (tiap point nilai 1)
Jawaban :
1) Kursi
2) Meja
3) Kertas
6. Bahasa 9 8 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukkan benda tersebut)
Jawaban :
1) Bolpoint
2) Pensil
3) Meminta klien mengulangi kata
berikut :
“tidak ada, dan, jika, atau, tetapi”
Klien menjawab : “tidak ada, dan, jika,
atau, tetapi”
Total nilai 30 28
Intrepretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 -17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : Tidak ada ganguan kognitif
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No. Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1. 7-2-2022 / 12.28 WIB 72 detik
2.
3.
Rata-rata waktu TUG
Interpretasi hasil :
Interpretasi hasil
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukkan hasil sebagai berikut :
> 13,5 detik Resiko tinggi jatuh
> 24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan
> 30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
mobilisasi dan melakukan ADL
4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas 1 0 0
dan kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup hampa/kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang 0 1 0
waktu
6. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi 1 0 1
pada anda
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang 0 1 1
waktu
8. Anda sering merasa butuh bantuan 1 0 0
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada 1 0 0
keluar melakukan sesuatu hal
10. Anda merasaa memiliki banyak masalah 1 0 0
dengan ingatan anda
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat 0 1 0
luar biasa
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat 0 1 0
energik/bersemangat
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih dari diri 1 0 0
anda
Jumlah 3
Interpretasi :
Jika diperoleh skor 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia :
No. Indikator skor Pemeriksaan
1. Menderita sakit atau kondisi yang 2 0
mengakibatkan perubahan jumlah dan
jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0
3. Makan sedikit buah, sayur, atau olahan 2 1
susu
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan 2 0
minum minuman berakohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau 2 0
giginya sehingga tidak dapat makan
makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang 4 0
untuk membeli makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1 0
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi 1 1
minum obat 3 kali atau lebih setiap
harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 kg 2 1
dalam enam bulan terakhir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik 2 0
yang cukup untuk belanja, memasak atau
makan sendiri
Total Skor 3
Interpretasi :
0-2 : Good
3-5 : Moderate nutritional risk
6> : High nutritional risk
Nama/Umur : Ny. S
Ruang : Mawar Blok B UPTD Griya Werda Jambangan Surabaya
Nyeri
Nama/Umur : Ny. S
Ruang : Mawar Blok B UPTD Griya Werda Jambangan Surabaya
Nama/Umur : Ny. S
Ruang : Mawar Blok B UPTD Griya Werda Jambangan Surabaya
No. Diagnosis Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
Hasil
1. Nyeri kronis Tujuan : Manajemen Nyeri (1.08238)
berhubungan dengan Setelah dilakukan
kondisi tindakan keperawatan Observasi :
muskuloskeletal kronis 3x8 jam tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. Untuk mengetahui penyebab
(nyeri sendi akibat menurun (L.08066) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri nyeri dari asam urat
kadar asam urat tinggi) 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mnegetahui skala nyeri
(D.0078) Kriteria Hasil : 3. Identifikasi faktor yang memperberat yang dirasakan dan rencana
1. Keluhan nyeri dan memperingan nyeri pengobatan selanjutnya
menurun 4. Monitor nilai asam urat 3. Mengetahui faktor nyeri yang
2. Kesulitan tidur ditimbulkan
menurun 4. Dapat memonitor asam urat
3. Tekanan darah klien
normal (120/80) Terapeutik :
4. Nafsu makan 1. Berikan terapi nonfarmakologis untuk 1. Untuk mengurangi rasa nyeri
membaik, makanan mengurangi nyeri (terapi pijat/akupresur saat timbul
dihabiskan dan pemberian obat tradisional ekstrak
5. Pola tidur membaik rebusan jahe)
(Normal : 7-8 jam) 1. Klien perlu mengetahui agar
Edukasi : dapat mengurang atau
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu mencegah nyeri secara
nyeri mandiri
2. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk 2. Agar klien dapat
mengurangi rasa nyeri mempraktekkan secara
mandiri
1. Membantu proses
Kolaborasi : penyembuhan atau
1. Kolabolarasi pemberian analgetik mengurangi rasa nyeri
2. Defisit nutrisi Tujuan : Manajemen nutrisi (1.03119)
berhubunga dengan Setelah dilakukan
faktor spikologis (nafsu tindakan keperawatan Observasi :
makan menurun) 3x8 jam nafsu makan 1. Monitor asupan makanan 1. Mengetahui perkmbangan
(D.0019) membaik (L.03024) 2. Monitor berat badan nafsu makan klien
2. Mengetahui peningkatan
Kriteria Hasil : berat badan klien
1. Keinginan makan
meningkat
2. Makan yang
diberikan
dihabiskan
3. Gangguan pola tidur Tujuan : Dukungan tidur (1.05174)
berhubungan dengan Setalah dilakukan
kurangnya kontrol tidur tindakan keperawatan Observasi :
(D.0055) 3x8 jam pola tidur 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Mengetahui pola aktivitas dan
membaik (L.05045) 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur pola tidur klien
(fisik atau psikologis) 2. Mengetahui penyebab klien
Kriteria Hasil : 3. Monitor tanda-tanda vital pola tidurnya terganggu
1. Keluhan sulit tidur 3. Memantau kesehtan klien
meningkat Terapeutik :
2. Keluhan pola tidur 1. Tetapkan jadwal tidur rutin 1. Dengan menerapkan jadwal
berubah meningkat diharapkan pola tidur dapat
3. Tekanan darah batas teratur
normal (120/80 Edukasi :
mmHg) 1. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau car 1. Membantu klien untuk mudah
4. Pola tidur normal 7- nonfarmakologi dalam mnegatur pola tisurnya
8 jam/hari kembali
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
LAPORAN PENDAHULUAN
DAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. M DENGAN GOUT
ARTHRITIS
DI UPTD GRIYA WERDHA SURABAYA
DISUSUN OLEH :
SHERLINDA ANJAR APRILIA
NIM. P27820719033
KONSEP LANSIA
3) Perubahan Spiritual
Spiritualitas pada lansia bersifat universal, intrinsik dan merupakan proses
individual yang berkembang sepanjang rentang kehidupan. Harapan
memungkinkan individu dengan keimanan spiritual atau religius untuk
bersiap menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian.
4) Perubahan Psikososial
a. Pensiun
Lansia merasa kehilangan kontak sosial dari area kerjanya dan mereka
merasakan kekosongan saat menjalani aktivitasnya.
b. Perubahan Aspek Kepribadian
Perubahan aspek kepribadian menyebabkan perubahan fungsi kognitif
yang menurun dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi persepsi, proses
belajar, pemahaman yang menyebabkan reaksi dan perilaku lansia
menjadi lambat. Sedangkan fungsi psikomotor berhubungan dengan
dorongan kehendak seperti tindakan, koordinasi, gerakan tubuh yang
menyebabkan lansia terlihat kurang cekatan.
c. Perubahan dalam Peran Sosial di Masyarakat
Perubahan yang terjadi pada lansia yakni fungsi indera yang menurun
yang dapat mengakibatkan munculnya gangguan fungsional atau bahkan
kecacatan pada lansia. Hal ini dapat mengakibatkan menarik diri dari
sosialnya.
d. Perubahan Minat
Perubahan minat yang terjadi pada lansia bisa terlihat dari penurunan
minat untuk memperbaiki penampilan dan minat untuk ingin mendapat
hiburan juga ikut berkurang. Namun minat untuk pemenuhan kebutuhan
meningkat pada lansia. Perubahan minat ini dapat mempengaruhi pola
hidupnya.
4. Tipe-tipe Lansia
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan
jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi
undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan
kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap
datang terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa
saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, mental, sosial, dan ekonominya.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta
tipe putus asa (benci pada diri sendiri) (Maryam, 2018).
5. Kebutuhan Lansia
Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu
kebutuhan makan, perlindungan perawatan , kesehatan dan kebutuhan sosial.
