Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.

A
DENGAN HIPERTENSI DI BLOK C RUANG BOUGENVILE
UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN SURABAYA

OLEH :

Arum Dwi Hastuti

(P27820721048)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI
NERS PROGRAM SARJANA TERAPAN
2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. A Dengan


Hipertensi di Blok C Ruang Bougenvile UPTD Griya Werdha Jambangan
Surabaya yang dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2024 s/d 16 Maret 2024 telah
disahkan sebagai laporan Praktek Klinik Keperawatan Gerontik Semester VI di
Blok C Ruang Bougenvile UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya atas:
Nama : Arum Dwi Hastuti
NIM : P27820721048
Kelompok : 9 Regular B

Surabaya, 16 Maret 2024


Mahasiswa

Arum dwi Hastuti

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan


Blok C

Rini Ambarwati, S. Kep., Ns., M.Si. Nisa arfianti Wahyudi S.Kep.,


Ns
NIP. 19700602 199503 2 002
Kepala UPTD
Griya Werdha Jambangan Surabaya

Didik Dwi Winarno, S. Kep., Ns., MKKK


NIP. 198707122010011 088
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Lansia


1. Definisi Lansia atau menua (menjadi tua)
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia
tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-
anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan
perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi
pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang
ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami
proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan
sosial secara bertahap (Azizah, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut aging process atau proses penuaan (Nugroho,
2008).

2. Batasan Lansia
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis
menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
2. Lanjut usia (eldery) berusia antara 60 sampai 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) usia 75 sampai 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

3. Sindrom Geriatri
1. Immobility (penurunan/ketidakmampuan mobilisasi)
2. Instability (ketidakseimbangan, risiko jatuh)
3. Incontinence (inkontinensia urin/alvi, tidak mampu menahan buang
air kecil/besar)
4. Intelectual Impairment (penurunan fungsi kognitif, demensia)
5. Infection (rentan mengalami infeksi)
6. Impairment of Sensory/Vision (penurunan penglihatan, pendengaran)
7. Impaction (sulit buang air besar)
8. Isolation (rentan depresi/stres sehingga lebih sering menyendiri)
9. Inanition (kurang gizi)
10. Impecunity (penurunan penghasilan)
11. Iatrogenesis (efek samping obat-obatan)
12. Insomnia (sulit tidur)
13. Immunedeficiency (penurunan daya tahan tubu)
14. Impotence (impotensi).

