Anda di halaman 1dari 17

I.

Konsep Lansia

Lansia adalah suatu keadaan yang selalu terjadi pada kehidupan manusia.
Menua adalah proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu tetapi dimulai sejak ada permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
hal yang alamiah yang berarti seseorang sudah melalui tiga tahapan yaitu: anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik
yang ditandai kulit mengendur, rambut memutih, gigi ompong, pendengaran
menurun, penglihatan memburuk, mengalami gerakan melambat, dan figur tubuh
yang tidak proporsional [ CITATION Nug161 \l 1057 ].

Dalam Buku Ajar Geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi
Martono (1994) mengatakan bahwa menua atau menjadi tua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia secara
perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat
mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan
seksualnya [ CITATION Nug161 \l 1057 ].

Menurut WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang


Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur
60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalan dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian [ CITATION
Nug161 \l 1057 ].
A. Batasan-batasan Usia Lanjut

a. Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam


Padila (2013):
1) Usia Pertengahan (middle age) usia 45 sampai 59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia 60 sampai 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) usia 75 sampai 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun
b. Menurut Bee (1996) dalam Padila (2013):
1) Masa dewasa muda (usia 18 sampai 25 tahun)
2) Masa dewasa awal (usia 26 sampai 40 tahun)
3) Masa dewasa tengah (usia 41 sampai 65 tahun)
4) Masa dewasa lanjut (usia 66 sampai 75 tahun)
5) Masa dewasa sangat lanjut (usia diatas 75 tahun)
c. Menurut Setyonegoro, dalam Padila (2013):
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20 sampai 25 tahun
2) Usia dewasa penuh (meddle years) atau maturitas usia 25 sampai 60/65
tahun
3) Lanjut usia (geriatric age) usia diatas 65/70 tahun, terbagi atas:
4) Young old (usia 70 sampai 75 tahun)
5) Old (usia 75 sampai 80 tahun)
6) Very old (usia diatas 80 tahun)
Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun keatas, dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada
Bab 1 Pasal 1 Ayat 2. Menurut Undang-Undang tersebut diatas lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas baik pria maupun wanita [ CITATION
Pad131 \l 1057 ].
B. Teori Proses Lansia
Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses
lansiayang tidak seragam. Proses lansia bersifat individual dimana proses menua
pada setiap orang terjadi dengan usia yang berbeda, setiap lanjut usia mempunyai
kebiasaan atau life style yang berbeda, dan tidak ada satu faktor pun yang
ditemukan dapat mencegah proses menua. Adakalanya seseorang belum tergolong
tua (masih muda) tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok. Adapula
orang yang tergolong lanjut usia penampilannya masih sehat, bugar, badan tegap,
akan tetapi meskipun demikian harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering dialami oleh lanjut usia. Misalnya hipertensi, diabetes mellitus, rematik,
asam urat, dimensia sinilis, dan sakit ginjal [ CITATION Pad131 \l 1057 ].

Teori-teori tentang penuaan sudah banyak ang dikemukakan, namun tidak


semuanya bisa diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan dalam dua kelompok,
yaitu yang termasuk kelompok teori biologis dan teori psikososial [ CITATION
Pad131 \l 1057 ].