Kebutuhan sosial mencakup beberapa aspek yaitu hubungan dengan orang lain,
hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan
denganorganisasi sosial. Berikut penjelasan kebutuhan lansia:
a. Kebutuhan Utama
1. Kebutuhan biologis/fisiologis : seperti makanan yang bergizi,
kebutuhan pakaian, perumahan/tempat berteduh dan kebutuhan seksual
2. Kebutuhan ekonomi : berupa penghasilan yang memadai atau suatu
kreatifitas yang bisa menghasilkan
3. Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan dan pengobatan
4. Kebutuhan psikologis : berupa kasih sayang, adanya tanggapan dari
orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri, serta status
yang jelas
5. Kebutuhan social : berupa peranan dalam hubungan dengan orang lain,
hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya, dan hubungn
dengan organisasi sosial.
b. Kebutuhan Sekunder
1. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
2. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
3. Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informasi
dan pengetahuan
4. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan
hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan
5. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami akan
makna keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang
tidak diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian
LAPORAN PENDAHULUAN
SINDROM GERIATRI
Terapi pengobatan pada pasien usia lanjut secara signifikan berbeda dari
pasien pada usia muda, karena adanya perubahan kondisi tubuh yang
disebabkan oleh usia, dan dampak yang timbul dari penggunaan obat-obatan
yang digunakan sebelumnya. Masalah polifarmasi pada pasien geriatri sulit
dihindari dikarenakan oleh berbagai hal yaitu penyakit yang diderita banyak
dan biasanya kronis, obat diresepkan oleh beberapa dokter, kurang
koordinasi dalam pengelolaan, gejala yang dirasakan pasien tidak jelas,
pasien meminta resep, dan untuk menghilangkan efek samping obat justru
ditambah obat baru. Karena itu diusulkan prinsip pemberian obat yang benar
pada pasien geriatri dengan cara mengetahui riwayat pengobatan lengkap,
jangan memberikan obat sebelum waktunya, jangan menggunakan obat
terlalu lama, kenali obat yang digunakan, mulai dengan dosis rendah,
naikkan perlahan-lahan, obati sesuai patokan, beri dorongan supaya patuh
berobat dan hatihati mengguakan obat baru (Setiati dkk.,2017).
g. Isolation (depresi)
Isolation (terisolasi) dan depresi, penyebab utama depresi pada usia lanjut
adalah kehilangan seseorang yan disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan
binatang peliharaan. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari
lingkungan, menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga
yang mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien
akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat
melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepanjangan.
h. Inanition (malnutrisi)
Kelemahan nutrisi merujuk pada hendaya yang terjadi pada usia lanjut
karena kehilangan berat badan fisiologis dan patologis yang tidak disengaja.
Anoreksia pada usia lanjut merupakan penurunan fisiologis nafsu makan dan
asupan makan yang menyebabkan kehilangan berat badan yang tidak
diinginkan (Kane et al., 2018). Pada pasien, kekurangan nutrisi disebabkan
oleh keadaan pasien dengan gangguan menelan, sehingga menurunkan nafsu
makan pasien.
i. Impecunity (kemiskinan)
Impecunity (kemiskinan), usia lansia dimana seseorang menjadi kurang
produktif (bukan tidak produktif) akibat penurunan kemampuan fisik untuk
beraktivitas. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan
hidup dari tunjangan hari tuanya. Pada dasarnya seorang lansia masih dapat
bekerja, hanya saja intensitas dan beban kerjanya yang harus dikurangi
sesuai dengan kemampuannya, terbukti bahwa seseorang yang tetap
menggunakan otaknya hingga usia lanjut dengan bekerja, membaca, dsb.,
tidak mudah menjadi “pikun” . Selain masalah finansial, pensiun juga berarti
kehilangan teman sejawat, berarti interaksi sosial pun berkurang
memudahakan seorang lansia mengalami depresi.
j. Iatrogenic disorder (gangguan iatrogenic)
Iatrogenics (iatrogenesis), karakteristik yang khas dari pasien geriatric yaitu
multipatologik, seringkali menyebabkan pasien tersebut perlu
mengkonsumsi obat yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat yang ditimbulkan
antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat
mengancam jiwa. Pemberian obat pada lansia haruslah sangat hati-hati dan
rasional karena obat akan dimetabolisme di hati sedangkan pada lansia
terjadi penurunan fungsi faal hati sehingga terkadang terjadi ikterus (kuning)
akibat obat. Selain penurunan faal hati juga terjadi penurunan faal ginjal
(jumlah glomerulus berkurang), dimana sebagaian besar obat dikeluarkan
melalui ginjal sehingga pada lansia sisa metabolisme obat tidak dapat
dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek toksik.
k. Insomnia (gangguan tidur)
Pada lansia dapat disebabkan oleh faktor yang terdiri dari nyerikronis, sesak
napas pada penyakit paru obstruktif kronis,gangguan psikiatrik (gangguan
cemas dan depresi), penyakitneurologi (parkinson’s disease, alzheimer
disease) danobat-obatan kortikosteroid dan diuretik) (Dini, A.A., 2020).
l. Immunodeficiency (penurunan imunitas)
Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh) banyak hal yang
mempengaruhi penurunan sistem kekebalan tubuh pada usia lanjut seperti
atrofi thymus (kelenjar yang memproduksi sel-sel limfosit T) meskipun tidak
begitu bermakna (tampak bermakna pada limfosit T CD8) karena limfosit T
tetap terbentuk di jaringan limfoid lainnya. Begitu juga dengan barrier
infeksi pertama pada tubuh seperti kulit dan mukosa yang menipis, refleks
batuk dan bersin yang berfungsi mengeluarkan zat asing yang masuk ke
saluran nafas- yang melemah. Hal yang sama terjadi pada respon imun
terhadap antigen, penurunan jumlah antibodi. Segala mekanisme tersebut
berakibat terhadap rentannya seseorang terhadap agen-agen penyebab
infeksi, sehingga penyakit infeksi menempati porsi besar pada pasien lansia.
m. Impotence (impotensi)
Impotency (Impotensi), ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada
usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan
hormon, syaraf, dan pembuluh darah. Disfungsi ereksi psikogenik
merupakan penyebab utama pada gangguanorganik,walaupun faktor
psikogenik ikut memegang peranan. Disfungsi ereksijenis ini yang
berpotensi reversible potensial biasanya yangdisebabkan oleh
kecemasan,depresi, rasa bersalah, masalahperkawinan atau juga akibat dari
rasa takutakan gagal dalamhubungan seksual.
n. Irritable bowel
Irritable bowel (usus besar yang sensitif -mudah terangsang-) sehingga
menyebabkan diare atau konstipasi/ impaksi (sembelit). Penyebabnya tidak
jelas, tetapi pada beberapa kasus ditemukan gangguan pada otot polos usus
besar, penybeab lain yang mungkin adalah gangguan syaraf sensorik usus,
gangguan sistem syaraf pusat, gangguan psikologis, stres, fermentasi gas
yang dapat merangsang syaraf, colitis
4. Manifestasi Klinis
Semakin bertambah usia seseorang semakin banyak terjadi perubahan pada
berbagai sistem dalam tubuh. Perubahan yang terjadi cenderung mengarah pada
penurunan berbagai fungsi tersebut. Pada sistem saraf pusat terjadi
pengurangan massa otak, aliran darah otak, densitas koneksi dendritik, reseptor
glukokortikoid hipokampal, dan terganggunya autoregulasi perfusi. Timbul
proliferasi astrosit dan berubahnya neurotransmiter, termasuk dopamin dan
serotonin. Terjadi peningkatan aktivitas monoamin oksidase dan melambatnya
proses sentral dan waktu reaksi.
