Anda di halaman 1dari 18

GANGGUAN KEMANDIRIAN DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI

PADA LANSIA

OLEH :

KELOMPOK II

Ni Made Wisniari (14121001005)


Wahyudhi Bhaskara (14121001011)
Isnaini Hidayati (14121001017)
I Putu Gede Nugraha (14121001023)
Ni Kadek Yesi Sudiarti (14121001030)
Muhamad Yanwar Rahmatulloh (14121001035)

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DHYANA PURA
BADUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lanjut usia atau juga biasa disebut lansia merupakan tahapan akhir dari siklus manusia
yang tidak dapat dihindari. Setiap manusia pasti akan mengalami proses penuaan seiring
bertambahnya usia yang mana dalam proses penuaan ini terjadi karena adanya penurunan
produksi hormon, kulit mengalami proses degenerasi, terjadinya proses penurunan fisik
maupun fungsinya seperti penurunan fungsi organ, penurunan psikologis atau sosial dan
pasti juga akan mengalami penurunan fungsi fisik yang dapat terjadi karena proses siklus
manusia.
Penurunan fungsi fisik yang terganggu pada lansia seperti gangguan persendian,
gangguan keseimbangan, kognitif,penglihatan, jantung, sesak nafas, gangguan miksi. Dari
semua gangguan tersebut persentase yang lebih dari 50% kebanyakan lansia mengalami
gangguan fisik pada persendian dan juga keseimbangan yang mana dapat menghambat
lansia dalam melakukan Activity Daily Living (ADL) atau aktivitas sehari-hari.
Gangguan ADL atau gangguan aktivitas sehari-hari dapat mengurangi kemandirian
lansia dalam melakukan ativitas sehari-hari seperti melakukan makan (feeding), mandi
(bathing), merawat diri (grooming), berpakaian (Dressing), buang air besar (bledder), buang
air besar (bowel), penggunaan toilet, berpindah (transfer), mobilitas dan naik turun tangga
yang dapat diukur menggunakan indeks barthel (Nursal, 2008:41).
Dalam meningkatkan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(ADL) kami memberikan intervensi berupa IR dan edukasi berupa latihan ROM pasif dalam
meningkatkan fungsi persendian untuk mengurangi resiko jatuh pada lansia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah dengan pemberian intervensi berupa IR dan pemberian edukasi berupa latihan
ROM pasif dapat meningkatkan kemandirian aktivitas fungsional sehari-hari pada lansia?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui peranan fisioterapi pada lansia dengan gangguan penurunan
kemandirian aktivitas fungsional sehari-hari.
1.4 Manfaat
Agar fisioterapi dapat membantu dan memberikan edukasiberupa latihan dalam
meningkatkan kemandirian aktivitas fungsional sehari-hari pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lansia
Lansia (lanjut usia) adalah suatu tahapan lanjut yang dilalui dalam proses
kehidupan pada setiap manusia yang ditandai dengan penurunan kemampuan dan fungsi
tubuhnya baik secara fisik maupun psikologis menurut (Kuntjoro et al,2009 dalam
Nugrahani, 2014 :88 ). Lanjut usia adalah seseorang mengalami perubahan yang kurang
dalam kualitas hidup seperti terbatas aktivitasnya, penampilan fisik berkurang, hubungan
personal yang buruk, ketiadaan kesempatan untuk memperoleh informasi menurut Nur
Rohmah, dkk (2012 :121-122)
2.1.1 Batasan Lansia
Menurut World Health Organitation (WHO), batasan lansia ada empat yaitu :
1) Usia Pertengahan (Middle Age) antara usia 45-59 tahun
2) Usia Lanjut (Elderly) antara usia 60-74 tahun
3) Usia Lanjut Tua (Old) antara usia 75-90 tahun
4) Usia Sangat Tua (Very Old) antara usia 90 tahun ke atas
Menurut Depkes RI (2009) menggolongkan lanjut usia menjadi 3 yaitu :
1) Masa lansia awal antara usia 46-55 tahun
2) Masa lansia akhir antara usia56-65 tahun
3) Masa manula antara usia 65 tahun ke atas
Dalam undang –undang No. 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan
orang jompo,bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56
tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan batasan
lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas.
2.1.2 Proses Penuaan
Proses penuaan merupakan suatu proses perkembangan yang dimulai dari sejak kehidupan janin,
perkembangan kehidupan bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa muda, dewasa tua dan
akhirnya proses penuaan ini akan sampai pada segmen akhir kehidupan. Proses penuaan dapat
mengakibatkan perubahan anatomi, fisiologis, dan biokimiawi, menuju suatu titik kehidupan
maksimal pada seorang manusia di puncak kehidupan produktif menurut Rochmah dan Aswin
(2001 :222).
Proses penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara berlahan-lahan kemampuan jaringan
utuk memperbaiki diri atau mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menua bukanlah suatu penyakit
tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam maupun luar tubuh. Proses penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang
mencapai usia dewasa, misalnuya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan
syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
Proses penuaan disebabkan oleh beberapa factor antara lain yaitu aktivitas berlebih (Wear and
Tear Theory), hormonal (Neuroendoctinology Theory), genetic (The Genetic Control Theory),
dan radical bebas (The Free Radical Theory) menurut Goldman and Klatz dalam Alex (2013 :3).
2.1.3 Perubahan Fisiologis Penuaan
Perubahan fisiologis terjadi pada semua orang tetapi pada kecepatan yang berbeda dan
bergantung keadaan dalam kehidupan menurut Nur Rohmah, dkk (2012 :121).
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Muskuloskeletal
Penurunan musculoskeletal berupa penurunan fungsi fisik seperti
menurunnya kekuatan otot, berkurangnya fleksibilitas otot, menurunnya
fungsi sendi, pengapuran tulang, gengguan elastisitas otot, penurunan jumlah
dan serabut otot, dan kesulitan dalam bergerak.
b. Sistem Neurologis
Penurunan koordinasi dan aktifitas, keseimbangan, perubahan anatomi
atau atrofi otot yang progresif, penurunan persepsi dan sensori, respon
motorik.
c. Sistem Indra
Penurunan ketajaman penglihatan dan air mata juag sedikit demi sedikit
mongering. Penurunan pendengaran karena jumlah rambut-rambut getar
mengalami penurunan.
d. Sistem Respirasi
Penurunan kekuatan otot, kartilago dan sendi menyebabkan ekspansi paru
terganggu dan terganggunya pengambilan oksigen.
e. Sistem Gastrointestinal dan Abdomen
Penuaan menyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak pada tubuh
dan abdomen. Akibatnya terjadi peningkatan ukuran abdomen, karena tonus
dan elastisitas otot menurun dan abdomen bdapat lebih membuncit. Terjadi
intoleransi pada makanan tertentu, karena penurunan peristaltic sehingga
mengalami perlambatan pengosongan gasterdan mungkin tidak mampu
mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar.
f. Sistem Perkemihan
Hipertrofi kelenjar prostat pada laki-laki dapat mengakibatkan kesulitan
memulai dan mempertahankan aliran urine. Pada wanita lansia yang memiliki
anak, dapat mengalami inkontinensia stress, yaitu terjadi pelepasan urine
involunter saat batuk, bersin. Hal ini di akibatkan melemahnya otot-otot pada
kantung kemih.
g. Sistem Jaantung dan Vaskuler
Penurunan kekuatan kontraktil miokardium menyebabkan penurunan
curah jantung. Penurunan ini signifikan jika lansia mengalami stress karena
penyakit atau aktivitas yang berat. Tubuh berusaha mengompensasi penurunan
curah jantung dengan meningkatkan denyut jantung selama latihan.
h. Sistem Integumen
Kulit kehilangan kelenturannya dan kelembabannya pada lansia. Lapisan
epitel menipis dan serat kolagen elastic menyusut dan menjadi kaku.