4. Perubahan yang terjadi pada lansia


Menurut (Azizah, 2011), perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
antara lain:
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indera
Sistem indera yang mengalami kemunduran antara lain penglihatan,
pendengaran, dan integumen. Penglihatan lansia menurun saat jarak
jauh maupun jarak dekat, maka dari itu lansia perlu dibantu
penggunaan kaca mata dan sistem penerangan yang baik. Pada
sistem pendengaran lansia juga mengalami gangguan pada suara-
suara yang tidak jelas. Sistem integumen pada lansia mengalami
tidak elastis dan kering keriput.
b. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi pada lansia adanya perubahan jaringan
penghubung (kolagen dan jaringan penghubung), kartilago, otot dan
sendi. Perubahan ini menyebabkan turun fleksibilitas pada lansia
sehingga menimbulkan dampak nyeri dan kesulitan bergerak dari
duduk ke berdiri.
c. Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi
Penurunan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu massa
jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan
kemampuan peregangan jantung menjadi berkurang karena
penambahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin. Hal ini
mengakibatkan konsumsi oksigen menurun sehingga kapasitas paru
menurun. Perubahan yang terjadi pada sistem respirasi
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks menurun.
d. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi terlihat pada kehilangan gigi sehingga lansia
tidak mampu mengunyah dengan baik. Perubahan lain yang terjadi
meliputi penurunan indera pengecap. Adapun perubahan lain pada
asam lambung, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
e. Sistem Perkemihan
Pada sistem ini yang mengalami perubahan meliputi menurunnya
laju filtrasi, ekskresi, dan rearbsorpsi oleh ginjal. Hal ini
menyebabkan kehilangan kemampuan untuk mengekskresi obat atau
produk metabolisme obat, pola berkemih tidak normal seperti
banyak berkemih malam hari
f. Sistem Saraf
Penurunan yang terjadi pada sistem saraf mengakibatkan terjadinya
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas
fisik.
g. Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi yang terjadi pada lansia yaitu menciutnya ovary
dan uterus dan terjadi atrofi pada payudara. Sedangkan pada laki-
laki, testis masih dapat memproduksi spermatozoa walaupun sudah
mulai menurun. Dorongan seksual pada laki-laki terjadi sampai usia
70 tahun keatas.
2. Perubahan Kognitif
a. Memori (Daya Ingat)
Daya ingat adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan dan
menghadirkan kembali peristiwa yang pernah terjadi pada hidupnya.
Pada lansia yang seringkali terjadi yaitu penurunan fungsi kognitif.
Ingatan jangka panjang kurang mengalami perubahan sedangkan
ingatan jangka pendek memburuk.
b. Kemampuan Pemahaman
Kemampuan pemahaman lansia menurun disebabkan oleh
konsentrasi dan sistem pendengaran lansia menurun. Sebaiknya saat
berkomunikasi dengan lansia dilakukan kontak mata agar lansia
dapat membaca bibir lawan bicaranya.
c. Pemecacahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah mengalami penurunan disebabkan
penurunan daya ingat dan fungsi penginderaan.
d. Kinerja
Penurunan kinerja pada lansia bisa terlihat secara kualitatif maupun
kuantitatif. Perubahan yang terjadi sangatlah wajar, hal ini terjadi
dikarenakan perubahan organ-organ biologis dan perubahan yang
bersifat patologis.
e. Motivasi
Motivasi yang terjadi pada lansia kurang mendapat dukungan
kekuatan fisik maupun psikologis sehingga banyak hal yang
diinginkan berhenti di tengah jalan.
3. Perubahan Spiritual
Spiritualitas pada lansia bersifat universal, intrinsik dan merupakan
proses individual yang berkembang sepanjang rentang kehidupan.
Harapan memungkinkan individu dengan keimanan spiritual atau
religius untuk bersiap menghadapi krisis kehilangan dalam hidup
sampai kematian.
4. Perubahan Psikososial
a. Pensiun
Lansia merasa kehilangan kontak sosial dari area kerjanya dan
mereka merasakan kekosongan saat menjalani aktivitasnya.
b. Perubahan Aspek Kepribadian
Perubahan aspek kepribadian menyebabkan perubahan fungsi
kognitif yang menurun dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi
persepsi, proses belajar, pemahaman yang menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi lambat. Sedangkan fungsi psikomotor
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti tindakan,
koordinasi, gerakan tubuh yang menyebabkan lansia terlihat kurang
cekatan.
c. Perubahan dalam Peran Sosial di Masyarakat
Perubahan yang terjadi pada lansia yakni fungsi indera yang
menurun yang dapat mengakibatkan munculnya gangguan
fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Hal ini dapat
mengakibatkan menarik diri dari sosialnya.
d. Perubahan Minat
Perubahan minat yang terjadi pada lansia bisa terlihat dari penurunan
minat untuk memperbaiki penampilan dan minat untuk ingin
mendapat hiburan juga ikut berkurang. Namun minat untuk
pemenuhan kebutuhan meningkat pada lansia. Perubahan minat ini
dapat mempengaruhi pola hidupnya.
5. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia berhubungan dengan
berbagai gangguan fisik. Salah satunya pada wanita, fungsi seksual
wanita mengalami penurunan saat terjadi menopause.

