Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PADA LANSIA

KEPERAWATAN GERONTIK

Di Susun
Oleh :
Wayan Soni Erik Saputra
2335004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena rahmat-Nya


penulis dapat menyelesaikan dan dapat menyusun laporan asuhan keperawatan
tentang “Konsep Lansia”. Guna memenuhi tugas mata kuliah Praktik Profesi
Keperawatan Gerontik.
Penulis menyadari bahwa laporan asuhan keperwatan ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik membangun
yang ditunjukan demi kesempurnan laporan asuhan keperawatan ini. Semoga
laporan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

A. Konsep Lanjut Usia


1. Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang telah berusia ≥ 60 keatas (Mentri
Negara Sekretaris Negara,1998). Menurut UU No. 13/Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seorang individu yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (Sitanggang et al., 2021, p. 5)
Lansia merupakan tahap akhir dari proses kehidupan individu dan
secara tidak langsung mengalami berbagai macam perubahan baik dari
fisik, psikososial, dan spiritual dengan usia di atas 60 tahun (Ruswandi and
Supriatun, 2022, p. 18). Lansia adalah individu yang berada pada tahap
akhir proses kehidupan dengan mampu menerima kemunduran perubahan
dan mampu beradaptasi dengan keterbatasan yang dimikinya. (Minarti,
2022, p. 2)
Dari pengertian diatas peneliti dapat menyimpukan bahwa Orang
Lanjut usia (lansia) adalah suatu proses tahap akhir kehidupan seseorang
yang mengalami berbagai macam kemunduran perubahan dari dirinya dan
mampu menyesuaikan dengan keterbatasan yang dimiliki dengan usia
yang sudah diatas 60 tahun.
2. Klasifikasi Lansia
Berdasarkan Depkes RI (2003) dalam buku Dewi, (2014, p. 5)
mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut:
a. Pralansia (prasenilis), kelompok lansia dengan usia antara 45 – 56 tahun
b. Lansia, seorang yang berusia 60 tahun ke atas
c. Lansia risiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun lebih dengan
masalah kesehatan
d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan kegitan atau
beraktivias seperti bekerja
e. Lansia tidak potensial, lansia yang sudah tidak mampu mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.
Sedangkan klasifikasi lansia dapat dibagi menjadi empat menurut
WHO (Ryadi, 2016, p. 84) sebagai berikut :
a. Usia pertengahan (middle age), kelompok lansia adengan usia antara 45
– 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia antara 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia lebih dari 90 tahun
3. Proses Menua
Penuaan merupakan proses yang terjadi pada seriap individu dalam
kurun waktu yang bertahap, akan banyak mperubahan yang terjadi pada
masa dewasa menuju ke usia lanjut dari perubahan asoek psikologis, fisik,
emosional dan kognitif (Iwa et al., 2022, p. 11). Proses menua merupakan
suatu perubahan yang yang terjadi dikaitakan dengan waktu, dan bersifat
universal (umum) yang dialami manusia, keadaan dimana dapat
menyebabkan kemampuan beradaptasi berkurang terhadap lingkungan
untuk bertahan hidup (Nugroho, 2017, p. 11).
Proses menua pada setiap manusia masing – masing berbeda, terdapat
faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu yang dimana faktor biologis yang dapat
mempengaruhi proses menua. Sedangkan faktor eksternal, yang dimana
terdapat asupan makanan, social budaya, pendidikan, hygiene sanitasi
lingkungan, ekonomi dan dukungan keluarga, penyakit degenerative dan
beberapa faktor lainnya dapat berupa kemunduran psikologis yang dapat
mempengaruhi proses menua (Ratnawati, 2017, pp. 34–36).
4. Teori proses menua
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
biologi, teori psikososial, teori lingkungan (Aspiani, 2014).
a. Teori Biologi
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi
bahwa proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi tubuh selama masa hidup. Teori ini lebih menekankan pada
perubahan kondisi tingkat structural sel/ organ tubuh, termasuk
didalamnya adalah pengaruh agen patologis. Fokus dari teori ini adalah
mencari determinan-determinan yang menghambat proses penurunan
fungsi organisme. Yang dalam konteks sistemik, dapat mempengaruhi/
memberi dampak terhadap organ/ sistem tubuh lainnya dan berkembang
sesuai dengan peningkatan usia kronologis.