a. Teori Biologis:
Teori yang merupakan teori biologis adalah sebagai berikut:
1) Teori Jam Genetik
Menurut Hay Ick (1965) dalam Padila (2013), secara genetik sudah
terprogram bahwa material di dalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki
jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada
kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (life
span) yang tertentu pula. Manusia yang memiliki rentang kehidupan
maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya diperkirakan hanya mampu
membelah sekitar 50 kali, sesudah itu mengalami deteriorasi.
2) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merusak membrane sel yang menyebabkan kerusakan dan
kemunduran secara fisik [ CITATION Pad131 \l 1057 ].
3) Teori immunologi
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah. Sistem imun menjadi
kurang efektif dalam mempertahankan diri, regulasi dan responsibilitas
[ CITATION Pad131 \l 1057 ].
4) Teori cross-linkage (rantai silang)
Kolagen yang merupakan unsur penusun tulang diantara susunan
molecular, lama kelamaan akan meningkat kekakuannya (tidak elastis).
Hal ini disebabkan oleh karena sel-sel yang sudah tua dan reaksi
kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat [ CITATION Pad131 \l
1057 ].
b. Teori Psikososial
1) Teori Integritas Ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dicapai
dalam tiap tahap perkembangan. Tugas perkembangan terakhir
merefleksikan kehidupan seseorang dan pencapaiannya. Hasil akhir dari
penyelesaian konflik antara integritas ego dan keputusasaan adalah
kebebasan [ CITATION Pad131 \l 1057 ].
2) Teori Stabilitas Personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan tetap
bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua bisa jadi
mengindikasikan penyakit otak [ CITATION Pad131 \l 1057 ].
c. Teori Sosiokultural
1) Teori Pembebasan
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi
sosial lanjut usia menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda
meliputi kehilangan peran, hambatan kontak sosial, dan berkurangna
komitmen [ CITATION Pad131 \l 1057 ].
2) Teori Aktifitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari
bagaimana seorang usia lanjut merasakan kepuasan dalam beraktifitas dan
mempertahankan aktififtas tersebut selama mungkin. Adapun kualitas
aktifitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas aktifitas yang
dilakukan [ CITATION Pad131 \l 1057 ].
C. Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan
Efendi (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan adalah:

a. Herediter atau keturunan genetic


Setiap orang mempunyai ciri dan kemampuan yang diturunkan oleh
percampuran sifat kedua orangtuanya. Faktor genetik juga
mempengaruhi proses penuaan seseorang.
b. Nutrisi atau makanan
Setiap seseorang mempunyai kebiasaan makan tertentu yang
berkembang sejak masa mudanya, proses penuaan juga dipengaruhi
oleh nutrisi yang di konsumsi seseorang sejak kecil hingga ia
menjelang lansia. Semakin baikkebiasaan makan seseorang berarti
semakin baik pula tercukupinya kebutuhan nutrisi orang tersebut dan
hal ini akan membantu memperlambat proses penuaan.
c. Status kesehatan/ penyakit
Status kesehatan seseorang juga berpengaruh pada proses penuaan,
orang yang mempunyai riwayat kesehatan yang kurang baik
mempunyai resiko mengalami proses penuaan yang lebih cepat dan
beresiko mengalami penyakit-penyakit degenerative pada masa tuanya,
missal hipertensi,diabetes, dan penyakit jantung.
d. Pengalaman hidup/gaya hidup
Setiap orang mempunyai gaya hidup tertentu yang dibentukdan
dilakukan sepanjang masa hidupnya. Gaya hidup yang kurang baik
pada masa muda akan berakibat buruk pada masa tuanya. Missal, gaya
hidup merokok, akan beresiko menderita penyakit jantung dan paru-
paru pada masa tuanya.
e. Lingkungan
Setiap orang dipeengaruhi oleh lingkungan hidupnya orang yang hidup
di kota besar kemungkinan besar terpajan oleh polusi dibandingkan
orang yang hidup di desa, di daerah pegunungan.

f. Stress
Setiap orang mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah dan
mengendalikan emosinya. Tingkat stress yang tinggi berpengaruh pada
masa tua seseorang.
D. Perubahan Sistem Tubuh Lansia

Menurut Effendi (2009), perubahan sistem tubuh lansia dan penjelasannya


antara lain:

