Disusun oleh :
ERNITA SARI
TINJAUAN TEORI
A. Teori Menua
1. Pengertian
Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup
yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus,
toodler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini
dimulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013).
C. Definisi Penyakit
Stroke adalah serangan pada jaringan otak yang terjadi secara mendadak
berdampak pada kelumpuhan atau cacat menetap pada bagian tubuh ditandai
dengan kematian jaringan otak (infark serebri) yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak (Muttaqin, 2008). Stroke juga
menjadi penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung dan
penyebab kecacatan menetap nomor satu di seluruh dunia. Di Indonesia
sendiri stroke merupakan salah satu penyebab kematian utama dan penuebab
utama kecacatan neurologis (Octaviani, 2017).
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi
otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (WHO), 2014). Stroke
merupakan gangguan fungsi otak yang timbul mendadak karena terjadinya
gangguan peredaran darah otak yang menimbulkan kehilangan fungsi
neurologis secara cepat. Dampak dari penyakit stroke diantaranya
keterbatasan aktivitas (Pinzon & Asanti, 2010).
D. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2013) stroke biasanya diakibatkan oleh salah
satu dari empat kejadian dibawah ini, yaitu :
1. Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama trombosis, yang
merupakan penyebab paling umum dari stroke. Secara umum, trombosis
tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia,
atau paresthesia pada setengah tubuh dapat mendahului paralisis berat
pada beberapa jam atau hari. 16
2. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya menyumbat arteri
serebral tengah atau cabangcabangnya yang merusak sirkulasi serebral
(Valante dkk, 2015).
3. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia terutama
karena konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak
(Valante dkk, 2015).
4. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Pasien dengan
perdarahan dan hemoragi mengalami penurunan nyata pada tingkat
kesadaran dan dapat menjadi stupor atau tidak responsif. Akibat dari
keempat kejadian di atas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak,
yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen fungsi otak
dalam gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.
E. Tanda Dan Gejala
1. Kehilangan motorik
a) Adanya defisit neurologis/kelumpuhan fokal seperti hemiparesis
(lumpuh sebelah badan kanan/kiri saja).
b) Baal mati rasa sebelah badan, rasa kesemutan, terasa seperti terkena
cabai (terbakar)
c) Mulut mencong, lidah moncong, lidah mencong bila diluruskan.
d) Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil. 18
2. Kehilangan komunikasi
a) Bicara jadi pelo
b) Sulit berbahasa kata yang diucapkan tidak sesuai dengan
keinginan/gangguan berbicara berupa pelo, cegal dan kata-katanya tidak
bisa dipahami (afasia).
c) Bicara tidak lancar hanya sepatah kata yang terucap.
d) Bicara tidak ada artinya.
e) Tidak memahami pembicaraan orang lain.
f) Tidak mampu membaca dan penulis.
3. Gangguan persepsi
a) Penglihatan terganggu, penglihatan ganda (diplopia)
b) Gerakan tidak terkoordinasi, kehilangan keseimbangan.
4. Defisit intelektual
a) Kehilangan memori/pelupa
b) Rentang perhatian singkat
c) Tidak bisa berkonsentrasi
d) Tidak dapat berhitung
5. Disfungsi kandung kemih Tidak bisa menahan kemih dan sering berkemih
(Junaidi, 2011)
F. Klafisikasi / Derajat
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, stroke dapat dibagi menjadi tiga
kategori, antara lain :
1. Serangan iskemik sepintas, yang merupakan gangguan neurolgis fokal
atau saraf pusat yang timbul secara mendadak dan menghilang beberapa
menit sampai 17 beberapa jam. Stroke ini bersifat sementara, namun jika
tidak ditanggulangi akan berakibat pada serangan yang lebih fatal.
2. Progresif atau involution (stroke yang sedang berembang), yaitu
perjalanan stroke berlangsung perlahan meskipun akut. Stroke dimana
defisit neurologisnya terus bertambah atau gangguan pada sistem saraf
pusat mengalami gangguan.
