Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny “ A”


DENGAN DIAGNOSA MEDIS GOUT ATRITIS

Disusun oleh :

ERNITA SARI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2021
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Teori Menua
1. Pengertian
Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup
yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus,
toodler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini
dimulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013).

Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang


kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa
umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu
penyakit, tetpai merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
berakhir dengan kematian (Padila, 2013). 9 Menua atau menjadi tua
adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda,
baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin buruk, gerakan semakin
lambat, dan figure tubuh yang tidak proposional (Nugroho, W. 2012).
2. Klafikasi Menua
Klasifikasi lanjut usia (Nugroho, W. 2012)
a. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang dikatakan lanjut usia
tersebut dibagi kedalam tiga kategori yaitu :
1) Usia lanjut (elderly) : 60-74 tahun
2) Usia tua (old) : 75-89 tahun
3) Usia sangat lanjut (very old) : > 90 tahun
b. Menurut Dep. Kes. RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia
membaginya lanjut usia menjadi sebagai berikut :
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), keadaan ini
dikatakan sebagai masa virilitas.
2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium.
3) Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan
sebagai masa senium.
c. Maryam (2008) mengklasifikasikan lansia antara lain :
1) Pralansia (praselinis) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2) Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih 10
3) Lansia Risiko Tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih /
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
(Depkes RI, 2013)
4) Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa (Depkes
RI, 2013)
5) Lansia Tidak Potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,
2013).

B. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan


Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
biologi, teori psikososial, teori lingkungan (Aspiani, 2014).
a. Teori Biologi Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi
bahwa proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi tubuh selama masa hidup. Teori ini lebih menekankan pada
perubahan kondisi tingkat structural sel/ organ tubuh, termasuk
didalamnya adalah pengaruh agen patologis. Fokus dari teori ini adalah
mencari determinan-determinan yang menghambat proses penurunan
fungsi organisme. Yang dalam konteks sistemik, dapat mempengaruhi/
memberi dampak terhadap organ/ sistem tubuh lainnya dan berkembang
sesuai dengan peningkatan usia kronologis.
1) Teori “Genetik Clock”
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya
program jam genetik didalam nuclei. Jam ini akan berputar dalam
jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka
akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Radiasi dan zat kimia
dapat memperpendek umur menurut teori ini terjadi mutasi progresif
pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan fungsional sel tersebut.
2) Teori error
Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh menumpuknya
berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat
kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat
mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan. Sejalan
dengan perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa
perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang merupakan
substansi pembangun atau pembentuk sel baru. Peningkatan usia
mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel Nukleus menjadi lebih
besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA.
3) Teori Autoimun
Pada teori ini penuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan
fungsi sistem imun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada
Limposit –T, disamping perubahan juga terjadi pada Limposit –B.
perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem immune humoral,
yang dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk :
(a) menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor dan
perkembanga kanker.
(b) menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan
secara agresif memobilisasi pertahanan tubuh terhadap pathogen.
(c) meningkatkan produksi autoantingen, yang berdampak pada
semakin meningkatnya risiko terjadinya penyakit yang
berhubungan dengan autoimmun.
4) Teori Free Radical Teori radikal bebas
Mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat kurang efektifnya
fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal
bebas dalam tubuh. Radikal bebas merupakan zat yang terbentuk
dalam tubuh manusia sehingga salah satu hasil kerja metabolisme
tubuh. Walaupun secara normal ia terbentuk dari proses metabolisme
tubuh, tetapi ia dapat tebentuk akibat :
(1) proses oksigenasi lingkungan seperti pengaruh polutan, 12 ozon,
dan petisida.
(2) reaksi akibat paparan dengan radiasi.
(3) sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas lainnya.
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas
dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida
(O2), radikal hidroksil,dan H2O2. Radikal bebas sangat merusak
karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA,
protein, dan asam lemak tak jenuh. Makin tua umur makin banyak
terbentuk radikal bebas sehingga proses pengerusakan harus terjadi,
kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
5) Teori Kolagen Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh
rusak.
6) Wear Teori Biologi
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan
kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
b. Teori Psikososial
1) Activity Theory (Teori Aktivitas)
Teori ini menyatakan bahwa seseorang individu harus mampu eksis dan
aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam
kehidupan di hari tua. Aktivitas dalam teori ini dipandang sebagai
sesuatu yang vital untuk mempertahankan rasa kepuasan pribadi dan
kosie diri yang positif. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa :
(1) aktif lebih baik daripada pasif.
(2) gembira lebih baik daripada tidak gembira.
(3) orang tua merupakan orang yang baik untuk mencapai sukses dan
akan memilih alternatif pilihan aktif dan bergembira. Penuaan
mengakibatkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
2) Continuitas Theory (Teori Kontinuitas) teori ini memandang bahwa
kondisi tua merupakan kondisi yang selalu terjadi dan secara
berkesinambungan yang harus dihadapi oleh orang lanjut usia. 13
Adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu
pola perilaku yang meningkatkan stress.
3) Disanggement Theory Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti
dengan masyarakat , hubungan dengan individu lain.
4) Teori Stratisfikasi Usia Karena orang yang digolongkan dalam usia tua
akan mempercepat proses penuaan.
5) Teori Kebutuhan Manusia Orang yang bisa mencapai aktualisasi
menurut penelitian 5% dan tidak semua orang mencapai kebutuhan
yang sempurna.
6) Jung Theory Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
7) Course of Human Life Theory Seseorang dalam hubungan dengan
lingkungan ada tingkat maksimumnya.
8) Development Task Theory Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas
perkembangan sesuai dengan usianya.
c. Teori Lingkungan
1) Radiation Theory (Teori Radiasi)
Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik karena sinar
ultraviolet maupun dalam bentuk gelombang-gelombang mikro yang
telah menumbuk 14 tubuh tanpa terasa yang dapat mengakibatkan
perubahan susunan DNA dalam sel hidup atau bahkan rusak dan mati.
2) Stress Theory (Teori Stress)
Stress fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan pengeluaran
neurotransmitter tertentu yang dapat mengakibatkan perfusi jaringan
menurun sehingga jaringan mengalami gangguan metabolisme sel
sehingga terjadi penurunan jumlah cairan dalam sel dan penurunan
eksisitas membrane sel.
3) Pollution Theory (Teori Polusi)
Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan tubuh mengalami
gangguan pada sistem psikoneuroimunologi yang seterusnya
mempercepat terjadinya proses menua dengan perjalanan yang masih
rumit untuk dipelajari.
4) Exposure Theory (Teori Pemaparan)
Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan mirip dengan
sinar ultra yang lain mampu mempengaruhi susunan DNA sehingga
proses penuaan atau kematian sel bisa terjadi.