a) Sel
Pada lansia jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akan lebih
besar. Cairan tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang. Proporsi
protein di otak, otot ginjal darah dan hati juga ikut berkurang. Jumlah
sel otak akan menurun, mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan
otak menjadi atrofi.
b) Sistem persyarafan
Rata-rata berkurang neocortical sebesar 1 per detik, hubungan
persyarafan cepat menurun, lambat dalam merespon baik dari gerakan
maupun jarak waktu, khususnya dengan stress, mengecilnya saraf
pancaindra, serta menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan.
c) Sistem pendengaran
Gangguan pada pendengaran (prebiakusis), membran timpani
mengalami atrofi, terjadi pengumpulan dan pergeseran serum karena
peningkatan keratin, pendengaran menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa atau stress.
d) Sistem penglihatan
Sclerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar,
kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis), lensa lebih suram (keruh)
dapat menyebabkan katarak, meningkatnya ambang pengamatan sinar
dan daya adaptasi terhadap kegagalan menjadi lebih lambat dan sulit
untuk melihat dalam keadaan gelap, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang dan menurunnya daya untuk membedakan
antara warna biru dengan hijau pada skala pemeriksaan.
e) Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi
kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahunsesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembulu darah,
kurangnya efektifitas pembulu darah perifer untuk oksigenasi, sering
terjadi postural hipotensi, tekanan darah meningkat diakibatkan oleh
meningkatnya resistensi dari pembulu darah perifer.
f) Sistem pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±35ºC, hal ini
diakibatkan oleh metabolisme yang menurun, keterbatasan reflex
menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak, sehingga
terjadi rendahnya aktivitas otot.
g) Sistem pernapasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elektisitas sehingga
kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih barat, kapasitas
pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernapas menurun
ukuran alveoli melebar dan normal dan jumlah berkurang, oksigen pada
arteri menurun menjadi 75mmHg, kemampuan untuk batuk berkurang
dan penurunan otot pernapasan.
h) Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecapan mengalami penurunan,esophagus
melebar, sensitivitas akan rasa lapar menurun, produksi asam lambung
dan waktu pengosongan lambung menurun, peristaltic lemah dan
biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbs menurun, hati (liver)
semakin mengecil dan menurunya tempat penyimpanan, serta
berkurangnya suplai aliran darah.
i) Perubahan psikososial
Perubahan psikososial terjadi terutama setelah seseorang mengalami
pension. Berikut ini adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa
pensiun.
1) Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang
2) Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang
cukup tinggi, lengkap dan segala fasilitasnya.
3) Kehilangan teman atau relasi
4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
5) Merasakan atau kesadaran kematian (sense of awareness of
mortality)
j) Sistem endokrin
Menurunnya produksi ACTH, TSH ,FSH, dan LH, atifitas tiroid, basal
metabolic rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosterone, serta
sekresi hormone kelamin seperti progesterone, dan testosteron.
k) Sistem integumen
Kulit menjadi keriput akibat kehilangan lemak, permukaan kulit kasar
dan bersisik, menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi
kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu,
rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas
akibat menurunya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih
lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara
berlebihan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan
fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
l) Sistem musculoskeletal
Faktor-faktor yang mempengaruhi mental adalah perubahan fisik,
kesehatan umum, ingat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan,
tingkat kecerdasan (intellegence question-IQ), dan kenangan (memory).
m) Sistem Genitourinaria
Ginjal mengecil gdan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun hingga 50%, fungsi tubulus berkurang (berakibat pada
penurunan kemampuan ginjal untuk mengonsentrasikan urine, berat
jenis urine menurun, proteinuria biasanya +1), blood urea nitrogen
(BUN) meningkat hingga 21mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat. Otot-otot kandung kemih (vesica urinaria)melemah,
kapasitasnya menurun hingga 200ml dan menyebabkan frekuensi buang
air kecil meningkat, kandung kemih sulit dikosongan sehingga
meningkatkan retensi urine. Pria dengan usia 65 tahun ke atas sebagaian
besar mengalami pembesaran prostat hingga ±75% dari besar
normalnya.
II. Skabies
A. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan
sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini.s (Adhi
Djuanda. 2007).

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite)


yang mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia
atau sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa
Ma’rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005). Scabies adalah penyakit zoonosis
yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari
hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan
golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite)
Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997).

Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang


disebabkan oleh infeksi kuman parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah
menular manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya,
dapat mengenai semua ras dan golongan yang ada dimuka bumi ini.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.
Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal
agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma
gatal Sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum
korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok
sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.