1) Teori “Genetik Clock”
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi
akibat adanya program jam genetik didalam nuclei. Jam ini
akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini
sudah habis putarannya maka akan menyebabkan berhentinya
proses mitosis. Radiasi dan zat kimia dapat memperpendek
umur menurut teori ini terjadi mutasi progresif pada DNA sel
somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan fungsional sel tersebut.
2) Teori error
Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh
menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang
kehidupan manusia akibat kesalahan tersebut akan berakibat
kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan
sel dan fungsi sel secara perlahan. Sejalan dengan
perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa
perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang
merupakan substansi pembangun atau pembentuk sel baru.
Peningkatan usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-
sel Nukleus menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan
peningkatan jumlah substansi DNA.
3) Teori Autoimun
Pada teori ini penuaan dianggap disebabkan oleh
adanya penurunan fungsi sistem imun. Perubahan itu lebih
tampak secara nyata pada Limposit –T, disamping perubahan
juga terjadi pada Limposit –B. perubahan yang terjadi
meliputi penurunan sistem immune humoral, yang dapat
menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk :
a) Menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor
dan perkembanga kanker.
b) Menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi
proses dan secara agresif memobilisasi pertahanan
tubuh terhadap pathogen.
c) Meningkatkan produksi autoantingen, yang berdampak
pada semakin meningkatnya risiko terjadinya penyakit
yang berhubungan dengan autoimmun.
4) Teori Free Radical
Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses
menua terjadi akibat kurang efektifnya fungsi kerja tubuh dan
hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal bebas dalam
tubuh. Radikal bebas merupakan zat yang terbentuk dalam
tubuh manusia sehingga salah satu hasil kerja metabolisme
tubuh. Walaupun secara normal ia terbentuk dari proses
metabolisme tubuh, tetapi ia dapat tebentuk akibat :
a) Proses oksigenasi lingkungan seperti pengaruh polutan,
ozon, dan petisida.
b) Reaksi akibat paparan dengan radiasi.
c) Sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas lainnya.
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen
radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat
berupa superoksida (O2), radikal hidroksil,dan H2O2.
Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif,
sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam
lemak tak jenuh. Makin tua umur makin banyak
terbentuk radikal bebas sehingga proses pengerusakan
harus terjadi, kerusakan organel sel makin banyak
akhirnya sel mati.
5) Teori Kolagen
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh rusak.
6) Wear Teori Biologi
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan
menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan
melambatnya perbaikan sel jaringan.
b. Teori Psikososial
1) Activity Theory (Teori Aktivitas)
Teori ini menyatakan bahwa seseorang individu harus
mampu eksis dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai
kesuksesan dalam kehidupan di hari tua. Aktivitas dalam teori ini
dipandang sebagai sesuatu yang vital untuk mempertahankan rasa
kepuasan pribadi dan kosie diri yang positif. Teori ini berdasar
pada asumsi bahwa :
a) Aktif lebih baik daripada pasif.
b) Gembira lebih baik daripada tidak gembira.
c) Orang tua merupakan orang yang baik untuk mencapai
sukses dan akan memilih alternatif pilihan aktif dan
bergembira. Penuaan mengakibatkan penurunan jumlah
kegiatan secara langsung.
2) Continuitas Theory (Teori Kontinuitas)
Teori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan
kondisi yang selalu terjadi dan secara berkesinambungan yang
harus dihadapi oleh orang lanjut usia. Adanya suatu kepribadian
berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola perilaku yang
meningkatkan stress.
3) Disanggement Theory
Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti dengan
masyarakat, hubungan dengan individu lain.
4) Teori Stratisfikasi Usia
Karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan
mempercepat proses penuaan.
5) Teori Kebutuhan Manusia
Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5%
dan tidak semua orang mencapai kebutuhan yang sempurna.
