A
DENGAN HIPERTENSI DI BLOK C RUANG BOUGENVILE
UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN SURABAYA
OLEH :
(P27820721048)
2. Batasan Lansia
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis
menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
2. Lanjut usia (eldery) berusia antara 60 sampai 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) usia 75 sampai 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
3. Sindrom Geriatri
1. Immobility (penurunan/ketidakmampuan mobilisasi)
2. Instability (ketidakseimbangan, risiko jatuh)
3. Incontinence (inkontinensia urin/alvi, tidak mampu menahan buang
air kecil/besar)
4. Intelectual Impairment (penurunan fungsi kognitif, demensia)
5. Infection (rentan mengalami infeksi)
6. Impairment of Sensory/Vision (penurunan penglihatan, pendengaran)
7. Impaction (sulit buang air besar)
8. Isolation (rentan depresi/stres sehingga lebih sering menyendiri)
9. Inanition (kurang gizi)
10. Impecunity (penurunan penghasilan)
11. Iatrogenesis (efek samping obat-obatan)
12. Insomnia (sulit tidur)
13. Immunedeficiency (penurunan daya tahan tubu)
14. Impotence (impotensi).
5. Kebutuhan lansia
Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu
kebutuhan makan, perlindungan perawatan , kesehatan dan kebutuhan
sosial. Kebutuhan sosial mencakup beberapa aspek yaitu hubungan dengan
orang lain, hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya
dan hubungan dengan organisasi sosial. Berikut penjelasan kebutuhan
lansia:
1. Kebutuhan Utama
a. Kebutuhan biologis/fisiologis seperti makanan yang bergizi,
kebutuhan pakaian, perumahan/tempat berteduh dan kebutuhan
seksual
b. Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai atau
suatu kreatifitas yang bisa menghasilkan
c. Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan dan pengobatan
d. Kebutuhan psikologis berupa kasih sayang, adanya tanggapan dari
orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri, serta
status yang jelas
e. Kebutuhan social berupa peranan dalam hubungan dengan orang
lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya, dan
hubungn dengan organisasi sosial.
2. Kebutuhan Sekunder
a. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
b. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
c. Kebutuhan yang bersifat seperti infomasi dan pengetahuan
d. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status,
perlindungan hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan
e. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami
akan makna keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-
hal yang tidak diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian.
1. Definisi Hipertensi
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka
bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa (Spygmomanometer)
ataupun alat digital lainnya (Herlambang, 2013).
Menurut Lany Sustrani, dkk (2010) hipertensi adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkanya. Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung
harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apabila
kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap akan menimbulkan gejala
yang disebut sebagai penyakit darah tinggi. Hipertensi mencakup tekanan
darah 140/90 mmHg (milimeter Hydragyrum atau milimeter air raksa) dan
di atasnya (Lany Sustrani, dkk, 2010).
2. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada (Ritu Jain, 2011) :
a) Elastisitas dinding aorta menurun.
b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
3. Klasifikasi hipertensi
Menurut Herlambang (2013) penyakit darah tinggi atau hipertensi
dikenal dengan 2 jenis klasifikasi, diantaranya hipertensi primary dan
hipetensi secondary.
a) Hipertensi primary
adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi
sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor
lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas,
merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah
tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau
kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan
darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun
mengalami tekanan darah tinggi.
b) Hipertensi secondary
adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah
tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit
lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem
hormon tubuh. Sedangkan pada ibu hamil tekanan darah secara
umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada
wanita yang berat badannya diatas normal atau gemuk (obesitas).
Hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg
atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan
tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan
sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik
terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang
secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
5. Patofisiologi Hipertensi
Banyak faktor yang turut berinteraksi dalam menentukan tingginya
natrium tekanan darah. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung
dan tahanan perifer, tekanan darah akan meninggi bila salah satu faktor
yang menentukan tekanan darah mengalami kenaikan, atau oleh
kenaikan faktor tersebut (Kaplan N.M, 2010).
7. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya,
melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong
kelas berat alias mematikan. Laporan Komite Nasional Pencegahan,
Deteksi, Evaluasi dan Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa
tekanan darah yang tinggi dapat meningkatkan resiko serangan
jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Wahdah, 2011)
Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya komplikasi
kardiovaskular dan merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
yang tengah mengalami transisi sosial ekonomi. Dibandingkan dengan
individu yang memiliki tekanan darah normal, penderita hipertensi
memiliki risiko terserang penyakit jantung koroner 2 kali lebih besar
dan risiko yang lebih tinggi untuk terserang stroke. Apabila tidak
diobati, kurang lebih setengah dari penderita hipertensi akan
meninggal akibat penyakit jantung dan sekitar 33% akan meninggal
akibat stroke sementara 10 sampai 15 % akan meninggal akibat gagal
ginjal. Oleh sebab itu pengontrolan tekanan darah merupakan hal yang
sangat penting (Junaidi, 2010)
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
a. Pengkajian
1) Identitas
Data klien, mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No
RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan ruangan tempat klien
dirawat.
2) Keluhan Utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan
impotensi.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang
menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan buram,
mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.
4) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit
ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian
obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit
metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih,
dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.
6) Pola-Pola Kesehatan
a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan
olahraga (lama frekwensinya), karena dapat mempengaruhi penyebab
terjadinya hipertensi
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Klien biasanya menyukai makanan yang tinggi kadar garam dan
makan sering kali makan makan cepat saji.
c) Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien dengan tekanan darah tinggi sering kali terjadi akibat pola
tidur yang tidak baik, seperti banyaknya begadang pada malam hari.
d) Pola Aktivitas
Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan rasa pusing dan nyeri yang
kerap kali di alami
e) Pola Hubungan dan Peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita bisa melakukan
peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita
mengalami emosi yang tidak stabil.
f) Pola Penanggulangan Stress
Klien dengan hipetensi biasanya akan mengalami stress akibat sakit
yang dialaminya. Kaji bagaimana strategi koping yang digunakan
klien.
g) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Sakit yang dialami klien biasanya akan memengaruhi spiritualitas
klien
7) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum biasanya klien tampak lemah. Kesadaran composmentis.
Pemeriksaan tanda-tanda vital biasanya tekanan darah klien >140/80
mmHg, frekuensi napas cepat, frekuensi nadi cepat.
a. Kepala
1) Rambut
Pada klien dengan hipertensi biasanya pemeriksaan pada rambut
akan terlihat bersih.
2) Mata
Pada pemeriksaan mata, penglihatan klien baik, mata simetris kiri
dan kanan, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
3) Telinga
Biasanya tidak ada gangguan pendengaran, tidak adanya serumen,
telinga klien simetris, dan klien tidak merasa nyeri ketika di
palpasi.
4) Hidung
Tidak ada gangguan pada indra penciuman, tidak ada sumbatan
jalan napas.
5) Mulut
Biasanya kebersihan mulut klien baik, mukosa bibir kering.
b. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid pada klien.
c. Thorak
1) Paru-Paru
Klien dengan hipertensi tidak memiliki masalah dengan bentuk
pau, suara sonor
2) Jantung
Suara normal lup dup frekuensi lebih cepat
8) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Labolatorium
1) Hb/Ht : untuk mengetahui adanya hubungan antara volume cairan
(viskositas) dari sel-sel dan dapat mengetahui adanya faktor risiko
seperti : anemia dan hipokoagulabilitas.
2) BUN/Kreatinin : untuk mengetahui patokan tentang tugas dari ginjal.
3) Glukosa :hiperglikemi atau diabetes militus merupakan penyebab
hipertensi yaitu karena imbas yang disebabkan oleh pengeluaran
jumlah ketokolamin.
4) Urinalisa : gukosa, protein, darah, mengisaratkan kelainan kerjaginaj
dan terdapat DM.
5) EKG : untuk mengetahui dimana luas peninggian gelombang P
merupakan salah satu pertanda terdapatnya penyakit jantung
6) CTScan : untuk mengkaji adanya encelopati dan tumor cerebral
7) IUP : menyelidiki etiolgi hipertensi seperti : batu ginjal, pembaikan
ginjal.
8) Foto thorax : menunjukan susunan pembagian area pembesaran pada
jantung.
b. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan tampak meringis dan mengeluh nyeri. (D.0077)
2) Risiko Jatuh berhubungan dengan usia < 65 tahun dan penggunaan alat
bantu berjalan. (D.0143)
3) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
ditandai dengan mengeluh sulit menggerakan kaki. (D.0042)
c. Intervensi Keperawatan
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, 1) Menghidari situasi dan kondisi perberat rasa
nyeri
dan pemicu nyeri.
2) Memberikan relaksasi dikstraksi
2) Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
Kolaborasi
1) Membantu meredakan nyeri dengan bahan kimia
1) Kolaborasi pemberian
yang bekerja langsung dalam jaringan tubuh
analgetik, jika perlu.
f. Evaluasi
Evaluasi sendiri merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
Pada umumnya penilaian ini menggunkan metode SOAP yakni
Subjective (Subjektif), Objective (Objektif), Assesment (Penilaian), dan
Plan (Perencanaa).
PATHWAY HIPERTENSI
HIPERTENSI
Gangguan Sirkulasi
Vasokontriksi
Gangguan Sirkulasi
Vasokontriksi Spasme
Resistensi Suplai O2 pembuluh darah ginjal Sistemik Koroner
Pembuluh Darak Arteriol
Otak Menurun
Otak
Blood Flow Vasokontriksi Retinopati
Iskemi Miokard
Sinkop Menurun Hipertensi
TIK
Meningkat Afterlod
Retensi Nyeri Dada
Resiko Stroke Meningkat Gangguan Persepsi
Na
Sensori : Gangguan
Vertigo
Penglihatan (D.0085)
Penurunan Inoleransi
Hemipelgi Curah
Oedema
Nyeri Akut Jantung Aktivitas
(D.0008) (D.0056)
(D.0077) Gangguan
Perfusi Perifer
Mobilitas Tidak Efektif
Resiko Perfusi Fisik (D.0009)
Serebral Tidak (D.0054)
Efektif
(D.0017)
Resiko Jatuh
(D.0143)
DAFTAR PUSTAKA