Pada fungsi kognitif terjadi penurunan kemampuan meningkatkan fungsi
intelektual; berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak yang menyebabkan
proses informasi melambat dan banyak informasi hilang selama transmisi;
berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil
informasi dari memori. Kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik
dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi. ingat
kejadian yang baru saja terjadi. Pada fungsi penglihatan terjadi gangguan
adaptasi gelap; pengeruhan pada lensa: ketidakmampuan untuk fokus pada
benda-benda jarak dekat (presbiopia);berkurangnya sensitivitas terhadap
kontras dan lakrimasi. Hilangnya nada berfrekuensi tinggi secara bilateral
timbul pada funsgsi pendengaran. Di samping itu pada usia lanjut terjadi
kesulitan untuk membedakan sumber bunyi dan terganggunya kemampuan
membedakan target dari noise.
Pada sistem kardiovaskuler, pengisian ventrikel kiri dan sel pacu jantung
(pacemaker) di nodus SA berkurang; terjadi hipertrofi atrium kiri; kontraksi dan
relaksasi ventrikel kiri bertambah lama; respons inotropik, kronotropik,
terhadap stimulasi beta-adrenergik berkurang; menurunnya curah jantung
maksimal; peningkatan atrial natriuretic peptide (ANP) serum dan resistensi
vaskular perifer. (Pada fungsi paru-paru terjadi penurunan forced expiration
volume 1 second (FEVI) dan forced volume capacity (FVC); berkurangnya
efektivitas batuk dan fungsi silia dan meningkatnya volume residual. Adanya
‘ventilation-perfusion mismatching’ yang menyebabkan PaO2 menurun seiring
bertambahnya usia : 100 – (0,32 x umur).
Pada fungsi gastrointestinal terjadi penururan ukuran dan aliran darah ke hati,
terganggunya bersihan (clearance) obat oleh hati sehingga membutuhkan
metabolisme fase I yang lebih ekstensif. Terganggunya respons terhadap cedera
pada mukosa lambung, berkurangnya massa pankreas dan cadangan enzimatik,
berkurangnya kontraksi kolon yang efektif dan absorpsi kalsium. Menurunnya
bersihan kreatinin (creatinin clearance) dan laju filtrasi glomerulus (GFR)
10ml/dekade terjadi dengan semakin bertambahnya usia seseorang. Penurunan
massa ginjal sebanyak 25%, terutama dari korteks dengan peningkatan relative
perfusi nefron jukstamedular. Aksentuasi pelepasan anti diuretic hormone
(ADH) sebagai respons terhadap dehidrasi berkurang dan meningkatnya
ketergantungan prostaglandin ginjal untuk mempertahankan perfusi.
Pada saluran kemih dan kelamin timbul perpanjangan waktu refrakter untuk
ereksi pada pria, berkurangnya intensitas orgasme pada pria maupun wanita,
berkurangnya sekresi prostat di urin dan pengosongan kandung kemih yang
tidak sempurna serta peningkatan volume residual urin. Toleransi glukosa
terganggu (gula darah puasa meningkat 1 mg/dl/dekade; gula darah
postprandial meningkat 10 mg/dl/dekade). Insulin serum meningkat, HbA1C
meningkat, IGF-1 berkurang. Penurunan yang bermakna pada
dehidroepiandrosteron (DHEA), hormon T3, testosteron bebas maupun yang
bioavailable, dan produksi vitamin D oleh kulit serta peningkatan hormon
paratiroid (PTH). Ovarian failure disertai menurunnya hormone ovarium.
Pada sistem saraf perifer lanjut usia mengalami hilangnya neuron motor spinal,
berkurangnya sensasi getar, terutama di kaki, berkurangnya sensitivitas termal
(hangatdingin), berkurangnya amplitudo aksi potensial yang termielinasi dan
meningkatnya heterogenitas selaput akson myelin. Massa otot berkurang secara
bermakna (sarkopenia) karena berkurangnya serat otot. Efek penuaan paling
kecil pada otot diafragma; berkurangnya sintesis rantai berat miosin, inervasi,
meningkatnya jumlah miofibril per unit otot dan berkurangnya laju basal
metabolic (berkurang 4%/dekade setelah usia 50). Pada sistem imun terjadi
penurunan imunitas yang dimediasi sel, rendahnya produksi antibodi,
meningkatnya autoantibodi, berkurangnya hipersensitivitas tipe lambat,
berkurangnya produksi sel B oleh sumsum tulang; dan meningkatnya IL-6
dalam sirkulasi.
Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood depresi menetap
yang tidak naik, gangguan nyata fungsi atau aktivitas seharihari, dan dapat
berpikiran atau melakukan percobaan bunuh diri. Pada lansia gejala depresi
lebih banyak terjadi pada orang dengan penyakit kronik, gangguan kognitif, dan
disabilitas. Kesulitan konsentrasi dan fungsi eksekutif lansia depresi akan
membaik setelah depresi teratasi. Gangguan depresi lansia dapat menyerupai
gangguan kognitif seperti demensia, sehingga dua hal tersebut perlu dibedakan.
Para lansia depresi sering menunjukkan keluhan nyeri fisik tersamar yang
bervariasi, kecemasan, dan perlambatan berpikir. Perubahan pada lansia depresi
dapat dikategorikan menjadi perubahan fisik, perubahan dalam pemikiran,
perubahan dalam perasaan, dan perubahan perilaku.
5. Patofisiologi
Patatofisologi yang terjadi pada setiap orang bisa berbeda, tetapi antara lain
mencangkup (Stanley, Mickey.2017)
- Penurunan fungsi otonom yang berhubungan dengan usia danmungkin
disertai hilangnya elastisatas dinding pembuluh darah
- Gangguan dari aktivitas baro-refleks akibat tirah baring yang terlalulama.
Keadaan ini sering terdapat pada penderita lansia yangtekanan darahnya
dipertahankan dengan vasokontriksi yang hampermaksimal (misaknya
setelah terkena infark miocard). Tak terdapatlagi cadangan otot jantung ,
sehingga pada saat bangun tiudrtekanan tidak bisa dipertahankan lagi.
- Hipovalemia dan atau hiponatremia sebagai akibat berbagai keadaan,antara
lain pemberian diuretika
- Berbagai obat yang bersifat hipotensif, antara lain tiasid dandiuretika,
fenotiasin, antidepresan trisiklik, butirofenon, lefodopa,dan bromokriptin
- Akibat berbagai penyakit yang menggangu saraf otonom.
6. Pemeriksaan Penunjang
Geriatri komprehensif mencakup: kesehatan fisik, mental, status fungsional,
kegiatan sosial, dan lingkungan.Tujuan asesmen ialah mengetahui kesehatan
penderita secara holistic supaya dapat memberdayakan kemandirianpenderita
selama mungkin dan mencegah disabilitas-handicap diwaktu mendatang
Asesmen ini bersifat tidak sekedar multi-disiplin tetapi interdisiplin dengan
koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan (Darrmojo, B.
2019).
Anamnesis dilengkapi dengan berbagai gangguan yang terdapat : menelan,
masalah gigi, gigi palsu, gangguan komunikasi/bicara, nyeri/gerak yang
terbatas pada anggota badan dan lain-lain.
a) Penilaian sistem : Penilaian system dilaksanakan secara urut, mulai dari
system syaraf.
b) Pusat, saluran nafas atas dan bawah, kardiovaskular, gastrointestinal
(seperti inkontinensia alvi, konstipasi), urogenital (seperti inkontinensia
urin). Dapat dikatakan bahwa penampilan penyakit dan keluhan penderita
tidaktentu berwujud sebagai penampilan organ yang terganggu.
c) Anamnesis tentang kebiasaan yang merugikan kesehatan (merokok,
minum alkohol).
d) Anamnesis Lingkungan perlu meliputi keadaan rumah tempat tinggal.
e) Review obat-obat yang telah dan sedang digunakan perlu sekali ditanyakan,
bila perlu, penderita atau keluarganya.
f) Ada tidaknya perubahan perilaku.
Anamnesis Nutrisi:( Siti, Maryam Rdkk. 2018)
a. Pada gizi perlu diperhatikan :
1) Keseimbangan (baik jumlah kalori maupun makronutrien)
2) Cukup mikronutrien (vitamin dan mineral)
3) Perlu macam makanan yang beranekaragam.