A. Etiologi
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara
morfologik sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan
tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum
corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di
dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu
singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda.
Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang
memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal.
(Keperawatan Medikal Bedah, 2002). Sarcoptes scabiei termasuk filum
Arthropoda, kelas Arachnida, super famili Sarcoptes. Pada manusia
disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. Scabiei yang
lain, misalnya kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,
berwarna puith kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar
antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih
kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk
melekat, dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai
berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang
jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm
sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal
dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan
menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.

B. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman
atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan
lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh
sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu
kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan
dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit
dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
C. Manifestasi klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini :

1. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada
suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu
pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian
besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau tersebut.
3. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorfi
(pustula, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan
stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, peregelangan tangan
bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola
mammae (wanita) dan lipatan glutea, umbilikus, bokong, genitalia
eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada
remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini,
merupakan hal yang paling diagnostik. Pada pasien yang menjaga hygiene,
lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadangkala sangat sulit
ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi,
impetigo, da furunkulosi.

D. Komplikasi
Komplikasi scabies dapat terjadi akibat menggaruk dengan kuat karena
dapat menembus kulit dan memungkinkan terjadinya infeksi bakteri
sekunder seperti impetigo. Impetigo adalah infeksi superfisial kulit yang
disebabkan oleh bakteri staph (sthapylocouccus)/kadang-kadang oleh
bakteri strep (streptokokus).
E. Pemeriksaan penunjang
Tungau biasanya dapat ditemukan pada ujung terowongan, namun
pemeriksaan ini memerlukan keterampilan dan latihan. Kerokan kulit dari
lesi berupa papul atau terowongan, bermanfaat untuk menegakkan
diagnosis skabies. Pada skabies klasik, sering tidak dijumpai tungau
karena ssedikitnya jumlah tungau.
Pemeriksaan lain yaitu burrow in test, dengan cara mengoleskan tinta atau
gentian violet ke permukaan kulit yang terdapat lesi tinta akan terabsorbsi
dan kemudian akan terlihat terowongan. Selain itu, dapat digunakan
tetraskin topikal dan dengan bantuan lampu wood terowongan akan
tampak sebagai garis lurus berwarna kuning kehijauan.
F. Penatalaksanaan
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara
direbus, handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian
menjemurnya hingga kering.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi
untuk memutuskan rantai penularan.
4. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit
yang mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
5. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk
dan pakaian yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat
panas kalau perlu direbus dan dikeringkan dengan alat pengering panas.
6. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap
bersih dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar
matahari serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.
Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat
dilakukan penatalakasanaan medis.Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap
semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau
atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan murah.
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk
penderita yang hiposesitisasi).
Jenis obat topikal:
a.    Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep atau krim.
Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat
aman efektif. Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang dari tiga
hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian,
dan dapat menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang semakin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam
bentuk krim atau losio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat pilihan
karena efektif terhadap semua stdium, mudah digunakan, dan jarang memberi
iritasi. Pemberiannya hanya cukupt sekali setiap 8 jam. Jika masih ada gejala
ulangi seminggu kemudian. Pengguanaan yang berlebihan dapat
menimbulkan efek pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak jika
digunakan berlebihan , dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak
aman digunaka untuk ibu menyusui dan wanita hamil.
d. Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim
atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus
dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif pada 50-60
% pasien. Digunakan selama 2 malam beruturut-turut dan dibersihkan setelah
24 jam pemakaian terakhir, kemudian digunakan lagi 1 minggu kemudian.
Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan berlebihan
dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak harus di
tambahkan air 2-3 bagian.
e. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal.
Pengguanaanya selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih.
Merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan
untuk parasit S. Scabiei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik, hanya perlu
ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah diobati. Bila
didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran,


ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima


Medikal.

Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis

Anonim. 2007. Skabies (kulit gatal bikn sebel).

Anonim. 2008. Skabies.

Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai