Anda di halaman 1dari 18

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Konsep Dasar Lansia

2.1.1 Definisi Lansia

Proses bertambahnya umur akan diikuti dengan proses perubahan tubuh.

Perubahan tubuh seiring dengan bertambahnya umur disebut dengan penuaan.

Penuaan adalah proses normal yang terjadi pada kehidupan manusia. Penuaan

dimulai sejak hari pertama manusia lahir. Tiga tahap kehidupan yang dialami

oleh manusia secara alamiah adalah anak, dewasa,dan tua (Nugroho, 2006).

Penyebutan seseorang yang usianya telah melebihi 60 tahun adalah lansia. Pada

tahap usia ini penuaan sangat terlihat. Menua bukan suatu penyakit, akan tetapi

proses alamiah manusia yang terlihat dari perubahan wajah dan tubuh secara

tampilan dan juga secara fungsi. Banyak diantara lanjut usia yang masih

produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia

pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keadamaan dan budaya

bangsa ( Kolifah Siti N, 2016).

Batasan usia lansia sebagai berikut, lansia pertengahan (middle age) yaitu usia

45-59 tahun, lansia pertama (elderly) yaitu 60-74 tahun, sedangkan lansia tua

( old ) yaitu usia 75-90 tahun dan lansia sangat tua (very oold ) yaitu usia diatas

90 tahun (World Health Organisation).


9

2.1.2 Teori Proses Menua

Teori Penuaan menurut Ma;rifatul 2011 dibedakan menjadi 2 yaitu :

1) Teori Biologi

a. Teori Seluler

Sel dalam tubuh dapat diprogram untuk membelah dalam jumlah tertentu

dan kebanyakan sel-sel tubuh dapat membelah 50 kali. Lansia membelah

sel yang lebih sedikit berdasarkan penelitian dan observasi yang

dilakukan di laboratorium. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf,

sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam

sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau

mati. Sistem tersebut beresiko akan mengalami proses penuaan dan

mempunyai mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekli

tumbuh dan memperbaiki diri (Azizah, 2011)

b. Sintesis protein (kolagen dan elastis)

Lansia akan kehilangan elastisitas pada komponen jaringan. Proses

kehilangan elastisitas ini karena perubahan kimia pada komponen protein

dalam jaringan. Pada lansia beberapa protein seperti kolagen, kartilago

dan elastisitas pada kulit, dengan bentuk dan struktur yang keadaanya

yang berbeda dari protein yang lebih muda. Jaringan seperti kulit dan

kartilago elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini

dihubungi dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam

jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago dan

elastis pada kulit), dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang
10

berbeda dari protein yang lebih muda. Hal ini dapat lebih mudah

dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan

elastisnya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas

dan kecepatan pada system musculoskeletal (Aziz dan Lilik. 2011)

c. Keracunan Oksigen

Teori ini tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel didalam

tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zar

racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri

tertentu. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat penting

bagi proses tersebut yang di pengaruhi oleh rigidits membran.

Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi

sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak disemua jaringan

dan organ berkurang. Hal ini akan mentebabkan peningkatan kerusakan

sistem tubuh ( Azizah dan Lilik, 2011 ).

d. Sistem imun

Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.

Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari

sistem limfatik dan khususnya sel darah putih juga merupakan faktor-

faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan. Perubahan inilah yang

menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Sehingga sel sel kangker

leluasa mebelah-belah ( Zizah dan Ma’rifatul L, 2011 )


11

e. Teori Menua Akibat Metabolisme

Dikutip oleh Darmojo dan Martono (2004), pengurangan intek kalori

dapat mengambat pertumbuhan dan memperpanjang umur dengan jumlah

kalori tersebut.menurunya salah satu proses metabolisme dapat

merangsang perfusi sel seperti insulin dan hormon pertumbuhan.