C. Definisi Penyakit

Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling
sering ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium
Urat di dalam ataupun di sekitar persendian. Monosodium Urat ini berasal
dari metabolisme Purin. Hal penting yang mempengaruhi penumpukan
Kristal Urat adalah Hiperurisemia dan supersaturasi jaringan tubuh terhadap
Asam Urat. Apabila kadar Asam Urat di dalam darah terus meningkat dan
melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit Gout Arthritis ini
akan memiliki manifestasi berupa penumpukan Kristal Monosodium Urat
secara Mikroskopis maupun Makroskopis berupa Tofi (Zahara, 2013).
Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar
Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah
melebihi batas normal yang menyebabkan penumpukan Asam Urat di
dalam persendian dan organ lainnya (Susanto, 2013).

Jadi, dari definisi di atas maka Gout Arthritis merupakan penyakit inflamasi
sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar Asam Urat dalam darah, yang
ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam ataupun di
sekitar persendian berupa Tofi.

D. Etiologi

Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh faktor
primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui
(Idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan
faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan peningkatan produksi Asam Urat atau bisa juga disebabkan
oleh kurangnya pengeluaran Asam Urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi
peningkatan produksi Asam Urat, terganggunya proses pembuangan Asam
Urat dan kombinasi kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang
Gout Artritis adalah pria, sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru
muncul setelah Menopause. Gout Artritis lebih umum terjadi pada laki-laki,
terutama yang berusia 40-50 tahun (Susanto, 2013).

Menurut Fitiana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi Gout


Arthritis adalah :
1) Usia

Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai
dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita
serangan Gout Arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki,
biasanya terjadi pada saat Menopause. Karena wanita memiliki hormon
estrogen, hormon inilah yang dapat membantu proses pengeluaran Asam
Urat melalui urin sehingga Asam Urat didalam darah dapat terkontrol.
2) Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada wanita,
sebab wanita memiliki hormon ektrogen.
3) Konsumsi Purin yang berlebih
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Urat di
dalam darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi
Purin.
4) Konsumsi alkohol
5) Obat-obatan
Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis rendah
(kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta Antihipertensi.

E. Tanda Dan Gejala

Terdapat empat stadium perjalanan klinis Gout Arthritis yang tidak diobati
(Nurarif, 2015) diantaranya:
1) Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada stadium ini
Asam Urat serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan
Asam Urat serum.

2) Stadium kedua Gout Arthritis Akut terjadi awitan mendadak


pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari
kaki dan sendi Metatarsofalangeal.
3) Stadium ketiga setelah serangan Gout Arthritis Akut adalah tahap
Interkritikal.
Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan
Gout Arthritis berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak
diobati.
4) Stadium keempat adalah tahap Gout Arthritis Kronis, dengan timbunan
Asam Urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan
tidak dimulai. Peradangan Kronis akibat Kristal-kristal Asam Urat
mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku juga pembesaran dan penonjolan
sendi.

F. Klafisikasi / Derajat
1. Gout Atritis akut

Gout Arthritis banyak ditemukan pada laki-laki setelah usia 30 tahun,


sedangkan pada perempuan terjadi setelah Menopaus. Hal ini disebabkan
kadar Usam Urat laki-laki akan meningkat setelah pubertas, sedangkan
pada perempuan terdapat hormon estrogen yang berkurang setelah
Menopaus (Asikin, 2016).

Gout Arthritis Akut biasanya bersifat Monoartikular dan ditemukan pada


sendi MTP ibu jari kaki, pergelangan kaki dan jari tangan. Nyeri sendi
hebat yang terjadi mendadak merupakan ciri khas yang ditemukan pada
Gout Arthritis Akut. Biasanya, sendi yang terkena tampak merah, licin,
dan bengkak. Klien juga menderita demam dan jumlah sel darah putih
meningkat. Serangan Akut dapat diakibatkan oleh tindakan pembedahan,
trauma lokal, obat, alkohol dan stres emosional serangan Gout Arthritis
Akut biasanya dapat sembuh sendiri. Sebagian besar gejala serangan Akut
akan berulang setelah 10-14 hari walaupun tanpa pengobatan (Asikin,
2016).

Perkembangan serangan Gout Arthritis Akut biasanya merupakan


kelanjutan dari suatu rangkaian kejadian. Pertama, biasanya terdapat
Supersaturasi Urat dalam plasma dan cairan tubuh. Hal ini diikuti dengan
pengendapan Kristal Asam Urat. Serangan Gout Artritis yang berulang
juga dapat merupakan kelanjutan trauma lokal atau ruptur Tofi (endapan
natrium urat). Kristalisasi dan endapan Asam Urat merangsang serangan
Gout Arthritis. Kristal Asam Urat ini merangsang respon fagositosis oleh
leukosit dan saat leukosit memakan Kristal Urat tersebut, makarespon
mekanisme peradangan lain akan terangsang.

2. Gout Atritis kronis


Serangan Gout Arthritis Akut yang berulang dapat menyebabkan Gout

Arthritis Kronis yang bersifat Poliartikular. Erosi sendi akibat Gout

Arthitis Kronis menyebabkan nyeri kronis, kaku dan Deformitas. Akibat

adanya Kristal Urat, maka terjadi peradangan Kronis. Sendi yang

membengkak akibat Gout Arthritis Kronis seringkali membesar dan

membentuk Nodular. Serangan Gout Arthritis Akut dapat terjadi secara

simultan disertai dengan gejala Gout Arthritis Kronis. Pada Gout Arthritis

Kronis sering kali ditemukan Tofi. Tofi merupakan kumpulan Kristal Urat

pada jaringan lunak. Tofi dapat ditemukan di bursa olecranon, tendon

achilles, permukaan ekstensor dari lengan bawah, bursa infrapatella dan

helix telinga (Asikin, 2016).


G. Pathway

Sumber : (Nurarif, 2015).


H. Penatalaksanaan Secara Medis

Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadi

penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan

dalam terapi penyakit ini :

1) Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.

2) Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat

pada jaringan, terutama persendian.

3) Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.

Terapi Non Farmakologi

Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan Gout

Arthritis, seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat,

modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan.

Terapi Farmakologi

Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan

penanganan serangan kronis.

1. Serangan Akut

Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya


Indometasin 200 mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan
terapi lini pertama dalam menangani serangan Gout Arthritis Akut,
asalkan tidak ada kontra indikasi terhadap NSAID. Aspirin harus
dihindari karena eksresi Aspirin berkompetisi dengan Asam Urat dan
dapat memperparah serangan Gout Arthritis Akut. Keputusan memilih
NSAID atau Kolkisin tergantung pada keadaan klien, misalnya adanya
penyakit penyerta lain atau Komorbid, obat lain juga diberikan klien
pada saat yang sama dan fungsi ginjal.

Obat yang menurunkan kadar Asam Urat serum (Allopurinol dan obat
Urikosurik seperti Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan
pada serangan Akut (Nurarif, 2015).