3. Stroke lengkap/completed, yaitu gangguan neurlogis maksimal sejak awal
serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke di mana fungsi sistem saraf
menurun pada saat onset atau serangan lebih berat. Stroke ini dapat
menyebabkan kelumpuhan permanen jika tidak segera ditanggulangi
(Arya, 2011).
G. Patwhway
J. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang pada Stroke Non Hemoragik menurut
Muttaqin, (2011) yaitu:
1. Angiografi Serebral: Menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT): Untuk
mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke( sebelum nampak oleh pemindaian CT-
Scan)
3. CT Scan: Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema,
posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya secara pasti
4. MRI : Menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan
besar terjadinya perdarahan otak hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infrak akibat dari hemoragik
5. EEG: Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya implus listrik
dalam jaringan otak
6. Pemeriksaan Laboratorium : Darah rutin, gula darah, urin rutin, cairan
serebrospinal, AGD, biokimia darah, elektrolit.
BAB II
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI
A. Pemeriksaan Fisik
Adapun Fokus pengkajian pada klien dengan stroke Non Hemoragik menurut
Muttaqin (2011) yaitu:
1. Identitas Kien
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama,
alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian
diambil) dan identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan,
agama, suku, hubungan dengan klien, pekerjaan, alamat).
2. Keluhan Utama
Biasanya mengalami kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
tidak dapat berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Riwayat Psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan
keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi
dan pikiran klien dan keluarga.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Kesadaran Gonce (2012) mengatakan bahwa kualitas kesadaran
pasien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang
paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan
pasien dan respon terhadap lingkungan adalah indicator paling sensitive
untuk disfungsi system persarafan. Beberapa system digunakan untuk
membuat peringkat perubahan dalam keawasan dan keterjagaan seperti
table dibawah ini.
Metoda Tingkat Responsivitas
1) Composmentis : kondisi sesorang yang sadar sepenuhnya, baik
terhadap dirinya maupun terhadap dirinya maupun terhap
lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang dinyatakan
pemeriksa dengan baik
2) Apatis : yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak
acuh terhadap lingkungannya
3) Derilium : yaitu kondisi sesorang yang mengalami kekacauan
gerakan, siklus tidur bangun yang terganggu dan tampak gaduh
gelisah, kacau, disorientasi srta meronta-ronta
4) Somnolen : yaitu kondisi sesorang yang mengantuk namun masih
dapat sadar bila diransang, tetapi bila rangsang berhenti akan
tertidur kembali
5) Sopor : yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam,
namun masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat,
misalnya rangsang nyeri, tretapi tidak terbangun sempurna dan tidak
dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
6) Semi-Coma : yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan
respons terhadap pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali,
respons terhadap rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi refleks kornea
dan pupil masih baik
7) Coma : yaitu penurunan kesadaran yang salangat dalam,
memberikan respons terhadap pernyataan, tidak ada gerakan, dan
tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.
1) Reflek
Reflek terjadi jika stimulasi sensori menimbulkan respon motorik.
Kontrol serebri dan kesadaran tidak dibutuhkan untuk terjadinya
reflek. Reflek superficial dan reflek dalam dinilai pada sisi yang
simetris dari tubuh dan dibandingkan dengan menunjuk pada kekuatan
yang ditimbulkannya. Sebagai contoh adalah reflek plantar. Stimulus
sensori diberikan dengan rabaan cepat pada pinggir luar telapak kaki
dan menyilang dari tumit kaki dengan menggunakan benda tumpul
seperti kunci atau spatel lidah. Respon motorik yang normal adalah ke
bawah atau fleksi plantar jari-jari kaki. Respon abnormal(babinski)
adalah ibu jari dorso fleksi atau gerakan ke atas ibu jari dengan atau
tanpa melibatkan jari-jari kaki yang lain.
2) Perubahan pupil
Pupil harus dapat dinilai ukuran dan bentuknya (sebaiknya dibuat
dalam millimeter). Suruh pasien berfokus pada titik yang jauh dalam
ruangan. 54 Pemeriksa harus meletakkan ujung jari dari salah satu
tangannya sejajar dengan hidung pasien. Arahkan cahaya yang terang
ke dalam salah satu mata dan perhatikan adanya konstriksi pupil yang
cepat (respon langsung). Perhatikan bahwa pupil yang lain juga harus
ikut konstriksi (respon konsensual). Anisokor (pupil yang tidak sama)
dapat normal pada populasi yang presentasinya kecil atau mungkin
menjadi indikasi adanya disfungsi neural.