2) Teori Psikologi

a. Aktivitas atau kegiatan

Seseorang yang dapat memelihara keaktivannya sebagai sanse of

integrity dapat terpelihara samapi tua. Teori ini menyebutkan obahwa

lansia yang sukses dapat memelihara keaktivannya dan lansia yang

mengikuti kegiatan sosial ( Azizah dan Ma’rifatul L, 2011 ).

b. Kepribadian Berlanjut

Tingkah laku yang dimiliki oleh lansia dapat memudahkan dan

memilihara hubungan dengan masyarakat, keluarga dan hubungan

interpersonal ( Azizah dan Lilik, 2011 ).

c. Teori Pembebasan

Tori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara

perlahan tetapi pasti dapat melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau

menarik diri dari pergaulan sekitarnya ( Azizah dan Lilik M, 2011 ).

2.1.3 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


12

Perubahan-perubahan pada manusia berusia lanjut merupakan suatu penurunan

dan ketidakpuasan yang tidak terduga secara alamiah terhadap perubahan fisik

pada lansia. Perubahan yang terjadi pada manusia lansia adalah pada sistem

indra atau pendengaran pada lansia dapat mengalami gangguan pada

pendengaran sehingga hilangnya daya kemampuan mendengar pada telinga

dalam, terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi dan tidak jelas dapat

sulit dimengerti oleh lansia diatas 60 tahun. Pada sistem intergumen atau kulit

dapat mengalami kendur atau kurang elastis sehingga kering dan berkerut.

Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,

timbul bercak pigmen berwarna coklat pada kulit yang disebut liver spot, Pada

sistem kardiovaskuler perubahan pada lansia adalah masa jantung bertamabah,

ventrikel kiri mengalami hiperterapi sehingga peregangan jantung berkurang,

Pada sistem respirasi perubahan pada otot kartialgo dan sendi torak

mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan

torak berkurang, Pada sisitem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan

dimana banyak fungsi mengalami kemunduran contohnya laju filterasi,ekskresi

dan reabsorbsi, sedangkan pada bagian sistem reproduksi lansia ditandai

dengan menciutnya ovum dan uterus dan atropi pada payudara. Sedangkan

pada lansia laki-laki masih memproduksi sprematozoa meskipun adanya

penurunan secara berangsung-angsur.

Untuk perubahan psikososial yang terjadi pada lansia berupa kesepian terjadi

pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal dapat membuat duka cita

dimana hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan

yang dapat mengalami depresi yang disebabkan karena stress, faktor

lingkungan dan menurunnya adaptasi. Faktor stres dapat menyebabkan


13

pengeluaran hormon adrenalin, bila mana terus menerus dapat di produksi akan

mengaktivasi aksi pada HPA. Perubahan ini dapat meningkatkan tekanan darah

sehingga dapat berkembang menjadi komplikasi suatu penyakit jantung dan

pembuluh darah, maka akan menarik untuk dilakukan analisis mengenai

keterkaitan hipertensi dengan tres psikologi atau gangguan mental emosional

pada lanjut usia ( Azizah dan Lilik, 2011 ).

2. 2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg berdasarkan pada dua kali pengukuran atau

lebih. Hipertensi menimbulkan resiko morbiditas atau mortalitas dini, yang

meningkatkan saat tekanan darah sistolik diastolik meningkat. Peningkatan tekanan

darah yang berkepanjangan merusak pembuluh darah diorgan target (jantung,

ginjal, otak dan mata) menurut Brunner& Suddarth (2017).

World Health Organization (WHO) batas normal tekanan darah adalah 120-140

mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan

mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 140 mmHg tekanan sistolik dan > 90

mmHg tekanan diastolik. JNC 2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan usia

diatas 18 tahun di klasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan

sistoliknya 140-159 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 90-99 mmHg.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah diantaranya adalah (Perry &