Obat yang diberikan pada serangan Akut antara lain:


a.NSAID, NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien
yang mengalami serangan Gout Arthritis Akut. Hal terpenting yang
menentukan keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih
melainkan pada seberapa cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID
harus diberikan dengan dosis sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam
pertama atau sampai rasa nyeri hilang. Indometasin banyak diresepkan
untuk serangan Akut Gout Arthritis, dengan dosis awal 75-100 mg/hari.
Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari bersamaan dengan
meredanya gejala serangan Akut. Efek samping Indometasin antara lain
pusing dan gangguan saluran cerna, efek ini akan sembuh pada saat
dosis obat diturunkan. NSAID lain yang umum digunakan untuk
mengatasi Gout Arthritis Akut adalah :
 Naproxen – awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari.
 Piroxicam – awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari.
 Diclofenac – awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48
jam. Kemudian 50 mg dua kali/ hari selama 8 hari.

b. COX-2 Inhibitor: Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 Inhibitor


yang dilisensikan untuk mengatasi serangan Gout Arthritis Akut.
Obat ini efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat terutama untuk klien
yang tidak tahan terhadap efek Gastrointestinal NSAID Non-Selektif.
COX-2 Inhibitor mempunyai resiko efek samping Gastrointesinal
bagian atas yang lebih rendah dibanding NSAID non selektif.
c. Colchicine, Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk
serangan Gout Arthritis Akut. Namun dibanding NSAID kurang
populer karena awal kerjanya (onset) lebih lambat dan efek samping
lebih sering dijumpai.
d. Steroid, strategi alternatif selain NSAID dan Kolkisin adalah pemberian
Steroid Intra-Articular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan
cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena namun, harus
dipertimbangkan dengan cermat diferensial diagnosis antara Gout
Arthritis Sepsis dan Gout Arthritis Akut karena pemberian Steroid
Intra-Articular akan memperburuk infeksi.

2. Serangan Kronis

Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan faktor penting untuk


mencegah terjadinya serangan Gout Arthritis Akut, Gout Tophaceous
Kronis, keterlibatan ginjal dan pembentukan batu Asam Urat. Kapan
mulai diberikan obat penurun kadar Asam Urat masih kontroversi.
Penggunaan Allopurinol, Urikourik dan Feboxostat (sedang dalam
pengembangan) untuk terapi Gout Arthritis Kronis akan dijelaskan
berikut ini:
a. Allopurinol; Obat Hipourisemik, pilihan untuk Gout Arthritis Kronis
adalah Allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga
melindungi fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi Asam
Urat dengan cara menghambat Enzim Xantin Oksidase. Dosis pada
klien dengan fungsi ginjal normal dosis awal

Allopurinol tidak boleh melebihi 300 mg/24 jam. Respon terhadap


Allopurinol dapat terlihat sebagai penurunan kadar Asam Urat dalam
serum pada 2 hari setelah terapi dimulai dan maksimum setelah 7-10
hari. Kadar Asam Urat dalam serum harus dicek setelah 2-3 minggu
penggunaan Allopurinol untuk meyakinkan turunnya kadar Asam
Urat.
b. Obat Urikosurik; kebanyakan klien dengan Hiperurisemia yang
sedikit mengekskresikan Asam Urat dapat diterapi dengan obat
Urikosurik. Urikosurik seperti Probenesid (500mg-1 g 2x/hari) dan
Sulfinpirazon (100mg 3-4 kali/hari) merupakan alternative
Allopurinol. Urikosurik harus dihindari pada klien Nefropati Urat
yang memproduksi Asam Urat berlebihan. Obat ini tidak efektif
pada klien dengan fungsi ginjal yang buruk (Klirens Kreatinin <20-
30 ml/menit). Sekitar 5% klien yang menggunakan Probenesid
jangka lama mengalami mual, nyeri ulu hati, kembung atau
konstipasi (Nurarif, 2015).

I. Penatalaksanaan Terapi Komplemeter


1. Terapi akupuntur untuk mengurangi nyer
2. Terapi rebusan daun sirsak
3. Terapi kompres jahe untuk mengurangi nyeri
4. Senam yoga

J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg %
normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.
2. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa yaitu
cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
3. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ureua dan kratinin kadar ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl
kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl
BAB II
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI

A. Pemeriksaan Fisik
1. Infeksi
a. Deformitas
b. Eritema
2. Palpasi
a. Pembengkakan karena cairan dan peradangan
b. Perubahan suhu kulit
c. Perubahan anatomi tulang
d. Nyeri tekan
e. Krepitus
f. perubahan range of motion

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung

rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi

dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati

daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat

bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah

terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan

anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan

bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut aktif,

pasif atau abnormal.


B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti

tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan

keperawatan. Dengan demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan

berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan

memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan, baik yang nyata

(aktual) maupun yang mungkin terjadi (potensial) (Iqbal dkk, 2011).

Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout
Arthritis yang telah disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian
3. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
5. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan (peradangan
kronik akibat adanya kristal urat )
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian


dengan agen cedera keperawatan diharapkan nyeri nyeri secara
biologis komprehensif termasuk
hilang atau terkontrol dengan
lokasi, karakteristik,
kriteria hasil :
durasi, frekuensi dan
1. Melaporkan Bahwa Nyeri kualitas nyeri.
Berkurang Dengan 2. Pantau kadar asam
Mengguna Kan Manajemen urat.
Nyeri. 3. Observasi reaksi
2. Mampu Mengenali Nyeri nonverbal dari
(Skala, Intensitas, Frekuensi ketidaknyamanan.
Dan Tanda Nyeri). 4. Ajarkan teknik non
3. Menyatakan Rasa Nyaman farmakologi rileksasi
Setelah Nyeri Berkurang. napas dalam.
5. Posisikan klien agar
merasa nyaman,
misalnya sendi yang
nyeri diistarahatkan
dan diberikan
bantalan.
6. Kaloborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
yang tidak berhasil.

2 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor vital sign sebelum
berhubungan dengan nyeri keperawatan diharapkan klien dan sesudah latihan
persendian mampu melakukan rentan gerak 2. Kaji tingkat mobilisasi klien
aktif dan ambulasi secara perlahan 3. Bantu klien untuk
dengan kriteria hasil : melakukan rentan gerak
1. Klien meningkat dalam aktivitas aktif maupun gerak pasief
fisik pada sendi
2. Mengerti tujuan dari 4. Lakukan ambulasi dengan
peningkatan mobilisasi alat bantu ( misalnya
3. Memperagaan penggunaan alat tongkat, kursi roda, walker
bantu dan kruk)
5. Latih klien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLS secara mandiri sesuai
kemampuan
6. Motivasi klien untuk
meningktkan kembali
aktivitas yang normal, jika
bengkak dan nyeri telah
berkurang.