6) Jung Theory
Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
7) Course of Human Life Theory
Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat
maksimumnya.
8) Development Task Theory
Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai
dengan usianya.
c. Teori Lingkungan
1) Radiation Theory (Teori Radiasi)
Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik
karena sinar ultraviolet maupun dalam bentuk gelombang-
gelombang mikro yang telah menumbuk tubuh tanpa terasa yang
dapat mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam sel hidup
atau bahkan rusak dan mati.
2) Stress Theory (Teori Stress)
Stress fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan
pengeluaran neurotransmitter tertentu yang dapat mengakibatkan
perfusi jaringan menurun sehingga jaringan mengalami gangguan
metabolisme sel sehingga terjadi penurunan jumlah cairan dalam
sel dan penurunan eksisitas membrane sel.
3) Pollution Theory (Teori Polusi)
Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan tubuh
mengalami gangguan pada sistem psikoneuroimunologi yang
seterusnya mempercepat terjadinya proses menua dengan
perjalanan yang masih rumit untuk dipelajari.
4) Exposure Theory (Teori Pemaparan)
Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan
mirip dengan sinar ultra yang lain mampu mempengaruhi susunan
DNA sehingga proses penuaan atau kematian sel bisa terjadi.
5. Perubahan pada lansia
Terdapat berbagai perubahan yang terjadi pada lansia baik dari
perubahan fisik dan fungsi, dan perubahan psikologis. Menurut Untari,
I.2018 perubahan fisik yang sering terjadi pada lansia dapat dilihat dari
kulit yang keriput, rambut yang berubah warna, gigi yang sudah ompong,
penglihatan yang mulai kabur, pendengar yang berkurang dan postur tubuh
yang sudah tidak ideal lagi. (Simorangkir et al., 2022, p. 9)
a. Menurut (Nugroho, 2017, pp. 27–34) perubahan fisiologi pada lansia
akibat proses menua sebagai berikut :
1) Sel
Jumlah sel akan lebih sediki, ukuran sel yang akan lebih besar,
jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, berkurangnya
proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati.
2) Sistem persarafan
Menurunnya hubungan persarafan, berat otak menurun 10 – 20%
dan setiap harinya sel otak berkurang, lambat dalam merespons
sesuatu, mengecilnya saraf panca indra, penglihatan dan
pendengaran berkurang, berkurangnya indara penciuman dan perasa,
dan akan lebih sensititif terhadap suhu.
3) Sistem pendengaran
Pada lansia, untuk daya pendengaran akan berkurang terhadap
suara dan nada yang tinggi, suara tidak jelas dan sulit mengerti kata
– kata, akan mudah muncul perasaan tidak stabil atau pusing
berputar.
4) Sistem penglihatan
Respons akan cahaya menghilang, korena mata berbentuk bola,
lensa akan lebih suram atau keruh pada lensa, adaptasi terhadap
kegelapan akan lebih lambat, sulit melihat dari jarak dekat yang
dipengaruhi berkurangnya elastisitas lensa, menurunnya lapang
pandang dan sulit akan membedakan jenis warna.
5) Sistem kardiovaskuler
Pada lansia kinerja jantung akan lebih rentan terhadap konsisi
dehidrasi dan perdarahan, sehingga kemampuan jantung untuk
memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah usia 20 tahun,
maka tekanan darah pada lansia meningkat akibat resistensi
pembuluh darah perifer meningkat.
6) Sistem pengaturan suhu tubuh
Temperatur suhu pada lansia menurun hingga ±35 celcius karena
metabolisme yang menurun, pada lansia mudah akan merasa dingin,
menggigil dan gelisah dan terjadi penurunan aktivitas otot.
7) Sistem respirasi
Mengalami penurunan pada elastisitas jaringan paru sehingga
pertukaran gas menurun diserai dengan peningkatan produktivitas
secret pada lobus paru.
8) Sistem gastrointestinal
Menurunnya indra pengecap dan hilangnya sensitivitas pada rasa
dan rasa lapar,absorpsi pada lambung terganggu terutama
karbohidrat.