2. Perubahan Kognitif
Memori penurunan paling awal pada lansia, adanya long term memori yang tidak
banyak berubah. IQ informasi matimateka tetap namun persepsi dan fantasi
menurun.
3. Perubahan Psikososial
Penurunan aspek kepribadian seperti fungsi kognif dan psikomotor, penurunan
system indra yang menggangu peran social dimasyarakat, mudah marah dan mudah
cemas.
4. Perubahan Spiritual
Semakin tua semakin terintegrasi dengan kepercayaan kepada tuhan, kesadaran
terhadap kematian meningkat.
2.1.4 Pencegahan Penuaan (Anti Aging)
Proses penuaan masih dapat diperlambat dengan pengaturan pola hidup sehat
yang harus dilakukan sedini mungkin agar dapat memperpanjang umur masyarakat
menurut Alex (2013 :5). Pencegahan akan dapat terlaksana bila masyarakat telah
memahami dengan benar bagaimana proses penuaan itu terjadi dan berbagai factor yang
mempengaruhi sehingga orang-orang mampu melakukan perubahan pola hidupnya untuk
menunda proses penuaan.
2.2 Kemandirian

Kemandirian adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain, tidak
terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik
individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit (Ediawati, 2012 dalam
Rohaedi dkk, 2016). Penurunan kondisi fisik saat memasuki masa usia lanjut akan
berdampak pada perubahan-perubahan pada diri individu, salah satunya yaitu susunan sistem
saraf dimana lanjut usia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari (Putri dan Hamidah, 2014).

2.2.1 Kemandirian lanjut usia


Saat memasuki usia tua, para lansia memiliki perubahan struktur otak yang
menyebabkan kemunduran kualitas hidup yang berimplikasi pada kemandirian dalam
melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho, 2008 dalam Sampelan dkk, 2015).
Kemandirian lansia dalam ADL didefinisikan sebagai kemandirian seseorang dalam
melakukan aktivitas dan fungsi kehidupan harian yang dilakukan oleh manusia secara
rutin dan universal (Sari, 2013 dalam Sampelan dkk, 2015).
Kemandirian ini sangat penting untuk merawat dirinya dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia sehari-hari. Apabila lansia mengalami ketergantungan terus
menerus, hal ini juga akan berdampak pada psikisnya karena lansia akan berpikir bahwa
dirinya adalah orang cacat, sakit, dan hanya dapat menyusahkan orang lain, maka
menimbulkan perasaan cemas pada dirinya (Lestari dkk, 2013).
2.2.2 Gambaran tingkat kemandirian lansia pada dalam ADL

Untuk dapat hidup secara mandiri lansia harus mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi. Suhartini (2004) dalam penelitiannya ada beberapa
faktor yang berhubungan dengan kemandirian pada lansia yaitu kondisi kesehatan,
kondisi sosial, dan kondisi ekonominya. Lansia dapat mandiri jika kondisi kesehatannya
dalam keadaan baik. Secara sosial, lansia yang mandiri itu melakukan aktivitas sosial,
memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan mendapat dukungan dari keluarga dan
masyarakat. Secara ekonomi memiliki penghasilan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari (Jumita, 2012).

Pengaruh peningkatan populasi usia lanjut ini akan sangat tampak pada hal
ekonomi dan sosial, dimana seperti kita ketahui saat ini angka kejadian penyakit kronis,
degeneratif, maupun berbagai macam kanker semakin meningkat, juga angka kematian
akibat penyakit-penyakit tersebut yang meningkat. Kecacatan akibat penyakit degeneratif
pun tidak akan terhindarkan, sehingga menurunkan produktifitas para usia lanjut.
Penurunan produktifitas dari kelompok usia lanjut ini terjadi karena terjadi penurunan
fungsi, sehingga akan menyebabkan kelompok usia lanjut mengalami penurunan dalam
melaksanakan kegiatan harian seperti makan, ke kamar mandi, berpakaian, dan lainnya
dalam Activities Daily Living (ADL) (David, 2013 dalam Rohaedi dkk, 2016).
Kemandirian pada lansia meliputi kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, seperti: mandi, berpakaian rapi, pergi ke toilet, berpindah tempat, dapat
mengontrol BAK, atau BAB, serta dapat makan sendiri (Palestin, 2006 dalam Nauli dkk,
2014).

2.3 Aktivitas dasar sehari-hari


Kemandirian lansia dalam ADL didefinisikan sebagai kemandirian seseorang dalam
melakukan aktivitas dan fungsi - fungsi kehidupan sehari - hari yang dilakukan oleh manusia
secara rutin dan universal. Untuk menilai ADL digunakan berbagai skala seperti Katz
Index,Barthel yang dimodifikasi, dan Functional Activities Questioner (FAQ) (Ediawati,
2013 dalam Rohaedi dkk, 2016).

2.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari

Faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas


sehari – hari seperti usia, imobilitas dan mudah jatuh (Ediawati, 2012 dalam Rohaedi
dkk, 2016).

