Disusun oleh :
ERNITA SARI
TINJAUAN TEORI
A. Teori Menua
1. Pengertian
Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup
yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus,
toodler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini
dimulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013).
C. Definisi Penyakit
Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling
sering ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium
Urat di dalam ataupun di sekitar persendian. Monosodium Urat ini berasal
dari metabolisme Purin. Hal penting yang mempengaruhi penumpukan
Kristal Urat adalah Hiperurisemia dan supersaturasi jaringan tubuh terhadap
Asam Urat. Apabila kadar Asam Urat di dalam darah terus meningkat dan
melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit Gout Arthritis ini
akan memiliki manifestasi berupa penumpukan Kristal Monosodium Urat
secara Mikroskopis maupun Makroskopis berupa Tofi (Zahara, 2013).
Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar
Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah
melebihi batas normal yang menyebabkan penumpukan Asam Urat di
dalam persendian dan organ lainnya (Susanto, 2013).
Jadi, dari definisi di atas maka Gout Arthritis merupakan penyakit inflamasi
sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar Asam Urat dalam darah, yang
ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam ataupun di
sekitar persendian berupa Tofi.
D. Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh faktor
primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui
(Idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan
faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan peningkatan produksi Asam Urat atau bisa juga disebabkan
oleh kurangnya pengeluaran Asam Urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi
peningkatan produksi Asam Urat, terganggunya proses pembuangan Asam
Urat dan kombinasi kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang
Gout Artritis adalah pria, sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru
muncul setelah Menopause. Gout Artritis lebih umum terjadi pada laki-laki,
terutama yang berusia 40-50 tahun (Susanto, 2013).
Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai
dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita
serangan Gout Arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki,
biasanya terjadi pada saat Menopause. Karena wanita memiliki hormon
estrogen, hormon inilah yang dapat membantu proses pengeluaran Asam
Urat melalui urin sehingga Asam Urat didalam darah dapat terkontrol.
2) Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada wanita,
sebab wanita memiliki hormon ektrogen.
3) Konsumsi Purin yang berlebih
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Urat di
dalam darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi
Purin.
4) Konsumsi alkohol
5) Obat-obatan
Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis rendah
(kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta Antihipertensi.
Terdapat empat stadium perjalanan klinis Gout Arthritis yang tidak diobati
(Nurarif, 2015) diantaranya:
1) Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada stadium ini
Asam Urat serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan
Asam Urat serum.
F. Klafisikasi / Derajat
1. Gout Atritis akut
simultan disertai dengan gejala Gout Arthritis Kronis. Pada Gout Arthritis
Kronis sering kali ditemukan Tofi. Tofi merupakan kumpulan Kristal Urat
Terapi Farmakologi
1. Serangan Akut
Obat yang menurunkan kadar Asam Urat serum (Allopurinol dan obat
Urikosurik seperti Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan
pada serangan Akut (Nurarif, 2015).
2. Serangan Kronis
J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg %
normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.
2. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa yaitu
cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
3. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ureua dan kratinin kadar ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl
kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl
BAB II
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI
A. Pemeriksaan Fisik
1. Infeksi
a. Deformitas
b. Eritema
2. Palpasi
a. Pembengkakan karena cairan dan peradangan
b. Perubahan suhu kulit
c. Perubahan anatomi tulang
d. Nyeri tekan
e. Krepitus
f. perubahan range of motion
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi
dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati
daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat
bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah
terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan
bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut aktif,
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti
tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan, baik yang nyata
Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout
Arthritis yang telah disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian
3. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
5. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan (peradangan
kronik akibat adanya kristal urat )
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian
C. Intervensi Keperawatan
2 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor vital sign sebelum
berhubungan dengan nyeri keperawatan diharapkan klien dan sesudah latihan
persendian mampu melakukan rentan gerak 2. Kaji tingkat mobilisasi klien
aktif dan ambulasi secara perlahan 3. Bantu klien untuk
dengan kriteria hasil : melakukan rentan gerak
1. Klien meningkat dalam aktivitas aktif maupun gerak pasief
fisik pada sendi
2. Mengerti tujuan dari 4. Lakukan ambulasi dengan
peningkatan mobilisasi alat bantu ( misalnya
3. Memperagaan penggunaan alat tongkat, kursi roda, walker
bantu dan kruk)
5. Latih klien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLS secara mandiri sesuai
kemampuan
6. Motivasi klien untuk
meningktkan kembali
aktivitas yang normal, jika
bengkak dan nyeri telah
berkurang.