9) Sistem reproduksi
Menurunnya sistem reproduksi pada lansia, bagi wanita vagina
mengecil, ovary menciut, terjadinya penyusutan pada payudara dan
vulva. Sedangkan pada pria mengalami penurunan pada produksi
spermatozoa, dorongan seksual menetap sampai pada usia 70 tahun.
10) Sistem genitourinnarian
Pada perubahan sistem genitourinnarian yang menurun dapat
mempengaruhi fungsi dasar tubuh dalam BAK yang dikarenakan
menurunnya aliran darah keginjal 50% sehingga mengakibatkan
kemampuan mengonsentrasi urin menurun.
11) Sistem integumen
Pada sistem integumen yerjadinya perubhan pada rambut
dan kulit, kulit yang akan menjadi keriput dan rambut akan beruban
dan botak yang menjadi tanda seseorang telah menjadi tua.
12) Sistem muskuloskeletal
Pada lansia akan mengalami perubahan pada penurunan
rentan gerak dan gerak menjadi lambat. Pada struktur tulang
mengalmi penurunan massa tulang yang akan menjadikan lemah
dan menurunnya masa otot yang bisa mengakibtakan osteoporosis
sehingga menurunnya pergerakan sendi.
b. Perubahan psikososial
Menurut (Ratnawati, 2017, pp. 38–39) perubahan psikologis pada
lansia berhubungan dengan keterbatasan prokdutivitas kerjanya, maka
dari itu pada lansia yang sudah akan pensiun mengalami kehingan –
kehilangan sebagai berikut :
1) Berkurangnya pendapat
2) Kehilangan status jabatan pada posisi tertentu
3) Kehilangan kegiatan / aktivitas, pada kehilangan ini berhubungan
dengan beberapa hal sebagai berikut :
a) Merasa cemas dan sadar akan kematian, mengalami perubahan
cara hidup
b) Pendapatan ekonomi menurun, sehingga untuk biaya hidup
meningkat, dan biaya pengobatan bertambah
c) Adanya penyakit kronis dan ketidak mampuan fisik
d) Merasa sepi dan merasa terasingkan karena lingkungan sosial
e) Muncul gangguan penurunan saraf pancaindra penglihtan dan
pendengaran
f) Gangguan gizi akibat rasa kehilangan berlanjut baik dari
kehilangan jabatan, teman atau kelurga.
g) Penurunan kekuatan fisik dan terjadi perubahan fisik, perubahan
konsep diri.
Perubahan psikologis yang terjadi pada lansia selama
penuaan meliputi transisi kehidupan dan kehilangan, transisi
kehilangan adalah komponen utama yang termasuk dalam
perubahan peran, perubahan kemampuan kesehataan dan
fungsional serta kehilangan sifatnya universal seperti kehilangan
akan kematian. Pada perubahan psikologis lansia merasa cemas
akan kematian yang kelak akan terjadi karena merasa sudah
banyaknya perubahan yang terjadi pada dirinya baik penurunan
fungsi tubuh dan kognitifnya serta banyak dari mereka masih
memiliki urusan yang belum selesai sehingga tidak siap akan
kematian yang kan terjadi (Potter et al., 2017, pp. 144–146).
c. Perubahan kognitif
Perubahan kognitif adalah perubahan yang terjadi pada lansia yang
dapat berupa sikap yang, mudah curiga, daya ingat menurun atau pikun,
bertambah pelit atau tamak bila memilki sesuatu. Pada lansia
mengalami memori jangka pendek, kemampuan bicara, pikiran dan
kemampuan motorik terpengaruh, lansia cendrung mengalami demensia
atau pikun, demensia yang biasnya terjadi pada usia lanjut. (Ratnawati,
2017, p. 39).
6. Analisis PICOT
PROBLEM/POPULASI INTERVENSI COMPARATION OUTCOME
Efektivitas kompres Kompres air hangat Tidak menggunakan Hasil penelitian ini
hangat terhadap penurunan menggunakan kelompok kontrol menunjukan bahwa ada
nyeri pada botol yang disi air 400- perbedaan yang signifikan
Penderita gout arthritis di 430C. Dilapisi kain pada penurunan nyeri pada
wilayah kerja puskesmas saat akan diaplikasikan, penderita gout arthritis
Pulosari Kabupaten selama 20 menit sebelum dan sesudah
pandeglang banten tahun dilakukan selama 3 kali pemberian kompres
2021. dalam seminggu. hangat dengan nilai hasil
POPULASI: seluruh Asymp Sign = 0,000 atau ( p
penderita gout arithritis di value <0,005) menyatakan
puskemas Pulosari bahwa Ha
diterima dan Ho ditolak,
berarti terdapat pengaruh atau
efektif menurunkan nyei pada
penderita
gout arthritis.
Efektivitas Jus Mentimun Kemudian diberikan jus Tidak menggunakan Terdapat perbedaan rata- rata
Terhadap Tekanan Darah mentimun sebanyak 250 cc kelompok kontrol tekanan
Pasien Hipertensi. yang berasal dari darah sebelum dan sesudah
Populasi: 11 responden di mentimun 200 gram yang pemberian jus
Kelurahan Surau Gadang diblender sebanyak mentimun, baik tekanan
Kota Padang 2 kali sehari (pagi jam darah sistolik maupun
10.00 dan sore jam diastolik. Sehingga dapat
16.00) selama 7 hari. disimpulkan bahwa adanya
Setelah tujuh hari, pengaruh pemberian jus
dilakukan pengukuran mentimun
Tekanan darah diukur terhadap penurunan tekanan
menggunakan darah pasien
sfigmomanometer air Hipertensi.
raksa,
stetoskop dan lembar
observasi.
Efektifitas konsumsi jus Pemberian jus mentimun Menggunakan kelompok Hasil penelitian menunjukkan
mentimun terhadap dilakukan setiap hari kontrol dan kelompok bahwa rata-rata tekanan arteri
Penurunan tekanan darah dalam jangka waktu 1 intervensi. rata-rata (MAP) pada
pada Pasien hipertensi minggu yang diberikan 15 orang sebagai kelompok kelompok kontrol sebelum
Populasi : 30 responden di pada sore hari kontrol dan 15 responden diberikan jus mentimun
wilayah kerja puskesmas (Anjarpratiwi, 2009). Jus sebagai kelompok intervensi sebesar 117,9,sedangkan rata-
Pekanbaru Kota mentimun dibuat dan rata tekanan arteri rata-rata
disediakan oleh peneliti (MAP) sesudah diberikan jus
sendiri. Pada waktu yang mentimun sebesar 104,2. Hal
telah disepakati yaitu pada ini menunjukkan terjadi
setiap sore hari sekitar jam penurunan tekanan darah
16.00-17.30 WIB peneliti setelah diberikan intervensi,
mendatangi responden dan dimana selisih antara dua
memberikan jus mentimun rata-rata pre-test dan post-test
sebanyak 1 gelas (±200 cc) pada kelompok khususnya
dan memastikan langsung analisa pada kelompok
responden meminum jus eksperimen adalah 13,8
sampai habis. dengan p value= 0,000. Ini
berarti konsumsi jus
mentimun dapat membantu
menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, sofia rhosma (2014) Buku Ajar Keperawatan


Gerontik. yogyakarta: CV Budi Utama.
Minarti (2022) Asuhan Keperawatan Lansia dengan
Spiritual Well-Being Berbasis Islami.
Yogyakarta: Rizmedia pustaka indonesia.
Nugroho, W. (2017) keperawatan Gerontik & Geriatrik.
Jakarta: EGC.
Ratnawati, E. (2017) Asuhan Keperawatan Gerontik.
yogyakarta: Pustaka buku press.
Simorangkir, L. et al. (2022) Mengenal Lansia Dalam
Lingkungan Keperawatan. Medan: yayasan kita
menulis.
Sitanggang, yenni ferawati et al. (2021) Keperawatan
Gerontik. Jakarta: yayasan kita menulis.

Anda mungkin juga menyukai