Anda di halaman 1dari 54

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Lanjut Usia


1. Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia adalah sebagian dari proses tumbuh kembang. Manusia
tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-
anak, dewasa dan hingga akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan
perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi
pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Lanjut usia merupakan suatu proses
alami yang ditentukan oleh tuhan yang maha esa. Semua orang akan
mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran
fisik, mental dan sosial secara bertahap.(Azizah, 2012)

Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan


lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

Menua atau menjadi tua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan


proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam maupun luar tubuh yang masih dikategorikan sebagai hal
yang alamiah. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa lanjut
usia rentan terkena berbagai penyakit antara lain pada sistem
muskuloskeletal. Salah satu penyakit yang menyerang sistem
muskuloskeletal pada lanjut usia yaitu osteoartritis. Osteoartritis
merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kertilago sendi vertebra, panggul, lutut dan pergerakan kaki
paling sering terkena osteoartritis (Aru, dkk 2009).
8

2. Batasan Lanjut Usia

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1999


menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis
menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia
45-59 tahun, lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun, lanjut usia
tua (old) antara usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas
90 tahun.

Klasifikasi lanjut usia (Wahjudi Nugroho, 2012) :

Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organzation) yang


dikatakan lanjut usia tersebut di bagi kedalam 3 kategori yaitu:
 Usia petengahan (middle age) : 45 – 59 tahun
 Usia lanjut (elderly) : 60 – 74 tahun
 Lanjut usia tua (old) : 75 – 89 tahun
 Usia sangat lanjut (very old) : > 90 tahun

Menurut Dep. Kes.RI


Departemen kesehatan republik Indonesia membagi lanjut usia
menjadi sebagai berikut:
 Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 tahun), keadaan ini
dikatakan sebagai masa virilitas.
 Kelompok usia lanjut (55 – 64 tahun) sebagai masa pensiunan.
 Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan
sebagai masa senium.
9

3. Teori Menua
Teori penuaan secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu teori
penuaan secara biologi dan teori penuaan psikososial.

a. Teori Biologi
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi tubuh selama masa hidup (Zairt).

Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan yang


menghambat proses penurunan fungsi organisme. Yang dalam
konteks sistemik dapat mempengaruhi/memberi dampak terhadap
organ/sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan
peningkatan usia kronologis (Renny, 2014)

1) Teori error
Menurut teori ini proses penua diakibatkan oleh menumpuknya
berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat
kesalahan tersebut menyebabkan kerusakan metabolisme dan
kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.

Sejalan perkembangan umur sel tubuh pada DNA dan RNA,


yang merupakan subtansi pembentukan sel baru. Peningkatan
usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel nukleus
menjadi lebih besar tetepi tidak diikuti dengan peningkatan
jumlah subtansi DNA.

2) Teori outoimun
Pada teori ini, penuaan dianggap disebabkan oleh adanya
penurunan fungsi system immun. Perubahan yang terjadi
meliputi penurunan sistem immun humoral, yang dapat menjadi
faktor predisposisi pada orang tua:
10

(a) menurunkan resistensi melawan perubahan tumor dan


perkembangan kanker.
(b) menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses
dan secara agresif memobilisasi pertahan tubuh terhadap
pathogen.
(c) meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada
semakin meningkatnya resiko terjadinya penyakit yang
berhubugan dengan autoimmun. Di pihak lain sistem immun
yang ada di dalam tubuh mengalami penurunan, sehingga
sel-sel patologis meningkat sesuai dengan meningkatnya
umur.

3) Teori free radical


Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua
terjadi akibat kurang efektifnya fungsi kerja tubuh dan hal itu
mempengaruhi adanya berbagi radikal bebas didalam tubuh.
Radika bebas yang reaktif mampu merusak sel, termasuk
mitokondria, yang akhirnya mampu menyebabkan cepatnya
kematian(apoptosis) sel, menghambat proses produksi sel. Hal
ini yang menggangu fungsi sel akibat radikal bebas adalah
bahwa radikal bebas dapat berupa: superoksida(O2), radikal
hidroksil, dan H2O2. Radikal bebas sangat merusak karna
sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein,
dan asam lemak tak jenuh. Makin tua umur makin banyak
terbentuk radikal bebas sehingga proses pengerusakan terus
terjadi, kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.

b) Teori Biologi
1) Teori Aktifitas
Terori ini menyatakan bahwa seorang individu harus mampu
eksis dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai
kesuksesan dalam kehidupan dihari tua.Aktifitas dalam teori
11

ini dipandang sebagai sesuatu yang vital untuk


mempertahankan rasa kepuasan pribadi dan kosie diri yang
positif. Teori ini berdasarkan pada asumsi bahwa
(1) aktif lebih baik daripada pasif
(2) gembira lebih baik dari pada tidak gembira
(3) orang tua merupakan orang yang baik untuk mencapai
sukses dan akan memilih alternatif pilihan aktif dan
bergembira.

2) Teori Kontinuitas
Teori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan kondisi
yang selalu terjadi secara berkesinambungan yang harus
dihadapi oleh orang lanjut usia.

3) Disanggement theory
Putusnya berhubungan dengan dunia luar seperti dengan
masyarakat, hubungan dengan individu lain.

c) Teori lingkungan (environmental theory)


1) Teori radikal ( radiation theory)
Setiap hari manusia terpapar adanya radiasi baik
karena sinar ultraviolet maupun dalam bentuk
gelombang-gelombang mikro yang telah menumbuk
tubuh tanpa terasa yang dapat mengakibatkan
merubah susuna DNA dalam sel hidup atau bahkan
rusak dan mati.

2) Teori stress (theory stress)


Stres fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan
pengeluaran neurotransmitter tertentu yang dapat
mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga
jaringan mengalami kekurangan oksigen dan
12

mengalami gangguan metabolisme sel sehingga


mengalami penurunan jumlah cairan dalam sel dan
penurunan eksistensi membran sel.

3) Teori polusi (pollution theory)


Tercemarnya lingkungan dapat mengakibat kan
tubuh mengalami gangguan pada sistem
psikoneuroimunologi yang siterusnya mempercepat
terjadinya proses menua dengan perjalanan yang
masih rumit untuk dipelajari.

4) Teori pemaparan (exposure theory)


Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai
kemampuan mirip dengan sinar ultra yang lain
mampu mempengaruhi susuna DNA sehingga proses
penuaan atau kematian sel bias terjadi.