4) Kalori berlebihan atau dikurangi disesuaikan dengan kegiatanAHSnya,
dengan tujuan mencapai berat badan ideal.
5) Keadaan gigi geli, mastikasi dan fungsi gastro-intestinal.
6) Apakah ada penurunan atau kenaikan berat badan.
b. Pengkajian Nutrisi (Kuswardhani, RAT. 2021)
Pengkajian nutrisi dilakukan dengan memeriksa indeks massatubuh. Rumus
Indeks Masa Tubuh (IMT) : Berat Badan (kg)[TinggiBadan (m)2]2 IMT :
18-23 (normal).
7. Penatalaksanaan
Kondisi multipatologi mengakibatkan seorang usia lanjut mendapatkan
berbagai jenis obat dalam jumlah banyak. Terapi non-farmakologi dapat
menjadi pilihan untuk mengatasi masalah pada pasien usia lanjut, namun obat
tetap menjadi pilihan utama sehingga polifarmasi sangat sulit dihindari. Prinsip
penggunaan obat yang benar dan tepat pada usia lanjut harus menjadi kajian
multi/interdisiplin yang mengedepankan pendekatan secara holistik (Siti,
Maryam Rdkk. 2018).
a. Pengelolaan inkontinensia urin
Pengelolaan inkontinensia urin pada penderita usia lanjut, secara garis besar
dapat dikerjakan sebagai berikut (Suryanto, 2018).
1) Program rehabilitasi, antara lain:
a) Melatih perilaku berkemih.
b) Modifikasi tempat berkemih (komodo, urinal).
c) Melatih respons kandung kemih.
d) Latihan otot-otot dasar panggul.
2) Katerisasi, baik secara berkala (intermitten) atau menetap
(indweling).
3) Obat-obatan, antara lain untuk relaksasi kandung kemih, estrogen.
4) Pembedahan, misalnya: untuk mengangkat penyebab sumbatan atau
keadaan patologik lain, pembuatan sfingter artefisiil dan lain-lain.
5) Lain-lain, misalnya penyesuaian lingkungan yang mendukung untuk
kemudahan berkemih, penggunaan pakaian dalam dan bahan-bahan
penyerap khusus untuk mengurangi dampak inkontinensia.
b. Jatuh
Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau mengeliminasi
faktor risiko, penyebab jatuh dan menangani komplikasinya.
Penatalaksanaan ini harus terpadu dan membutuhkan kerja tim yang terdiri
dari dokter (geriatrik, neurologik, bedah ortopedi, rehabilitasi medik,
psikiatrik dan lain-lain), sosiomedik dan ahli lain yang terkait serta keluarga
penderita. Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk setiap
kasus karena perbedaan faktor faktor yang mengakibatkan jatuh. Lebih
banyak pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktoral sehingga
diperlukan terapi gabungan antara obat, rehabilitasi dan perbaikan
lingkungan. Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk mencegah
terjadinya jatuh ulangan, misalnya pembatasan bepergian, penggunaan alat
bantu gerak dan sebagainya.
Faktor Pelindung Terhadap Cedera Retak.
1) Terapiestrogen
2) Berat badan setelah usia
3) Berjalan untuk latihan
4) Asupan kalsium yang cukup
Pengobatan untuk gangguan berjalan
1) Manajemen gangguan berjalan termasuk peningkatan kemampuan
fungsional dan pengobatan penyakit tertentu,namun banyak kondisi
yang menyebabkan kelainan gaya berjalan hanya sebagian dapat
diobati.
2) Peningkatan substansial terjadi dalam pengobatan gangguan sekunder
untuk vitamin B12 dan folat, penyakit tiroid, radang sendi lutut,
penyakit Parkinson dan polineuropati inflamasi.
3) Peningkatan Sedang, tetapi dengan cacat sisa, dapat terjadi setelah
perawatan bedah untuk myelopathy serviks, stenosis lumbar, dan
hidrosefalus tekanan normal.
c. Sleep Disturbance
1) Perawatan Non-farmakologis
a) Hilangkan faktor yang dicurigai: mengobati penyakit yang
mendasari, menghentikan atau mengubah obat, menghentikan
alkohol, kafein atau penggunaan nikotin.
b) Perubahan Kebiasaan: mengembangkan rutinitas persiapan tidur,
gunakan kamar tidur untuk tidur saja, mengembangkan cerita tidur
untuk mempromosikan keadaan pikiran, mengurangi tidur siang hari,
dan mengembangkan latihan rutin sehari-hari.
2) Pengobatan farmakologis
a) Hanya direkomendasikan untuk penggunaan jangka pendek pada
pasien yang lebih tua.
b) Benzodiazepin dengan aksi pendek atau menengah seperti
Temazepam (7,5-15 mg), dengan jangka waktu maksimum dua
minggu untuk menghindari ketergantungan.
c) Antihistamin dapat diterima untuk digunakan sesekali, namun cepat
kehilangan khasiat.
d) Anti-depresan, misalnya, Trazadone, adalah pilihan yang
baik untuk insomnia kronis.
d. Pencegahan Komplikasi Imobilisasi
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan meliputi penatalaksanaan
farmakologik dan non farmakologik. Upaya non farmakologis yang dapat
dilakukan adalah dengan beberapa terapi fisik dan latihan jasmani secara
teratur. Pada pasien yang mengalami tirah baring total, perubahan posisi
secara teratur dan latihan di tempat tidur. Selain itu, mobilisasi dini berupa
turun dari tempat tidur, berpindah dari tempat tidur ke kursi dan latihan
fungsional dapat dilakukan secara bertahap.
8. Komplikasi
Imobilisasi dapat mengakibatkan komplikasi pada sistem pernafasanmisalnya
penurunan ventilasi, atelektasis dan pneumonia. Komplikasiendokrin dan
ginjal, peningkatan diuresis, natriuresis dan pergeserancairan ekstraseluler,
intoleransi glukosa, hiperkalsemia dan kehilangankalsium, batu ginjal serta
keseimbangan nitrogen negatif Komplikasigastrointestinal yang dapat timbul
adalah anoreksia, konstipasi danluka tekan (ulkus dekubitus). Pada sistem saraf
pusat, dapat terjadideprivasi sensorik, gangguan keseimbangan dan koordinasi
(Rizka,2018).
LAPORAN PENDAHULUAN
GOUT ARTHRITIS
Asam urat merupakan senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme
purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat).
Gout dapat bersifat primer, sekunder, maupun idiopatik. Gout primer merupakan
akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat
penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan
asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses
penyakit lain atau pemakaian obat-obatan tertentu sedangkan gout idiopatik adalah
hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer, kelainan genetik, tidak ada
kelainan fisiologis atau anatomi yang jelas (Wiraputra, 2017).
2. Gout sekunder
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan yang
menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang menyebabkan
peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang
menyebabkan sekresi menurun. Hiperurisemia sekunder karena peningkatan
biosintesis de novo terdiri dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim
HPRT pada syndome Lesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa-6 phosphate
pada glycogen storage disease dan kelainan karena kekurangan enzim fructose-
1 phosphate aldolase melalui glikolisis anaerob. Hiperurisemia sekunder
karena produksi berlebih dapat disebabkan karena keadaanyang menyebabkan
peningkatan pemecahan ATP atau pemecahan asam nukleat dari dari intisel.
Peningkatan pemecahan ATP akan membentuk AMP dan berlanjut
membentuk IMP atau purine nucleotide dalam metabolisme purin, sedangkan
hiperurisemia akibat penurunan ekskresi dikelompokkan dalam beberapa
kelompok yaitu karena penurunan masa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus,
penurunan fractional uric acid clearence dan pemakaian obatobatan.