Potter, 2005:794)
14

a. Usia

Tingkat normal tekanan darah bervariasi. Beradsarkan penelitian yang di

lakukan oleh Kusumastuty & Widyani (2016;24) faktor usia responden dapat

berpengaruh terhadap pasien hipertensi (62%) berusia 50-60 tahun. Secara

fisiologis keterkaitan usia dengan peningkatan tekanan darah karena adanya

perubahan elastisitas dinding pembuluh darah dari waktu ke waktu,

proliferasi kolagen dan deposit kalsium yang berhubungan dengan

arterosklerosis. Jika hal tersebut diikuti dengan tingginya tekanan darah yang

persisten maka akan menyebabkan kekakuan pada arteri sentral.

b. Ras

Dikutip oleh Anggraini, dkk (2009: 7) bahwa hipertensi lebih banyak terjadi

pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih. Sampai saat ini

belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun pada orang kulit hitam

dapat ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap

vasopressin lebih besar.

c. Medikasi

Medikasi secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaaruhi tekanan

darah. Yang dapat mempengaruhi tekanan darah seperti analglesik narkotik.

d. Variasi Dumal

Tekanan darah dapat berubah-ubah setiap hari, biasanya tekanan darah rendah

pada pagi-pagi sekali, dan akan naik menjelang siang dan sore. Diaman

puncak tekanan darah naik pada senja atau malam hari. Dikutip oleh

Adidarma (2016:10). beberapa peneliti mengatakan puncak tertinggi pada


15

tekanan darah yaitu di pagi hari (mid-morning), dan puncak keduannya yaitu

di sore hari dan akan menurun di malam hari.

e. Stress

Stres atau emosi dapat mengakibatkan stimulasi simpatik yang meningkatkan

frekunsi darah, curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Menurut Liyana

(2008: 20) peningkatan tekanan darah lebih besar oleh individu yang

mempunyai kecendrungan stress emosional yang tinggi. Stres atau

ketergantungan jiwa dapat merangsang kelenjar di ginjal mengeluarkan

hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat

sehingga tekanan darah meningkat.

2.2.3 Klasifikasi Hipertensi

Komite Nasional mengenai Tekanan Darah atau Hipertensi sebuah cabang dari

Nastional Institues of Health di Amerika Serikat. Mengenai topik ini pada 2003.

tujuan pendahuluan dalam klasifikasi dan jenis terapi hipertensi dikenal sebagai

pedoman JNC7 ( Kowalsky, 2010 ).

Tabel 2.1

Pengelompokan tekanan darah atau hipertensi berdasarkan JNC7

( Kowalski,2010 )

Katagori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang
Normal Kurang dari 120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 90-99
Hipertensi tahap 2 > 160 >100
16

2.2.4 Manifestasi Klinis

Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gelaja: meskipun

secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi (Brunner & Suddarth ed 12, 2013).

a. Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan bahwa tidak ada abnormal lain

selain tekanan darah tinggi

b. Perubahan pada retina disertai dengan hemoragi, eksudar, penyempitan

arteriol dan bintik katun-wol (cotton-woll spots) dan papiledema dapat terlihat

pada kasus hipertensi berat.

Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskuler yang berhubungan

dengan sistem arteri koroner dengan angin atau infrak miokardium adalah

dampak yang sering terjadi.

a. Hipertrofi ventrikel kiri : akan terjadi gagal jantung.

b. Perubahan patologis dapat terjadi di ginjal ( nokturia peningkatan BUN dari

kadar kreatinin.

c. Dapat terjadi gangguan srebrovaskuller atau stroke serangan iskemik transien

(TIA) perubahan penglihatan atau bicara, jatuh mendadak atau hemiplegia

transien atau permanen.

2.2.5 Penatalaksanaan Hipertensi

Dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi yang dapat di lakukan

dengan duajenis cara yaitu penatalkasanaan Farmakologi dengan menggunakan


17

obat-obatan kimiawi dan penatalaksanaan Nonfarmakologi tanpa menggunakan

obat-obatan kimiawi.

