BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3. Teori Menua
Teori penuaan secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu teori
penuaan secara biologi dan teori penuaan psikososial.
a. Teori Biologi
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi tubuh selama masa hidup (Zairt).
1) Teori error
Menurut teori ini proses penua diakibatkan oleh menumpuknya
berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat
kesalahan tersebut menyebabkan kerusakan metabolisme dan
kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
2) Teori outoimun
Pada teori ini, penuaan dianggap disebabkan oleh adanya
penurunan fungsi system immun. Perubahan yang terjadi
meliputi penurunan sistem immun humoral, yang dapat menjadi
faktor predisposisi pada orang tua:
10
b) Teori Biologi
1) Teori Aktifitas
Terori ini menyatakan bahwa seorang individu harus mampu
eksis dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai
kesuksesan dalam kehidupan dihari tua.Aktifitas dalam teori
11
2) Teori Kontinuitas
Teori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan kondisi
yang selalu terjadi secara berkesinambungan yang harus
dihadapi oleh orang lanjut usia.
3) Disanggement theory
Putusnya berhubungan dengan dunia luar seperti dengan
masyarakat, hubungan dengan individu lain.
b. Sel
1) Jumlah sel menurun/lebih sedikit
2) Ukuran sel lebih besar
3) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang
14
c. System persarafan
1) Menurunnya hubungan persarafan
2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya)
3) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya
terhadap stress
4) Saraf panca-indra mengecil
5) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf
penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap
perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap dingin
6) Kurang sensitive terhadap sentuhan
7) Deficit memori
d. Sistem pendengaran
1) Gangguan pendengaran, hilangnya daya pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,
50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
2) Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan
otosklerosis
3) Terjadi pengumpulan srumen, dapat mengeras karena
meningkatnya keratin
4) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia
yang mangalami ketengangan/stress
15
e. Sistem penglihatan
1) Sfingter pupil timbul sclerosis dan respon sinar menghilang
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak,
jelas menyebabkan gangguan penglihatan.
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap
5) Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan manisfestasi
presbyopis, seseorang sulit melihat dekat yang dpemgaruhi
berkurangnya elastisitas lensa
6) Lapang pandang menurun : luas pandang berkurang
7) Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru
atau hijau pada skala
f. System kardiovaskuler
1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
2) Elastisitas dinding aorta menurun
3) Kemampuan janntung memompa darah menrun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun. hal ini menyebabkan
kontraksi dan volume menurun (frekuensi denyut jantung
maksimal =200 – umur)
4) Curah jantung menurun (isi seenit jantung menurun0
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkuang,
perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
mengakibatkan pusing mendadak.
16
h. System pernafasan
1) Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi,
kehilangan kekuatan, dan menjadi kaku
2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya)
3) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya
terhadap stress
4) Saraf panca indra mengecil
5) Pehlihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf
penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap
perubahan suhu, dan rendahan ketahanan terhadap dingin
6) Kurang sensitive terhadap sentuhan
7) Deficit memori
17
i. System pencernaan
1) Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi
kesehatan gigi dan gizi yang buruk
2) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lender yang
kronis, atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas
saraf pengecap dlidah, terutama rasa manis dan asin,
hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin,
asam, dan pahit.
3) Esophagus melebar
4) Rasa lapar mnurun (sensitivitas lapar menurun), asam
lambung menurun, motilitas dan wktu pengosongan
lambung menurun.
5) Perialitik lemah dan biasanya timbul konstipasi
6) Fungsi absorpsi melemah ( daya absorpsi terganggu
terutama karbohidrat)
7) Hati semakin mengecil dan penyimpanan menurun, aliran
darah berkurang
j. System Reproduksi
Wanita
1) Vagina mengalami kontraktur dan mngecil
2) Ovarium menciut, uterus mengalami atrofi
3) Atrofi payudara
4) Atrofi vulva
5) Selaput lender vagina menrun, permukaan menjadi halus,
sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi
perubahan warna
18
Pria
1) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
ada penurunan secara berangsur-angsur
2) Dorongan seksual menetap samapi usia 70 tahun, asal
kondisi kesehatannya baik, yaitu:
3) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut
usia.
4) Hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual.
5) Tidak perlu cemas karna prosesnya alamiah sebanyak
±75% pria usia 65 tahun mengalami pembesaran prostat
k. System Genitourinaria
1) Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolsime
tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal,
disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang
disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Mengecilnya
nefron akibat atrofi, aliran darah keginjal menurun
sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang.
Akibatnya, kemampuan mengonsentrasi urine menurun,
berat jenis urine menurun, proteinuria (biasanya ±1),
BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%,
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200
ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni
meningkat. Pada pria lajut usia, vesika urinaria sulit
dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine
meningkat
19
3) Pembesaran prostat
±75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun
4) Atrofi vulva
5) Vagina
Seseorang yang semakin menua, kebutuhan seksualnya
masih ada. Tiadak ada batasan umur tertentu kapan
fungsi seksual seseorang berhenti. Frekuensi hubungan
seksual cenderung menurun secara bertahap setiap
tahun, tetapi kapasitas untuk mrnikmatinya berjalan
sampai tua.
l. Sistem integument
1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemak.
2) Permukaan kulit cinderung kusam, kasar dan bersisik
(karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan
ukuran dan bentuk sel epidermis)
3) Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanognesis yang
tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik
– bintik atau noda cokelat
4) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya
kerut- kerut halus diujung mata akibat lapisan kulit yang
menipis
5) Respons terhadap trauma menurun
6) Mekanisme proteksi kulit menurun
7) Produksi serum menurun
8) Produksi vitamin D menurun
9) Produksi kulit terganggu
10) Kulit kepala dan rambut menipis an berwarna kelabu
11) Rambut dalam hidung dan telinga menebal
20
m. System musculoskeletal
1) Tulang kehilangan massa (cairan) dan semakin rapuh
2) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi
3) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pergelangan dan paha
4) Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga
rusak
5) Kifosis
6) Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
7) Gangguan gaya berjalan
8) Kekaukan jaringan penghubung
9) Persendian membesar dan menjadi kaku
10) Tendon mengeut dan mengalami sclerosis
11) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan
menjadi laman, otot kram, dan menjadi tremor(perubahan
pada otot cukup rumit dan dipahami )
12) Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses
menua
n. System imun
1) Perubahan fungsi system imunologi
2) Kemampuan imunitas tubuh melawan infeksi menurun
3) Kecepatan respon imun menurun
4) Produksi imunoglobukin berkurang jumlahnya sehingga
vaksinasi dalam tubuh kurang efektif melawan penyakit.
21
2. Perubahan kognitif
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, (dalam buku
“keperawatan lanjut usia”,(Azizah, 2012).
b. IQ (intellegent quocient)
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi
matematika (analisa, linier, sekuensial) dan perkataan
verbal.Tetapi persepsi dan daya membayangkan (fantasi)
menurun.Walaupun mengalami kontrofersi, tes intelegensia
kurang memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada
22
c. Kemampuan pemahaman
Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada
lansia mengalami penurunan.Hal ini dipengaruhi oleh
konsentrasi dan fungsi pendengarannya lansia yang
mengalami penurunan. Dalam pelayanan terhadap lanjut
usia agar tidak timbul salah paham sebaiknya dalam
komunikasi dilakukan kontak mata (saling pandang).
Dengan kontak mata, mereka akan dapat membaca bibir
lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya
dapat diatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud
orang lain. Sikap yang hangat dalam komunikasi akan
menimbulkan rasa aman dan diterima, sehingga mereka
akan lebih tenang, lebih senang merasa dihormati.
3. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam
kehidupanya.Lansia makin teratur dalam kehidupan
keagamaanya.Hal ini dapat terlihat dalam berfikir dan bertindak
sehari-hari. Spiritualitas pada lansia bersifat universal, interinsik
dan merupakan proses individu yang berkembang sepanjang
rentan kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan tersebut.
Lansia yang telah mempelajari cara menghadapi perubahan
hidup melalui mekanisme keimanan akhirnya dihadapkan pada
tantangan akhir yaitu kematian. Harapan memunginkan individu
dengan keimananspiritual atau religius untuk bersikap untuk
menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian.
4. Perubahan psikososial
a. Pensiun
Bila seorang pensiun, ia akan mengalami kehilangan-kehilangan
antara lain:
1) Kehilangan finansial
2) Kehilangan status ( dulu punya jabatan yang tinggi dan
segala fasilitasnya)
b. Keluarga (emptiness): kesendirian, kehampaan.
c. Teman: ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul
perasaankapan akan meninggal. Berada di rumah terus-
menerus akan cepat pikun (tidak berkembang).
d. Abuse: kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal
(dicubit, tidak diberi makan).
e. Masalah hukum: berkaitan dengan perlindungan aset dan
kekayaan pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.
24
2. Klasifikasi
Menurut Yuliana Elin (2009) Osteoarthritis diklasifikasikan
menjadi 2 :
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit
sebelumnya yang berhubungan dengan osteoarthritis.
b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah
fraktur.
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis pada lutut dan sendi,
dan laki-laki lebih sering terkena osteoarthritis pada paha,
pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45
tahun frekuensi osteoarthritis kurang lebih sama pada laki-laki
27
c. Genetik
Faktor Herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis
misal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoarthritis pada
sendi-sendi interfalang distal terdapat 2 kali lebih sering
osteoarthritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari
pada ibu dan anak perempuan dari wanita tannpa osteoarthritis.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoarthritis
nampaknya terdapat perbedaan diantaranya masing-masing
suku bangsa, misalnya osteoarthritis lebih jarang pada orang-
orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoarthritis
lebih sering dijumpai pada orang-orang amerika asli dari pada
orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan
cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan.
e. Kegemukan
Berat badan berlebih nyatanya berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun
pada pria, kegemukkan ternyata tak hanya berkaitan dengan
osteoarthritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoarthritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula)
28
f. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis adalah
trauma yang menmbulkan kerusakan pada integritas struktur
dan biomekanik sendi tersebut.
h. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka
rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi
tidak stabil / seimbang sehingga mempercepat proses
degenerasi.
i. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam
proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong
sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo,
sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
4. Patofisiologi
Proses penuaan
Trauma
-intrinsik
Perubahan
Peroses penyakit Pemecahan -ekstinsik
komponen sendi
degeneratif yang panjang kondrosit
-kolagen
-Progteogtikasi
MK: Perubahan
-Jaringan sub metabolisme
-Kurang Kerusakan
kondrial sendi
kemampuan penatalaksanaan
mengingat lingkungan
-Kesalahahan
Pengeluaran
iterpretasi
enzim lisosom
Kerusakan matrik
kartilago
MK : kurang
pengetahuan Perubahan
fungsi sendi
Penebalan
tulang sendi
Deformitas
sendi
kontraktur
hipertofi
Penyempitan
rongga sendi MK:
MK:gangguan kerusakan
citra tubuh mobilitas fisik Distensi
cairan
-Penurunan kekuatan
-nyeri
MK: nyeri
akut
MK:kurang
perawatan
30
5. Manifestasi Klinis
d. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas
lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada
hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana
rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi
yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis
coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan
tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal
ini belum dapat diketahui penyebabnya.
6. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada osteoarthritis yaitu nyeri dan
kekauan sendi yang dapat menjadi sangat berat sehingga penderita
tidak bisa beraktivitas.
b. Terapi Farmakologi
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat
yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik
dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat
memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
1) Acetaminophen
Merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh
dokter karena relatif aman dan efektif untuk mengurangi
rasa sakit.