Pada perjalanan penyakit selanjutnya, terutama jika tanpa terapi yang adekuat,
serangan dapat mengenai sendi-sendi yang lain seperti pergelangan
tangan/kaki, jari tangan/kaki, lutut dan siku, atau bahkan beberapa sendi
sekaligus. Serangan menjadi lebih lama durasinya, dengan interval serangan
yang lebih singkat, dan masa penyembuhan yang lama. Diagnosis yang
definitive/gold standard, yaitu ditemukannya Kristal urat (MSU) di cairan
sendi atau tofus.
Diet tinggi purin Peningkatan pemecahan sel Peningkatan pemecahan sel Konsumsi alkohol
Katabolisme purin Asam urat dalam sel keluar Tidak diekresi melalui urine Peningkata asam laktat seagai produk
samping metabolisme
Penyakit ginjal
(glumerulonefritis dan gagal
ginjal)
Asam urat dalam serum Kemampuan ekresi asam
meningkat (Hiperurisemia) urat terganggu/menurun
Peningkatan kerusakan
jaringan
Sumber : (Hidayah, 2019)
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
KLIEN DENGAN GOUT ARTHRITIS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, dan pekerjaan.
Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai
dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita
serangan Gout Arthritis umumnya terjadi pasca Menopause. Untuk jenis
kelamin sendiri laki-laki memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dari
pada wanita, sebab wanita memiliki hormon esterogen dimana hormon
tersebut yang dapat membantu proses pengeluaran asam urat melalui urine
sehingga asam urat di dalam darah dapat terkontrol.
2. Status Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah
nyeri yang dirasakan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot dan tulang,
termasuk di dalamnya sendi dan otot sendi. Sifat dari nyeri umumnya
seperti pegal/ ditusuk-tusuk/ panas/ ditarik-tarik. Gangguan nyeri yang
terus berlangsung menyebabkan aktivitas sehari-hari terhambat.
Biasanya terjadi kekakuan dipagi hari, rasa nyeri, dan pembengkakan
pada persendian.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita gout arthritis, biasanya menderita
hipertensi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah keluarga dari generasi terdahulu mempunyai keluhan yang
sama dengan klien karena penyakit gout arthritis berhubungan dengan
genetik.
5. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan penyakit
klien dalam keluarga dan masyarakat. Respon yang didapat meliputi
adanya kecemasan individu dengan rentang variasi tingkat kecemasan yang
berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, dan
ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis penyakit serta
peningkatan asam urat terhadap sirkulasi. Adanya perubahan peran dalam
keluarga akibat adanya nyeri dan gangguan mobilitas fisik memberikan
respon terhadap konsep diri yang mal adaptif
6. Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutrisi klien apakah klien sering mengonsumsi makanan yang
mengandung tinggi purin.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, dari
ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe).
8. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah.
b. Tes cairan sinovial , fisis, inflamasi, infeksi.
c. X-rays, MRI, Bone Scan untuk melihat perubahan pada struktur tulang
dan kartilago.
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien Gout Arthritis menurut
SDKI adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077)
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sendi (D.0054)
4. Gangguan rasa aman nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
(D.0074)
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian (D.0055)
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kuarang terpapar informasi
(D.0111)
C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan 3x24 jam, (1.08238)
dengan agen diharapkan masalah Observasi :
cedera biologis keperawatan klien teratasi 1. Identifikasi skala,
(D.0077) dengan kriteria hasil durasi,
Tingkat Nyeri menurun karakteristik, dan
(L.08066) daerah nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi durasi
2. Tekanan darah membaik nyeri non verbal
3. Nyeri menurun, skala 3. Identifikasi faktor
nyeri ringan (1) yang memperberat
4. Meringis menurun dan memperingan
nyeri
Terapeutik:
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
(Kompres hangat,
teknik nafas dalam)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitas istirahat
dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
pemicu dan periode
nyeri
2. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik bila perlu
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan.
E. Evaluasi Keperawatan
Komponen kelima dari proses keperawatan ialah evaluasi. Evaluasi didasarkan
pada bagaimana efektifnya tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat.
Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang
perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Astuty, W., 2019. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gout Arthritis. [Online]
Available at: http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/307/1/Untitled.pdf
[Accessed 7 Maret 2022].
Hidayah, N., 2019. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gout Arthritis.
[Online]
Available at: http://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id/314/1/KARYA%20TULIS%20ILMIAH%20%282%20files%2
0merged%29.pdf
[Accessed 7 Maret 2022].
NIM : P27820719033
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. M
Umur : 73 tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Bangkalan, Madura
Tanggal datang : 19 Juli 2021 Lama tinggal di panti : 8 bulan
2. DATA KELUARGA
Nama : Rusmianti
Hubungan : Keponakan
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Kebraon, Surabaya
Ya Tidak
Kelelahan :
Perubahan BB :
Perubahan nafsu makan :
Masalah tidur :
Kemampuan ADL :
KETERANGAN : Klien mengatakan berat badannya dulu
43 kg sekarang 40 kg. Klien mengatakan
tidak dapat makan lele dan pindang.
Klien mengatakan tidak ada gangguan
pada pola tidur karena beliau tidurnya
nyenyak, namun sering kali terbangun
jika terasa nyeri
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka :
Pruritus :
Perubahan pigmen :
Memar :
Pola penyembuhan lesi :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada integumen
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan :
Abnormal :
Pembengkakan kel. limfe :
Anemia :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada pola
hematopoenic
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala :
Pusing :
Gatal pada kulit kepala :
KETERANGAN : Klien mengatakan sering merasa pusing
pada malam hari dan hilang timbul.
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan pengelihatan :
Pakai kacamata :
Kekeringan mata :
Nyeri :
Gatal :
Photobobia :
Diplopia :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : Klien mengatakan mata sebelah kiri
terkena glaukoma sedangkan mata
sebalah kanan terkena katarak dari 3
tahun yang lalu.
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran :
Discharge :
Tinitus :
Vertigo :
Alat bantu dengar :
Riwayat infeksi :
Kebiasaan membersihkan
telinga
Dampak pada ADL :
KETERANGAN : Klien mengatakan membersihkan
telinganya seminggu sekali
menggunakan cutton bud
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea :
Discharge :
Epistaksis :
Obstruksi :
Snoring :
Alergi :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada hidung
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan :
Kesulitan menelan :
Lesi :
Perdarahan gusi :
Caries :
Perubahan rasa :
Gigi palsu :
Riwayat infeksi :
Pola sikat gigi : Klien mengatakan sudah tidak sikat
gigi semenjak berada di Panti karena
banyaknya karang gigi sehingga jika
digosok, gigi akan ikut terlepas. Klien
hanya berkumur 2x dalam sehari.
KETERANGAN : Gigi klien karies dan sudah banyak
yang terlepas.
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan :
Nyeri tekan :
Massa :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada leher
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk :
Nafas pendek :
Hemoptisis :
Wheezing :
Asma :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada pernafasan
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain :
Palpitasi :
Dipsnoe :
Paroximal nocturnal :
Orthopnea :
Murmur :
Edema :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada
kardiovaskuler
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia :
Nausea / vomiting :
Hemateemesis :
Perubahan nafsu makan :
Massa
Jaundice :
Perubahan pola BAB :
Melena :
Hemorrhoid :
Pola BAB : Klien mengatakan BAB 4 kali sehari
KETERANGAN : Klien mengatakan jika makanan yang
diberikan pindang atau lele tidak mau
makan, karena gatal-gatal. Berat badan
klien sebelum masuk panti 43 kg saat di
panti 40 kg
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria :
Frekuensi :
Hesitancy :
Urgency :
Hematuria :
Poliuria :
Oliguria :
Nocturia :
Inkontinensia :
Nyeri berkemih :
Pola BAK : 4-6 kali dalam sehari
KETERANGAN : Klien mengatakan 6 kali buang air kecil
karena mengonsumsi obat hipertensi
14. Reproduksi
(perempuan)
Ya Tidak
Lesi :
Discharge :
Postcoital bleeding :
Nyeri pelvis :
Prolap :
Riwayat menstruasi : Klien mengatakan terakhir menstruasi
pada umur 55 tahun
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada pola
reproduksi
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri sendi :
Bengkak :
Kaku sendi :
Deformitas :
Spasme :
Kram :
Kelemahan otot :
Masalah gaya berjalan :
Nyeri punggung :
Pola latihan :Klien mengatakan pola latihan atau
aktivitas klien terdapat gangguan pada
muskuloskeletal atau pada sendi-sendi
klien dan punggung karena aktivitas
terbanyak klien adalah duduk
Dampak ADL : Klien mengatakan aktivitas ibadahnya
dilakukan dengan duduk
KETERANGAN : Klien mengatakan nyeri sendi pada
lutut sebelah kanan dan nyeri punggung
saat malam hari atau saat klien duduk
terlalu lama, nyeri dirasakan 1 bulan
terakhir. Pengkajian nyeri :
• P : Proses penyakit asam urat
• Q : Seperti ditusuk (Cenut-
cenut)
• R : Lutut sebelah kanan dan
punggung
• S: Skala 7 dari 10
• T : Setiap hari dari 1 bulan
terakhir
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache :
Seizures :
Syncope :
Tic/tremor :
Paralysis :
Paresis :
Masalah memori :
KETERANGAN : Tidak ada gangguan pada persyarafan
6. LINGKUNGAN
• Kamar : Bersih, rapi, tertata
• Kamar mandi : Bersih
• Dalam rumah wisma : Bersih
• Luar rumah : Bersih, rindang
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No. Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1. 14-3-2022 / 10.10 WIB 65 detik
2. 15-3-2022 / 13.00 WIB 72 detik
3. 16-3-2022 / 15.00 WIB 75 detik
Rata-rata waktu TUG 70 detik
Interpretasi hasil : Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
mobilisasi dan melakukan ADL
Interpretasi hasil
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukkan hasil sebagai berikut :
> 13,5 detik Resiko tinggi jatuh
> 24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan
> 30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
mobilisasi dan melakukan ADL
4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas 1 0 0
dan kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup hampa/kosong 1 0 1
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang 0 1 0
waktu
6. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi 1 0 0
pada anda
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang 0 1 0
waktu
8. Anda sering merasa butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada 1 0 1
keluar melakukan sesuatu hal
10. Anda merasaa memiliki banyak masalah 1 0 0
dengan ingatan anda
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat 0 1 0
luar biasa
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat 0 1 0
energik/bersemangat
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih dari diri 1 0 0
anda
Jumlah 4
Interpretasi :
Jika diperoleh skor 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia :
No. Indikator skor Pemeriksaan
1. Menderita sakit atau kondisi yang 2 0
mengakibatkan perubahan jumlah dan
jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0
3. Makan sedikit buah, sayur, atau olahan 2 0
susu
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan 2 0
minum minuman berakohol setiap
harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau 2 2
giginya sehingga tidak dapat makan
makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang 4 0
untuk membeli makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1 0
8. Mempunyai keharusan menjalankan 1 1
terapi minum obat 3 kali atau lebih
setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 kg 2 0
dalam enam bulan terakhir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan 2 0
fisik yang cukup untuk belanja,
memasak atau makan sendiri
Total Skor 2
Interpretasi :
0-2 : Good
3-5 : Moderate nutritional risk
6> : High nutritional risk
Kesimpulan : Good
Nama/Umur : Ny. M
Ruang : Seruni Blok C UPTD Griya Werda Jambangan Surabaya
• S: Skala 7 dari 10
• T : Setiap hari dari 1 bulan Pembesaran dan terdapat
DO : ADL dibantu
1. Klien tampak meraba saat
berjalan atau mencari sesuatu Resiko jatuh
2. Klien menggunakan kruk saat
berjalan
3. Klien tampak membutuhkan
bantuan kecuali ke kamar
mandi
4. Pemeriksaan TUG 70 detik
3. DS : Gout Arthritis Defisit
Klien mengatakan kurang tidak Pengetahuan
tahu terkait penyakit yang diderita, (D.0111)
Kurangnya terpapar
klien mengatakan tidak mengetahui informasi
cara penanganan terkait
Defisit Pengetahuan
penyakitnya
DO :
1. Klien tampak kurang
membatasi makanan yang
dikonsumsinya
2. Klien tampak lebih sering
berdiam diri di kamar
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama/Umur : Ny. M
Ruang : Seruni Blok C UPTD Griya Werda Jambangan Surabaya
No. Diagnosis Masalah Ditemukan Masalah Teratasi
Keperawatan
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
Nama/Umur : Ny. M
Ruang : Seruni Blok C UPTD Griya Werda Jambangan Surabaya
No. Diagnosis Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
Hasil
1. Nyeri akut Tujuan : Manajemen Nyeri (1.08238)
berhubungan dengan Setelah dilakukan
agen pencedera tindakan keperawatan Observasi :
fisiologis kronis 3x8 jam tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. Untuk mengetahui penyebab
ditandai dengan klien menurun (L.08066) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri nyeri dari asam urat
mengeluh nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui skala
(D.0077) Kriteria Hasil : 3. Identifikasi faktor yang memperberat nyeri yang dirasakan dan
1. Keluhan nyeri dan memperingan nyeri rencana pengobatan
menurun 4. Monitor nilai asam urat selanjutnya
2. Meringis menurun 5. Monitor keberhasilan terapi 3. Mengetahui faktor nyeri
3. Skala nyeri 0 dari komplementer yang sudah diberikan yang ditimbulkan
10
4. Tekanan darah 4. Dapat memonitor asam urat
normal (120/80) klien
Terapeutik : 5. Mengetahui terapi
1. Berikan terapi nonfarmakologis untuk dilanjutkan atau tidak
mengurangi nyeri (terapi kompres
hangat jahe dan pemberian minuman 1. Untuk mengurangi rasa nyeri
tradisional rebusan air jahe) saat timbul
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk 1. Klien perlu mengetahui agar