4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia


Menurut buku ajar keperawatan gerontik,aplikasi NANDA, NIC dan
NOC. (Aspiani, 2014), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi:
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Endokrin

Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia


yang memproduksi hormone. Hormon pertumbuhan berperan
sangat penting dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan,
dan metabolisme organ tubuh yang termasuk hormone kelamin
adalah :

1) Estrogen, progesterone, dan testosterone


yang memelihara alat reproduksi dan
gairah seks. Hormon ini mengalami
penurunan.
13

2) Kelenjar pancreas, yang memproduksi


insulin dan sangat penting dalam
pengaturan gula darah mengalami
penurunan.
3) Kelenjar adrenal/ anak ginjal yang
memproduksi adrenalin. Kelenjar yang
berkaitan dengan hormon pria/wanita.
Salah satu kelenjar endokrin dalam
tubuh yang mengatur agar arus darah ke
organ tertentu berjalan dengan baik,
dengan jalan mengatur vasokontriksi
pembuluh darah. Kegiatan kelenjar anak
ginjal ini berkurang pada lanjut usia.
4) Hampersemua produksi hormon
menurun
5) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
berubah.
6) Hipofisis pertumbuhan hormone ada,
tetapi rendah dan hanya ada di pembuluh
darah, berkurangnya reproduksi ACTH,
TSH, FSH, dan LH.
7) Aktivitas tiroid, BMR (Basal metabolic
rate) dan daya pertukaran zat menurun.
8) Produksi oldesteron menurun
9) Sekresi hormone kelamin, misalnya
progesterone, ekstrogen, dan testosterone
menurun.

b. Sel
1) Jumlah sel menurun/lebih sedikit
2) Ukuran sel lebih besar
3) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang
14

4) Proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah, dan hati


menurun
5) Jumlah sel otak menurun
6) Mekanisme perbaikan sel terganggu
7) Otak menjadi atrofi, bertanya kurang 5-10%
8) Lekuan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar

c. System persarafan
1) Menurunnya hubungan persarafan
2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya)
3) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya
terhadap stress
4) Saraf panca-indra mengecil
5) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf
penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap
perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap dingin
6) Kurang sensitive terhadap sentuhan
7) Deficit memori

d. Sistem pendengaran
1) Gangguan pendengaran, hilangnya daya pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,
50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
2) Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan
otosklerosis
3) Terjadi pengumpulan srumen, dapat mengeras karena
meningkatnya keratin
4) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia
yang mangalami ketengangan/stress
15

5) Titinus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada


tinggi atau rendah, bisa terus menerus atau intermiten)
6) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang
atau berputar)

e. Sistem penglihatan
1) Sfingter pupil timbul sclerosis dan respon sinar menghilang
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak,
jelas menyebabkan gangguan penglihatan.
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap
5) Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan manisfestasi
presbyopis, seseorang sulit melihat dekat yang dpemgaruhi
berkurangnya elastisitas lensa
6) Lapang pandang menurun : luas pandang berkurang
7) Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru
atau hijau pada skala

f. System kardiovaskuler
1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
2) Elastisitas dinding aorta menurun
3) Kemampuan janntung memompa darah menrun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun. hal ini menyebabkan
kontraksi dan volume menurun (frekuensi denyut jantung
maksimal =200 – umur)
4) Curah jantung menurun (isi seenit jantung menurun0
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkuang,
perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
mengakibatkan pusing mendadak.
16

6) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan


perdarahan
7) Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh dari
perifer meningkat. Sistol normal ±170 mmHg, diatole ±95
mmHg

g. Sistem pengaturan Suhu Tubuh


1) Temperature tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis
±35ºc ini akibat metabolism yang menurun.
2) Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan
dapat pula mengigil, pucat, dan gelisah.
3) Keterbatasan reflex mengigil dan tidak dapat memprodusi
panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas
otot.

h. System pernafasan
1) Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi,
kehilangan kekuatan, dan menjadi kaku
2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya)
3) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya
terhadap stress
4) Saraf panca indra mengecil
5) Pehlihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf
penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap
perubahan suhu, dan rendahan ketahanan terhadap dingin
6) Kurang sensitive terhadap sentuhan
7) Deficit memori
17

i. System pencernaan
1) Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi
kesehatan gigi dan gizi yang buruk
2) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lender yang
kronis, atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas
saraf pengecap dlidah, terutama rasa manis dan asin,
hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin,
asam, dan pahit.
3) Esophagus melebar
4) Rasa lapar mnurun (sensitivitas lapar menurun), asam
lambung menurun, motilitas dan wktu pengosongan
lambung menurun.
5) Perialitik lemah dan biasanya timbul konstipasi
6) Fungsi absorpsi melemah ( daya absorpsi terganggu
terutama karbohidrat)
7) Hati semakin mengecil dan penyimpanan menurun, aliran
darah berkurang

j. System Reproduksi
Wanita
1) Vagina mengalami kontraktur dan mngecil
2) Ovarium menciut, uterus mengalami atrofi
3) Atrofi payudara
4) Atrofi vulva
5) Selaput lender vagina menrun, permukaan menjadi halus,
sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi
perubahan warna
18

Pria
1) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
ada penurunan secara berangsur-angsur
2) Dorongan seksual menetap samapi usia 70 tahun, asal
kondisi kesehatannya baik, yaitu:
3) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut
usia.
4) Hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual.
5) Tidak perlu cemas karna prosesnya alamiah sebanyak
±75% pria usia 65 tahun mengalami pembesaran prostat

k. System Genitourinaria
1) Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolsime
tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal,
disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang
disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Mengecilnya
nefron akibat atrofi, aliran darah keginjal menurun
sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang.
Akibatnya, kemampuan mengonsentrasi urine menurun,
berat jenis urine menurun, proteinuria (biasanya ±1),
BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%,
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

2) Vesika urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200
ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni
meningkat. Pada pria lajut usia, vesika urinaria sulit
dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine
meningkat
19

3) Pembesaran prostat
±75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun

4) Atrofi vulva

5) Vagina
Seseorang yang semakin menua, kebutuhan seksualnya
masih ada. Tiadak ada batasan umur tertentu kapan
fungsi seksual seseorang berhenti. Frekuensi hubungan
seksual cenderung menurun secara bertahap setiap
tahun, tetapi kapasitas untuk mrnikmatinya berjalan
sampai tua.

l. Sistem integument
1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemak.
2) Permukaan kulit cinderung kusam, kasar dan bersisik
(karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan
ukuran dan bentuk sel epidermis)
3) Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanognesis yang
tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik
– bintik atau noda cokelat
4) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya
kerut- kerut halus diujung mata akibat lapisan kulit yang
menipis
5) Respons terhadap trauma menurun
6) Mekanisme proteksi kulit menurun
7) Produksi serum menurun
8) Produksi vitamin D menurun
9) Produksi kulit terganggu
10) Kulit kepala dan rambut menipis an berwarna kelabu
11) Rambut dalam hidung dan telinga menebal
20

12) Berkurangnya elastisitas akibat menurunya cairan dan


vaskularisasi
13) Pertumbuhan kuku lebih lambat
14) Kuku jari menjadi keras dan rapuh
15) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
16) Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang

m. System musculoskeletal
1) Tulang kehilangan massa (cairan) dan semakin rapuh
2) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi
3) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pergelangan dan paha
4) Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga
rusak
5) Kifosis
6) Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
7) Gangguan gaya berjalan
8) Kekaukan jaringan penghubung
9) Persendian membesar dan menjadi kaku
10) Tendon mengeut dan mengalami sclerosis
11) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan
menjadi laman, otot kram, dan menjadi tremor(perubahan
pada otot cukup rumit dan dipahami )
12) Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses
menua

n. System imun
1) Perubahan fungsi system imunologi
2) Kemampuan imunitas tubuh melawan infeksi menurun
3) Kecepatan respon imun menurun
4) Produksi imunoglobukin berkurang jumlahnya sehingga
vaksinasi dalam tubuh kurang efektif melawan penyakit.
21

5) Imun kehilangan kemampauan untuk membedakan benda


asing yang masuk kedalam tubuh

2. Perubahan kognitif
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, (dalam buku
“keperawatan lanjut usia”,(Azizah, 2012).

a. Memory (daya ingat, ingatan)


Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima, menyimpan
dan menghadirkan kembali rangsangan/peristiwa yang
pernah dialami seseorang. Pada lanjut usia, daya ingat
merupakan salah satu fungsi kognitif yang seringkali paling
awal mengalami penurunan. Ingatan jangka panjang (long
term memory) kurang mengalami perubahan, sedangkan
ingatan jangka pendek (short term memory) atau seketika 0-
10 menit memburuk. Lansia akan kesulitan dalam
mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak
begitu menarik perhatiannya dan informasi baru seperti TV
dan film. Keadaan ini sering menimbulkan salah paham
dalam keluarga. Oleh sebab itu dalam proses pelayanan
sangat perlu dibuatkan tanda-tanda atau rambu-rambu baik
berupa tulisan, atau gambar untuk membantu daya ingat
mereka. Misalnya dengan tulisan JUM’AT, TANGGAL 26
JARUARI 2017 dan sebagainya, ditempatkan pada tempat
yang strategis yang mudah terlihat/dibaca.

b. IQ (intellegent quocient)
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi
matematika (analisa, linier, sekuensial) dan perkataan
verbal.Tetapi persepsi dan daya membayangkan (fantasi)
menurun.Walaupun mengalami kontrofersi, tes intelegensia
kurang memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada
22

lansia.Hal ini terutama dalam bidang vokabulari (kosakata),


keterampilan praktis, dan pengetahuan umum. Fungsi
intelektual yang stabil ini disebut sebagai crystallized
intelligent. Sedangkan fungsi intelektual yang mengalami
kemunduran adalah fluid intelligent seperti mengingat
daftar, memori bentuk geometri, kecepatan menemukan
kata, penyelesaian masalah, kecepatan berespon, dan
perhatian cepat teralih.

c. Kemampuan pemahaman
Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada
lansia mengalami penurunan.Hal ini dipengaruhi oleh
konsentrasi dan fungsi pendengarannya lansia yang
mengalami penurunan. Dalam pelayanan terhadap lanjut
usia agar tidak timbul salah paham sebaiknya dalam
komunikasi dilakukan kontak mata (saling pandang).
Dengan kontak mata, mereka akan dapat membaca bibir
lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya
dapat diatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud
orang lain. Sikap yang hangat dalam komunikasi akan
menimbulkan rasa aman dan diterima, sehingga mereka
akan lebih tenang, lebih senang merasa dihormati.

d. Pemecahan masalah (problem solving)


Pada lanjut usia masalah-masalah yang dipahami tentu
semakin banyak. Banyak hal yang dahulunya dengan mudah
dapat dipecahkan menjadi terhambat karena terjadinya
penurunan fungsi indra pada lanjut usia. Hambatan yang lain
dapat berasal dari penurunan daya ingat, pemahaman dan
lain-lain,yang berakibat bahwa pemecahan masalah menjadi
lebih lama. Dalam menyikapi hal ini pendekatan pelayanan
23

kesehatan jiwa lanjut usia perlu diperhatikan ratio petugas


kesehatan dan pasien lanjut usia.

3. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam
kehidupanya.Lansia makin teratur dalam kehidupan
keagamaanya.Hal ini dapat terlihat dalam berfikir dan bertindak
sehari-hari. Spiritualitas pada lansia bersifat universal, interinsik
dan merupakan proses individu yang berkembang sepanjang
rentan kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan tersebut.
Lansia yang telah mempelajari cara menghadapi perubahan
hidup melalui mekanisme keimanan akhirnya dihadapkan pada
tantangan akhir yaitu kematian. Harapan memunginkan individu
dengan keimananspiritual atau religius untuk bersikap untuk
menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian.

4. Perubahan psikososial
a. Pensiun
Bila seorang pensiun, ia akan mengalami kehilangan-kehilangan
antara lain:
1) Kehilangan finansial
2) Kehilangan status ( dulu punya jabatan yang tinggi dan
segala fasilitasnya)
b. Keluarga (emptiness): kesendirian, kehampaan.
c. Teman: ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul
perasaankapan akan meninggal. Berada di rumah terus-
menerus akan cepat pikun (tidak berkembang).
d. Abuse: kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal
(dicubit, tidak diberi makan).
e. Masalah hukum: berkaitan dengan perlindungan aset dan
kekayaan pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.
24

f. Pensiun: kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana


pensiun).Kalau tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang.
g. Ekonomi: kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang
cocokbagi lansia dan income security.
h. Rekreasi: untuk ketenangan batin.
i. Keamanan: jatuh, terpeleset.
j. Transportasi: kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok
bagilansia.
k. Politik: kesempatan yang sama untuk terlibat dan
memberikanmasukan dalam sistem politik yang berlaku.
l. Pendidikan: berkaitan dengan pengentasan buta aksara
dankesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi
manusia.
m. Agama: melaksanakan ibadah.
n. Panti jompo: merasa dibuang/ diasingkan.