1. Penatalaksanaan Farmakologi

Menurut sheps (2005 ) penatalaksanaan farmakologi adalah penatalaksanaan

hipertensi dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti

hipertensi, ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada

penatalaksanaan farmakologi yaitu :

a. Diuretik

Diuretik sering disamakan dengan “obat kencing”, obat jenis ini bekerja

ddengan cara mengeluarkan cairan tubuh melalui urine sehingg daya

pompa jantung lebing ringan.

b. Penghambat Adrenergik (β- blocker )

Beta bloker menurunkan tekanan darah dengan menghambat kerja hormon

epinefrin, yang menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan

menyempitnya pembuluh darah. Kerja beta bloker adalah memperlambat

denyut jantung dan menurunkan 14 kekuatan denyutnya, sehingga

membantu menurunkan tekanan darah.

c. Vasolidator

Kerja obat vasolidator berlangsung pada pembuluh darah dengan relaksasi

otot polos pembuluh darah. Contohnya yang termasuk obat jenis ini yaitu

prasonin dan hidralasin

d. Penghambat enzim konversi Angiotensin (Penghambat ACE)


18

Cara kerja obat ini adalah menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat

yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Contohnya obat yang

termasuk golongan ini yaitu captropil.

e. Antagonis Kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan kcara

mengahambat kontraksi jantung, kontraktilitas namnun onat ini memiliki

efek samping yang mungkin muncul adalah batuk kering pusing, sakit

kepala dan lemas.

2. Penatalaksanaan NonFarmakologi

Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologi terdiri dari berbagai

macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu:

a. Mempertahankan berat badan ideal

Mempertahankan berat badan ideal sesui Body Mass Index (BMI) dengan

rentan 18,5-24,9 kh/m2. hal ini dapat dilakukan dengan cara jangan makan

terlalu banyak karena berat badan yang berlebihan juga menambah jumlah

keseluruhan darah. Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat dilakukan

dengan diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan protein dan jika

berhasil menurunkan berat badan 2,5-5 kg maka tekanan darah diastolik

dapat turun sebanyak 5 mmHg (Radmarssy,2007).

b. Kurang asupan minum sodium

Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah garam

yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 kg NaCl atau 2,4

gram/hari). jumlah yang lain dengan mengurangi asupan gram sampai


19

kurang dari 2300 mg menjadi 1/2 sendok teh/hari dapat menurunkan

tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolik sekitar 2,5 mmHg

(Radmarssy,2007).

c. Batasan konsumsi alkohol

Dalam hal ini konsumsi alkohol hingga tidak lebih dari 1 oz (30 ml) dari

etanol ( contoh 24 oz (720 ml) bir, 10 oz (300 ml) anggur, 2 oz (60 ml) 100

proofwiski/ hari pada priatidak lebih dari 0,5 oz ( 15 ml ) etanol/ hari pada

wanita tergantung berat badan setiap orang. Konsumsi alkohol harus

dibatasi karena konsumsi alkohol berlebih dapat meningkatkan tekanan

darah. Bagi para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi

empat kali lebih besar dari mereka yang tidak minum beralkohol.

d. Menghindari merokok

Pada pasien hipertensi dianjurkan untuk menghentikan kebiasan meroko.

Nikotin dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih keras karena

menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut

jantung serta tekanan darah ( Sheps, 2005 ).

e. Penurunan stres

Stres dapat menyebabkan hipertensi yang menetap apabila stres sering

terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi. Stres

dapat meningkatkan hormon stres yang dapat mengganggu irama tubuh

seperti gangguan jantung dan pembuluh darah, gangguan metabolisme

tubuh serta menurunkan kekebalan tubuh (Sheps, 2005). menghindari stres

dengan menciptakan suasana yang menyebabkan bagi pasien hipertensi dan


20

memperkenalkan berbagai metode relaksasi seprti youga atau meditasi yang

dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan

darah (af’idah, 2008).

f. Massage

Massage telah diketahui memberikan efek terhadap tubuh, pikiran dan

emosi (Tappan & Benjamin, 1998). model teori mekanisme efek massage

melibatkan biomekanis, fisiologis, neurologis dan psikologis. Biomekanis

melibatkan bagaimana mekanisme tekanan yang diberikan pada jaringan,

efek fisiologi akan terlihat pada perubahan jaringan atau organ, efek

fisologis akan terlihat pada perubahan jaringan atau organ, efek neurologis

terhadap stimulasi reflek sedangkan efek psikologis terhadap peningkatan

hubungan antara tubuh dan pikiran (Braveman & Schulman 199; Bell,1964

dalam Weerapong, Hume & Kolt, 2005). Secara fisiologis massage

mempengaruhi sistem saraf simpatis yang dapat menimbulkan respon

relaksasi, ketika tubuh relaksasi, menandai penurunan hormon kortisol.