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan asam
urat adalah :
1. Klien dapat mengatasi nyeri akut yang terjadi
2. Hambatan mobilitas fisik pada klien dapat teratasi
3. Tidak terjadi hipertemi pada klien
4. Klien mendapatkan rasa nyaman
5. Tidak terjdi kerusakan integritas kulit pada pasien
6. Pola tidur pasien teratasi dan tidak ada gangguan pada pola tidur pasien
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identitas
A. Nama : Ny.”A”
B. Umur :61 tahun
C. Alamat : Jl Kapten abdullah kel. Prabujaya PBM Timur
D. Pendidikan : S1
E. Tanggal masuk panti:-
F. Jenis Kelamin : Perempuan
G. Suku : Prabumulih
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Menikah
Klien mengatakan nyeri lutut dikarnakan asam urat yang tinggi, sehingga
pasien sulit untuk berjalan. Dan pada saat dari duduk ke berdiri pasien
merasakan nyeri sekali. Aktifitas pasien juga terganggu karena nyeri lutut
dan gangguan mobilisasi. Pasien juga mengatakan tidurnya terganggu pada
malam hari karena nyeri sendi yang dia rasakan.
Ny A
Keterangan :
: Lansia Tn. T
V. Pengkajian persistem
a.Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran :compos mentis
2) GCS : 15 (lima belas)
3) TTV : 140/90 mmhg
4) BB/TB :55 KG/160 CM
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia :Tegap
• Keluhan : klien mengatakan nyeri sendi terutama pada lututnya.
Pasien mengatakan lagi pengobatan minum obat asam urat dikarnakan
hasil asam urat tinggi. karena nyeri lutut yang dirasakan sehingga
aktivitas klien terganggu karena kesulitan mobilisasi. Pasien juga
mengalami gangguan tidur dikarnakan nyeri yang dia rasakan.
c.Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : bersih
a) Kerontokan rambut: tidak
b) Keluhan : tidak
c) Jika ya, jelaskan
: ..............................................................................................
.......................................................................................................
......
1) Mata
a) Konjungtiva : tidak
b) Sklera : tidak
c) Stabismus : tidak
d) Penglihatan : kabur
e) Peradangan : tidak
f) Katarak : tidak
g) Penggunaan kacamata : ya
h) Keluhan : tidak
i) Jika ya , jelaskan :
Klien mengatakan penglihatannya kabur dan memakai kaca
mata dikarnakan mata klien min 5 dari pemeriksaan dokter
mata.
2) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris
a) Peradangan : tidak
b) Penciuman : idak
c) Keluhan : tidak
d) Jika ya , jelaskan :
3) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik
a) Mukosa : lembab
b) Peradangan : tidak
c) Gigi : ada , tidak
d) Radang gusi : tidak
e) Kesulitan mengunyah : tidak
f) Keluhan lain : tidak ada
g) Jika ya , jelaskan :
h)
Telinga
a) Kebersihan : bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran : tidak
d) Jika ya , jelaskan : .
4) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : tidak
a) JVD(Jugularis Vena Distensi) : tidak
b) Kaku kuduk : tidak
c) Keluhan : tidak
d) Jika ya , jelaskan :
5) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/ barrel chest/ pigeon
chest
b) Payudara : ya/tidak
a) Retraksi dinding dada : ya/tidak
c) Suara nafas : vesikuler/tidak
d) Wheezing : ya/tidak
e) Ronchi : ya/tidak
f) Suara jantung tambahan : ada/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan :
6) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
a) Nyeri takan : ya/tidak
b) Kembung : ya/tidak
c) Supel : ya/tidak
d) Bising Usus : ada/tidak , frekuensi : 12x/menit
e) Massa : ya/tidak, regio
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya , jelaskan :
7) Genetalia
a) Kebersihan : baik/tidak
a) Frekuensi BAK : 5x/hari
b) Frekuensi BAB : 1x/hari sekali
c) Haemoroid : ya/tidak
d) Hernia : ya/tidak
e) Keluhan : ya/tidak
f) Jika ya , jelaskan
8) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 5555 5555
0 = Lumpuh 4444 4444
1 = Ada Kontraksi
2 = Melawan gravitasi dengan sokongan
3 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
4 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
9) Integumen
a) Kebersihan : baik/tidak
a) Warna : pucat/tidak
b) Kelembapan : kering/lembab
c) Lesi/Luka : ya/tidak
d) Perubahan tekstur : ya/tidak
e) Gangguan pada kulit : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya , jelaskan :
10) Pemeriksaan penunjang ( jika dilakukan )
a) GDS : 120 mg/dl
b) Asam Urat : 9,2 mg/dl
c) Kolestrol : 198
Score =
0
Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam) :
Orientasi.
Registrasi.
Perhatian.
Kalkulasi.
Mengingat kembali.
Bahasa.
NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
(Sekarang) Tahun 2021
MusimHujan
Tanggal 5
Hari selasa
Bulan maret
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
(Sekarang Negara indonesia
ada dimana) Propinsi palembang
Kota prabumulih
Ruangan Rumah Saya
2 Registrasi 3 4 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
benda.Masing-masing benda
mendapatkan nilai 1.
Kursi
Meja
Kertas
Kemudian tanyakan kepada
klien ketiga tadi. (Untuk
disebutkan)
Total :32
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat
Morse Fall Scale
No Pengkajian Skala Nilai Ket
1 Riwayat Jatuh apakah lansia pernah jatuh Tidak 0
0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2 Diagnosa Sekunder : apakah lansia memiliki Tidak 0
0
Lebih dari satu penyakit ? Ya 25
3 Alat Bantu Jalan :
Bedrest/dibantu perawat 0 30
Kruk/tongkat/walker 15
Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi,
ya 30
lemari, meja)
4 Terapi Intravena : apakah saat ini lansia Tidak 0
0
Terpasang infuse ? Ya 20
5 Gaya berjalan/cara berpindah :
Normal/Bedrest/Immobile (tidak dapat bergerak 0
20
sendiri)
Lemah (tidak bertenaga) 10
Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) ya 20
6 Status mental
0 0
Lansia menyadari kondisi dirinya
Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 50
Keterangan :
Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan
Tidak Resiko 0 – 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 – 30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar.
Resiko Tinggi >30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh resiko
tinggi.
B. Data Fokus
C. Analisa Data
DO :
TD = 140/90 mmHg
Nilai MFS = 50 (Resiko
tinggi)
Klien tampak nyeri pada
lututnya
Klien tampak meringisi saat
melakukan mobilisasi sambil
memegang lutut
Skala nyeri 6
Klien mengatakan nyeri keperawatan selama 2. Pantau kadar asam urat. 2. Mengetahui perubahan status
pada sendi kaki 1x24 jam, Kesehatan
3. Observasi reaksi
DO : diharapkan nyeri 3. Merileksasi tubuh dan
nonverbal dari
TD = 140/90 mmHg tidak terjadi dengan ketidaknyamanan. mengurangi nyeri
Nilai MFS = 50 (Resiko Kriteria : 4. Memberi ketenangan pada pasien
4. Ajarkan teknik non
tinggi) farmakologi pemberian
Klien tampak nyeri pada Kritreria Hasil kompres jahe hangat
Klien mengatakan
lututnya nyeri berkurang 5. Posisikan klien agar
Klien tampak meringisi saat sampai dengan merasa nyaman, misalnya
hilang sendi yang nyeri 5. Merilekskan tubuh dan
melakukan mobilisasi sambil
Klien tampak diistarahatkan dan mengurangi nyeri
memegang lutut tidak meringis, diberikan bantalan.
Skala nyeri 6 wajah klien
tampak tenang 6. Kaloborasi dengan dokter
Skala nyeri 0-1 jika ada keluhan dan
tindakan nyeri yang tidak 6. Terapi farmokologi dapat
Klien mengatakan
dapat mengatasi berhasil. meredahkan nyeri
nyeri
17 2. Gangguan mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan 1. Monitor vital sign sebelum dan 1. Sejauh mana kemampuan klien
April nyeri sendi ditandai dengan : tindakan sesudah latihan dalam melakukan aktivitas
2021 2. Kaji tingkat mobilisasi klien
keperawatan selama 2. Untuk mengetahui sejauh mana
DS :
Pasien mengatakan nyeri 2x24 jam klien kemampuan klien untuk
3. Bantu klien untuk melakukan
yang dirasakan sangat nyeri dapat mobilitas fisik mobilisasi
rentan gerak aktif maupun gerak
pada saat klien dari duduk dengan kriteria hasil pasief pada sendi
4. Lakukan ambulasi dengan alat
pindah berdiri : 3. Untuk menjamin keefektifan
bantu ( misalnya tongkat, kursi
Klien mengatakan aktivitas roda, walker dan kruk) latihan dan mencegah cedera
1. Mampu 5. Latih klien dalam pemenuhan
terganggu dikarenakan susah 4. Agar menghindari cedera
melakukan kebutuhan ADLS secara mandiri
berjalan karena nyeri pada sesuai kemampuan
sendi aktifitas sendiri 6. Motivasi klien untuk
5. Meningkatkan kemandirian
DO : 2. Keluhan nyeri meningktkan kembali aktivitas
