Anda di halaman 1dari 17

STASE KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR LANSIA

DISUSUN OLEH :
LEO SAPUTRA
22300033

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Indah Permata Sari, M.Kep. Sr. Fidelia, KKS.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KONSEP DASAR LANSIA

A. Definisi
Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang menyebabkan penyakit degenerative misal,
hipertensi, arterioklerosis, diabetes mellitus dan kanker (Nurrahmani, 2012
dalam Mulyani 2019).
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiastuti, 2003) dalam (Effendi &
Makhfudli, 2009 dalam lestari 2019).
Lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia 60
tahun ke atas. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998
Tentang Kesejahteran Lanjut Usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan
Lansia adalah seseorang yan telah mencapai 60 (enam puluh) tahun ke atas
(Indriana, 2012).
B. Batasan Lansia
Batasan usia menurut Indrwani 2020 Usia di jadikan tolak ukur sebagai
lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar 60-65 tahun. Berikut di
kemukakan para ahli mengenai batasan-batasan usia bagi lanjut usia adalah
sebagai berikut:
a. Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO, ada empat tahapan yakni :
a) Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun)
b)Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun)
c) Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun)
d)Usia sangat tua (very old) (di atas 90 tahun)
b. Menurut Prof DR. Ny. Sumiati Ahad Mohammad (alm.), Guru Besar
Unversitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, Periodisasi biologis
perkembangan manusia dibagi sebagai berikut :
a)Usia 0-1 tahun (masa bayi)
b)Usia 1-6 tahun (masa prasekolah)
c)Usia 6-10 tahun (masa sekolah)
d)Usia 10-20 tahun (masa pubertas)
e)Usia 40-65 tahun (masa setengah uur, prasenium)
f) Usia 65 tahun ke atas (masa lanjut usia, senium)
c. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog dari Universitas Indonesia),
lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi
menjadi empat bagian, yaitu :
a)Fase iuventus,antara usia 25-40 tahun.
b)Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun.
c)Fase praesenium, antara usia 55-65 tahun.
d)Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia.
Menurut Burnside (1979), ada empat tahap lanjut usia, yakni :
e)Young old (usia 60-69 tahun)
f) Middle age old (usia 70-79 tahun)
g)Old-old (usia 80-89 tahun)
h)Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
Sumber lain mengemukakan pengelompokan umur sebagai berikut :
A. usia 60-65 tahun (elderly)
B. usia >65-75 tahun (junior old age)
C. usia >75-90 tahun (formal old age)
D. usia >90-120 tahun (longevity old age)
Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut
usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
c. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun
d. Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun
C. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut DepKes 2003 dalam Mulyani 2019 dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih
c. Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
atau seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki
masalah kesehatan
d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
melakukan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa
e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari
nafkah sehingga dalam kehidupannya bergantung pada orang lain

D. Teori Proses Menua


Proses menua bersifat individual dimana tahap proses menua terjadi
pada orang dengan usia berbeda, setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan
berbeda, dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah
proses menua.
Menurut (Nugroho, Wahjudi 2012 dalam Indrwani 2020), teori proses
menua terbagi menjadi :