mengurangi rasa nyeri dapat mengurang atau
mencegah nyeri secara
mandiri
2. Agar klien dapat
Kolaborasi : mempraktekkan secara
1. Kolabolarasi pemberian analgetik, jika mandiri
perlu
1. Membantu proses
penyembuhan atau
mengurangi rasa nyeri
2. Defisit pengetahuan Tujuan : Edukasi Kesehatan (1.12383)
berhubungan dengn Setelah dilakukan
kurang terpapar tindakan keperawatan Observasi :
informasi ditandai 2x8 jam tingkat 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1. Untuk mengetahui cara
dengan menunjukkan pengetahuan membaik menerima informasi pemberian edukasi yang
persepsi yang keliru (L.12111) efektif untuk dapat diterima
terhadap masalah yang klien
dihadapi (D.0111) Kriteria Hasil : Terapeutik :
1. Perilaku sesuai 1. Sediakan materi dan media pendidikan 1. Menyediakan materi agar
anjuran meningkat kesehatan edukasi yang diberikan lebih
2. Kemampuan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai terstruktur dan lebih mudah
menjelaskan kesepakatan dipahami
pengetahuan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya 2. Memberikan kesempatan
tentang suatu topik klien untuk bertanya dapat
meningkat mengetahui keefektifan
edukasi yang telah diberikan
3. Perilaku sesuai
dengan 1. Perilaku hidup sehat sangat
pengetahuan Edukasi : penting
meningkat 1. Jelaskan perilaku hidup sehat
meningkat
4. Persepsi yang
keliru terhadap
masalah menurun
3. Resiko jatuh Tujuan : Pencegahan jatuh (1.1909)
berhubungan dengan Setalah dilakukan
gangguan pengelihatan tindakan keperawatan Observasi :
(glaukoma dan 3x8 jam tingkat jatuh 1. Identifikasi faktor resiko jatuh 1. Mengetahui faktor yang
katarak) dan (L.014138) membuat klien memiliki
penggunaan alat bantu reiko terjatuh
berjalan (D.0143) Kriteria Hasil : Terapeutik :
1. Jatuh saat berjalan 1. Gunakan alat bantu berjalan (kruk) 1. Membantu klien untuk
menurun menuntun jalan dan
2. Jatuh saat berdiri menopang badan klien
Edukasi :
3. Jatuh saat duduk 1. Anjurkan memanggil perawat jika 1. Mencegah resiko jatuh pada
menurun membutuhkan bantuan klien
4. Jatuh saat dikamar
mandi menurun
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama/Umur : Ny. M
Ruang : Seruni Blok C UPTD Griya Werda Jambangan Surabaya
No. Diagnosis Waktu Implementasi Keperawatan
Keperawatan
1. Nyeri akut Selasa,
berhubungan 15 Maret
dengan agen 2022
pencedera
fisiologis kronis 10.00 WIB 1. Monitor tanda-tanda vital dan
ditandai dengan monitor kadar asam urat
klien mengeluh Hasil : Asam urat : 8,3 mg/dL,
nyeri (D.0077) Tekanan darah : 120/80 mmHg
13.00 WIB 2. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensistas
nyeri
Hasil :
• P : Proses penyakit asam urat
• Q : Seperti ditusuk (Cenut-cenut)
• R : Lutut sebelah kanan dan
punggung
• S: Skala 7 dari 10
• T : Setiap hari dari 1 bulan
terakhir
3. Mengidentifikasi skala nyeri
Respon : Skala 7 dari 10
4. Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
Hasil : Klien mengatakan nyeri
timbul saat kedingian pada malam
hari
5. Edukasi penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Respon : Klien tampak kooperatif
6. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri (terapi
pijat)
Hasil : Klien tampak kooperatif dan
dapat memperagakan kembali dengan
baik
2. Defisit Selasa,
pengetahuan 15 Maret
berhubungan 2022
dengn kurang
terpapar 13.10 WIB 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
informasi menerima informasi
ditandai dengan Hasil : Klien tampak menyetujui jika
menunjukkan diadakan penyuluhan
persepsi yang 2. Membuat kontrak waktu terkait
keliru terhadap jadwal pendidikan kesehatan sesuai
masalah yang kesepakatan
dihadapi Hasil : Klien menyetujui perjanjian
(D.0111) yang telah dibuat bersama
3. Resiko jatuh Selasa,
berhubungan 15 Maret
dengan gangguan 2022
pengelihatan
(glaukoma dan 10.00 WIB 1. Identifikasi faktor resiko jatuh
katarak) dan Hasil : Klien mengatakan memiliki
penggunaan alat gangguan pengelihatan. Mata sebelah
bantu berjalan kiri mengalami glaucoma dan mata
(D.0143) sebelah kanan mengalami katarak
2. Fasilitasi alat bantu berjalan (kruk)
Hasil : Klien tampak kooperatif
3. Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan
Respon : Klien tampak paham dan
mengerti
4. Nyeri akut Rabu,
berhubungan 16 Maret
dengan agen 2022
pencedera
fisiologis kronis 13.00 WIB 1. Monitor tanda-tanda vital
ditandai dengan Hasil : Tekanan darah 130/80 mmHg
klien mengeluh 14.04 WIB 2. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
nyeri (D.0077) durasi, frekuensi, kualitas, intensistas
nyeri
Hasil :
• P : Proses penyakit asam urat
• Q : Seperti ditusuk (Cenut-cenut)
• R : Lutut sebelah kanan dan siku
• S: Skala 5 dari 10
• T : Tadi malam
3. Mengidentifikasi skala nyeri
Respon : Skala 5
19.00 WIB 4. Memberikan terapi nonfarmakologis
(terapi kompres hangat jahe)
Respon : Klien tampak menikmati
dan mengatakan nyerinya berkurang
5. Ajarkan teknik nonfarmakolgis untuk
mengurangi rasa nyeri
Respon : Klien tampak kooperatif
6. Memberikan terapi nonfarmakologis
(pemberian minuman tradisional
rebusan air jahe)
Respon : Klien tampak meminumnya
sampai habis
5. Defisit Rabu,
pengetahuan 16 Maret
berhubungan 2022
dengn kurang
terpapar 13.00 WIB 1. Pemberian edukasi dengan materi
informasi asam urat
ditandai dengan Respon : Klien kooperatif
menunjukkan 2. Memberikan kesempatan klien untuk
persepsi yang bertanya
keliru terhadap Respon : Klien tampak kooperatif
masalah yang 3. Menjelaskan perilaku hidup sehat
dihadapi Respon : Klien tampak kooperatif
(D.0111)
6. Resiko jatuh Rabu,
berhubungan 16 Maret
dengan gangguan 2022
pengelihatan
(glaukoma dan 13.00 WIB 1. Identifikasi faktor resiko jatuh
katarak) dan Hasil : TUG 70 detik, klien
penggunaan alat mengunakan alat bantu berjalan yaitu
bantu berjalan kruk
(D.0143) 2. Fasilitiasi alat bantu berjalan (kruk)
Respon : Klien tampak menggunakan
kruk
3. Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan
Respon : Klien tampak kooperatif
7. Nyeri akut Kamis,
berhubungan 17 Maret
dengan agen 2022
pencedera
fisiologis kronis 14.00 WIB 1. Mengidentifikasi skala nyeri
ditandai dengan Hasil : Skala nyeri 0
klien mengeluh 2. Monitor tanda-tanda vital
nyeri (D.0077) Hasil : Tekanan darah 120/80
3. Monitor kadar asam urat
Hasil : Kadar asam urat 5,8 mg/dL
4. Monitor keberhasilan terapi yang
sudah diberikan
Respon : Klien mengatakan sudah
tidak nyeri
9. Resiko jatuh Kamis,
berhubungan 17 Maret
dengan gangguan 2022
pengelihatan
(glaukoma dan 14.00 WIB 1. Identifikasi faktor resiko jatuh
katarak) dan Hasil : TUG 70 detik, klien
penggunaan alat mengunakan alat bantu berjalan yaitu
bantu berjalan kruk
(D.0143) 2. Fasilitasi alat bantu berjalan (kruk)
Respon : Klien tampak menggunakan
kruk
3. Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan
Respon : Klien tampak kooperatif
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama/Umur : Ny.M
Ruang : Seruni BLOK C UPTD Griya Werda Jambangan Surabaya
Tanggal Diagnosa Evaluasi Keperawatan dan Paraf
Keperawatan Catatan Perkembangan
Selasa, 15 Nyeri akut Subjektif :
Maret 2022 berhubungan 1. Klien mengatakan nyeri sendi
dengan agen pada lutut sebelah kanan dan
pencedera nyeri punggung pada malam
fisiologis kronis hari atau pada saat terlalu
ditandai dengan lama duduk
klien mengeluh 2. Klien mengatakan nyeri
nyeri (D.0077) dirasakan sejak 1 bulan
terakhir
Objektif :