yang normal, jika bengkak dan pasien
Nilai MFS = 50 (Resiko berkurang nyeri telah berkurang
tinggi) 3. Nilai MFS
. 6. Meningkatkan kemampuan
Barthel Indeks = 65 – 129 normal dengan
klien dalam melakukan
(ketergantungan sebagian) resiko rendah
Aktivitas dan Mempercepat
Klien tampak nyeri pada 4. Klien tampak
lututnya proses penyembuhan
berjalan tanpa
menahan sakit
Asam urat (Gout Arthritis) disebabkan tumpukan asam urat pada sendi-sendi
tubuh. Ketika terdapat kelebihan asam urat pada aliran darah dan jumlahnya lebih
dari yang dapat dikeluarkan, asam urat tersebut merembes ke dalam jaringan sendi
sehingga menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan. Rasa nyeri merupakan
gejala penyakit Gout yang paling sering (Smeltzer, 2014). Gout Arthritis biasanya
paling banyak terdapat pada sendi jempol jari kaki, sendi pergelangan, sendi kaki,
sendi lutut dan sendi siku yang dapat menyebabkan nyeri yang sedang meradang
karena adanya penumpukan zat purin yang dapat membentuk kristal-kristal yang
mengakibatkan nyeri, jika nyeri yang dialami tidak segera ditangani akan
mengakibatkan gangguan terhadap aktivitas fisik sehari-hari seperti menurunnya
aktivitas fisik (Nahariani, Lismawati, & Wibowo, 2015).
Terapi yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi rasa
nyeri dibagi menjadi 2 yaitu terapi farmakologis dan non farmakologis (Zuriati,
2017). Penanganan asam urat secara farmakologi adalah dengan Obat Anti
Inflamasi Non Steroid (OAINS) seperti ibuprofen, naproxen dan allopurinol.
Upaya penunjang lain untuk mengatasi nyeri asam urat adalah dengan pengobatan
non farmakologis, yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan herbal yang dikenal
turun temurun oleh masyarakat dapat berkhasiat menurunkan nyeri, salah satunya
adalah: jahe (Wilda & Panorama, 2020). Pemberian kompres air hangat berfungsi
untuk melebarkan pembuluh darah, menstimulasi sirkulasi darah, mengurangi
kekakuan, dan menghilangkan sensasi rasa sakit. Untuk mendapatkan hasil yang
terbaik, terapi kompres hangat dilakukan selama 20 menit dengan 1 kali
pemberian dan pengukuran intensitas nyeri dilakukan dari menit ke 15-20 selama
tindakan. Pemanfaatan jahe dengan teknik kompres menggunakan air hangat
dapat dilakukan selama 15-20 menit dan hal tersebut cukup efektif dalam
menghilangkan rasa nyeri (Samsudin, 2016). Kompres Jahe hangat terbukti lebih
efektif dalam mengurangi intensitas nyeri dibandingkan kompres dengan hanya
menggunakan air hangat saja (Madoni, 2017). Jahe mengandung Olerasin atau
Zingerol yang dapat menghambat sintesis prostaglandin, sehingga nyeri reda atau
radang berkurang. Prostaglandin itu sendiri adalah suatu senyawa dalam tubuh
yang merupakan mediator nyeri dari radang atau inflamasi (Wilda & Panorama,
2020). Karena itu, diduga bahwa penggunaan kompres hangat jahe juga memiliki
efek yang signifikan pula terhadap penurunan nyeri persendian pada kasus artritis
gout. Berdasarkan masalah diatas, perlu dilakukan analisis tentang penggunaan
jahe dalam menurunkan nyeri pada lansia yang mengalami gout artiritis yang
dilakukan melalui literature review.
Kompres jahe merupakan campuran air hangat dan juga parutan jahe yang sudah
diparut sehingga akan ada efek panas dan pedas. Efek panas dan pedas dari jahe
tersebut dapat menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga
terjadi peningkatan sirkulasi darah dan menyebabkan penurunan nyeri dengan
menyingkirkan produk- produk inflamasi seperti bradikinin, histamine dan
prostaglandin yang menimbulkan nyeri. Panas akan merangsang sel saraf
menutup sehingga transmisi impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak dapat
dihambat (Kumar, 2013). Kompres jahe dilakukan dengan cara menempelkan
jahe yang telah di sangrai dan di tumbuk terlebih dahulu di area persendian yang
mengalami nyeri lalu kemudian dibalut dengan menggunakan kasa gulung,
kompres ini dilakukan selama 20 menit (Zuriati, 2017).