a. Teori Biologis
a) Teori genetik
Teori genetic clock. Teori ini merupakan teori instristik yang
menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang
mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini
menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetic
untuk spesies tertentu.
Teori nongenetic
Teori non genetik dibagi menjadi 2 yaitu:
(a).Teori Penurunan Sistem Imun Tubuh (auto-immune theory)
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri
(self recognition). Jika mutasi yang merusak membran sel,
akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya
sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari
peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia. Dalam
proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus.
(b).Teori Kerusakan Akibat Radikal Bebas (Free radical
theory). Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas
dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme
atau proses pernafasan di dalam mitokondria. Radikal
bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil
karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan
sehingga sangat reaktif megikat atom atau molekul tubuh.
Radikal bebas ini dianggap sebagai penyebab penting
terjadinya kerusakan fungsi sel.
Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti :
1. Asap kendaraan bermotor
2. Asap rokok
3. Zat pengawet makanan
4. Radiasi
5. Sinar ultraviolet yang mengakibatkan
terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses
menua.
b) Teori Menua Akibat Metabolisme.
Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa
pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan
asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur.
c) Teori Rantai Silang (cross link theory).
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,
protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi
dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang
menyebabkan perubahan pada membrane plasma, yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis dan
hilangnya fungsi pada proses menua.
d) Teori Fisiologis.
Teori ini merupakan teori instrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas
teori oksidasi stress, dan teori dipakai-aus (wear and tear theory).
Di sini terjadi kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh
lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempetahankan
kestabilan lingkungan internal).
Teori Sosiologis
Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini
antara lain:
(a). Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak
pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang
dihargai masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus
menjalin interaksi sosial meupakan kunci mempertahankan
status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi.
(b).Teori Aktivitas atau Kegiatan
1. Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut
serta dalam kegiatan sosial.
2. Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat
melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas
tersebut selama mungkin.
3. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
lanjut usia.
4. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai
lanjut usia.
b. Teori Kepribadian Berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan
sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas
yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan
dalam siklus kehidupan lanjut usia. Dengan demikian, pengalaman
hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada
saat ia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup,
perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia
telah lanjut usia.
c. Teori Pembebasan/Penarikan Diri (disangagement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori
yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961). Teori ini
menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi
ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara berangsur-
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik
diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering lanjut usia mengalami kehilangan ganda (triple loss):
a) Kehilangan peran (loss of role)
b) Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship).
c) Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores
and values).
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami
proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan
terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan
mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. Dari penyebab
terjadinya proses menua tersebut, ada beberapa peluang yang
memungkinkan dapat diintervensi agar proses menua dapat
diperlambat. kemungkinan yang terbesar adalah mencegah:
a) Meningkatnya radikal bebas.
b) Memanipulasi sistem imun tubuh.
c) Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai “misteri
kehidupan masih banyak yang belum bisa terungkap, proses menua
merupakan salah satu misteri yang paling sulit dipecahkan”.
Selain itu peranan faktor risiko yang datang dari luar (eksogen)
tidak boleh dilupakan, yaitu faktor lingkungan dan budaya gaya hidup
yang salah. Banyak faktor yang mempengaruhi proses menua
(menjadi tua), antara lain herediter/genetik, nutrisi/makanan, status
kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stress. Jadi, proses
menua/menjadi lanjut usia bukanlah suatu penyakit, karena orang
meninggal bukan karena tua, orang muda pun bisa meninggal dan
bayi pun bisa meninggal. Banyak mitos mengenai lanjut usia yang
sering merugikan atau bernada negatif, tetapi sangat berbeda dengan
kenyataan yang dialaminya (Wahjudi Nugroho, 2012).
E. Kebutuhan Dasar Lansia
Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu
kebutuhan makan, perlindungan makan, perlindungan perawatan, kesehatan
dan kebutuhan sosial dalam mengadakan hubunagan dengan orang lain,
hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan
dengan organisasi-organisasi sosial, dengan penjelasan sebagai berikut :
Kebutuhan utama, yaitu : Kebutuhan fisiologi/biologis seperti, makanan
yang bergizi, seksual, pakaian, perumahan/tempat berteduh
a. Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai
b. Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan pengobatan
c. Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya tanggapan dari
orang lain, ketentraman, merasa berguna, memilki jati diri, serta status
yang jelas
d. Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan-hubungan dengan
orang lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman dan
organisasi sosial
F. Kebutuhan sekunder, yaitu :
a. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
b. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
c. Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai dan pengetahuan
d. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan
hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan di masyarakat dan
Negara atau pemerintah
G. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami makna akan
keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang tidak diketahui/
diluar kehidupan termasuk kematian. Perubahan sistem tubuh yang terjadi
pada lansia Menurut Effendi & Makhfudli, 2009 Lestari 2019
a. Perubahan Fisik
a) Sel Pada lansia, jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya
akan lebih besar. Cairan tubuh dan cairan intraseluler akan
berkurang, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati juga
ikut berkurang. Jumlah sel otak akan menurun, mekanisme
perbaikan sel akan terganggu, dan otak menjadi atrofi.
b) Sistem Persarafan Rata-rata berkurangnya saraf neorotical sebesar 1
per detik hubungan persarafan cepat menurut, lambat dalam
merespon baik dari gerakan maupun jarak waktu, khususnya dengan
stress, mengecilnya saraf pancaindera, serta menjadi kurang sensitif
terhadap sentuhan.
c) Sistem Pendengaran Gangguan pada pendengaran (presbiakusis),
membrane tymphan mengalami atrofi, terjadi pengumpulan dan
pengerasan serumen karena peningkatan keratin, pendengaran
menrun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa dan
stress.
Sistem Penglihatan Timbul sklerosis pada sfringter pupil dan
hilangnya respons terhadap sinar, kornea lebih berbentuk seperti
bola (sferis), lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak,
meningkatnya ambang, pengamatan sinar dan daya adaptasi
terhadap kegelapan menjadi lebih lambat dan sulit untuk melihat
dalam keadaan gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya
lapang pandang, dan menurunnya daya unutk membedakan antara
warna biru dengan hijau pada skala pemeriksaan.
d) Sistem Kardiovaskular Elastisitas didnding aorta menurun, katup
jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan
eslastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi, tekanan
darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembluh darah perifer.
e) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh Suhu tubuh menurun (hipotermia)
secara fisiologis ± 35°C, hal ini diakibatkan oleh metabolisme yang
menurun, keterbatasan reflek menggigil, dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya
aktivitas otot.
f) Sistem Pernapasan Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan
menjadi kaku, menurunnya kativitas dari silia, paru-paru kehilangan
elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih
berat, kapasitas pernapasan mkasimum menurun, dan kedalama
bernafas menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal dn
jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun menjadi 75
mmHg, kemampuan untuk batuk berkurang dan penurunan kekuatan otot
pernapasan.
Sistem Gastrointestinal Kehilangan gigi, indra pengecapan
mengalami peurunan, esofagus melebar, sensivitas akan rasa lapar
menurun, produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung
menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi
absorbsi menurun, hati (liver) semakin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan, serta berkurangnya suplai aliran darah. 9)
Sistem Genitourinaria Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun hingga 50%, fungsi tubulus
berkurang (berakibat pada penurunan kemampuan ginjal
untukmengonsentrasikan urine, berat jenis urine menurun,
proteinuria biasanya +1), blood urine nitrogen (BUN)
meningkathingga 21mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat, Otot-otot kandung kemih (vesica urinaria) melemah,
kapasitasnya menurun hingga 200ml dan menyebabkan frekuensi
buang air kecil meningkat, kandung kemihsulit dikosongkan
sehingga meningkatkan retensi urine. Pria dengan usia 65 tahun ke
atas sebagian besar mengalami pembesaran prostat hingga kurang
lebih 75% dari besar normalnya. 10) Sistem Endoktrin Menurunnya
produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas tirois, basal
metabolic rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosteron,
serta sekresi hormon kelamin seperti progesteon, esterogen, dan
testoteron.
g) Sistem Integumen Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respons
terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala
dan rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung
dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya
cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan
seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan
fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
h) Sistem Muskuloskeletal Tulang kehilangan kepadatannya (density)
dan semakin rapuh, kifosis, persendian membesar dan menjadi kaku,
tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot
sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan
menjadi tremor.
H. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan,
tingkat kecerdasan (intellegence quotient-I.Q), dan kenangan (memory),