3 Hipertemia berhubungan 1. Monitor suhu sesering


Setelah dilakukan asuhan
dengan proses penyakit mungkin.
keperawatan diharapkan suhu 2. Monitor warna dan
tubuh klien dalam batas normal suhu kulit.
dengan kriteria hasil : 3. Monitor tekanan
darah, nadi dan
1. Suhu tubuh dalam rentan pernapasan.
normal. 4. Monitor intake dan
2. Nadi dan pernapasan dalam output.
rentan normal. 5. Tingkatkan intake
3. Tidak ada perubahan warna cairan dan nutrisi.
kulit dan tidak ada pusing. 6. Selimuti klien.
7. Tingkatkan sirkulasi
udara.
8. Kompres klien pada
lipat paha dan aksila.
9. Berikan Antipiretik.
10. Kaloborasi
pemberian cairan
Intravena.

4 Gangguan rasa nyaman Selah dilakukan asuhan 1. Identifikasi tingkat


berhubungan dengan gejala keperawatan diharapkan status kecemasan
terkait penyakit kenyamanan meningkat dengan 2. Gunakan pendekatan yang
kriteria hasil: menenangkan
1. Mampu mengontrol kecemasan 3. Temani klien untuk
2. Status lingkungan yang nyaman memberikan kenyamanan
3. Dapat mengontrol nyeri dan mengurangi rasa takut
4. Kualitas tidur dan istirahat 4. Dengarkan dengan penuh
adekuat perhatian
5. Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan dan presepsi
6. Kolaborasi pemberian obat
untuk mengurangi
kecemasan

5 Gangguan integritas Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan klien untuk


jaringan berhubungan keperawatan diharapkan menggunakan alas kaki
dengan kelebihan cairan ketebalan dan tekstur jaringan yang longgar.
(peradangan kronik akibat normal dengan kriteria hasil : 2. Jaga kebersihan kulit
adanya kristal urat) agar tetap bersih dan
1. Tidak ada tanda- tanda kering.
infeksi. 3. Monitor aktivitas dan
2. Menunjukan pemahaman mobilisasi klien.
dalam proses perbaikan 4. Monitor kulit akan
kulit dan mencegah adanya kemerahan.
terjadinya cidera berulang. 5. Monitor status nutrisi
klien

6 Gangguan pola tidur 1. Berikan posisi yang


berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan mengurangi tekanan
nyeri pada persendian keperawatan diharapkan pada nyeri
jumlah jam tidur klien dalam 2. Ajarkan klien tentang
batas normal dengan kriteria luka dan perawatan
hasil : luka.
3. Monitor dan catat
1. Jumlah jam tidur dalam kebutuhan tidur klien
batas normal 6-8 jam/hari. setiap hari dan jam.
2. Pola tidur dan kualitas tidur 4. Determinasi efek-efek
dalam batas normal. medikasi terhadap pola
3. Perasaan segar setelah tidur.
tidur dan istirahat. 5. Jelaskan pentingnya
4. Mampu tidur yang adekuat.
mengidentifikasi hal- hal 6. Fasilitasi untuk
yang tekhnik meningkatkan mempertahankan
tidur aktivitas sebelum
tidur (membaca).
7. Ciptakan lingkungan
yang nyaman.
8. Diskusikan tidur klien

D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan asam
urat adalah :
1. Klien dapat mengatasi nyeri akut yang terjadi
2. Hambatan mobilitas fisik pada klien dapat teratasi
3. Tidak terjadi hipertemi pada klien
4. Klien mendapatkan rasa nyaman
5. Tidak terjdi kerusakan integritas kulit pada pasien
6. Pola tidur pasien teratasi dan tidak ada gangguan pada pola tidur pasien
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

A. Pengkajian

Nama Mahasiswa : Ernita sari


NIM : 2050
Tanggal Pengkajian : 14 April2021
Ruangan :
Diagnosa Medis :Stroke

I. Identitas
A. Nama : Ny.”A”
B. Umur :61 tahun
C. Alamat : Jl Kapten abdullah kel. Prabujaya PBM Timur
D. Pendidikan : S1
E. Tanggal masuk panti:-
F. Jenis Kelamin : Perempuan
G. Suku : Prabumulih
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Menikah

II. Status kesehatan saat ini

Klien mengatakan nyeri lutut dikarnakan asam urat yang tinggi, sehingga
pasien sulit untuk berjalan. Dan pada saat dari duduk ke berdiri pasien
merasakan nyeri sekali. Aktifitas pasien juga terganggu karena nyeri lutut
dan gangguan mobilisasi. Pasien juga mengatakan tidurnya terganggu pada
malam hari karena nyeri sendi yang dia rasakan.

III. Riwayat kesehatan masa lalu


Klien pernah mengalami sakit gout atritis sebelumnya dan pernah sembuh.

IV. Riwayat kesehatan keluarga


Klien tidak mempunyai riwayat sakit keturunan
Genogram :

Ny A

Keterangan :

: Laki - laki : Meninggal

: Perempuan : tinggal 1 rumah

: Lansia Tn. T

Ny”A ” adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara, Ny “ A” sudah menikah dan


tinggal berdua dengan suaminya.

V. Pengkajian persistem
a.Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran :compos mentis
2) GCS : 15 (lima belas)
3) TTV : 140/90 mmhg
4) BB/TB :55 KG/160 CM
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia :Tegap
• Keluhan : klien mengatakan nyeri sendi terutama pada lututnya.
Pasien mengatakan lagi pengobatan minum obat asam urat dikarnakan
hasil asam urat tinggi. karena nyeri lutut yang dirasakan sehingga
aktivitas klien terganggu karena kesulitan mobilisasi. Pasien juga
mengalami gangguan tidur dikarnakan nyeri yang dia rasakan.

b. Indeks Massa Tubuh

1) BMI : BB(kg) = 55 = 17,18 (Normal)


(TB(m) x TB(m)) 1,6 x 1,6

c.Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : bersih
a) Kerontokan rambut: tidak
b) Keluhan : tidak
c) Jika ya, jelaskan
: ..............................................................................................
.......................................................................................................
......

1) Mata
a) Konjungtiva : tidak
b) Sklera : tidak
c) Stabismus : tidak
d) Penglihatan : kabur
e) Peradangan : tidak
f) Katarak : tidak
g) Penggunaan kacamata : ya
h) Keluhan : tidak
i) Jika ya , jelaskan :
Klien mengatakan penglihatannya kabur dan memakai kaca
mata dikarnakan mata klien min 5 dari pemeriksaan dokter
mata.

2) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris
a) Peradangan : tidak
b) Penciuman : idak
c) Keluhan : tidak
d) Jika ya , jelaskan :

3) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik
a) Mukosa : lembab
b) Peradangan : tidak
c) Gigi : ada , tidak
d) Radang gusi : tidak
e) Kesulitan mengunyah : tidak
f) Keluhan lain : tidak ada
g) Jika ya , jelaskan :
h)
Telinga
a) Kebersihan : bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran : tidak
d) Jika ya , jelaskan : .

4) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : tidak
a) JVD(Jugularis Vena Distensi) : tidak
b) Kaku kuduk : tidak
c) Keluhan : tidak
d) Jika ya , jelaskan :

5) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/ barrel chest/ pigeon
chest
b) Payudara : ya/tidak
a) Retraksi dinding dada : ya/tidak
c) Suara nafas : vesikuler/tidak
d) Wheezing : ya/tidak
e) Ronchi : ya/tidak
f) Suara jantung tambahan : ada/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan :

6) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
a) Nyeri takan : ya/tidak
b) Kembung : ya/tidak
c) Supel : ya/tidak
d) Bising Usus : ada/tidak , frekuensi : 12x/menit
e) Massa : ya/tidak, regio
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya , jelaskan :

7) Genetalia
a) Kebersihan : baik/tidak
a) Frekuensi BAK : 5x/hari
b) Frekuensi BAB : 1x/hari sekali
c) Haemoroid : ya/tidak
d) Hernia : ya/tidak
e) Keluhan : ya/tidak
f) Jika ya , jelaskan
8) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 5555 5555
0 = Lumpuh 4444 4444
1 = Ada Kontraksi
2 = Melawan gravitasi dengan sokongan
3 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
4 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh

a) Rentang gerak : maksimal/terbatas


b) Deformitas : ya/tidak
c) Tremor : ya/tidak
d) Edema : ya/tidak , pitting edema/tidak
e) Penggunaan alat bantu :ya/tidak
f) Nyeri persendian : ya/tidak
g) Paralysis : ya/tidak
h) CRT : > 3 detik
i) Keluhan : ya/tidak
j) Jika ya , jelaskan : klien mengatakan nyeri pada sendi. klien
mengeluh susah melakukan mobilisasi karena nyeri pada
sendi.

9) Integumen
a) Kebersihan : baik/tidak
a) Warna : pucat/tidak
b) Kelembapan : kering/lembab
c) Lesi/Luka : ya/tidak
d) Perubahan tekstur : ya/tidak
e) Gangguan pada kulit : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya , jelaskan :
10) Pemeriksaan penunjang ( jika dilakukan )
a) GDS : 120 mg/dl
b) Asam Urat : 9,2 mg/dl
c) Kolestrol : 198

II. Pola aktifitas sehari – hari


Klien mengatkan keseharian sebelum sakit pensiunan guru

III. Pengkajian psikososial dan spiritual


a.Psikososial ( kemampuan sosialisasi klien saat ini, sikap klien terhadap
orang lain, harapan klien dalam berhubungan dan kepuasan klien dalam
membina hubungan )
PENGKAJIAN PSIKOSOIAL
Hubungan dengan orang lain dalam Rumah :
(1) Tidak dikenal
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kerjasama
Hubungan dengan orang lain diluar Rumah :
(1) Tidak dikenal
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kejasama
Kebiasaan lansia berinteraksi ke orang lainnya dalam rumah
(1) Selalu
(2) Sering
(3) Jarang
(4) Tidak pernah
Stabilitas emosi
(1) Labil
(2) Stabil
(3) Iritabel
(4) Datar
Jelaskan :
Motivasi penghuni rumah
(1) Kemampuan sendiri
(2) Terpaksa
Frekwensi kunjungan keluarga
(1) 1 kali/bulan
(2) 2 kali/bulan
(3) Tidak pernah

b. Identifikasi masalah emosional meliputi pertanyaan :


Pertanyaan tahap satu :
 Apakah klien mengalami sulit tidur ?ya
 Apakah klien sering gelisah ?ya
 Apakah klien sering murung dan menangis sendiri ?Tidak
 Apakah klien sering was-was atau khawatir ?ya
( lanjut kepertanyaan tahap dua apabila klien menjawab “ya” satu atau
lebih dari satu )

Pertanyaan tahap dua


 Keluhan lebih dari tiga bulan atau lebih dari satu kali dalam
sebulan ?Tidak
 Ada banyak masalah atu fikiran ?Tidak
 Ada masalah dengan keluarga ?Tidak
 Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter ?Tidak
 Cendrung mengurung diri ?Tidak
Bila lebih atau sama dengan satu jawaban “ya”

MASALAH EMOSIONAL POSITIF


c.Spiritual
Agama, kegiatan keagamaan, konsep dan keyakinan klien tentang
kematian dan harapan klien terhadap kehidupan spiritualnya.
Agama islam ,Klien mengatakan terkadang melakukan ibadah 5 waktu
dan klien mengatakan percaya kematian pasti ada, klien mengatakan
agar menjadi mmanusia yang sabar dalam menghadapi cobaan. Klien
mengatakan tidak mengikuti lagi pengajian dikarnakan kakinya sakit.

IV. Pengkajian status fungsional klien


 KATZ Indeks :
Termasuk katagori yang manakah klien
Mandiri.
Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari
orang lain Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap
tidak melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.

Modifikasi dari Barthel Indeks


Termasuk yang manakah klien ? (lingkari)
NO. KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi 2x/hari
Jumlah 1 porsi
Jenis normal
2 Minum 5 10 Frekuensi tidak
menentu
Jumlah 500-700 ml
Jenis mineral
3 Berpindah dari kursi 5 – 10 15
roda ke tempat tidur,
sebaliknya
4 Personal toilet (cuci 0 5 Frekuensi tidak
muka, menyisir menentu
rambut, gosok gigi )
5 Keluar masuk toilet 5 10
( mencuci pakaian,
menyeka tubuh dan
menyiram )
6 Mandi 5 15 Frekuensi 2x/hari
7 Jalan di permukaan 0 5
datar
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi :tidak
tentu
Konsistensi
:setengah padat
setengah cair
11 Kontrol bladder 5 10 Frekuensi : 2-
(BAK) 3/hari
Warna : kuning
keruh
12 Olah raga / latihan 5 10 Frekuensi :tidak
ada
Jenis :-
13 Rekreasi / 5 10 Jenis :beristirahat
pemanfaatan waktu dirumah
luang
Skor + 120
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 - 129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total Care

IX. Pengkajian Status Mentas Gerontik


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Shorf
Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


√ 01 Tanggal berapa hari ini ? sebelas
√ 02 Hari apa sekarang ini ? minggu
√ 03 Apa nama tempat ini ? benar
√ 04 Dimana alamat anda ?benar
√ 05 Berapa umur anda ?benar
√ 06 Kapan anda lahir ? tahun 1960
√ 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
bapak jokowi
√ 08 Siapa Presiden Indonesia
sebelumnya ?benar
√ 09 Siapa nama Ibu anda ? benar
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara
menurun