1. Klien tampak meringis saat
nyeri
2. Pengkajian nyeri PQRST:
• P : Proses penyakit asam
urat
• Q : Seperti ditusuk
(Cenut-cenut)
• R : Lutut sebelah kanan
dan punggung
• S: Skala 7 dari 10
• T : Setiap hari dari 1 bulan
terakhir
3. Asam urat : 8,3 mg/dL
4. Tekanan darah : 120/80
mmHg
5. Klien tampak mengerti dan
paham saat diedukasi terkait
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
6. Klien tampak mengerti dan
paham saat di ajari teknik
nonfarmakologis terapi pijat
P:Intervensi dilanjutkan
Selasa, 15 Defisit S:
Maret 2022 pengetahuan 1. Klien mengatakan belum
berhubungan mengetahui terkait
dengn kurang penyakitnya dan cara
terpapar informasi penyembuhannya
ditandai dengan
menunjukkan O :
persepsi yang 1. Klien tampak bingung saat
keliru terhadap ditanya
masalah yang 2. Klien memiliki gangguan
dihadapi (D.0111) pengelihatan sehingga edukasi
yang diberikan nantinya hanya
berupa verbal dan tanya jawab
3. Klien tampak setuju saat
membuat kesepakatan jadwal
edukasi yang akan diberikan
yaitu pada hari rabu pukul
13.00 WIB
A : Masalah keperawatan belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Selasa, 15 Resiko jatuh S:
Maret 2022 berhubungan 1. Klien mengatakan memiliki
dengan gangguan gangguan pengelihatan pada
pengelihatan kedua mata nya, mata sebelah
(glaukoma dan kanan katarak dan mata
katarak) dan sebelah kiri glaukoma
penggunaan alat 2. Klien mengatakan aktifitasnya
bantu berjalan hanya berada di dalam kamar
(D.0143) dan juga ke toilet karena jika
keluar kamar klien takut
menabrak
O:
1. Klien tampak dapat beranjak
dari kasur lalu ke toilet secara
mandiri
2. Klien tampak dapat
melakukan aktifitasnya secara
mandiri kecuali mencuci dan
menjemur pakaian
3. Klien tampak dapat makan
sendiri
4. Klien tampak menggunakan
kruk saat berjalan
5. Klien tampak paham saat
dianjurkan jika membutuhkan
bantuan untuk memanggil
perawat
A : Masalah keperawatan belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Rabu, 16 Nyeri akut Subjektif :
Maret 2022 berhubungan 1. Klien mengatakan tadi malam
dengan agen terasa nyeri pada lutut sebelah
pencedera kanan siku
fisiologis kronis 2. Klien mengatakan tadi malam
ditandai dengan menerapkan terapi pijat saat
klien mengeluh nyerinya timbul
nyeri (D.0077)
Objektif :
1. Tekanan darah 130/80
2. Monitor tanda dan gejala nyeri
• P : Proses penyakit asam
urat
• Q : Seperti ditusuk
(Cenut-cenut)
• R : Lutut sebelah kanan
dan siku
• S: Skala 5 dari 10
• T : Tadi malam
3. Klien tampak menikmati saat
diberikan teknik
nonfarmakologis terapi
kompres hangat jahe
4. Klien tampak meminum
ramuan herbal yang diberikan
(air rebusan jahe)
A : Masalah keperawatan belum
teratasi
P :Intervensi dilanjutkan
Rabu, 16 Defisit S:
Maret 2022 pengetahuan 1. Klien mengatakan paham dan
berhubungan mengerti terkait materi yang
dengn kurang telah diberikan
terpapar informasi 2. Klien mengatakan akan
ditandai dengan melaksanakan apa saja yang
menunjukkan tidak boleh dan dianjurkan
persepsi yang
keliru terhadap O :
masalah yang 1. Klien kooperaktif saat diberi
dihadapi (D.0111) edukasi dengan materi asam
urat
2. Klien tampak aktif dalm
bertanya saat kegiatan edukasi
3. Klien tampak paham dan
mampu menjelaskan ulang
terkait edukasi yang telah
diberikan tadi
P : Intervensi dihentikan
Rabu, 16 Resiko jatuh S:
Maret 2022 berhubungan 1. Klien mengatakan aktifitasnya
dengan gangguan dapat diselesaikan tanpa
pengelihatan hambatan
(glaukoma dan
katarak) dan O:
penggunaan alat 1. Klien tampak dapat beranjak
bantu berjalan dari kasur lalu ke toilet secara
(D.0143) mandiri
2. Klien tampak dapat
melakukan aktifitasnya secara
mandiri kecuali mencuci dan
menjemur pakaian
3. Klien tampak dapat makan
sendiri
4. Klien tampak menggunakan
kruk saat berjalan
A:
Masalah keperawatan belum
teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Kamis, 17 Nyeri akut Subjektif :
Maret 2022 berhubungan 1. Klien mengatakan nyeri nya
dengan agen sudah tidak timbul
pencedera 2. Klien mengatakan sangat puas
fisiologis kronis saat diberikan terapi kemarin
ditandai dengan
klien mengeluh Objektif :
nyeri (D.0077) 1. Tekanan darah 120/80
2. Monitor skala nyeri Skala 0
dari 10
3. Monitor kadar asam urat 5,8
mg/dL
Assesment :
Masalah keperawatan teratasi
Planning :
Intervensi dihentikan
Kamis, 17 Resiko jatuh S:
Maret 2022 berhubungan 1. Klien mengatakan aktifitasnya
dengan gangguan dapat diselesaikan tanpa
pengelihatan hambatan
(glaukoma dan 2. Klien mengatakan sangat
katarak) dan senang kemarin saat diajak
penggunaan alat mahasiswa keluar kamar
bantu berjalan untuk mengikuti TAK senam
(D.0143) hipertensi
O:
1. Klien tampak dapat beranjak
dari kasur lalu ke toilet secara
mandiri
2. Klien tampak dapat
melakukan aktifitasnya secara
mandiri kecuali mencuci dan
menjemur pakaian
3. Klien tampak dapat makan
sendiri
4. Klien tampak menggunakan
kruk saat berjalan
A:
Masalah keperawatan teratasi
P:
Intervensi dihentikan
LAMPIRAN
A. PENGERTIAN
Kompres hangat jahe merupakan salah satu terapi komplementer berasal dari
air hangat dan jahe segar yang di parut sehingga efek panasnya lebih kuat dari
air hangat biasa.
B. TUJUAN
C. INDIKASI
⚫ Keram otot
D. KONTRAINDIKASI
⚫ Perdarahan
⚫ Bengkak
⚫ Memar
a. Parutan jahe
b. Baskom kecil
⚫ Bahan
b. Air secukupnya
F. PERSIAPAN PASIEN
⚫ Beritahu dan jelaskan pada klien atau keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
⚫ Pasien sebaiknya dalam keadaan berbaring, duduk atau dalam posisi yang
nyaman
G. CARA BEKERJA
Tahap Orientasi
3. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien dan keluarga
7. Parut jahe
15. Kompres hangat jahe dilakukan dua kali sehari, pagi dan sore agar
hasilnya maksimal.
Terminasi
H. HASIL
I. DOKUMENTASI
A. PENGERTIAN
Jahe adalah tanaman dengan sejuta khasiat yang telah dikenal sejak lama. Jahe
merupakan salah satu tanaman rempah indonesia. Eksrtaknya sudah banyak
dimanfaatkan dalam industri obat-obatan,Jahe memiliki nama ilmiah Zingiber
Officinale.
B. TUJUAN
1. Mengurangi gejala mual muntah dalam kehamilan trimester pertama
2. Mengurangi gejala morning sickness pada saluran pencernaan
C. PETUGAS
D. PERALATAN
1. 1 siung jahe
2. Gula
3. Panci kecil
4. Gelas
5. 1 sendok gula
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
PENILAIAN SIKAP
1. Menjaga privasi
2. Cuci tangan
5. Memotong jahe kecil yang sudah disiapkan sebanyak 2,5 gram yang
dipotong tipis-tipis
PENILAIAN TEKNIK
F. DOKUMEN TERKAIT
SAP
Sasaran : Ny.M
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Ny. M mampu memahami tentang
penyakit asam urat.
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan mampu:
1. Mengetahui tentang penyakit asam urat
2. Mengetahui pembagian asam urat
3. Mengetahui tanda dan gejala asam urat
4. Mengetahui penyebab asam urat
5. Mengetahui komplikasi asam urat
6. Mengetahui diet bagi penderita asam urat
C. Materi (terlampir)
Asam urat
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
E. Media/alat
Langsung/Verbal/Lisan
F. Kegiatan penyuluhan
G. Evaluasi
1. Proses : selama penyuluhan berlangsung berjalan dengan baik
2. Hasil : Klien dapat menyebutkan:
a. Mengetahui tentang asam urat
b. Mengetahui tentang pembagian asam urat
c. Mengetahui tentang tanda dan gejala asam urat
d. Mengetahui penyebab asam urat
e. Mengetahui komplikasi asam urat
f. Mengetahui tentang diet bagi penderita asm urat
MATERI PENYULUHAN