1. Usia

Menurut Depkes RI (2009) menggolongkan lanjut usia menjadi 3 yaitu :

4) Masa lansia awal antara usia 46-55 tahun


5) Masa lansia akhir antara usia 56-65 tahun
6) Masa manula antara usia 65 tahun keatas

Lanjut usia sebagai individu sama halnya dengan klien yang digambarkan oleh
Orem (2001) yaitu suatu unit yang juga mengehendaki kemandirian dalam
mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejateraannya, sehingga semakin tua usia
seseorang maka akan sangat mempengaruhi aktivitas sehari-hari karena penurunan
fungsi tubuh (Rohaedi dkk, 2016).

2. Imobilitas

Imobilitas sendiri merupakan ketidakmampuan lansia untuk bergerak secara


aktif. Pada lansia dengan ketergantungan sebagian atau ketergantungan total yang
tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri pihak dari panti sosial sudah
menyediakan alat bantu seperti kursi roda (Rohaedi dkk, 2016).

3. Mudah Jatuh

Yang mempengaruhi kemandirian lansia yaitu mudah jatuh, sesuai dengan


pernyataan Ediawati (2013) bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan
mentalnya perlahan akan menurun. Kemampuan fisik dan mental yang menurun
sering menyebabkan jatuh pada lansia, akibatnya akan berdampak pada
menurunnya aktivitas dalam kemandirian lansia (Rohaedi dkk, 2016).

2.3.2 Macam-macam aktivitas dasar sehari-hari

Menurut (Muhith, 2010) Kemampuan fungsional adalah suatu ukuran kemampuan


seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri
(Leuckkenotte, 1999). Sistem penilaian dalam pemeriksaan kemampuan fungsional. Ada
beberapa system penilaian yang dikembangkan dalam pemeriksaan kemampuan
fungsional, salah satunya ialah Indeks Barthel.

Indeks Barthel yang di modifikasi. Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang
lain dalam meningkatkan aktivitas fungsional. Pengukuran meliputi sepuluh kemampuan
sebagai berikut :

Sistem Penilaian Kemampuan Fungsional Menurut Indeks Barthel (Shah, 1999):

1. Makan (Feeding)
2. Berpindah
3. Membersihkan diri (Grooming)
4. Toileting
5. Mandi (Bathing)
6. Mobilitas
7. Naik turun tangga
8. Berpakaian (Dressing)
9. Mengontrol defekasi (Bowel)
10. Mengontrol berkemih (Bladder)

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Hasil Pemeriksaan Nordic Body Map
Quesioner Keterangan :
Putih : Tidak sakit
Hijau : Sedikit sakit
Kuning : Sakit
Merah : Sangat Sakit
Pada hasil pemeriksaan Nordic Body Map Quesioner gambar secara umum memiliki
gangguan dengan anggota geraknya, terbukti pada bagian tubuh yang diberi warna
kuning (sakit) yaitu pada pinggul.

3.2 Hasil Pemeriksaan Fisioterapi


ASSESMENT
DIAGNOSA UMUM
Identitas Penderita
 Nama : Gusti ayu Nengeah Muliati
 Umur : 59 tahun
 Status : Kawin
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat :Jln Kenanga no.5, Br. Tegal Beladah
 Pekerjaan : Pedagang
 Hobi :-
 Agama :Hindu
 No. HP/Telp :-
ANAMNESA KHUSUS
Keluhan Utama
Sakit pada pinggul

Riwayat Penyakit Sekarang


Sakit pada pinggul yang dialami sejak 1 tahun yang lalu, pasien
sudah pernah berobat kedokteran, fisioterapi, sakit dirasakan saat
bergerak.

Riwayat Penyakit Terdahulu

Pernah jatuh 1 tahun yang lalu dalam posisi duduk

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat penyakit Keluarga

Riwayat Penyakit Sosial


Pasien kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar

PEMERIKSAAN UMUM
Pemeriksaan Tanda Vital

 Tekanan Darah : 150/90 mmHg


 Denyut Nadi : 100 kali/menit
 Pernafasan : 20 kali/menit
 Temperatur : 36oC
 Tinggi Badan :-
 Berat Badan :-

Inspeksi
 Statis : Raut wajah pasien normal.