Ketika tubuh relaksasi, menandai penurunan hormon koryisol yang

berperan terhadap stres serta berpengaruh sirkulasi darah (Barun &

Simonson, 2008 )

2.3 Massage Effleurage

2.3.1 Definisi Effleurage

Kata effelurage berasal dari kata kerja Bahasa Perancis “effleurer” yang berarti

“stoke” atau “untuk skim atas” terjemahan ini pada dasarnya benar, tetapi tidak
21

lengkap, deskripsi dari teknik effeurage digunakan dalam pijat. Gerakan effleurage

adalah gerakan relatif lambat dan lancar terus menerus menggunakan telapak tangan

jari-jari umumnya digunakan bersama-sama dan bentuk dengan kontur tubuh klien

dalam cara yang santai. Jari dan telapak tangan bergerak disepnajng tubuh. Dapat

memperlancar peredaran darah dan cairan getah bening bila dilakukan dengan

tekanan yang lembut sehingga memberikan efek penenang ( Arovah, 2013:3 dalam

kutipan Ananto Dwi 2017 ).

Massage effleurage adalah bentuk massage dengan menggunakan telapak tangan

yang memberi tekanan lembut ke atas permukaan tubuh dengan arah sirkular secara

berulang (Reeder, 2011 dikutip dalam Wulandari & Andriyani 2017).

Tujuan dari manipulasi effelurage adalah membantu melancarkan peredaran darah

& cairan getah bening atau cairan limpha yang membantu mengalirkan darah di

pembuluh balik ( darah veneus ) agar cepat kembali ke jantung. Gerakan effleurage

dilakukan selalu menuju arah jantung yang merupakan pusat peredaran darah.

Gerakan effleurage dilakukan berulang kali diatas wilayah yang sama pada tubuh,

hal ini untuk mendorong relaksasi dan untuk manfaat fisiklainnya dari effleurage

yang dapat mencakup:

a. Merangsang saraf-saraf dijaringan yang bekerja

b. Merangsang suplai darah ke jaringan yang dapat bekerja

c. Memfasilitas pembersihan kulit

d. Merelaksasikan bagian serat otot

e. Mengurangi ketegangan otot


22

Berdasarkan tekanan menurut Braun & Simonson (2008) terdapat dua jenis gerakan

effleurage yaitu superficial effleurage atau deep efflerage. Superficial effleurage

atau effleurage ringan merupakan gerakan seperti menggosok tubuh secara lembut

dan pelan dengan menggunakan ibu jari, jari-jari telapak tangan. Seddangkan deep

effleurage merupakan gosokan dalam menggunakan ibu jari, buku-buku jari,

pangkal tangan dan lengan bagian bawah. Gerakan ini digunakan untuk meratakan

pelumas memberikan rasa hangat, 21 relaksasi, meningkatkan sirkulasi darah dan

limfe serta menurunkan ketegangan otot dan nyeri (Braun & Simonson, 2008).

Gerakan meluncur dilakukan minimal sejauh 10-20 inc. Saat kembali kepada titik

awal gerakan dilakukan seolah-olah tangan terapis tidak meninggalkan pasien dan

terputus, karena merupakan bagian dari menciptakan relaksasi (Harisson 1986;

Hofoksh 1985; Tappan 1988 dalam Golia 1991).