5. Kebutuhan lansia
Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu
kebutuhan makan, perlindungan perawatan , kesehatan dan kebutuhan
sosial. Kebutuhan sosial mencakup beberapa aspek yaitu hubungan dengan
orang lain, hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya
dan hubungan dengan organisasi sosial. Berikut penjelasan kebutuhan
lansia:
1. Kebutuhan Utama
a. Kebutuhan biologis/fisiologis seperti makanan yang bergizi,
kebutuhan pakaian, perumahan/tempat berteduh dan kebutuhan
seksual
b. Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai atau
suatu kreatifitas yang bisa menghasilkan
c. Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan dan pengobatan
d. Kebutuhan psikologis berupa kasih sayang, adanya tanggapan dari
orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri, serta
status yang jelas
e. Kebutuhan social berupa peranan dalam hubungan dengan orang
lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya, dan
hubungn dengan organisasi sosial.
2. Kebutuhan Sekunder
a. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
b. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
c. Kebutuhan yang bersifat seperti infomasi dan pengetahuan
d. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status,
perlindungan hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan
e. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami
akan makna keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-
hal yang tidak diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian.

B. Konsep dasar Teori Hipertensi

1. Definisi Hipertensi
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka
bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa (Spygmomanometer)
ataupun alat digital lainnya (Herlambang, 2013).
Menurut Lany Sustrani, dkk (2010) hipertensi adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkanya. Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung
harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apabila
kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap akan menimbulkan gejala
yang disebut sebagai penyakit darah tinggi. Hipertensi mencakup tekanan
darah 140/90 mmHg (milimeter Hydragyrum atau milimeter air raksa) dan
di atasnya (Lany Sustrani, dkk, 2010).
2. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada (Ritu Jain, 2011) :
a) Elastisitas dinding aorta menurun.
b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

3. Klasifikasi hipertensi
Menurut Herlambang (2013) penyakit darah tinggi atau hipertensi
dikenal dengan 2 jenis klasifikasi, diantaranya hipertensi primary dan
hipetensi secondary.
a) Hipertensi primary
adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi
sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor
lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas,
merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah
tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau
kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan
darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun
mengalami tekanan darah tinggi.
b) Hipertensi secondary
adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah
tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit
lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem
hormon tubuh. Sedangkan pada ibu hamil tekanan darah secara
umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada
wanita yang berat badannya diatas normal atau gemuk (obesitas).
Hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg
atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan
tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan
sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik
terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang
secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII


Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

4. Manifestasi klinis Hipertensi


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan
gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi
(padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut (Kristanti, 2013):
1) Sakit kepala
2) Kelelahan
3) Mual
4) Muntah
5) Sesak nafas
6) Gelisah

Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan


pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi
pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera. Tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi (Edward K Chung, 2013).

a. Tidak Ada Gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.

5. Patofisiologi Hipertensi
Banyak faktor yang turut berinteraksi dalam menentukan tingginya
natrium tekanan darah. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung
dan tahanan perifer, tekanan darah akan meninggi bila salah satu faktor
yang menentukan tekanan darah mengalami kenaikan, atau oleh
kenaikan faktor tersebut (Kaplan N.M, 2010).

6. Penatalaksanaan Medis Hipertensi


 Penatalaksanaan Non Farmakologis.
a. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin
dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
senam, jogging, bersepeda atau berenang.
 Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulkan intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang. Golongan obat -
obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretik, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.

7. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya,
melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong
kelas berat alias mematikan. Laporan Komite Nasional Pencegahan,
Deteksi, Evaluasi dan Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa
tekanan darah yang tinggi dapat meningkatkan resiko serangan
jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Wahdah, 2011)
Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya komplikasi
kardiovaskular dan merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
yang tengah mengalami transisi sosial ekonomi. Dibandingkan dengan
individu yang memiliki tekanan darah normal, penderita hipertensi
memiliki risiko terserang penyakit jantung koroner 2 kali lebih besar
dan risiko yang lebih tinggi untuk terserang stroke. Apabila tidak
diobati, kurang lebih setengah dari penderita hipertensi akan
meninggal akibat penyakit jantung dan sekitar 33% akan meninggal
akibat stroke sementara 10 sampai 15 % akan meninggal akibat gagal
ginjal. Oleh sebab itu pengontrolan tekanan darah merupakan hal yang
sangat penting (Junaidi, 2010)
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