5. Perubahan mental pada lansia


Dalam pekembangan lansia dan perubahan yang dialaminya
akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut :
a. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga
harusbergantung pada orang lain.
b. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup
beralasanuntuk melakukan berbagai perubahan besar dalam
pola hidupnya.
c. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan
perubahanstatus ekonomi dan kondisi fisik.
d. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri
yangtelah meninggal atau pergi jauh dan/ atau cacat.
e. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu
luangyang semakin bertambah.
f. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar
sebagaiorang dewasa.
25

g. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara


khususdirencanakan untuk orang dewasa.
h. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai
untuklansia dan memiliki kemauan untuk mengganti
kegiatan lama yang berat dengan yang lebih cocok.

B. Konsep Dasar Masalah Kesehatan osteoarthitis


1. Pengertian
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang
berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Fetebrata, panggul,
lutut dan pergelangan kaki yang paling sering terkena OA (sudoyo
aru, dkk: 2009)

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau


osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan
sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan
ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer dalam Renny, 2014)

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab


kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat
dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di
bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60
tahun. (Renny, 2014).

Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang


mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu
badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa
buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru
pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi,
sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme,
fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan,
26

jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk


persendian. (R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi)

2. Klasifikasi
Menurut Yuliana Elin (2009) Osteoarthritis diklasifikasikan
menjadi 2 :
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit
sebelumnya yang berhubungan dengan osteoarthritis.
b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah
fraktur.

3. Etiologi dan Faktor Resiko


Penyebab dari osteoarthritis hingga saat ini masih belum terungkap
namun beberaoa faktor resiko timbulnya osteoarthritis antara lain :
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis, faktor
ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya
osteoarthritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Osteoarthritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada
umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.

Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan


bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan
kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna
kuning.

b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis pada lutut dan sendi,
dan laki-laki lebih sering terkena osteoarthritis pada paha,
pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45
tahun frekuensi osteoarthritis kurang lebih sama pada laki-laki
27

dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi osteoarthritis lebih


banyak pada wanita dari pada laki-laki hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada pathogenesis osteoarthritis.

c. Genetik
Faktor Herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis
misal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoarthritis pada
sendi-sendi interfalang distal terdapat 2 kali lebih sering
osteoarthritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari
pada ibu dan anak perempuan dari wanita tannpa osteoarthritis.

d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoarthritis
nampaknya terdapat perbedaan diantaranya masing-masing
suku bangsa, misalnya osteoarthritis lebih jarang pada orang-
orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoarthritis
lebih sering dijumpai pada orang-orang amerika asli dari pada
orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan
cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan.

e. Kegemukan
Berat badan berlebih nyatanya berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun
pada pria, kegemukkan ternyata tak hanya berkaitan dengan
osteoarthritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoarthritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula)
28

f. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis adalah
trauma yang menmbulkan kerusakan pada integritas struktur
dan biomekanik sendi tersebut.

g. Akibat Penyakit Radang Sendi Lain.


Infeksi menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim
perusak matriks rawan sendi oleh membrane sinovial dan sel-
sel radang.

h. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka
rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi
tidak stabil / seimbang sehingga mempercepat proses
degenerasi.

i. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam
proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong
sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo,
sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

j. Deposit pada rawan sendi


Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium
pirofosfat dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer,
asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam
rawan sendi.
29

4. Patofisiologi

Proses penuaan

Trauma

-intrinsik
Perubahan
Peroses penyakit Pemecahan -ekstinsik
komponen sendi
degeneratif yang panjang kondrosit
-kolagen

-Progteogtikasi
MK: Perubahan
-Jaringan sub metabolisme
-Kurang Kerusakan
kondrial sendi
kemampuan penatalaksanaan
mengingat lingkungan

-Kesalahahan
Pengeluaran
iterpretasi
enzim lisosom

Kerusakan matrik
kartilago
MK : kurang
pengetahuan Perubahan
fungsi sendi
Penebalan
tulang sendi
Deformitas
sendi
kontraktur
hipertofi
Penyempitan
rongga sendi MK:
MK:gangguan kerusakan
citra tubuh mobilitas fisik Distensi
cairan
-Penurunan kekuatan

-nyeri
MK: nyeri
akut

MK:kurang
perawatan
30

5. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena,


terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan,
mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang
saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku
pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.
a. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan
bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.

b. Kekakuan dan keterbatasan gerak Biasanya akan


berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau
saat memulai kegiatan fisik.

c. Peradangan Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan,


pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan
pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini
akan menimbulkan rasa nyeri.

d. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas
lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada
hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana
rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi
yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis
coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan
tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal
ini belum dapat diketahui penyebabnya.

e. Pembengkakan Sendi Pembengkakan sendi merupakan reaksi


peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi
biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
31

f. Deformitas Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

g. Gangguan Fungsi Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang


Pembentuk sendi.

6. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada osteoarthritis yaitu nyeri dan
kekauan sendi yang dapat menjadi sangat berat sehingga penderita
tidak bisa beraktivitas.

7. Penatalaksanaan Dan Terapi


a. Pencegahan
1) Penurunan berat badan
2) Pencegahan cedera
3) Screening sendi paha
4) Pendekatan ergonomic untuk memodifikasi stress akibat
kerja.

b. Terapi Farmakologi
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat
yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik
dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat
memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
1) Acetaminophen
Merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh
dokter karena relatif aman dan efektif untuk mengurangi
rasa sakit.
32

2) NSAIDs (NonSteroid Anti Inflammatory Drugs)


Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi.
Efek samping yaitu menyebabkan sakit perut dan
gangguan fungsi ginjal.

3) Topical Pain
Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan
langsung pada kulit yang terasa sakit.

4) Tramadol
Tidak mempunyai efek samping seperti yang ada pada
acetaminophen dan NSAIDs.

5) Mild Narcotic Painkillers


Mengandung analgesik seperti codein atau hydrocodone
yang efektif mengurangi rasa sakitpada penderita
osteoarthritis.

6) Corticosteroids
Efektif mengurangi rasa sakit.

7) Hyaluronic Acid
Merupakan glycosaminoglycan yang tersusun oleh
disaccharides of glucuronic acid dan n-acetyanglusamine.
Disebut juga viscosupplementation.
Dari hasil penelitian yang dilakukan 80% pengobatan
dengan menggunakan hyaluronic acid mempunyai efek
yang lebih kecil dibandingkan pengobatan dengan
menggunakan placebo. Makin besar molekul hyaluronic
acid yang diberikan, makin besar efek positif yang
dirasakan karena hyaluronic acid efektif mengurangi rasa
sakit.
33

8) Glukosamine dan Chondroitin Sulfate


Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada
lutut.

c. Terapi Konservatif
Kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-alat
orthotic untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi.
Message sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli
dibidangnya. Tujuan message tersebut adalah untuk membuat
rileks otot-otot yang spasme dan membantu melancarkan
sirkulasi darah.

d. Terapi Non Farmakologi


1) Olahraga
Olahraga yang dianjurkan adalah olahragayangtidak telalu
berat dan tidak menyebabkan bertambahnya kompresi atau
tekanan atau trauma pada sendi, yaitu misalnya berenang
dan menggunakan sepeda statis. Olahraga selain berfungsi
untuk mengurangi rasa sakit dan kaku juga bermanfaat
untuk mengontrol berat badan.

2) Proteksi/Perlindungan Sendi
Sendi dijaga dari berbagai aktivitas sehari-hari dan
pekerjaan yang dapat menambah stress/tekanan pada sendi.

Osteoarthritis mungkin timbul atau diperkuat karena


mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari
aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.

3) Terapi Panas atau Dingin


34

a) Terapi panas digunakan untuk mengurangi rasa sakit,


membuat otot-otot sekitar sendi menjadi rileks dan
melancarkan peredaran darah. Terapi panas dapat
diperoleh dari kompres dengan air hangat/panas, sinar IR
(Infra red/infra merah) dan alat-alat terapi lainnya seperti
swd/mwd.

b) Terapi dingin digunakan untuk mengurangi bengkak


pada sendi dan mengurangi rasa sakit. Terapi dingin
biasanya dipakai saat kondisi masih akut. Dapat
diperoleh dengan kompres air dingin.

4) Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoarthritis
yang gemuk menjadi program utama pengobatan
osteoarthritis. Penurunan berat badan seringkali dapat
mengurangi timbulnya keluhandan peradangan.
Pemberian Vitamin C,D,E dan beta karoten, vitamin-
vitamin tersebut bermanfaat untuk mengurangi laju
perkembangan osteoarthritis.

5) Dukungan Psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoarthritis oleh
karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya
yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia
ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien
osteoarthritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat
bantu karena faktor psikologis.
35

e. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan
osteoarthritis, meliputi terapi panas dan dingin dan program
latihan yang tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan
sebelum latihan untuk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan.
Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-
obat gosok jangan dipakai sebelum pemanasan.
Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonik, inframerah, mandi paraffin dan
mandi dari pancuran panas.

Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan


memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi
osteoarthritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik
karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi
daan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul
karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot.

f. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien
osteoarthritisdengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri
menetap dan kelemahan fungsi. Tindakkan yang dilakukan
adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan
fragmen tulang rawan sendi, pembersihan osteofit.

g. Akupuntur
Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fugsi sendi.
36

C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Berdasarkan Maslow


1. Kebutuhan dasar manusia
Teori hierarki kebutuhan dasar manusia dikemukakan Abraham
Maslow dalam Potter dan Perry (1997), dapat dikemukakan untuk
menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut
a. Kebutuhan fisiologi, merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu
kebutuhan fisiologi seperti oksigen, cairan (minuman), nutrisi
(makanan), keseimbangan suhu tubuh, eleminasi, tempat
tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi
perlindungan fisik dan perlindungan psikolohis
1) Perlindungan fisik, meliputi perlindungan atas ancaman
terhadap tubuh atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa
penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan
sebagainya.
2) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman
dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya,
kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah
pertama kali karena merasa dialami seseorang ketika masuk
sekolah pertama kali karena merasa terancam oleh
keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan
sebagainya.
c. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, antara
lain memberi dan menerima kasih saying, mendapatkan
kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh
kelompok sosial, dan sebagainya
d. Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh
orang lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan uttuk
mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri, dan
kemerdekaan diri. Selama ini, orang juga memerlukan
pengakuan dari orang lain
37

e. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi


dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi
pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri
sepenuhnya.

Dari kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow ditemukan beberapa


gangguan kebutuhan dasar manusia pada penderita Osteoarthritis, yaitu :

1. Gangguan rasa aman nyaman : nyeri


Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan
aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat.
Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang
telah lanjutdimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri
biasanya berlokasipada sendi yang terkena tetapi dapat
menjalar, misalnya pada osteoarthritis coxae nyeri dapat
dirasakan dilutut , bokong sebelah lateril, dan tungkai atas.
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini
belum dapat diketahui penyebabnya.

2. Kerusakan mobilitas fisik


Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena
pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba
panas tanpa adanya pemerahan yang disebabkan oleh
distruksi lokal rawan sendi sehingga timbul ketidakserasian
antara tulang pembentuk sendi.

D. Proses Keperawatan Lanjut Usia Dengan Osteoarthritis


1. Pengkajian
Pengkajian adalah sebuah proses untuk mengenal dan
mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif dan negatif)
pada usia lanjut, baik secara individu maupun kelompok
yang bermanfaat untuk mengetahui masalah dan
38

kebutuhan usia lanjut serta untuk mengembangkan strategi


promosi kesehatan.

Pengkajian berfokus keperawatan klien dewasa maupun


lanjut usia terjadi dilingkungan tradisional rumah, rumah
sakit, atau institusi perawatan jangka panjangserta situasi
non-tradisional seperti pusat-pusat senior, gedung-gedung,
apartemen, atau kelompok praktik keperawatan.
(luecknotte, 2008).

Pengkajian keperawatan pada lanjut usia merupakan


proses kompleks dan menantang yang harus
mempertimbangkan kebutuhan lanjut usia melalui
pengkajian-pengkajian untuk menjamin pendekatan lanjut
usia yang lebih spesifik.
a. Identitas
Identitas klien yang biasa dikaji pada penyakit sistem
muskoloskeletal adalah usia, karena ada beberapa
penyakit sistem muskoloskeletal banyak terjadi pada
klien diatas usia 60 tahun.

b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien
dengan penyakit muskoloskeletal seperti osteoarhritis
adalah klien mengeluh nyeri pada persendian yang
terkena, adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan
keterbatasan mobilitas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai
penyakit yang di derita oleh klien dari mulai timbulnya
keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa ke rumah
sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat
39

lain selain rumah sakit umum serta pengobatan apa


yang pernah diberikan dan bagaimana perubahannya
dan data yang didapatkan saat pengkajian.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu


Riwayat kesehatanyang lalu seperti riwayat penyakit
muskoloskeletal sebelumnya, riwayat pekerjaan pada
pekerja yang berhubungan dengan adanya riwayat
penyakit muskoloskeletal, penggunaan obat-obatan,
riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok.