32
3) Topical Pain
Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan
langsung pada kulit yang terasa sakit.
4) Tramadol
Tidak mempunyai efek samping seperti yang ada pada
acetaminophen dan NSAIDs.
6) Corticosteroids
Efektif mengurangi rasa sakit.
7) Hyaluronic Acid
Merupakan glycosaminoglycan yang tersusun oleh
disaccharides of glucuronic acid dan n-acetyanglusamine.
Disebut juga viscosupplementation.
Dari hasil penelitian yang dilakukan 80% pengobatan
dengan menggunakan hyaluronic acid mempunyai efek
yang lebih kecil dibandingkan pengobatan dengan
menggunakan placebo. Makin besar molekul hyaluronic
acid yang diberikan, makin besar efek positif yang
dirasakan karena hyaluronic acid efektif mengurangi rasa
sakit.
33
c. Terapi Konservatif
Kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-alat
orthotic untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi.
Message sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli
dibidangnya. Tujuan message tersebut adalah untuk membuat
rileks otot-otot yang spasme dan membantu melancarkan
sirkulasi darah.
2) Proteksi/Perlindungan Sendi
Sendi dijaga dari berbagai aktivitas sehari-hari dan
pekerjaan yang dapat menambah stress/tekanan pada sendi.
4) Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoarthritis
yang gemuk menjadi program utama pengobatan
osteoarthritis. Penurunan berat badan seringkali dapat
mengurangi timbulnya keluhandan peradangan.
Pemberian Vitamin C,D,E dan beta karoten, vitamin-
vitamin tersebut bermanfaat untuk mengurangi laju
perkembangan osteoarthritis.
5) Dukungan Psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoarthritis oleh
karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya
yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia
ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien
osteoarthritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat
bantu karena faktor psikologis.
35
e. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan
osteoarthritis, meliputi terapi panas dan dingin dan program
latihan yang tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan
sebelum latihan untuk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan.
Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-
obat gosok jangan dipakai sebelum pemanasan.
Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonik, inframerah, mandi paraffin dan
mandi dari pancuran panas.
f. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien
osteoarthritisdengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri
menetap dan kelemahan fungsi. Tindakkan yang dilakukan
adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan
fragmen tulang rawan sendi, pembersihan osteofit.
g. Akupuntur
Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fugsi sendi.
36
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien
dengan penyakit muskoloskeletal seperti osteoarhritis
adalah klien mengeluh nyeri pada persendian yang
terkena, adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan
keterbatasan mobilitas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai
penyakit yang di derita oleh klien dari mulai timbulnya
keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa ke rumah
sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat
39
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan umum klien lanjut usia yang mengalami
gangguan muskoloskeletal biasanya lemah.
2) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis dan apatis.
3) Tanda-Tanda Vital
a) Suhu meningkat
b) Nadi meningkat
c) Tekanan darah meningkat atau dalam batas
normal
d) Pernafasan biasanya normal atau mengalami
peningkatan.
40
b) Sistem Sirkulasi
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi
apical, sirkulasi perifer, warna dan
kehangatan.
c) Sistem Persarafan
Kaji adanya hilangnya gerakan, spasme otot,
terlihat kelemahan fungsi. Pergerakan mata,
dilatasi pupil.
d) Sistem Perkemihan
Perubahan pola berkemih seperti
inkontinensia urin, disuria, distensi
kandung kemih, warna dan bau urin, dan
kebersihannya.
e) Sistem Pencernaan
Konstipasi, konsiten feses, frekuensi
eliminasi, auskultasi bising usus, anoreksia,
adanya distensi abdomen, nyeri tekan
abdomen.
f) Sistem Muskoloskeletal
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin
terlokalisasi pada area jaringan, dapat
berkurang pada imobilisasi,
kekuatan otot, kontraktur, atrofi otot, laserasi
41
2. Pola Nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance
cairan, dan elektrolit, nafsu makan, pola
makan, diit, kesulitan menelan, mual/muntah
dan makanan kesukaan.
c) Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung
kemih, defekasi, ada tidaknya masalah
defekasi, masalah nutrisi dan penggunaan
kateter.
e) Pola Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas,
fungsi pernafasan dan sirkulasi, riwayat
penyakit jantung, frekuensi, irama.
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a) Led meningkat
b) Protein c reaktif : positif pada masa inkubasi.
c) Asam urat guna mengetahui apakah penyebab
osteoarthritis pada klien disebabkan karena
jumlah asam urat yang berlebih.
2) Foto Rontgen
Menunjukkan penurunan progresif masa kartilago
sendi sebagai penyempitan rongga sendi.
3) Serologi
Cairan sinovial dalam batas normal.
4) Tes Khusus
a) Tes Fluktasi
Caranya : ibu jari dan jari telunjuk dari satu
tangan diletakkan disebelah kiri dan kanan
patella. Bila kemudian suprapatellaris itu
dikosongkan menggunakan tangan lainnya,
maka ibu jari dari jari telunjuk tadi seolah-olah
terdorong oleh perpindahan cairan dalam sendi
lutut.
44
b) Tes Lekuk
Caranya : dengan memakai punggung tangan,
kita mengusapi “lekuk kecil” disebelah medial
patella kearah proximal, sehingga dikosongkan
dari cairannya. Kemudian kita melaksanakan
gerakkan mengusap yang sama pada patella
bagian lateral, maka lekuk kecil yang medial itu
akan kelihatan terisi cairan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang dibuat
oleh perawat profesional yang memberi gambaran
tentang masalah atau status kesehatan, baik aktual
maupun potensial yang ditetapkan berdasarkan
analisis dan interpretasi data hasil pengkajian.
3. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa
Perencanaan
Keperawatan
kronis.
telah digunakan.
penyinaran)
tepat.
maupun potensial.
Pemberian Analgetik
sebelum pengobatan.
pertama kali.
Terapi Aktivitas :
-Tentukan keterbatasan rentang gerak sendi,
efek, dan fungsinya.
-Kolaborasi dengan terapi fisik dalam
mengembangkan program
latihan.
- Tentukan tingkat motivasi klien dalam
mempertahankan atau
meningkatkan rentang gerak sendi.
- Jelaskan pada klien/ keluarga tentang maksud
dan rencana latihan
gerak sendi.
- Bantu klien untuk mengatur posisi yang
optimal dalam ROM
aktif/pasif.
- Motivasi klien untuk latihan ROM aktif/pasif
dan merencanakan
53
jadwal.
- Bantu latihan ROM sesuai indikasi.
- Motivasi klien untuk membayangkan gerakan
tubuhnya sebelum
memulai pergerakan.
-Berikan penguatan postitif selama aktivitas.
7 Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan - Kaji kemampuan klien untuk menyediakan alat
diri berhubungan keperawatan klien dapat mandi
dengan gangguan menunjukkan perawatan diri : - Bantu klien dalam menerima ketergantungan
muskoloskeletal - Klien mampu ke kamar mandi pemenuhan kebutuhan
57
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan guna menjalankan rencana asuhan keperawatan
untuk membantu klien mencapai tujuan. Tindakkan dalam proses ini
meliputi mengkaji kembali klien, memperbarui data dasar, meninjau serta
merevisi rencana asuhan serta melakukan atau mendelegasikan intervensi
keperawatan yang direncanakan (Berman, synder, 2010)
5. Evaluasi
Mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien
kearah pencapaian tujuan. Data dikumpulkan dengan dasar berkelanjutan
untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam kehidupan sehari-hari, dan
dalam ketersediaan atau penggunaan sumber eksternal.