4) Saraf karnial
I. Olfaktorius : saraf cranial I berisi serabut sensorik untuk indera
penghidu. Mata pasien terpejam dan letakkan bahan-bahan
aromatic dekat hidung untuk diidentifikasi.
II. Optikus : Akuitas visual kasar dinilai dengan menyuruh pasien
membaca tulisan cetak. Kebutuhan akan kacamata sebelum pasien
sakit harus diperhatikan.
III. Okulomotoris : Menggerakkan sebagian besar otot mata
IV. Troklear : Menggerakkan beberapa otot mata 55
V. Trigeminal : Saraf trigeminal mempunyai 3 bagian: optalmikus,
maksilaris, dan madibularis. Bagian sensori dari saraf ini
mengontrol sensori pada wajah dan kornea. Bagian motorik
mengontrol otot mengunyah. Saraf ini secara parsial dinilai dengan
menilai reflak kornea; jika itu baik pasien akan berkedip ketika
kornea diusap kapas secara halus. Kemampuan untuk mengunyah
dan mengatup rahang harus diamati.
VI. Abdusen : Saraf cranial ini dinilai secara bersamaan karena
ketiganya mempersarafi otot ekstraokular. Saraf ini dinilai dengan
menyuruh pasien untuk mengikuti gerakan jari pemeriksa ke segala
arah.
VII. Fasial : Bagian sensori saraf ini berkenaan dengan pengecapan
pada dua pertiga anterior lidah. Bagian motorik dari saraf ini
mengontrol otot ekspresi wajah. Tipe yang paling umum dari
paralisis fasial perifer adalah bell’s palsi.
VIII. Akustikus : Saraf ini dibagi menjdi cabang-cabang koklearis dan
vestibular, yang secara berurutan mengontrol pendengaran dan
keseimbangan. Saraf koklearis diperiksa dengan konduksi tulang
dan udara. Saraf vestibular mungkin tidak diperiksa secara rutin
namun perawat harus waspada, terhadap keluhan pusing atau
vertigo dari pasien.
IX. Glosofaringeal : Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior
lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa. Motorik:
Mengendalikan organ-organ dalam 56
X. Vagus : Saraf cranial ini biasanya dinilai bersama-sama. Saraf
Glosofaringeus mempersarafi serabut sensori pada sepertiga lidah
bagian posterior juga uvula dan langit-langit lunak.Saraf vagus
mempersarafi laring, faring dan langit-langit lunak serta
memperlihatkan respon otonom pada jantung, lambung, paru-paru
dan usus halus. Ketidak mampuan untuk batuk yang kuat, kesulitan
menelan dan suara serak dapat merupakan pertanda adanya
kerusakan saraf ini.
XI. Asesoris spinal : Saraf ini mengontrol otot-otot
sternokliedomostoid dan otot trapesius. Pemeriksa menilai saraf ini
dengan menyuruh pasien mengangkat bahu atau memutar kepala
dari satu sisi ke sisi lain terhadap tahanan, bisa juga di bagian kaki
dan tangan.