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit yang sama karena faktor
genetik/keturunan.

f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan umum klien lanjut usia yang mengalami
gangguan muskoloskeletal biasanya lemah.

2) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis dan apatis.

3) Tanda-Tanda Vital
a) Suhu meningkat
b) Nadi meningkat
c) Tekanan darah meningkat atau dalam batas
normal
d) Pernafasan biasanya normal atau mengalami
peningkatan.
40

4) Pemeriksaan Reviews Of System (ROS)


a) Sistem Pernafasan
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi
nafas atau masih dalam batas normal.

b) Sistem Sirkulasi
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi
apical, sirkulasi perifer, warna dan
kehangatan.

c) Sistem Persarafan
Kaji adanya hilangnya gerakan, spasme otot,
terlihat kelemahan fungsi. Pergerakan mata,
dilatasi pupil.

d) Sistem Perkemihan
Perubahan pola berkemih seperti
inkontinensia urin, disuria, distensi
kandung kemih, warna dan bau urin, dan
kebersihannya.

e) Sistem Pencernaan
Konstipasi, konsiten feses, frekuensi
eliminasi, auskultasi bising usus, anoreksia,
adanya distensi abdomen, nyeri tekan
abdomen.

f) Sistem Muskoloskeletal
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin
terlokalisasi pada area jaringan, dapat
berkurang pada imobilisasi,
kekuatan otot, kontraktur, atrofi otot, laserasi
41

kulit dan perubahan warna.

5) Pola Fungsi Kesehatan


Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang bisa
dilakukan sehubungan dengan adanya nyeri pada
persendian, ketidakmampuan mobilisasi.

1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat.


Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan
penanganan kesehatan.

2. Pola Nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance
cairan, dan elektrolit, nafsu makan, pola
makan, diit, kesulitan menelan, mual/muntah
dan makanan kesukaan.

c) Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung
kemih, defekasi, ada tidaknya masalah
defekasi, masalah nutrisi dan penggunaan
kateter.

d) Pola Tidur dan Istirahat


Menggambarkan pola tidur, istirahat dan
persepsi terhadap energi, jumlah jam tidur
pada siang dan malam, masalah tidur, dan
insomnia.
42

e) Pola Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas,
fungsi pernafasan dan sirkulasi, riwayat
penyakit jantung, frekuensi, irama.

f) Pola Hubungan dan Peran


Menggambarkan dan mengetahui hubungan
dan peran klien terhadap anggota keluarga
dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan,
tidak punya rumah, dan masalah keuangan.

g) Pola Sensori Kognitif


Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif.
Pola persepsi sensori meliputi pengkajian
penglihatan, pendengaran, perasaan dan
pembau.

h) Pola Persepsi dan Konsep Diri


Menggambarkan sikap tentang diri sendiri
dan persepsi terhadap kemampuan konsep
diri. Konsep diri menggambarkan gambaran
diri, harga diri, peran, identitas diri,
manusia sebagai sistem terbuka dan
makhluk bio-psiko-sosio-kultural-spiritual,
kecemasan, ketakutan dan dampak terhadap
sakit.

i) Pola Seksual dan Reproduksi


Menggambarkan kepuasan/masalah
terhadap seksualitas.
43

j) Pola Mekanisme Penanggulangan Stress


dan Koping. Menggambarkan kemampuan
untuk menangani stress.

k) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan


Menggambarkan dan menjelaskan pola,
nilai keyakinan termasuk spiritual.

g. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a) Led meningkat
b) Protein c reaktif : positif pada masa inkubasi.
c) Asam urat guna mengetahui apakah penyebab
osteoarthritis pada klien disebabkan karena
jumlah asam urat yang berlebih.

2) Foto Rontgen
Menunjukkan penurunan progresif masa kartilago
sendi sebagai penyempitan rongga sendi.

3) Serologi
Cairan sinovial dalam batas normal.

4) Tes Khusus
a) Tes Fluktasi
Caranya : ibu jari dan jari telunjuk dari satu
tangan diletakkan disebelah kiri dan kanan
patella. Bila kemudian suprapatellaris itu
dikosongkan menggunakan tangan lainnya,
maka ibu jari dari jari telunjuk tadi seolah-olah
terdorong oleh perpindahan cairan dalam sendi
lutut.
44

b) Tes Lekuk
Caranya : dengan memakai punggung tangan,
kita mengusapi “lekuk kecil” disebelah medial
patella kearah proximal, sehingga dikosongkan
dari cairannya. Kemudian kita melaksanakan
gerakkan mengusap yang sama pada patella
bagian lateral, maka lekuk kecil yang medial itu
akan kelihatan terisi cairan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang dibuat
oleh perawat profesional yang memberi gambaran
tentang masalah atau status kesehatan, baik aktual
maupun potensial yang ditetapkan berdasarkan
analisis dan interpretasi data hasil pengkajian.

Diagnosa keperawatan osteoarthritis adalah sebagai


berikut:
a. Gangguan rasa aman dan nyaman : Nyeri akut/kronis
b. Gangguan rasa aman dan nyaman Kerusakan mobilitas
fisik
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit osteoarthritis
d. Kurang pengetahuan : Cemas
e. Gangguan citra tubuh
f. Resiko jatuh
g. Defisit perawatan diri
45

3. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa
Perencanaan
Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Intervensi

1 Nyeri akut/kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri :


berhubungan keperawatan diharapkan klien dapat
- Kaji secara komprehensif tentang nyeri,
dengan agen injuri :
meliputi: lokasi,
(biologi, kimia, 1. Mengontrol nyeri
fisik, psikologis) karakteristik dan skala, durasi, frekuensi,
dengan kriteria :
ditandai dengan kualitas,
klien melaporkan a. Klien dapat mengetahui
intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor
adanya nyeri pada penyebab nyeri, skala nyeri,
presipitasi.
persendian, ekspresi mampu menggunakan tekhnik
wajah meringis. non farmakologi untuk - Observasi isyarat-isyarat non verbal dari
mengurangi nyeri, dan ketidaknyamanan, untuk
tindakan pencegahan nyeri.
komunikasi secara efektif.
46