Score =
0

Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam) :
 Orientasi.
 Registrasi.
 Perhatian.
 Kalkulasi.
 Mengingat kembali.
 Bahasa.
NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
(Sekarang)  Tahun 2021
 MusimHujan
 Tanggal 5
 Hari selasa
 Bulan maret
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
(Sekarang  Negara indonesia
ada dimana)  Propinsi palembang
 Kota prabumulih
 Ruangan Rumah Saya
2 Registrasi 3 4 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
benda.Masing-masing benda
mendapatkan nilai 1.
 Kursi
 Meja
 Kertas
Kemudian tanyakan kepada
klien ketiga tadi. (Untuk
disebutkan)

3 Perhatian 5 4 Minta klien untuk memulai


dan kalkulasi dari angka 100 kemudian
dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat (Nilai 1 untuk
jawaban benar, hentikan
setelah 5
jawaban)93,86,79,72,65
 93
 86
 79
 72
 65
4 Mengingat 3 5 Minta klien untuk mengulangi
kembali ketiga benda pada No.
(Recall) (registrasi) tadi. Bila benar, 1
point untuk masing-masing
benda
 Kursi
 Meja
 Kertas
5 Bahasa 9 9 Tunjukan pada klien suatu
benda dan tanyakan namanya
pada klien.
 (misal jam tangan)
 (misal pensil)

Minta klien untuk mengulang


kata berikut :
 “tanpa kalau dan atau
tetapi”.0
Bila benar, nilai satu point.

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah: Ambil kertas
ditangan Anda, lipat dua dan
taruh di lantai.
 Ambil kertas ditangan
kanan.
 Lipat dua.
 Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk
hal berikut(Bila aktifitas sesuai
dengan perintah nilai 1 point.
 Pejamkanlah mata anda.0

Perintahkan pada klien untuk


menulis satu kalimat secara
spontan
 Tulis satu kalimat.

Responden diminta menyalin


gambar
 Menyalin Gambar.

Total :32
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat
Morse Fall Scale
No Pengkajian Skala Nilai Ket
1 Riwayat Jatuh apakah lansia pernah jatuh Tidak 0
0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2 Diagnosa Sekunder : apakah lansia memiliki Tidak 0
0
Lebih dari satu penyakit ? Ya 25
3 Alat Bantu Jalan :
 Bedrest/dibantu perawat 0 30
 Kruk/tongkat/walker 15
 Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi,
ya 30
lemari, meja)
4 Terapi Intravena : apakah saat ini lansia Tidak 0
0
Terpasang infuse ? Ya 20
5 Gaya berjalan/cara berpindah :
 Normal/Bedrest/Immobile (tidak dapat bergerak 0
20
sendiri)
 Lemah (tidak bertenaga) 10
 Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) ya 20
6 Status mental
0 0
 Lansia menyadari kondisi dirinya
 Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 50

Keterangan :
Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan
Tidak Resiko 0 – 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 – 30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar.
Resiko Tinggi >30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh resiko
tinggi.

B. Data Fokus

Analisa subjektif Analisa objektif


 Klien mengatakan nyeri pada sendi  TD = 140/90 mmHg
kaki  Nilai MFS = 50 (Resiko tinggi)
 Pasien mengatakan nyeri yang  Barthel Indeks = 65 – 129
dirasakan sangat nyeri pada saat klien (ketergantungan sebagian)
dari duduk pindah berdiri  Klien tampak nyeri pada lututnya
 Klien mengatakan aktivitas terganggu  Klien tampak meringisi saat melakukan
dikarenakan susah berjalan karena mobilisasi sambil memegang lutut
nyeri pada sendi  Klien tampak Dibantu dalam
 Klien mengatakan gangguan pada tidur melakukan mobilisasi dari duduk
dikarenakan nyeri pada sendi terutama kemudian berdiri
pada malam hari  Skala nyeri pasien 6
 Kualitas tidur pasien kurang dari 8 jam  Pasien tampak lesu karena kurang tidur
menjadi 4 jam  Klien tampak sering menguap

C. Analisa Data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1 DS :
  Klien mengatakan nyeri pada Nyeri akut Peningkatan asam
sendi kaki urat (purin )

DO :
 TD = 140/90 mmHg
 Nilai MFS = 50 (Resiko
tinggi)
 Klien tampak nyeri pada
lututnya
 Klien tampak meringisi saat
melakukan mobilisasi sambil
memegang lutut
 Skala nyeri 6

2 DS : Gangguan Nyeri sendi


 Pasien mengatakan nyeri yang mobilisasi fisik
dirasakan sangat nyeri pada
saat klien dari duduk pindah
berdiri
 Klien mengatakan aktivitas
terganggu dikarenakan susah
berjalan karena nyeri pada
sendi
DO :
 Nilai MFS = 50 (Resiko
tinggi)
 Barthel Indeks = 65 – 129
(ketergantungan sebagian)
 Klien tampak nyeri pada
lututnya
 Klien tampak meringisi saat
melakukan mobilisasi sambil
memegang lutut
 Klien tampak Dibantu dalam
melakukan mobilisasi dari
duduk kemudian berdiri

3 DS : Gangguan pola Nyeri sendi


Klien mengatakan gangguan pada tidur
tidur dikarenakan nyeri pada sendi
terutama pada malam hari
DO :
 Pasien tampak lesu karena
kurang tidur
 Klien tampak sering menguap
 Kualitas tidur pasien kurang
dari 8 jam menjadi 4 jam
D. Diagnosa Keperawatan berdasarkan prioritas

NO Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Nama Jelas


Ditemukan Teratasi
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen 17 April Ernita sari
cedera biologis 2021
2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan 17 April Ernita sari
dengan nyeri persendian 2021
3 Gangguan pola tidur berhubungan 17 April Ernita sari
dengan nyeri pada persendian 2021
E. Intervensi Keperawatan

Tgl No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasionalisasi


Hasil
17 1. Nyeri akut berhubungan Nyeri berkurang 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui skala nyeri pada
April dengan agen cedera biologis sampai dengan secara komprehensif pasien
termasuk lokasi,
2021 ditandai dengan : hilang. Setelah karakteristik, durasi,
DS : dilakukan tindakan frekuensi dan kualitas nyeri.