 Dinamis : Jalan menggunakan alat bantu


Palpasi
Nyeri diam (Tidak ada)
Nyeri gerak (Ada)
Nyeri tekan (Ada)

Perkusi

Tidak dilakukan pemeriksaan perkusi.

Auskultasi

Tidak dilakukan pemeriksaan auskultasi

Pemeriksaan Spesifik

PFGD :- Aktif
- Pasif

DIAGNOSIS FISIOTERAPI

 Impairment : Adanya nyeri pada pinggul, keterbatasan LGS


 Functional Limitation : - Kesulitan saat berjalan
- Tidak biasa jongkok
 Disability : pasien tidak mampu bekerja dan berinteraksi di
sekitar banjar

RENCANA TINDAKAN FISIOTERAPI


Planning jangka pendek: - Mengurangi nyeri pada panggul

- Meningkatkan LGS

Planning Jangka panjang:- Mengembalikan ADL


INTERVENSI
1. IR (Infra Red)
 Prosedur : Pasien tidur terlentang dan diminta untuk miring kiri lalu
fisioterapis mengarahkan IR ke bagian yang akan diberikMan yaitu
bagian pinggul.
 Tujuan : - Mengurangi rasa sakit
- Relaksasi otot
- Meningkatkan supply darah
- Membantu proses metabolisme
 Dosis : -F : 5 menit
-I :
-T :
-T :

2. Latihan ROM pasif


 Prosedur : Posisi pasien tidur terlentang lalu fisioterapis enggerakan
anggota gerak bawah secara pasif.
 Tujuan : -Meningkatkan ROM
-Mencegah kontraktur dan kekakuan sendi
 Dosis : -F :
-I :
-T:
-T:

EVALUASI

- Sakit berkurang dan LGS meningkat


3.2 INDEKS BARTHEL
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Tanggal : Senin, 18 Desember 2017


Nama : Gusti Ayu Nengah Muliati
Umur : 59
JenisKelamin : Perempuan
TinggiBadan : -
BeratBadan :-
Agama :Hindu
Alamat : Jalan Kenanga No 5, Br Tegal Belodan

No. Item yang Dinilai Skor Nilai


1. Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan
memotong, mengoles
mentega dll.
2 = Mandiri
2. Mandi (Bathing) 0 = Tergantung pada orang
lain
1 = Mandiri
3. Perawatan diri (Grooming) 0 = Membutuh kanbantuan
orang lain
1 = Mandiri dalam
perawatan muka,
rambutan, gigi, dan
bercukur
4. Berpakaian (Dressing) 0 = Tergantung orang lain
1 = Sebagian dibantu
(misalnya mengancing
baju)
2 = Mandiri
5. Buang air kecil (Bowel) 0 = Inkontinensia atau
pakai kateter dan tidak
terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia
(maks, 1x24jam)
2 = Kontinensia (teratur
untuk lebih dari 7 hari
6. Buang air besar (Bladder) 0 = Inkontinensia (tidak
teratur)
1 = kadang inkontinensia
(sekali seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan
orang lain
1 = Membutuhkan bantuan,
tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan
untuk bisa duduk (2 orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak
mampu)
1 = Menggunakan
kursiroda
2 = berjalan dengan
bantuan satu orang
3 = Mandiri (meski
menggunakan alat bantu
seperti : tongkat)

10. Naik turun tangga 0 = Tidak mampu


1 = Membutuhkan bantuan
(alat bantu)
2 = Mandiri

Interpretasi Hasil :
20 :Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
Menurut Nursal (2008 : 41)

Item yang di Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7


nilai
Makan 2 2 2 2 2 2 2
(Feeding)
Mandi 0 0 0 0 0 0 0
(Bathing)
Perawatandiri 1 1 1 1 1 1 1
(Grooming)
Berpakaian 1 1 1 1 1 1 1
(Dressing)
Buang air 1 1 1 2 2 3 3
kecil (Bowel)
Buang air 2 2 2 2 2 2 2
besar
(Bladder)
Penggunaan 0 0 0 0 0 0 0
toilet
Transfer 1 1 1 1 2 2 2
Mobilitas 2 2 2 2 3 2 3
Naik turun 0 0 1 1 1 1 1
tangga
SKOR 10 10 11 11 14 14 15