- Gunakan komunikasi terapeutik agar klien


b. Klien mampu mengenal tanda- dapat mengekspresikan
tanda pencetus nyeri untuk
nyeri.
pertolongan.
c. Melaporkan bahwa nyeri - Kaji latar belakang budaya klien.
berkurang dengan
- Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap
menggunakan manajemen
kualitas hidup: pola
nyeri.
tidur, nafsu makan, aktivitas, pekerjaan,
2. Menunjukkan tingkat nyeri tanggung jawab peran.
a. Klien melaporkan nyeri dan
pengaruhnya pada tubuh.
b. Klien mampu mengenal skala,
intensitas, frekuensi dan
lamanya nyeri.
c. Klien mengatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.
d. Tanda-tanda vital dalam batas
normal.
47

e. Ekspresi wajah tenang

- Kaji pengalaman individu terhadap nyeri,


keluarga dengan nyeri

kronis.

- Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan


mengontrol nyeri yang

telah digunakan.

- Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga.


48

- Berikan informasi tentang nyeri, seperti :


penyebab, berapa lama

terjadi, dan tindakan pencegahan.

- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat


mempengaruhi respon

klien terhadap ketidaknyamanan (misalnya:


tempratur ruangan,

penyinaran)

- Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri.

- Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.

- Ajarkan penggunaan tekhnik non farmakologi.

- Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol


nyeri.

- Modifikasi tindakan mengontrol nyeri


49

berdasarkan respon klien.

- Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang


pengalaman nyeri secara

tepat.

- Monitor kenyamanan klien terhadap


manajemen nyeri.

- Bantu klien mengidentifikasi faktor presipitasi


nyeri baik aktual

maupun potensial.

Pemberian Analgetik

- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik nyeri.

- Berikan obat prinsip 5 benar.


50

- Cek riwayat alergi obat

- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,


dan keparahan

sebelum pengobatan.

- Monitor vital sign sebelum dan sesudah


pemberian analgetik

pertama kali.

- Berikan analgetik yang tepat waktu terutama


saat nyeri hebat.

- Evaluasi efektivitas analgetik, tanda dan gejala


(efek samping).

2 Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Terapi Aktivitas :


fisik berhubungan keperawatan diharapkan klien dapat - Kaji kebutuhan akan bantuan pelayanan
dengan nyeri dan menunjukkan tingkat mobilitas kesehatan dirumah dan
ketidaknyamanan, dengan kriteria : kebutuhan akan peralatan pengobatan yang
51

kerusakan - Klien menunjukkan penampilan tahan lama.


neuromuskuler, yang seimbang. - Ajarkan dan bantu klien untuk berpindah
kehilangan - Klien menunjukkan penampilan sesuai kebutuhan
integritas struktur posisi tubuh. (misalnya dari tempat tidur ke kursi).
tulang, kekakuan - Klien menunjukkan pergerakan - Bantu klien mengenali aktivitas sesuai
sendi atau sendi. kebutuhan.
kontraktur. - Klien melakukan perpindahan. - Instruksikan klien atau pemberi pelayanan
- Klien melakukan ambulasi : tentang keamanan
berjalan. berpindah dan tekhnik ambulasi yang aman.
- Klien dapat melakukan aktivitas - Pantau penggunaan alat bantu mobilitas
sehari-hari secara mandiri. (misalnya: tongkat, walker,
- Klien meminta bantuan untuk kruk, kursi roda)
aktivitas mobilisasi jika diperlukan. - Berikan penguatan positif selama aktivitas.
- Ajarkan klien bagaimana menggunakan
mekanika tubuh yang benar
saat melakukan aktivitas.
- Ajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM
aktif/pasif untuk
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan
52

dan ketahanan otot.

Terapi Aktivitas :
-Tentukan keterbatasan rentang gerak sendi,
efek, dan fungsinya.
-Kolaborasi dengan terapi fisik dalam
mengembangkan program
latihan.
- Tentukan tingkat motivasi klien dalam
mempertahankan atau
meningkatkan rentang gerak sendi.
- Jelaskan pada klien/ keluarga tentang maksud
dan rencana latihan
gerak sendi.
- Bantu klien untuk mengatur posisi yang
optimal dalam ROM
aktif/pasif.
- Motivasi klien untuk latihan ROM aktif/pasif
dan merencanakan
53

jadwal.
- Bantu latihan ROM sesuai indikasi.
- Motivasi klien untuk membayangkan gerakan
tubuhnya sebelum
memulai pergerakan.
-Berikan penguatan postitif selama aktivitas.

3 Kurang Setelah dilakukan tindakan Pendidikan Kesehatan : Proses penyakit


pengetahuan keperawatan diharapkan -Kaji tingkat pengetahuan pasien berhubungan
berhubungan pengetahuan klien tentang proses dengan proses
dengan kurang penyakit meningkat dengan kriteria penyakit yang spesifik
paparan, mudah hasil : -Tentukan motivasi klien untuk mempelajari
lupa, kurang - Menjelaskan proses penyakitnya informasi-informasi
mengetahui - Menjelaskan penyebab yang khusus (misalnya : status psikologis,
informsi ditandai penyakitnya orientasi, nyeri, keletihan)
dengan klien - Menjelaskan tanda-tanda gejala - Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat
mengungkapkan penyakitnya. pemahaman klien,
adanya masalah, - Menjelaskan tindakan-tindakan mengulang informasi bila di perlukan.
klien mengikuti untuk meminimalkan keluhan - Sediakan waktu bagi klien untuk menanyakan
54

instruksi tidak selama proses penyakit. beberapa pertanyaan


akurat. dan mendiskusikan permasalahannya.