a. Pengkajian
1) Identitas
Data klien, mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No
RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan ruangan tempat klien
dirawat.
2) Keluhan Utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan
impotensi.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang
menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan buram,
mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.
4) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit
ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian
obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit
metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih,
dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.
6) Pola-Pola Kesehatan
a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan
olahraga (lama frekwensinya), karena dapat mempengaruhi penyebab
terjadinya hipertensi
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Klien biasanya menyukai makanan yang tinggi kadar garam dan
makan sering kali makan makan cepat saji.
c) Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien dengan tekanan darah tinggi sering kali terjadi akibat pola
tidur yang tidak baik, seperti banyaknya begadang pada malam hari.
d) Pola Aktivitas
Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan rasa pusing dan nyeri yang
kerap kali di alami
e) Pola Hubungan dan Peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita bisa melakukan
peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita
mengalami emosi yang tidak stabil.
f) Pola Penanggulangan Stress
Klien dengan hipetensi biasanya akan mengalami stress akibat sakit
yang dialaminya. Kaji bagaimana strategi koping yang digunakan
klien.
g) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Sakit yang dialami klien biasanya akan memengaruhi spiritualitas
klien
7) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum biasanya klien tampak lemah. Kesadaran composmentis.
Pemeriksaan tanda-tanda vital biasanya tekanan darah klien >140/80
mmHg, frekuensi napas cepat, frekuensi nadi cepat.
a. Kepala
1) Rambut
Pada klien dengan hipertensi biasanya pemeriksaan pada rambut
akan terlihat bersih.
2) Mata
Pada pemeriksaan mata, penglihatan klien baik, mata simetris kiri
dan kanan, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
3) Telinga
Biasanya tidak ada gangguan pendengaran, tidak adanya serumen,
telinga klien simetris, dan klien tidak merasa nyeri ketika di
palpasi.
4) Hidung
Tidak ada gangguan pada indra penciuman, tidak ada sumbatan
jalan napas.
5) Mulut
Biasanya kebersihan mulut klien baik, mukosa bibir kering.
b. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid pada klien.
c. Thorak
1) Paru-Paru
Klien dengan hipertensi tidak memiliki masalah dengan bentuk
pau, suara sonor
2) Jantung
Suara normal lup dup frekuensi lebih cepat
8) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Labolatorium
1) Hb/Ht : untuk mengetahui adanya hubungan antara volume cairan
(viskositas) dari sel-sel dan dapat mengetahui adanya faktor risiko
seperti : anemia dan hipokoagulabilitas.
2) BUN/Kreatinin : untuk mengetahui patokan tentang tugas dari ginjal.
3) Glukosa :hiperglikemi atau diabetes militus merupakan penyebab
hipertensi yaitu karena imbas yang disebabkan oleh pengeluaran
jumlah ketokolamin.
4) Urinalisa : gukosa, protein, darah, mengisaratkan kelainan kerjaginaj
dan terdapat DM.
5) EKG : untuk mengetahui dimana luas peninggian gelombang P
merupakan salah satu pertanda terdapatnya penyakit jantung
6) CTScan : untuk mengkaji adanya encelopati dan tumor cerebral
7) IUP : menyelidiki etiolgi hipertensi seperti : batu ginjal, pembaikan
ginjal.
8) Foto thorax : menunjukan susunan pembagian area pembesaran pada
jantung.
b. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan tampak meringis dan mengeluh nyeri. (D.0077)
2) Risiko Jatuh berhubungan dengan usia < 65 tahun dan penggunaan alat
bantu berjalan. (D.0143)
3) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
ditandai dengan mengeluh sulit menggerakan kaki. (D.0042)
c. Intervensi Keperawatan