  Klien mengatakan nyeri keperawatan selama 2. Pantau kadar asam urat. 2. Mengetahui perubahan status
pada sendi kaki 1x24 jam, Kesehatan
3. Observasi reaksi
DO : diharapkan nyeri 3. Merileksasi tubuh dan
nonverbal dari
 TD = 140/90 mmHg tidak terjadi dengan ketidaknyamanan. mengurangi nyeri
 Nilai MFS = 50 (Resiko Kriteria : 4. Memberi ketenangan pada pasien
4. Ajarkan teknik non
tinggi) farmakologi pemberian
 Klien tampak nyeri pada Kritreria Hasil kompres jahe hangat
 Klien mengatakan
lututnya nyeri berkurang 5. Posisikan klien agar
 Klien tampak meringisi saat sampai dengan merasa nyaman, misalnya
hilang sendi yang nyeri 5. Merilekskan tubuh dan
melakukan mobilisasi sambil
 Klien tampak diistarahatkan dan mengurangi nyeri
memegang lutut tidak meringis, diberikan bantalan.
 Skala nyeri 6 wajah klien
tampak tenang 6. Kaloborasi dengan dokter
 Skala nyeri 0-1 jika ada keluhan dan
tindakan nyeri yang tidak 6. Terapi farmokologi dapat
 Klien mengatakan
dapat mengatasi berhasil. meredahkan nyeri
nyeri

17 2. Gangguan mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan 1. Monitor vital sign sebelum dan 1. Sejauh mana kemampuan klien
April nyeri sendi ditandai dengan : tindakan sesudah latihan dalam melakukan aktivitas
2021 2. Kaji tingkat mobilisasi klien
keperawatan selama 2. Untuk mengetahui sejauh mana
DS :
 Pasien mengatakan nyeri 2x24 jam klien kemampuan klien untuk
3. Bantu klien untuk melakukan
yang dirasakan sangat nyeri dapat mobilitas fisik mobilisasi
rentan gerak aktif maupun gerak
pada saat klien dari duduk dengan kriteria hasil pasief pada sendi
4. Lakukan ambulasi dengan alat
pindah berdiri : 3. Untuk menjamin keefektifan
bantu ( misalnya tongkat, kursi
 Klien mengatakan aktivitas roda, walker dan kruk) latihan dan mencegah cedera
1. Mampu 5. Latih klien dalam pemenuhan
terganggu dikarenakan susah 4. Agar menghindari cedera
melakukan kebutuhan ADLS secara mandiri
berjalan karena nyeri pada sesuai kemampuan
sendi aktifitas sendiri 6. Motivasi klien untuk
5. Meningkatkan kemandirian
DO : 2. Keluhan nyeri meningktkan kembali aktivitas
yang normal, jika bengkak dan pasien
 Nilai MFS = 50 (Resiko berkurang nyeri telah berkurang
tinggi) 3. Nilai MFS
. 6. Meningkatkan kemampuan
 Barthel Indeks = 65 – 129 normal dengan
klien dalam melakukan
(ketergantungan sebagian) resiko rendah
Aktivitas dan Mempercepat
 Klien tampak nyeri pada 4. Klien tampak
lututnya proses penyembuhan
berjalan tanpa
menahan sakit

17 3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 1. Berikan posisi yang


April tindakan mengurangi tekanan pada 1. Untuk memberikan rileks pada
berhubungan dengan nyeri
keperawatan klien nyeri
2021 pada persendian tandai dengan pola tidur klien klien
kembali baik selama
DS :
1x24jam dengan 2. Monitor dan catat
Klien mengatakan gangguan pada
tidur dikarenakan nyeri pada Kriteria : kebutuhan tidur klien setiap
sendi terutama pada malam hari hari dan jam.
1. Klien tampak 2. Untuk memonitor kualitas tidur
DO : segar 3. Determinasi efek-efek pasien
 Pasien tampak lesu karena 2. Jumlah jam tidur medikasi terhadap pola
dalam batas 3. Mempermudah pasien untuk
tidur.
kurang tidur normal 6-8 mengatasi gangguan pada tidur
 Klien tampak sering jam/hari. 4. Jelaskan pentingnya tidur
3. Pola tidur dan 4. Menambah pengetahuan klien
menguap yang adekuat.
kualitas tidur tentang kualitas tidur
 Kualitas tidur pasien kurang dalam batas 5. Fasilitasi untuk
normal. 5. Meningkatkan motivasi pasien
dari 8 jam menjadi 4 jam mempertahankan
4. Perasaan aktivitas sebelum tidur dalam menghadapi gangguan
segar setelah (membaca).
tidur dan pada tidur
istirahat. 6. Ciptakan lingkungan yang
5. Mampu nyaman.
mengidentifikasi 6. Merileks tubuh pasien untuk
hal- hal yang 7. Kolaborasi dengan dokter mengurangi nyeri
tekhnik dalam pemberian terapy
meningkatkan 7. Terapi farmokologi dapat
tidur mengatasi masalah klien.
F. Implementasi Keperawatan

Tgl/Waktu No. Tindakan Keperawatan & Hasil Paraf &


DK Nama
Jelas
14 April 1. 1. Mengkaji karakteristik nyeri Lakukan Ernita
2021, jam pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk sari
10.00 wib lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan
kualitas nyeri.
Hasil :
P : Nyeri sendi , TD 140/90 mmHg
Q : Nyeri kepala seperti terbakar
R : Nyeri di rasakan daerah kedua lutut kaki
S : Skala nyeri 6 (0-10)
T : Nyeri dirasakan terus terusan dan paling
nyeri dirasakan saat mobilisasi
2. Melakukan terapi farmokologi dengan cara
kompres jahe hangat
Hasil : pasien mengatakan nyeri berkurang.
Sebelum dikompres skala nyeri 6 dan setelah
dikompres , skala nyeri berkurang menjadi 3.
3. Memantau asam urat
Hasil asam urat 9,2
3. Memberikan posisi yang nyaman
Hasil : Klien terlihat lebih nyaman dengan posisi
fowler dan kaki diluruskan.
4. Mengajarkan klien tekhnik nonfarmakologi
seperti tarik napas dalam dan pemberian
kompres jahe pada daerah nyeri dan memberi
bantalan
Hasil : Klien terlihat lebih rileks saat pemberian
terapi kompres jahe
5. Melakukan Kolaborasi dengan dokter dalam
penatalaksanakan pemberian obat apabilah nyeri
tidak berkurang
Hasil : pemberian asam mefenamat 1 tablet
untuk persiapan mengatasi nyeri apabila tidak
berkurang
14 April 2. 1. Memonitor vital sign sebelum dan sesudah Ernita
2021, jam latihan sari
10.40 wib Hasil : TD sebelum latihan 140/90 mmhg dan
setelah latihan 150/90 mmhg
2. Mengkaji tingkat mobilisasi klien
Hasil : pasien kesulitan berjalan dan berpegang
benda sekitar karena menahan nyeri pada sendi
3. Membantu klien untuk melakukan rentan gerak
aktif maupun gerak pasief pada sendi
Hasil: klien tampak koperatif dalam melakukan
gerak aktif dan pasief pada tungkai dan lutut
4. Melakukan ambulasi dengan alat bantu
( misalnya tongkat, kursi roda, walker dan kruk)
Hasil : klien berjalan dengan sendiri , apabila
terasa nyeri klien berpegang pada benda
setempat
5. Melatih klien dalam pemenuhan kebutuhan
ADLS secara mandiri sesuai kemampuan
Hasil : klien tampak koperatif
6. Memotivasi klien untuk meningktkan kembali
aktivitas yang normal, jika bengkak dan nyeri
telah berkurang
Hasil : klien tampak termotivasi