XII. Hipoglosus : Saraf ini mengontrol gerakan lidah. Saraf ini
dinilai dengan menyuruh pasien menjulurkan lidah. Nilai adanya
deviasi garis tengah, tremor dan atropi. Jika ada deviasi sekunder
terhadap kerusakan saraf, maka akan mengarah pada sisi yang
terjadi lesi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi serebral tidak efektif b/d infrak pada jaringan otak
2. Gangguan komunikasi verbal b/d penurunan sirkulasi serebral
3. Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskuler
4. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan
5. Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan
6. Gangguan persepsi sensori b/d hipoksia serebral
7. Gangguan integritas kulit b/d penurunan mobilitas
8. Gangguan menelan b/d gangguan saraf kranialis
9. Defisit perawatan diri b/d kerusakan neuromuskuler dan kelemahan
(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2017)
B. Intervensi Keperawatan
A. Pengkajian
I. Identitas
A. Nama : Tn.T
B. Umur :61 tahun
C. Alamat :kp.baru no 99
D. Pendidikan :sd/sederajat
E. Tanggal masuk panti:-
F. Jenis Kelamin : Laki- laki
G. Suku : Dusun
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Belum menikah ( bujan )
tn. t
Keterangan :
: Lansia Tn. T
V. Pengkajian persistem
a.Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran :compos mentis
2) GCS : 15(lima belas)
3) TTV : 150/100 mmhg
4) BB/TB :55 KG/160 CM
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia :Tegap
• Keluhan : Klien mengatatakan susah beraktivitas karena efek stroke
yang dia alami sehingga pasien susah untuk beraktivitas dan masih ada
sebagian aktivitas yang dilakukan mandiri dan ada yang dibantu.
Pasien juga mengatakan susuah pada saat berkomunikasi dikarnakan
pelo akibat stroke yang dia alami. Pasien juga mengatakan terkadang
sering pusing kepala dan merasa cemas atas sakitnya.
c.Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : bersih
a) Kerontokan rambut: tidak
b) Keluhan : tidak
c) Jika ya, jelaskan
: ..............................................................................................
.......................................................................................................
......
1) Mata
a) Konjungtiva : tidak
b) Sklera : tidak
c) Stabismus : tidak
d) Penglihatan : tidak
e) Peradangan : tidak
f) Katarak : tidak
g) Penggunaan kacamata : tidak
h) Keluhan : tidak
i) Jika ya , jelaskan :
2) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris
a) Peradangan : tidak
b) Penciuman : idak
c) Keluhan : tidak
d) Jika ya , jelaskan :
3) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik
a) Mukosa : lembab
b) Peradangan : tidak
c) Gigi : tidak , tidak
d) Radang gusi : tidak
e) Kesulitan mengunyah : ya
f) Keluhan lain : ya
g) Jika ya , jelaskan : kesulitan dalam mengunyah dan menelan
disebabkan pelo
Telinga
a) Kebersihan : bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran : terganggu
d) Jika ya , jelaskan :
pendengaran sudah mulai berkurang. Bisa mendengar dengan
suara besar.
4) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : tidak
a) JVD(Jugularis Vena Distensi) : tidak
b) Kaku kuduk : tidak
c) Keluhan : tidak
d) Jika ya , jelaskan :
5) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/ barrel chest/ pigeon
chest
a) Payudara : ya/tidak
b) Retraksi dinding dada : ya/tidak
c) Suara nafas : vesikuler/tidak
d) Wheezing : ya/tidak
e) Ronchi : ya/tidak
f) Suara jantung tambahan : ada/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan :
6) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
a) Nyeri takan : ya/tidak
b) Kembung : ya/tidak
c) Supel : ya/tidak
d) Bising Usus : ada/tidak , frekuensi : 12x/menit
e) Massa : ya/tidak, regio
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya , jelaskan :
7) Genetalia
a) Kebersihan : baik/tidak
a) Frekuensi BAK : 5x/hari
b) Frekuensi BAB : 1x/hari sekali
c) Haemoroid : ya/tidak
d) Hernia : ya/tidak
e) Keluhan : ya/tidak
f) Jika ya , jelaskan
8) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 5555 5555
0 = Lumpuh 5555 5555
1 = Ada Kontraksi
2 = Melawan gravitasi dengan sokongan
3 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
4 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
Score =
3
Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam) :
Orientasi.
Registrasi.
Perhatian.
Kalkulasi.
Mengingat kembali.
Bahasa.
NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar :
(Sekarang) Tahun 2021
MusimHujan
Tanggal 5
Hari selasa
Bulan maret
Orientasi 5 4 Dimana kita sekarang berada ?
(Sekarang Negara indonesia
ada dimana) Propinsi palembang
Kota prabumulih
Ruangan Rumah Saya
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
benda.Masing-masing benda
mendapatkan nilai 1.