Hari 1 : Ketergantungan Sedang


Hari 2 : Ketergantungan Sedang
Hari 3 : Ketergantungan Sedang
Hari 4 : Ketergantungan Sedang
Hari 5 : Ketergantungan Ringan
Hari 6 : Ketergantungan Ringan
Hari 7 : Ketergantungan Ringan
DAFTAR PUSTAKA
Nugrahani PN, 2014. Latihan Jalan Tandem Lebih Baik daripada Latihan dengan
Menggunakan Swiss Ball Terhadap Peningkatan Keseimbangan untuk Menggurangi Resiko
Jatuh pada Lanjut Usia (LANSIA), Jurnal Fisioterapi Vol. 14. No. 2. Hal. 88. Jakarta :
Fisioterapis YPAC Jakarta Selatan. Diakses pada 14 Desember 2017.
http://www.portalgaruda.org/article.php/vol14/no2/index.html.
Nur Rohmah, dkk, 20. Kualitas Hidup Lanjut Usia, Jurnal Keperawatan, ISSN : 2086-3071,
Vol. 3, No. 2. Hal. 121-122. Surabaya : Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Diakses
pada 15 Desember 2017.
Alex J. Pangkahila, 2013. Pengaturan Pola Hidup dan Aktivitas Fisik Meningkat Umur
Harapan Hidup, Sport and FitnessJournal, ISSN : 2302-688X, Vol. 1, No. 1. Hal 2-5.
Denpasar : Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana. Diakses pada
20 Desember 2017.
Rochmah dan Aswin, 2001. Tua Dan Proses Menua,Berkala Ilmu Kedokteran. Vol. 33, No.
4. Hal. 222. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Diakses
20 Desember 2017.
Nursal Dien GA, 2008. Pengukuran Aktivitas Fisik Pada Usia Lanjut, Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Vol. 3, No. 1. Hal. 41. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Diakses 22
Desember 2017.

Rohaedi, S., Putry, S. T & Karimah, A. D., 2016. Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Activities
Daily Living di Panti Sosial Tresna Werdha Senja Rawi. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia. Vol. 2, no. 1.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=448458&val=8421&title=. e-ISSN 2477-
3743. [Diakses 28 Desember 2017]

Putri, D. A & Hamidah., 2014. Hubungan antara Kemandirian dalam Melakukan Aktivitas
Sehari-hari dengan Kepuasan Hidup pada Lanjut Usia yang Mengalami Stroke. Jurnal
Psikologi Industri dan Organisasi. Vol. 3, no. 3.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jpiod9c74de6c52full.pdf [Diakses 1 Januari 2018]

Sampelan, I., Kundre, R & Lolong, Jill., 2015. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-Hari di Desa Batu Kecamatan
Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara. e-journal Keperawatan (e-Kp). Vol. 3,
no. 2.
https://media.neliti.com/media/publications/108296-ID-hubungan-dukungan-keluarga-dengan-
kemand.pdf [Diakses 1 Januari 2018]

Lestari, R., Wihastuti, T. A & Rahayu, B. F., 2013. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan
Tingkat Kemandirian Activities of Daily Living (ADL) Pada Lanjut Usia di Panti
Werdha. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol. 1, no. 2.
file:///C:/Users/user7/Downloads/21-106-1-PB%20(4).pdf [Diakses 2 Januari 2018]

Jumita, R., Azrimaidaliza & Machmud R., 2012. Kemandirian Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Lampasi Kota Payakumbuh. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 6, No.2.
file:///C:/Users/user7/Downloads/95-195-1-SM%20(1).pdf [Diakses 1 Januari 2018]
Nauli, F. A., Yuliatri, E & Savita, R., 2014. Hubungan Tingkat Depresi Dengan Tingkat
Kemandirian Dalam Aktifitas Sehari-Hari Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Tembilahan Hulu. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of
Nursing). Volume 9, No.2.
https://media.neliti.com/media/publications/106156-ID-hubungan-tingkat-depresi-dengan-
tingkat.pdf [Diakses 29 Desember 2017]

Muhith, A., 2010. Kemampuan Fungsional Lansia di UPT Panti Werdha “Majapahit” Mojokerto.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Politeknik Kesehatan Majapahit. Volume. 2, no. 2.
file:///C:/Users/user7/Downloads/Hospital%20Majapahit%20Vol%202%20No%202%20(2).pdf.
ISSN: 2085-0204 [Diakses 28 Desember 2017]

Anda mungkin juga menyukai