14 April 3. 1. Memberikan posisi yang mengurangi Ernita


2021, jam tekanan pada nyeri sari
11.00 wib Hasil : memberikan posisi semi fowler
dengan kaki diluruskan dan diberi
bantalan .
2. Memonitor dan mencatat kebutuhan tidur
klien setiap hari dan jam
Hasil : klien mengatakan biasanya tidur
malam selama 4 jam dan berubah menjadi
4 jam
3. Mendeterminasi efek-efek medikasi
terhadap pola tidur.
Hasil : klien mengatakan karena kurang
tidur klien merasa lemas
4. Menjelaskan pentingnya tidur yang
adekuat.
Hasil : pasien menerima penjelasan yang
diberikan
5. Memfasilitasi untuk mempertahankan
aktivitas sebelum tidur (membaca).
Hasil : klien mengatakan akan mencoba
membaca quran sebelum tidur
6. Menciptakan lingkungan yang nyaman
Hasil : klien mengatakan tidur dengan
lampu mati. Sehingga dia merasa nyaman

H. EVALUASI ( CATATAN PERKEMBANGAN)

Tgl/Waktu No. Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf


DK (Mengacu pada tujuan) &
Nama
Jelas
14 April 1. Subjektif : Ernita
2021, jam Klien masih mengatakan nyeri kedua sendi lutut sari
11.30 wib Objektif :
1. Meringis
2. Ttv : TD:140/90mmHg, N:90 x/menit RR: 20 x/menit
Skala nyeri 6 (0-10)
4. Pasien tampak menahan nyeri
Asesment : Nyeri
Planning : Lanjutkan intervensi:
1. Mengobservasi TTV
2. Memberikan posisi yang nyaman
3. Memberikan tehnik nonfarmakologi

4 April 2. Subjektif: Erni


2021, jam Klien mengatakan susah berjalan dikarnakan kaki masih
11. 30 wib terasa nyeri.
Objektif :
1. Klien tampak dibantu saat berdiri dari duduk
2. Klien tampak menahan sakit saat berjalan
Assesment : Gangguan mobilitas fisik
Planning : lanjutkan intervensi :
1. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
2. Libatkan keluarga untuk berpartisipasi dalam
melakukan aktifitas
3. Motivasi pasien dan libatkan keluarga dalam latihan
aktivitas

14 April 3. Subjektif : Erni


2021, jam 1. Klien mengatakan mengerti tentang informasi yang
11.00 wib diberikan untuk mengatasi gangguan dalam tidur
Objektif :
1. Klien tampak mengulangi lagi cara mengatasi gangguan
tidur
2. Assesment : gangguan pola tidur
Planning : lanjutkan intervensi
1. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada nyeri.
2. Monitor dan catat kebutuhan tidur klien setiap hari dan
jam.
3. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat.
4. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
(membaca).
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapy

Terapi Komplemeter Kompres Jahe Mengurangi Nyeri Pada Pasien


Dengan Gout Atritis

Asam urat (Gout Arthritis) disebabkan tumpukan asam urat pada sendi-sendi
tubuh. Ketika terdapat kelebihan asam urat pada aliran darah dan jumlahnya lebih
dari yang dapat dikeluarkan, asam urat tersebut merembes ke dalam jaringan sendi
sehingga menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan. Rasa nyeri merupakan
gejala penyakit Gout yang paling sering (Smeltzer, 2014). Gout Arthritis biasanya
paling banyak terdapat pada sendi jempol jari kaki, sendi pergelangan, sendi kaki,
sendi lutut dan sendi siku yang dapat menyebabkan nyeri yang sedang meradang
karena adanya penumpukan zat purin yang dapat membentuk kristal-kristal yang
mengakibatkan nyeri, jika nyeri yang dialami tidak segera ditangani akan
mengakibatkan gangguan terhadap aktivitas fisik sehari-hari seperti menurunnya
aktivitas fisik (Nahariani, Lismawati, & Wibowo, 2015).

Terapi yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi rasa
nyeri dibagi menjadi 2 yaitu terapi farmakologis dan non farmakologis (Zuriati,
2017). Penanganan asam urat secara farmakologi adalah dengan Obat Anti
Inflamasi Non Steroid (OAINS) seperti ibuprofen, naproxen dan allopurinol.
Upaya penunjang lain untuk mengatasi nyeri asam urat adalah dengan pengobatan
non farmakologis, yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan herbal yang dikenal
turun temurun oleh masyarakat dapat berkhasiat menurunkan nyeri, salah satunya
adalah: jahe (Wilda & Panorama, 2020). Pemberian kompres air hangat berfungsi
untuk melebarkan pembuluh darah, menstimulasi sirkulasi darah, mengurangi
kekakuan, dan menghilangkan sensasi rasa sakit. Untuk mendapatkan hasil yang
terbaik, terapi kompres hangat dilakukan selama 20 menit dengan 1 kali
pemberian dan pengukuran intensitas nyeri dilakukan dari menit ke 15-20 selama
tindakan. Pemanfaatan jahe dengan teknik kompres menggunakan air hangat
dapat dilakukan selama 15-20 menit dan hal tersebut cukup efektif dalam
menghilangkan rasa nyeri (Samsudin, 2016). Kompres Jahe hangat terbukti lebih
efektif dalam mengurangi intensitas nyeri dibandingkan kompres dengan hanya
menggunakan air hangat saja (Madoni, 2017). Jahe mengandung Olerasin atau
Zingerol yang dapat menghambat sintesis prostaglandin, sehingga nyeri reda atau
radang berkurang. Prostaglandin itu sendiri adalah suatu senyawa dalam tubuh
yang merupakan mediator nyeri dari radang atau inflamasi (Wilda & Panorama,
2020). Karena itu, diduga bahwa penggunaan kompres hangat jahe juga memiliki
efek yang signifikan pula terhadap penurunan nyeri persendian pada kasus artritis
gout. Berdasarkan masalah diatas, perlu dilakukan analisis tentang penggunaan
jahe dalam menurunkan nyeri pada lansia yang mengalami gout artiritis yang
dilakukan melalui literature review.

Kompres jahe merupakan campuran air hangat dan juga parutan jahe yang sudah
diparut sehingga akan ada efek panas dan pedas. Efek panas dan pedas dari jahe
tersebut dapat menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga
terjadi peningkatan sirkulasi darah dan menyebabkan penurunan nyeri dengan
menyingkirkan produk- produk inflamasi seperti bradikinin, histamine dan
prostaglandin yang menimbulkan nyeri. Panas akan merangsang sel saraf
menutup sehingga transmisi impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak dapat
dihambat (Kumar, 2013). Kompres jahe dilakukan dengan cara menempelkan
jahe yang telah di sangrai dan di tumbuk terlebih dahulu di area persendian yang
mengalami nyeri lalu kemudian dibalut dengan menggunakan kasa gulung,
kompres ini dilakukan selama 20 menit (Zuriati, 2017).

Anda mungkin juga menyukai