Kursi
Meja
Kertas
Kemudian tanyakan kepada
klien ketiga tadi. (Untuk
disebutkan)
Total :22
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat
Morse Fall Scale
No Pengkajian Skala Nilai Ket
1 Riwayat Jatuh apakah lansia pernah jatuh Tidak 0
25
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2 Diagnosa Sekunder : apakah lansia memiliki Tidak 0 Asam
Lebih dari satu penyakit ? 0
Ya 25 urat
3 Alat Bantu Jalan : 30
Bedrest/dibantu perawat 0
Kruk/tongkat/walker 15
Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi, ya 30
lemari, meja)
4 Terapi Intravena : apakah saat ini lansia Tidak 0
0
Terpasang infuse ? Ya 20
5 Gaya berjalan/cara berpindah :
Normal/Bedrest/Immobile (tidak dapat bergerak 0
20
sendiri)
Lemah (tidak bertenaga) 10
Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) ya 20
6 Status mental
0 0
Lansia menyadari kondisi dirinya
Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 70
Keterangan :
Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan
Tidak Resiko 0 – 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 – 30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar.
Resiko Tinggi >30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh resiko
tinggi.
B. Data Fokus
mengatakan tekanan
darah
nyeri di kepala
seperti ditusuk
tusuk.
• Klien
mengatakan
sering pusing,
pegal di leher
dan pundak.
• Pandanganya
kadang kabur
DO :
• Klien tampak
meringis
• Ttv TD:150/90
mmHg
• N:100 x/mnt
• RR:22 x/mnt
• Skala nyeri 7
(0-10)
• CRT > 3 detik
• Akral dingin
2 DS : IntoleransiAktivitas Kelemahan
• Merasa lelah fisik
• Klien
mengatakan
nyeri pada kaki
dan persendian
DO :
• Dibantu dalam
melakukan
aktivitas (ke
kamar
mandi,ganti
pakaian &
makan)
• Bartel Indeks 110
(ketergantungan
sebagian
3 DS :
• Klien Gangguan memori Proses
mengatakan lupa Penuaan
tanggal hari ini
• Klien
mengatakan lupa
alamat
rumahnya
DO :
• Nilai MMSE : 22
(gangguan
kognitif sedang)
• Saat pengkajian
perhatian dan
kalkulasi
diperoleh nilai 2
• Saat pengkajian
klien tidak dapat
mengulang kata
dan menulis
kalimat yang
diperintahkan
1.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tgl No Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasionalisasi Par
Keperawatan Kriteria Hasil Tindakan &
Nam
Jel
01 1. Nyeri b/d Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Mengetahui Enda
April peningkatan tindakan karakteristrik jenis dan
2021 tekanan keperawatan nyeri secara beratnya nyeri
Vaskuler selama 1x24 jam, komprehensif 2. Mengetahui
Cerebral diharapkan nyeri 2. Observasi TTV perubahan
ditandai tidak terjadi 3. Berikan posisi status Kes
dengan : dengan Kriteria : yg nyaman 3. Pemberian
4. Beri tindakan posisi yg sesuai
DS : 1.Nyeri berkurang
nonfarmakologis dapat
dengan skala 1
Klien PMR mengurangi
(0-10)
mengatakan 5. Kolaborasi tekanan dan
2.Tidak pusing
nyeri di kepala dengan dokter menghilangkan
3.Penglihatan
dalam nyeri
seperti ditusuk Normal
pemberian 4. Meningkatkan
tusuk. 4.TD dalam batas
terapi obat relaksasi atau
Klien normal ( 130/90
analgtik rasa nyaman.
mengatakan mmHg – 140/95
5. Dapat
sering pusing, mmHg
mengontrol,
pegal di leher
mengatasi nyeri
dan pundak.
Pandanganya
kadang kabur
DO :
1.Klien tampak
meringis
2.Ttv TD:150/90
mmHg
N:100 x/mnt
RR:22 x/mnt
3.Skala nyeri 7
(0-10)
4.CRT > 3 detik
5.Akral dingin
1.Nilai MMSE :
22 (gangguan
kognitif
sedang)
2.Saat
pengkajian
perhatian dan
kalkulasi
diperoleh nilai 2
3.Saat
pengkajian
klien tidak
dapat
mengulang
kata dan
menulis kalimat
yang
diperintahkan