Manfaat tehnik effleurage menurut jurnal Occupational and Envirinment Medicine

(2008) tehnik massage effleurage artinya suatu rangsangan pada kulit dengan

melakukan usapan menggunakan ujung-ujung jari telapak tangan dengan arah

gerakan membentuk pola gerakan seperti kupu-kupu. Tehnik tersebut bertujuan

untuk meningkatkan sirkulasi darah, memberi tekanan, meningkatkan relaksasi fisik

dan mental. (Dalam jurnal Alfisah. F, 2016).

Gambar 1. Tehnik Effleurage


23

2.3.2 Efek fisiologis massage

Saat ini beberapa peneliti sudah membuktikan manfaat fisiologis massage.

Secara umum ada beberapa jaringan tubuh yang berpengaruh terhadap massage

salah satunya yaitu otot, jaringan ikat, pembuluh darah, pembuluh limfe dan

saraf dalam kutipan oleh Arovah (2012:2) bagian organ yang bepengaruh yaitu :

Tabel 2.2. Efek fisiologis

Otot Relaksasi
Pembeluh darah Peningkatan aliran darah
Pembuluh limfe Peningkatan aliran limfe
Struktur sendi Peningkatan elastisitas dan meningkatkan jaringan

sendi
saraf Berkurangnya nyeri
Sistem Hormone Peningkatan sintesis hormon morphin endogen,

serta pengurangan hormon simpatomimetic

Dalam kutipan Ananto Dwi, (2017) menguraikan bahwa proses tersebut kemudian dapat:

1. Membantu mengurangi pembengkakan pada fase kronis lewat mekanisme

peningkatan aliran darah dan limfe.


24

2. Mengurangi presepsi nyeri melalui mekanisme penghamabtan rangsangan

nyeri gate control serta peningkatan hormon morphin endogen.

3. Meningkatkan relaksisi otot sehingga mengurangin ketegangan/ spasme atau

kram otot

4. Meningkatkan jangkauan gerak, kekuatan, kordinasi,keseimbangan dan fungsi

otot sehingga dapat meningkatkan performa fisik atlet sekaligus mengurangi

resiko terjadinya cedera pada atlet

5. Berpotensi untuk mengurangi waktu pemulihan dengan jalan meningkatkan

supplay oksigen dan nutrent serta meningkatkan eliminasi sisa metabolisme

tubuh karena terjadi peningkatan aliran darah.

Effleurage yang akan dilakukan dengan tekanan dan cepat dapat memberikan efek

pengaruh yang berbeda, seddangkan effleurage yang dilkaukan dengan secara

halus dan lembut dapat mengurangsi rasa sakit tetapi dapat memberikan rasa

nyaman dan ketegangan, dapat memberikan penderita sakit tertidur. Sedangkan

effleurage yang dilakukan secara cepat,singkat dan bertekanan yang cukup dapat

memberikan rasa pada otot-otot untuk dapat bekerja lebih berat. Menurut

Priyonoadi, (20011: 10).

2.4 Kerangka Konsep

Kesehatan merupakan kunci pokok dalam melakukan aktivitas hidup manusia.

Seiring bertambahnya usia manusia akan mengalami penurunan kemampuan pada

fungsi tubuhnya yang disebut lmasa lanjut usia.semakin bertambahnya umur,


25

proprsi pada lansia yang mengalami keluhan kesehatan semakin besar. Usia lanjut

sangat berkaitan dengan berbagai macam perubahan akibat proses menua seperti

perubahan anatomi/fisiologi dan berbagai penyakit atau keadaan patologik sebagai

penuaan. Salah satu perubahan fisik yang terjadi pada lansia adalah meningkatnya

tekanan darah atau hipertensi.

Berdasarkan teori-teori diatas maka diharpkan dapat diketahui pengaruh tehnik

massage effleurage terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di

Posyandu Puskesmas Bojong Gede, Gamabar dari kerangka Konsep :

Menurut ( Nugroho, 2006 ), (Kholifah Siti N, 2016 ), (Brunner&suddarth,2017),

Sheps (2005)

HIPERTENSI LANSIA PERUBAHAN PROSES


MENUA

Anda mungkin juga menyukai