4 Cemas berhubungan Setelah dilakukan asuhan Menurunkan kecemasan


dengan krisis keperawatan klien mampu - Gunakan ketenangan dalam pendekatan untuk
situasional, mengontrol cemas dengan kriteria menenangkan klien.
perubahan status hasil : - Berusaha memahami keadaan stress yang
peran, perubahan -Klien dapat merencanakan strategi dialami klien.
status kesehatan, koping untuk situasi yang membuat - Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis,
stress, klien tampak stress. dan tindakan.
cemas, respirasi - Klien dapat mempertahankan
meningkat, nadi penampilan peran.
meningkat, suara - Klien melaporkan tidak ada
gemetar, klien sulit gangguan persepsi sensori
berkonsentrasi.
55

5 Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Citra Tubuh


tubuh berhubungan keperawatan diharapkan klien - Kaji cara berjalan klien dan tentang tubuh
dengan pengobatan menunjukkancitra tubuh yang positif klien.
penyakit, trauma, dengan kriteria : - Tentukan harapan klien tentang gambaran
struktur dan fungsi, - Klien penerimaan terhadap tubuh berdasarkan tahap
perasaan negatif perubahan perkembangan.
tentang tubuh bentuk tubuh.
(perasaan tidak - Klien mengungkapkan kepuasan
berdaya, keputusan terhadap penampilandan fungsi
atau tidak ada tubuh.
kekuatan),
mengatakan
perubahan dalam
kehidupan.
56

6 Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Mencegah Jatuh


berhubungan keperawatan diharapkan klien - Identifikasi kebutuhan keamanan klien
dengan adanya melakukan tindakan pengamanan : berdasarkan tingkat fungsi
peradangan pada pencegahan jatuh dengan kriteria : fisik, kognitif dan riwayat perilaku
persendian, - Klien dapat menggunakan alat sebelumnya.
penurunan kekuatan bantu dengan benar - Identifikasi karakteristik lingkungan yang
ekstermitas bawah. - Klien dapat menempatkan mungkin meningkatkan
penopang untuk mencegah jatuh. potensial untuk jatuh.
- Pantau gaya berjalan, keseimbangan dan
tingkat kelelahan selama
amulasi.
- Berikan informasi tentang bahaya lingkungan
dan ciri-cirinya.

7 Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan - Kaji kemampuan klien untuk menyediakan alat
diri berhubungan keperawatan klien dapat mandi
dengan gangguan menunjukkan perawatan diri : - Bantu klien dalam menerima ketergantungan
muskoloskeletal - Klien mampu ke kamar mandi pemenuhan kebutuhan
57

ditandai dengan menyediakan perlengkapan mandi sehari-hari.


klien tidak mampu - Klien mampu membersihkan dan - Klien mampu melakukan perawatan diri secara
membersihkan mengeringkan tubuh. mandiri.
sebagian atau - Klien mampu mengungkapkan
seluruh badan. secara verbal tentang kepuasan
tentang kebersihan tubuh.

8 Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan Bantu Perawatan Diri


diri berhubungan keperawatan klien dapat - Kaji kemampuan klien untuk melakukan
dengan kerusakan menunjukkan perawatan diri kebutuhan secara mandiri
muskuloskeletal - Klien mampu untuk masuk dan - Berikan bantuan sampai klien mampu untuk
ditandai dengan keluar dari toilet melakukan perawatan
klien tidak mampu - Klien mampu membersihkan diri diri.
ke toilet atau klien setelah toileting. - Bantu klien dalam menerima ketergantungan
menggunakan pemenuhan kebutuhan
pispot, klien tidak sehari-hari.
mampu memenuhi
kebersihan toileting.
58

4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan guna menjalankan rencana asuhan keperawatan
untuk membantu klien mencapai tujuan. Tindakkan dalam proses ini
meliputi mengkaji kembali klien, memperbarui data dasar, meninjau serta
merevisi rencana asuhan serta melakukan atau mendelegasikan intervensi
keperawatan yang direncanakan (Berman, synder, 2010)

5. Evaluasi
Mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien
kearah pencapaian tujuan. Data dikumpulkan dengan dasar berkelanjutan
untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam kehidupan sehari-hari, dan
dalam ketersediaan atau penggunaan sumber eksternal.

Hasil akhir yang diharapkan untuk pasien :


a. Diagnosa Keperawatan : nyeri akut/kronis
1) Klien menunjukkan kemampuan menggunakan tekhnik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri, dan tindakkan pencegahan
nyeri.
2) Klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus nyeri untuk mencari
pertolongan.
3) Klien melaporkan nyeri berkurang.
4) Klien mengungkapkan kenyamanansetelah nyeri berkurang.
5) Klien menunjukkan tanda vital dalam batas normal.
6) Klien menunjukkan ekspresi wajah tenang.

b. Diagnosa keperawatan kerusakan mobilitas fisik


1) Klien menunjukkan penampilan yang seimbang
2) Klien menunjukkan penampilan posisi tubuh.
3) Klien dapat melakukan pergerakkan sendi.
4) Klien dapat melakukan perpindahan.
5) Klien dapat berjalan normal
59

6) Klien dapat berjalan


7) Klien mau meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi jika
diperlukan
8) Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

c. Diagnosa Keperawatan : Kurang Pengetahuan


1) Klien mengetahui nama penyakitnya.
2) Klien dapat menjelaskan proses penyakit.
3) Klien dapat menjelaskan faktor penyebab dan resiko penyakitnya
4) Klien menjelaskan efek dari penyakit
5) Klien menjelaskan tanda-tanda dan gejala penyakit
6) Klien menjelaskan tindakan-tindakan untuk meminimalkan progresi
penyakit.
7) Klien menjelaskan tanda-tanda dan gejala komplikasi

d. Diagnosa keperawatan : cemas


1) Tidak ada tanda-tanda kecemasan secara fisik pada klien.
2) Klien tidak menunjukkan perubahan perilaku akibat kecemasan
3) Klien melaporkan tidak ada kecemasan secara fisik.

e. Diagnosa keperawatan : gangguan citra tubuh


1) Klien mendemonstrasikan penerimaan bentuk tubuh
2) Klien puas dengan penampilan dan fungsi tubuh
3) Klien mau menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.
4) Klien dapat melakukan hubungan sosial yang dekat.

f. Diagnosa keperawatan : Resiko jatuh


1) Klien dapat menempatkan penopang untuk mencegah jatuh.
2) Klien dapat menempatkan susunan pegangan tangan sesuai
kebutuhan.
60

g. Diagnosa keperawatan : defisit perawatan diri (mandi)


1) Klien menunjukkan kepuasan tentang kebersihan tubuh
2) Klien membersihkan dan mengeringkan tubuh.
3) Klien menunjukkan kemampuan melakukan perawatan tubuh.

h. Diagnosa keperawatan : defisit perawatan diri (toileting)


1) Klien menunjukkan kemampuan untuk masuk dan keluardari toilet.
2) Klien menunjukkan kemampuan untuk masuk dan keluar dari toilet
3) Klien menunjukkan kemampuan membersihkan diri setelah toileting.

Anda mungkin juga menyukai