No Diagnosis Tujuan & Kriteria


Tindakan Keperawatan Rasional Tindakan Keperawatan
. Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (1. 08238)
berhubungan (L.08066) Observasi
dengan agen Setelah dilakukan 1) Identifikasi lokasi, 1) Mengetahui lokasi, karakteristik, durasi,
pencedera tindakan asuhan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
fisiologis keperawatan frekuensi, kualitas, intensitas 2) Mengetahui batas kemampuan klien menahan
dibuktikan selama ....... ×24 jam nyeri. nyeri
dengan diharapkan tingkat 2) Identifikasi skala nyeri. 3) Mengetahui hal yang dapat dijauhi untuk
tampak nyeri menurun. 3) Identifikasi faktor yang menghindari nyeri
meringis dan Kriteria hasil : memperberat dan
mengeluh 1) Keluhan nyeri memperingan nyeri.
nyeri. menurun.
(D.0077) 2) Meringis Terapeutik
menurun. 1) Berikan teknik 1) Mengurangi rasa nyeri dan sebagai relaksasi
3) Gelisah nonfarmakologis untuk dikstraksi
menurun. mengurangi rasa nyeri. 2) Menghidari situasi dan kondisi perberat rasa
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri. nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur. 3) Meningkatkan jam istirahat

Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, 1) Menghidari situasi dan kondisi perberat rasa
nyeri
dan pemicu nyeri.
2) Memberikan relaksasi dikstraksi
2) Jelaskan strategi meredakan
nyeri.

Kolaborasi
1) Membantu meredakan nyeri dengan bahan kimia
1) Kolaborasi pemberian
yang bekerja langsung dalam jaringan tubuh
analgetik, jika perlu.

2. Risiko Jatuh Tingkat Jatuh Pencegahan Jatuh (1.14540)


berhubungan (L.14138) Observasi
dengan usia < Setelah dilakukan 1) Identifikasi faktor risiko jatuh
65 tahun dan tindakan asuhan (usia >65 tahun, gangguan
penggunaan keperawatan keseimbangan) 1) Mengetahui tingkat faktor risiko jatuh
alat bantu selama ....... ×24 jam 2) Identifikasi risiko jatuh 2) Mengetahui keadaan klien apakah dapat
berjalan. diharapkan tingkat setidaknya sekali setiap shift berakibat menjadi insiden jatuh
(D.0143) jatuh menurun. 3) Identifikasi faktor lingkungan 3) Mengetahui dan menhindarkan jika terdapat
Kriteria hasil : yang meningkatkan risiko faktor peningkat risiko jatuh
1) Jatuh dari tempat jatuh 4) Mengetahui kemampuan sendi dan otot dalam
tidur menurun 4) Monitor kemampuan beraktivitas
2) Jatuh saat berdiri berpindah dari tempat tidur ke
menurun. kursi roda dan sebaliknya.
3) Jatuh saat duduk
menurun. Terapeutik
4) Jatuh saat berjalan 1) Orientasikan ruangan pada
menurun. pasien.
2) Atur tempat tidur tempat tidur 1) Mengetahui kondisi ruangan dan dapat memahi
mekanis pada posisi terendah. dan dihati hati agar tidak mengalami kecelakaan
3) Tempatkan pasien beresiko 2) Menghidarkan jika terjatuh tidak beriisko tinggi
tinggi jatuh dekat dengan mengalami cedera parah dan klien dapat
pantauan perawat. mengjkau tempa tidur dengan mudah
4) Gunakan alat bantu berjalan. 3) Agar dapat mengetahui kondisi dan sesering apa
klien berimobilisasi sehingga tetap terpantau
Edukasi 4) Menggunakan alat bantu berjzlan sebagai
1) Anjurkan memanggil perawat penopang kaki saat mobilisasi
jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah.
2) Anjurkan berkonsentrasi 1) Menjaga agar terhindar dari resiko jatuh
untuk menjaga keseimbangan 2) Membuat klien terpokus pada kegiatan yang
tubuh. sedng dilakukan
3) Anjurkan melebarkan jarak 3) Menata barisan saat senam agar tidak terjadi
kedua kaki untuk senggolan antara klien.
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri.
3. Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Mobilitas Fisik
Mobilitas (L.05042) (1.05173)
Fisik Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan asuhan 1) Identifikasi adanya nyeri atau
dengan keperawatan keluhan fisik lainnya 1) Mengetahui nyeri sebagai pemicu hambatan
penurunan selama ....... ×24 jam 2) Identifikasi toleransi fisik mobilitas
kekuatan otot diharapkan integritas melakukan ambulasi 2) Mengetahu ketidak mampuan klien
ditandai kulit/jaringan 3) Monitor frekuensi jantung dan 3) Mengetahui apakah adakah perubahan jika
dengan meningkat. tekanna darah sebelum melakukn aktvitas
mengeluh Kriteria hasil : memulai ambulasi 4) Mengetahui kestabilan kondisi klien
sulit 1) Gerakan terbatas 4) Monitor kondisi umum selama
menggerakan menurun melakukan ambulasi
kaki. 2) Kelemahan
(D.0042) fisiik menurun Terapeutik
3) Kekuatan otot 1) Fasilitasi aktivitas ambulasi
meningkat dengan alat bantu 1) Mengetahui kemampuan ambulasi pada klien
2) Fasilitasi melakukan dengan menggunakan alat bantu
mobilisasi fisik. 2) Meningkatkan kemauan dan kemampuan klien
untuk melakukan mobilisasi
Edukasi
1) Jelaskan tujuan ambulasi
2) Anjurkan melakukan ambulasi 1) Meningkatkan pengetahuan tentang pemahaman
dini ambulasi
3) Ajarkan ambulasi 2) Memberikan arahan dan bimbingan untuk
sederhanayang harus melakukan ambulasi secara aktiv dan mandiri
dilakukan 3) Meningkatkan latihan ambulasi secara andiri
e. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang
telah disusun dan menyesuaikan dengan kondisi terkini pasien. Pelaksanaan
pada manajemen nyeri yang mengacu pada Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI).