kenangan dibagi menjadi dua, yaitu kenangan jangka panjang (berjam-jam
sampai berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa perubahan dan kenangan
jangka pendek atau seketika (0- 10 menit) biasanya dapat berupa kenangan
buruk.
I. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis terjadi terutama setelah seseorang mengalami
pensiun. Berikut ini adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pensiun.
a. Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang.
b. Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya.
c. Kehilangan teman atau relasi.
d. Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.
e. Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awareness mortality)
J. Masalah Yang Sering Dihadapi Lansia
Masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia meliputi
kecemasan, depresi, insomnia, paranoid, dan demensia (Maryam, Ekasari,
Rosidawati, Jubaedi, & Batubara, 2008 dalam Lestari 2019)
a. Kecemasan
a) Perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian
yang akan terjadi
b) Sulit tidur sepanjang malam
c) Rasa tegang cepat marah
d) Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut/khawatir
terhadap penyakit yang berat, misalnya kanker dan penyakit jantung
yang sebenarnya tidak dideritanya
e) Sering membayangkan hal-hal yang menakutkan
b. Depresi
a) Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun sangat
pagi yang bukan merupakan kebiasaanya sehari-hari
b) Sering kelelahan, lemas, dan kurang dapat menikmati kehidupan
sehari-hari.
c) Kebersihan dan kerapihan diri sering diabaikan
d) Cepat sekali menjadi marah atau tersinggung
e) Daya konsentrasi berkurang
f) Pada pembicaraan sering disertai topic yang berhubngan dengan
rasa pesimis atau perasaan putus asa
g) Berkurang atau hilangnya nafsu makan sehingga berat badan
menurun secara cepat.
h) Kadang-kadang dalam pembicaraannya ada kecenderungan untuk
bunuh diri.
c. insomnia
a) Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga
mereka masih semangat sepanjang malam
b) Tertidur sebentar-sebentar sepanjang hari
c) Gangguan cemas dan depresi
d) Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman
e) Sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum pada
malam hari
f) Infeksi saluran kemih
d. Paranoid
a) Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, atau
orangorang disekelilingnya
b) Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menduuh
orangorang disekelilingnya mencuri atau menyembnyikan barang
miliknya
c) Paranoid dapat merupakan manifestasi dari masalah lain, seperti
depresi dan rasa marah yang ditahan
e. Demensia
a) Meningkatnya keslitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
b) Mengabaikan kebersihan diri
c) Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialam, dalam
keadaan yang makin berat, nama orang atau keluarga dapat
dilupakan
d) Pertanyaan atau kata-kata sering diulang-ulang
e) Tidak mengenal demensia waktu, misalnya bangun dan
berpakaian pada malam hari
f) Tidak dapat mengenal demensia ruang atau tempat
g) Sifat dan perilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat marah
h) Menjadi depresi dan menangis tanpa alasan yang jelas
J. Perubahan Akibat Proses Menua
a. Perubahan Fisik dan Fungsi
a) Sel
(a) Jumlah sel menurun/lebih sedikit
(b) Ukuran sel lebih besar
(c) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang
(d) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun
(e) Jumlah sel otak menurun
(f) Mekanisme perbaikan sel terganggu
(g) Otak menjadi artrofi, beratnya berkurang 5-10%
(h) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar
b) Sistem Persarafan
(a). Menurun hubungan persarafan
(b). Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya)
(c). Respons dan waktu untuk beraksi lambat, khusunya terhadap
stress. (d). Saraf panca-indra mengecil.
(e). Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf
penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap angin.
(f). Kurang sensitive terhadap sentuhan
(g). Defisit memori
c) Sistem Pendengaran
(a) Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di
atas umur 65 tahun.
(b) Membran timpani menjadi artrofi menyebabkan otoksklerosis.
(c) Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
(d) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan/stress.
(e) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau
rendah, bisa terus-meners atau intermiten).
(f) Veritgo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau
berputar).
d) Sistem Penglihatan
(a). Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar
menghilang.
(b). Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
(c). Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
(d). Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap
(e). Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi
presbiopia, seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi
berkurangnya elastisitas lensa.
(f). Lapang pandang menurun, luas pandangan berkurang.
(g). Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau
hijau pada skala.
e) Sistem Kardiovaskuler
(c). (a). Katup jantung menebal dan menjadi kaku. (b). Elastisitas dinding
aorta menurun. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini
menyebabkan kontraksi dan volume darah menurun.
(d). Curah jantung menurun.
(e). Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari
tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak).
(f). Kinerja jantung rentan terhadap kondisi dehidrasi dan pendaraan.
(g). Tekanan darah meningkat akibat resistens pembuluh darah
perifer meningkat. Sistole normal kurang lebih 170 mmHg, diastole
kurang lebih 95 mmHg (Wahjudi Nugroho 2012).
f) Sistem Respirasi Tanda :
(a) Penurunan elastisitas jaringan paru
(b) Kalsifikasi dinding dada
(c) Atrofi sillia
(d) Penurunan kekuatan otot pernafasan
(e) Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2)