f. Evaluasi
Evaluasi sendiri merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
Pada umumnya penilaian ini menggunkan metode SOAP yakni
Subjective (Subjektif), Objective (Objektif), Assesment (Penilaian), dan
Plan (Perencanaa).
PATHWAY HIPERTENSI

Umur(elastisitas menurun) , Jenis Kelamin, Gaya Hidup, Obesitas, Stress

HIPERTENSI

Kerusakan Vasikuler Pembuluh Darah

Gangguan Sirkulasi

Vasokontriksi

Gangguan Sirkulasi

Otak Ginjal 3HP EXOXK' DUDK 5 HW


LQD

Vasokontriksi Spasme
Resistensi Suplai O2 pembuluh darah ginjal Sistemik Koroner
Pembuluh Darak Arteriol
Otak Menurun
Otak
Blood Flow Vasokontriksi Retinopati
Iskemi Miokard
Sinkop Menurun Hipertensi
TIK
Meningkat Afterlod
Retensi Nyeri Dada
Resiko Stroke Meningkat Gangguan Persepsi
Na
Sensori : Gangguan
Vertigo
Penglihatan (D.0085)
Penurunan Inoleransi
Hemipelgi Curah
Oedema
Nyeri Akut Jantung Aktivitas
(D.0008) (D.0056)
(D.0077) Gangguan
Perfusi Perifer
Mobilitas Tidak Efektif
Resiko Perfusi Fisik (D.0009)
Serebral Tidak (D.0054)
Efektif
(D.0017)

Resiko Jatuh
(D.0143)
DAFTAR PUSTAKA

1. Ramdani HT, Rilla EV, Yuningsih W. Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017. J


Keperawatan ’Aisyiyah. 2017;4(1):37–45.
2. Hamria, Mien, Saranani M. Hubungan Pola Hidup Penderita Hipertensi
Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Batalaiworu
Kabupaten Muna. J Keperawatan. 2020;4(1):17–21.
3. Ansar J, Dwinata I MA. Determinan Kejadian Hipertensi Pada Pengunjung
Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar. J Nas
Ilmu Kesehat. 2019;1(3):28–35.
4. Ni Putu Sumartini, Zulkifli Mapa. Pengaruh Senam Hipertensi Lansia
Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turida Tahun 2019. 2019;1(2):47–55.
5. Sriyatna D, Rahayu Da. Pengaruh Rendam Kaki Air Jahe Merah Hangat
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. 2022;

Anda mungkin juga menyukai