Gejala :
(a). Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi
(b). Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis
(c). Peningkatan resiko aspirasi
(d). Penurunan respons terhadap hipoksia dan hiperkapnia
(e). Peningkatan kepekaan terhadap narkotik
g) Sistem
Gastrontestinal
Tanda :
(a). Penurunan ukuran hati
(b). Pengosongan esophagus makin lambat
(c). Penurunan tonus otot pada usus
(d). Penurunan sekresi asam lambung
(e). Atrofi lapisan mukosa
Gejala :
(a). Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan
(b). Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya
makanan melambat
(c). Penurunan penyerapan kalsium dan besi
(d). Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus dan penyakit
divertikuler
h) Sistem Reproduksi Tanda :
(a) Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus
(b) Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi
(c) Penurunan hormone dan oosit.
(d). Involusi jaringan kelenjar mamae.
(e). Poliferasi jaringan stroma dan glandular
Gejala :
(a) Kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus
(b) Penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi
(c) Penurunan elevasi testis
(d) Hipertrofi prostat
(e) Jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak,
sehingga pemeriksaan payudara lebih mudah dilakukan.
i) Sistem Perkemihan
Tanda :
(a) Penurunan masa ginjal
(b) Tidak ada glomerulus
(c) Penurunan jumlah nefron yang berfungsi
(d) Perubahan dinding pembuluh darah kecil
(e) Penurunan tonus otot kandung kemih
Gejala :
(a). Penurunan GFR
(b). Penurunan kemampuan penghematan natrium
(c). Peningkatan BUN
(d). Penurunan aliran darah ginjal
(e). Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin
residual (f). Peningkatan urgensi
j) Sistem Endokrin Tanda :
(a). Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin,
androgen, aldosteron, hormone tiroid
(b). Penurunan termoregulasi
(c). Penurunan respons demam
(d) . Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid
(e) Penurunan laju metabolic basal
Gejala :
(a) Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti
pembedahan
(b) Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu
(c) Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
(d) Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretik
(e) Penambahan berat badan
(f) Peningkatan insiden penyakit tiroid
k) Sistem Integumen
Tanda :
(a). Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis
(b). Pendataran papilla
(c). Atrofi kelenjar keringat
(d). Penurunan vaskularisasi
(e). Cross-link kolagen
(f). Tidak adanya lemak sub kutan
(g). Penurunan melanosit
(h). Penurunan poliferasi dan fibroblast
Gejala :
(a). Penipisan kulit dan rentan sekali robek
(b). Kekeringan dan pruritus
(c). Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh
(d). Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit
(e). Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan
menyebabkan timbulnya nyeri.
(f). Penyembuhan luka makin lama
l) Sistem Muskuloskeletal
Tanda :
(a). Penurunan massa otot
(b). Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat
(c). Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi
(d). Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast
Gejala :
(a) Penurunan kekuatan otot
(b) Penurunan densitas tulang
(c) Penurunan tinggi badan
(d) Nyeri dan kekakuan pada sendi
(e) Peningkatan risiko fraktu
(f). Perubahan cara berjalan dan postur
DAFTAR PUSTAKA

Indrwani, Nopianti. (2020). Laporan pendahuluan konsep lansia. STIKES citra delima
bangka belitung
Lestari, nurinda fitra ayu. (2019). Asuhan keperawatan gerontik pada klien Ny. M
dan Tn.K dengan depresi yang mengalami masalah keperawatan
ketidakefektifan koping di upt pelayananan sosial tresna werdha jember n.
Universitas jember.
Mulyani, Sakinah Siwi. (2019) Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi Di
Panti Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda. Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai